Professional Documents
Culture Documents
1. DEFISINISI
Hemopneumotoraks adalah istilah kedokteran yang menggambarkankombin
asi dari dua kondisi: pneumotoraks, atau adanya udara di dalam
kavitas pleura, dan hemotoraks, atau adanya darah di dalam kavitas pleura.
H e m o p n e u m o t o r a k s m e r u p a k a n p n e u m o t o r a k s ya n g j a r a n g t e r j
a d i , namun amat mengancam nyawa karena cepat menyebabkan kolapsnya
pernafasand a n h i l a n g n y a v o l u m e d a r a h k a r e n a m a s u k k e d a l
a m r o n g g a p l e u r a . I n i merupakan salah satu penyebab pasien
memiliki tanda-tanda hipovolemia yangsignifikan
Hematopneumotorak merupakan gabungan dari hematorak dan
pneumotorak. Penyakit ini dapat disebabkan karena cedera dada yang hebat, trauma
luka tumpul/tajam pada dada. Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah hampir
sama dengan komplikasi yang muncul pada hematorak dan pneumotorak seprti
henti kardiopulmonar dan lain-lain.
BIBLIOGRAPHY Brunner, & Suddart. (2002). Keperawatan medikal bedah(Vol.
1). Jakarta: EGC.
2. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan awal difokuskan pada pembebasan jalan nap
a s d a n suplementasi oksigen. Di unit gawat darurat, tujuan utamany
a a d a l a h s t a b i l i s a s i keadaan umum pasien dan evaluasi trauma multisiste
m. Fokus utama pada padatatalaksananya adalah mengatasi nyeri dan memb
ersihkan jalan napas dari sekresipulmonal. Fraktur costae yang terisolasi tanpa
disertai cedera lain dapat berobat jalandengan pemberian analgesia oral. Pilihan
analgesia lainnya dapat diberikan golonganopioid secara parenteral dengan cara titrasi untuk
mencegah depresi napas. Dapat puladilakukan blok saraf intercostal ataupun kateter
epidural,P e m a k a i a n r i b b e l t t i d a k l a g i d i r e k o m d a s i k a n k a r e
n a m e s k i p u n d a p a t mengurangi nyeri tetapi dapat menyebabkan
hipoventilasi, atelektasis, dan pneumoniapada penggunannya
Astowo, Pudjo dkk.2010. Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas. Jakarta:
Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia
3. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan Gejala
a. Nyeri dada hebat
b. Anxietas
c. Diaforesis
d. Takikardi
e. Sianosis
f. Dispnea
g. Bunyi nafas tidak ada / menurun pada bagian yang sakit
h. Terdengar hipersonor / redup pada bagian dada yang sakit
i. Gerakan dada tidak sama
j. Nyeri pleura
k. Takipnea
l. Hypotensi / hypertensi
(Arif Mansjoer (2000) kapita selekta kedokteran, edisi 3, Hal 295)
4.
5.
6.
7.
8.
9. PENGKAJIAN
Primary survey merupakan suatu proses melakukan penilaiankeadaan pada korban
gawat darurat dengan menggunakan prioritasABCDE (Airway, Breathing,
Circulation. Disability, Exposure). Airway adalah suatu tindakan untuk mengatasi jika
ada sumbatan pada jalan nafasagar pasien dapat bernafas dengan baik.Breathing
dilakukan ketika pernafasan pasien tidak adekuat.Circulation merupakan tindakan
untukmengontrol adanya perdarahan dengan menilai tingkat kesadaran, warnakulit
dan nadi.Disability adalah tindakan untuk mengevaluasi systemneurologis pasien
dengan mengkaji tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.Exposure
pasien harus dibuka keseluruhan pakaian, kemudiandinilai pada keseluruhan bagian
tubuh.Secondary survey merupakan tindakan lanjutan yang dilakukansetelah primary
survey. Ada dua tindakan yaitu anamnesis
dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis dilakukan pngkajian mengenai data-data
pasien, sedangkan pemeriksaan fisik dilakukan pada keseluruhansystem pada tubuh
pasien. Ada 4 tahapan yang dilakukan
pada pemeriksaan fisik yaitu ,Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi.Inspeksi adalah
metode pemeriksaan pasien dengan melihat langsung seluruh
tubuh pasien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan.Palpasiadalahsuatutindakan
yang dilakukan dengan perabaan dan penekanan bagian tubuhdengan menggunakan
jari atau tangan.Perkusi tindakan pemeriksaandengan mendengarkan bunyi getaran
atau gelombang suara yangdihaantarkan kepermukaan tubuh dari bagian tubuh yang
diperiksa. Auskultasi pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkansua
ra yang dihasilkan oleh tubuh
PERTANYAAN
1.
2. Pasien di diagnosa dengan Hematotoraks ec trauma tumpul. Penatalaksanaan awal
yang diberikan kepada pasien adalahresusitasi yaitu dengan pemberian oksigenasi O2
sungkup 3-5 liter/menit, rehidrasi cairan IVFD RL 20 tetes per menit, pantau Hb serial,
pasien berbaring dalam posisi semi fowler, serta dapat dilanjutkan dengan
pemberian analgetik suppositoria sebanyak 2 buah, setelah pasien stabil dilakukan
tindakan untuk pengeluaran darah dari rongga pleura dengan pemasangan chest
tube yang dihubungakan dengan tabung berisi air (water shield drainage) dan
didapatkan darah dengan jumlah ± 300 cc saat pertama kali pemasangan. Diberikan
obat antifibrinolitik sebanyak 3 x 500 mg serta obat suportif lainnya berupa antibiotik
2x1 gr IV, vit K 3x1 gr IV, antihistamin 2x1 gr IV. Setelah dilakukan pemasangan WSD
dilakukan evaluasi, dimana keadaan pasien sudah cukup stabil, tekanan darah pasien
130/80 mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 26x/menit, suhu 36 0 C, SPO2 90%,
kemudian pasien dapat dipindahkan keruangan untuk dilakukan observasi.
KASUS
:
Seorang laki-laki umur 16 tahun dibawa ke IGD RSUD Salatiga dengan
keluhanpusing dan sesak napas setelah mengalami kecelakaan lalu lintas.
Pasien sedangmengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang lalu
ditabrak oleh motor lain daribelakang, pasien jatuh terguling guling di
aspal, pasien sempat pingsan lalu dibawa keRumah Sakit.Pada
pemeriksaan keadaan umum pasien sedang nampak somnolen
dannampak sesak, TD 100/65 mmHg, nadi 95x/menit, RR 26x/menit,
suhu afebris. GCSE3V5M6, pupil isokor 3mm/3mm, Reflek Cahaya (+),
status regio cephal : tampak VEdan hematom pada parietal kanan Ø3cm,
nyeri tekan (+), status regio torak : padainspeksi nampak jejas pada
torak dekstra, vocal fremitus kanan > kiri, nyeri tekan (+),hipersonor
pada region torak kanan, dan suara vesikuler kiri > kanan.
Hasil pemeriksaanradiologi menunjukkan fraktur inkomplit pada costa 5
dan 6 dekstra, ruang pleuradekstra translusen dengan tak tampaknya
gambaran pembuluh darah paru, sinuscostophrenicus kanan dan kiri
lancip, parenkim paru dekstra tampak mengecil/kolaps.
DI
AGNOS
I
S
:
Diagnosis tegak post WSD ( CKR dengan simple Hematopneumothorax)
PENANGANAN
:
Penanganannya meliputi initial assestment yaitu primary survey
(dilakukan pada traumayang mengancam jiwa, pertolongan ini dimulai
dengan airway, breathing, dancirculation). Pemasangan WSD (Water
Sealed Drainage), dan Pemberian Medikasiberupa Kalnex 500 mg untuk
membantu mencegah perdarahan lebih lanjut, Piracetam 2x 3 gram untuk
melindungi jaringan otak dan melancarkan peredaran darahmikrosirkuler
otak, Ketorolac 2 x 1 amp sebagai anti nyeri, dan cefotaxim 2x1gr
untukmencegah infeksi sekunder.
DI SKUS I
:
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat