You are on page 1of 37

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)


PT. MADUBARU PG-PS MADUKISMO

ASPEK K3 LINGKUNGAN KERJA, PELAYANAN


KESEHATAN KERJA, BAHAN KIMIA BERBAHAYA SERTA
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3 (SMK3)

PEMBINAAN CALON AHLI K3 UMUM


ANGKATAN KE VI

KELOMPOK 1:
AMIR AFRIZAL ILYADI
BAMBANG HERMAWAN
EKO MAULANA SYAPUTRA
IHYA HAZAIRIN NOOR
TAUFIK AKBAR YULIANTONO

PENYELENGGARA
UNIT PELATIHAN PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA, 3 DESEMBER 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat
serta karunia- Nya sehingga rekan-rekan pembinaan calon Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Umum (AK3U) dapat menyelesaikan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) dan laporan kerja di PT. Madubaru Pabrik Gula dan Pabrik
Spritus-Alkohol (PG-PS) Madukismo hari Kamis tanggal 01 Desember 2016
dengan tepat sasaran dan berdaya guna.
Laporan kerja ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3), khususnya mengenai aspek lingkungan
kerja, pelayanan kesehatan kerja, bahan kimia berbahaya serta penerapan
Sistem Manajemen K3 (SMK3) sehingga bisa memberikan tambahan informasi
bagi pembaca.
Rekan-rekan pembinaan calon Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Umum (AK3U) mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
1. Bapak Agus Sunaryo, selaku Kepala Sub Direktorat Pengawasan Norma
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PNK3) Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia
2. Unit Pelatihan Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Respati
Yogyakarta, selaku Penyelenggara Pembinaan Calon Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Umum.
Laporan Kerja ini merupakan seluruh cakupan kegiatan yang dilakukan
dan dijalani oleh penyusun selama observasi dilapangan dan mencari
referensi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) berdasarkan ketentuan
perundang-undangan. Penyusun menyadari akan segala kekurangan dan
keterbatasan dalam laporan kerja. Akhirnya semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 3 Desember 2016

Kelompok I Pembinaan Calon Ahli K3 Umum

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Maksud dan Tujuan ............................................................................. 6
C. Ruang Lingkup ..................................................................................... 6
D. Dasar Hukum ....................................................................................... 6
BAB II KONDISI PERUSAHAAN .............................................................. 8
A. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................ 8
B. Jalannya Observasi ........................................................................... 10
BAB III ANALISA..................................................................................... 11
A. Aspek Lingkungan Kerja .................................................................... 11
B. Aspek Pelayanan Kesehatan Kerja.................................................... 13
C. Aspek Bahan Kimia Berbahaya ......................................................... 14
D. Aspek Sistem Manajemen K3 (SMK3) ............................................... 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 32
A. Kesimpulan ........................................................................................ 32
B. Saran ................................................................................................. 32
REFERENSI ............................................................................................. 33
LAMPIRAN .............................................................................................. 34

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi di bidang industri dan perdagangan, menyebabkan
arus keluar masuk produk barang dan jasa antar negara lebih mudah dan cepat
sehingga persaingan akan semakin ketat. Persaingan yang ketat dalam rangka
merebut dan mempertahankan pasar telah menuntut dunia industri untuk dapat
memenuhi standar kualitas international global. Hal ini telah mendorong semakin
meningkatnya penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan kimia dalam
proses produksi, yang dapat menimbulkan resiko kecelakan akibat kerja yang
tinggi dan juga terjadi peningkatan jumlah intensitas sumber bahaya di tempat
kerja (Puspitasari, 2010).
Dampak positif dari kemajuan teknologi kita dapat menikmati hasil
teknologi yang berguna bagi kehidupan yang lebih baik dan mapan. Namun
dampak yang terjadi dari perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya
pengaruh negatif yang cukup besar. Sumber bahaya di tempat kerja dapat berupa
faktor fisik, kimia, biologis, psikologis, fisiologis, serta mental psikologis atau
tindakan dari manusia sendiri merupakan penyebab terjadinya kecelakaan akibat
kerja yang harus ditangani secara dini (Puspitasari, 2010).
Kecelakaan kerja selain menyebabkan kerugian langsung juga
menyebabkan kerugian secara tidak langsung yaitu kerugian pada kerusakan
mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan
dan lain-lain (Suma’mur, 1996).Kecelakaan kerja dapat menimbulkan kerugian
yang besar yang bermula dari kurang tanggapnya manajemen keselamatan
terhadap risiko yang ada di lingkungan kerja tersebut. Untuk menjamin
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja, sumber produksi, dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka
perusahaan perlu mengembangkan management risk yang didasarkan pada
identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang tersusun dalam program
keselamatan dan kesehatan kerja (Depnaker RI, 2007).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat

4
kerja. Sedangkan, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif
(Peraturan Pemerintah No. 50, 2012).
Potensi bahaya banyak terdapat di tempat kerja dan mengakibatkan
kerugian baik dari perusahaan, pekerja maupun orang lain yang ada di lingkungan
kerja. Salah satu upaya untuk mencegah hal tersebut adalah dengan menerapkan
suatu konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), seperti misalnya
pengendalian K3 di lingkup lingkungan kerja fisik, kesehatan kerja dan
pelayanannya, penanganan bahan kimia berbahaya serta penerapan Sistem
Manajemen K3 (SMK3).
Salah satu perusahaan yang cukup dikenal masyarakat Kota Yogyakarta
adalah PT. Madukismo atau yang sekarang disebut PT. Madubaru. PT. Madubaru
terletak di Desa Padokan,Tirtonirmolo,Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,
Propinsi D.I.Yogyakarta. Hasil utama pabrik tersebut adalah memproduksi gula
pasir dan alkohol (Pabrik Gula/PG-Pabrik Spritus dan Alkohol/PS). Dalam
mempertahankan kualitasnya, PT. Madubaru menerapkan ISO 9001:2008 Quality
Management System.
Pada kunjungan yang dilakukan pada tanggal 1 Desember 2016 di PT.
Madubaru dan dilakukan wawancara singkat terhadap salah satu perwakilan
pekerja diketahui bahwa secara umum ditemukan beberapa dampak positif dan
dampak negatif dari proses produksinya, PT. Madubaru. Dampak positif yang
ditemukan adalah dapat menghidupkan kegiatan ekonomi, memberikan lapangan
kerja dan bantuan-bantuan dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
(Corporate Social Responsibility/CSR). Sedangkan dampak negatifnya adalah
berpotensi mengakibatkan kecelakaan kerja dan penyakit kerja, baik pada pekerja
pabrik maupun pada orang lain yang ada di pabrik itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam penulisan laporan ini akan membahas dampak positif
serta negatif yang berkaitan dengan kondisi K3 di perusahaan, khususnya
mengenai aspek lingkungan kerja fisik, kesehatan kerja dan pelayanan, bahan
kimia berbahaya serta penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3).

5
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun maksud dan tujuan dilaksanakannya praktik kerja lapangan ini adalah
untuk:
1. Mengetahui gambaran penerapan dan kondisi K3 di tempat kerja,
khususnya mengenai aspek lingkungan kerja fisik, kesehatan kerja dan
pelayanan, bahan kimia berbahaya serta penerapan Sistem Manajemen K3
(SMK3).
2. Menerapkan dan mengaplikasikan ilmu serta informasi yang didapatkan
selama program pembinaan calon ahli keselamatan dan kesehatan kerja
umum, sekaligus mengasah kemampuan dan keterampilan penyusun
dalam bidang K3 di tempat kerja.

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang dibahas dalam laporan ini dikhususkan pada:
1. Aspek lingkungan kerja
2. Pelayanan kesehatan kerja
3. Bahan kimia berbahaya
4. Penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3)
5. kesehatan kerja dan pelayanan, bahan kimia berbahaya serta penerapan
Sistem Manajemen K3 (SMK3)

D. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Undang-undang No. 3 tahun tahun 1969 tentang persetujuan konvensi
organisasi perburuhan international nomor 120 mengenai higiene dalam
perniagaan dan kantor-kantor
4. Peraturan Pemerintah, 2012, PP No. 50 tahun 2012, Tentang Penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5. Peraturan Menteri perburuhan (PMP) No. 7 tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan, serta penerangan dalam tempat kerja
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia

6
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per-
01/Men/1976 tentang kewajiban latihan hygiene perusahaan, kesehatan
dan keselamatan kerja bagi dokter perusahaan
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi Nomor Per-01/Men/1979
tentang kewajiban latihan hygiene perusahaan, kesehatan dan
keselamatan kerja bagi paramedis perusahaan
9. Permenaker No. 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja
10. Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang kewajiban melapor
penyakit akibat kerja
11. Permenakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang pelayanan kesehatan
kerja
12. Permenakertrans No.Per. 13/Men/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja
13. Permenaker No. 26 tahun 2014 tentang penyelenggaraan penilaian
penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
14. Permenaker No.5 tahun 1985 tentang pesawat angkat-angkut.
15. Permenaker No. 3 tahun 1998 tentang tata cara pelaporan dan
pemeriksaan kecelakaan
16. Kepmenaker NO.1/Men/ Tahun 1998 tentang tata cara pelaporan dan
pemeriksaan pelaporan kecelakaan
17. Kepmenaker No.235/Men/2003 tentang jenis-jenis pekerjaan yang
membahayakan kesehatan, keselamatan atau moral anak.
18. Kepmenaker RI No.187/MEN/1999 Tentang Pengendalian bahan Kimia
berbahaya di tempat kerja
19. Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan


1. Lokasi Perusahaan
PT. Madukismo atau yang sekarang disebut PT. Madubaru. PT.
Madubaru terletak di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan
Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta. Hasil utama pabrik
tersebut adalah memproduksi gula pasir dan alkohol (Pabrik Gula/PG-Pabrik
Spritus dan Alkohol/PS).
2. Sejarah Perusahaan
Jika dirunut berdasarkan sejarahnya, pembangunan PT. Madubaru
dimulai pada tahun 1955 dengan kontraktornya yang bernama Machine
Fabriek Sangerhausen dari Jerman Timur. Masa konstruksi dilakukan selama
3 tahun dengan kapasitas rancangan 1.500 ton tebu perhari. Pembangunan
pabrik gula tersebut selesai pada tanggal 31 Maret 1958 dan diresmikan oleh
Presiden Soekarno pada tanggal 29 Mei 1958.
Proses produksi gula di pabrik tersebut dimulai pada tahun 1958,
sedangkan proses produksi spritus dan alkohol pada tahun 1959. Pada tahun
1962 pemerintah RI mengambil alih semua perusahaan yang ada di Indonesia
baik milik asing maupun swasta secara resmi. Setelah pengambilalihan
tersebut, pabrik berubah status menjadi PN (Perusahaan Negara) dan dikelola
dalam bentuk perseroan. Dalam memimpin pabrik, pemerintah membentuk
suatu Badan Pimpinan Umum Persatuan Perkebunan Negara (BPUPPN)
yang pada akhirnya dibubarkan pada tahun 1966. Dikarenakan pembubaran
tersebut, pihak pabrik memilih untuk merubah status menjadi Perseroan
Terbatas (PT), sehingga bentuk dari perusahaan yang membawahi PG. dan
PS diberi nama PT. Madubaru.
Pada tanggal 4 Maret 1985 PT. Madubaru dikelola kembali oleh
Departemen Pertanian, Departemen Keuangan, dan PT. Rajawali Nusantara
Indonesia yang ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia sebagai pengelola
berdasarkan konstituen manajemen yang ditandatangani oleh Direktur Utama
PT. Rajawali Nusantara Indonesia dengan saham sebesar 1/3 dan Sri Sultan
Hamengkubuwono X sebagai pemegang saham terbesar yaitu 2/3 pada

8
tanggal 14 Maret 1989. Sebagai pengelola, PT. Rajawali Nusantara Indonesia
menjadi patokan produk gula PT. Maduaru, PG-PS. Madukismo. Mulai
tanggal 24 Februari 2014 hingga sekarang, PT. Madubaru merupakan
perusahaan mandiri yang dikelola secara mandiri.
3. Lahan Produksi dan Tenaga Kerja
PT. Madubaru memiliki lahan untuk penanaman baku seluas 6000 HA
yang tersebar di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Pabrik
memulai proses penanaman bahan baku, yaitu tebu pada awal musim hujan
dan masa produksi atau penggilingan dimulai pada musim kemarau. Pabrik
memiliki jumlah pekerja tetap sebanyak ±400 orang dan ±1000 orang pekerja
kontrak. Ketika masa penggilingan, pabrik akan merekrut pekerja borongan
sebanyak 3000-3500 pekerja. Selama masa produksi, pabrik akan beroperasi
penuh selama 1 minggu dan 24 jam.
4. Produksi Perusahaan
Terkait dengan kapasitas produksi, PT. Madubaru memiliki kapasitas
bahan baku yang masuk sebesar 400.000 hingga 500.000 ton per tahun
dan dapat menghasilkan gula SHS sekitar ± 35.000 ton per tahun dengan
rendemen 7,0% hingga 8,5% dengan bahan pembantu yaitu batu gamping
dan belerang. Sedangkan pabrik alkohol dan spritud dengan bahan baku gula
tetes dari PG. Madukismo hingga ± 25.000 ton per tahunnya, sehingga bisa
menghasilkan alkohol hingga 8 juta liter per tahun dengan hasil dari
penyulingan dipasarkan berupa spiritus bakar maupun alkohol murni dan
bahan pembantu pupuk urea, NPK juga asam sulfat.
Sedangkan masa produksinya, pabrik gula bekerja sekitar 5-6 bulan
per tahun (24 jam/hari) secara terus menerus selama bulan Mei sampai
Oktober. Selain bulan tersebut, digunakan untuk memelihara mesin pabrik
dari overhaul, servis, revisi, perbaikan, penggantian dll. Adapun pada pabrik
spritus bekerja sekitar 9-11 bulan per tahun (24 jam/hari)
Produk utama yang dihasilkan oleh PT. Madubaru adalah gula kristal
putih. Produk kristal gula putih yang dihasilkan PT. Madubaru memiliki kualitas
SHS IA (Super Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih) dengan nilai
kemurnian yang melebihi 70. PT. Madubaru memiliki 3 jenis produk gula, yaitu
gula pasir yang dikemas dalam kemasan plastik 500 gr, gula pasir dalam
kemasan plastik 1 kg, dan dalam juga gula pasir yang dikemas dengan

9
kemasan karung 50 kg. Produk gula yang dihasilkan oleh PT. Madubaru telah
disesuaikan dengan standar yang diberikan oleh Pusat Penelitian Perkebunan
Gula Indonesia (P3GI).Sedangkan produk sampingan yang di dikelola oleh
PT. Madubaru. Produk samping ini berupa spiritus bakar dengan kadar murni
94% dan alkohol murni dengan kadar hingga 95%. Produk samping ini
dipantau oleh Balai Penelitian Kimia Departemen Perindustrian dan PT
Sucofindo Indonesia.
5. Pemasaran
Hasil produksi berupa gula akan dipasarkan di supermarket serta di
lelang ke beberapa perusahaan lain sedangkan hasil produksi berupa alkohol
dan spritus akan dijual kepada perusahaan atau instansi yang telah terdaftar
dan diakui oleh Departemen Keuangan Badan Bea dan Cukai.

B. Jalannya observasi
Observasi dilakukan pada hari Kamis, 01 Desember 2016 dimulai dari jam
09.45 sampai dengan jam 12.00. Pengamatan dilakukan pada 2 bangunan utama,
yaitu bangunan produksi serta bangunan pengepakan dan penyimpanan.Informasi
mengenai aspek lingkungan kerja fisik, kesehatan kerja dan pelayanan, bahan
kimia berbahaya serta penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) didapatkan baik
melalui pengideraan penulis maupun dengan wawancara kepada pekerja.
Wawancara yang dilakukan diacu dari kuesioner yang dibuat berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan aspek lingkungan kerja fisik,
kesehatan kerja dan pelayanan, bahan kimia berbahaya serta penerapan Sistem
Manajemen K3 (SMK3).

10
BAB III
ANALISA

Berdasarkan observasi lapangan di PG Madukismo ditemukan temuan-temuan beserta potensi bahaya yang ada terkait
aspek lingkungan kerja, pelayanan kesehatan kerja, bahan kimia berbahaya dan SMK3 sebagai berikut:
 TEMUAN POSITIF
A. ASPEK LINGKUNGAN KERJA
Lingkungan kerja yang diamati meliputi : lingkungan kerja fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologis.
ASPEK LINGKUNGAN KERJA DI PT. MADUBARU
Temuan Positif
No Aspek Temuan Lokasi Potensi Ketentuan Perundang- Rekomendasi
undangan
1 Lingkungan Kebisingan Mesin Tidak mengganggu Permenaker Pertahankan dan tingkatkan
Kerja Fisik rendah Penggilingan, konsentrasi dan No. Per. pengendalian kebisingan
mesin tidak menyebabkan 13/MEN/X/2011 tentang
evaporasi, ketulian Nilai Ambang Batas Faktor
mesin Fisika dan Faktor Kimia di
kristalisasi Tempat Kerja
Pasal 5
Suhu udara Unit Produksi Kenyamanan dalam Kepmenkes No. Pertahankan
normal bekerja, tidak 1405/MENKES/SK/XI/2002
mudah dehidrasi tentang Persyaratan
dan lelah Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan

11
Industri
2 Lingkungan Memindahkan Unit Produksi Penggunaan alat Permenaker No. Agar perusahaan
Kerja barang untuk mengangkut Per.05/MEN/1985 tentang mempertahankan hal tersebut
Ergomoni barang memakai pesawat angkat angkut
dan bantuan pesawat
Psikologi angkat-angkut
Beban kerja Unit Produksi Perusahaan banyak Permenaker No. Agar lebih mempertahankan
fisik tidak menggunakan Per.05/MEN/1985 tentang
terlalu mesin pesawat angkat angkut
berlebihan
Lantai Di Unit Produksi Lantai yang licin, Kepmenaker Jika bisa ada pegawai yang
Ruang akibatnya pekerja No.235/Men/2003 tentang khusus atau pokja untuk
Penyimpanan akan mengalami jenis-jenis pekerjaan yang mengatasi hal tersebut.
dan Produksi kecelakaan dan membahayakan
menimbulkan kesehatan, keselamatan
proses produksi atau moral anak
terhambat
Pengangkutan Unit produksi Cara mengangkat Permenaker No. Mengadakan pelatihan untuk
barang barang secara Per.05/MEN/1985 tentang para pekerja
manual pesawat angkat angkut

12
B. PELAYANAN KESEHATAN KERJA

ASPEK KONDISI PELAYANAN KESEHATAN KERJA


No Temuan Lokasi Potensi Bahaya Ketentuan Rekomendasi
Perundangan
1 Poliklinik Poliklinik Ambulance dapat keluar- Permenakertrans No. Dipertahankan dan diberi tanda
dekat dengan masuk dengan mudah Per 15/Men/2008 jelas
jalan keluar pasal 7 tentang
pertolongan pertama
pada kecelakaan kerja
ditempat kerja.
2 Poliklinik Poliklinik Pencahayaan dan Peraturan Menteri Dipertahankan dan dibersihkan
bersih dan kebersihan di klinik sudah perburuhan (PMP) No. setiap hari
pencahayaan baik 7 tahun 1964 pasal 4
cukup dan pasal 14
Tentang syarat
kesehatan, kebersihan
serta penerangan
dalam tempat kerja.
3 Poliklinik Poliklinik Terdapat papan nama Permenakertrans No. Dipertahankan dan dirawat
diberi tanda klinik dengan jelas Per 15/Men/2008
yang jelas pasal 7 tentang
dengan pertolongan pertama
papan nama pada kecelakaan kerja
dan mudah ditempat kerja.
dilihat

4 Terdapat Poliklinik Mempermudah tenaga Permenakertrans No. Dipertahankan dan obat-obatan di

13
apotek kerja dalam memperoleh Per 15/Men/2008 apotek harus rutin diganti apabila
pelayanan kesehatan pasal 9 tentang sudah kadaluarsa
khususnya terkait obat. pertolongan pertama
pada kecelakaan kerja
ditempat kerja.
5 Terdapat Parkiran Perusahaan mempunyai 3 Permenakertrans No. Dipertahankan dan sering di rawat
mobil unit mobil ambulance Per 15/Men/2008 agar ambulance tidak cepat rusak
ambulance pasal 11 tentang
pertolongan pertama
pada kecelakaan kerja
ditempat kerja.

C. BAHAN KIMIA BERBAHAYA


ASPEK BAHAN KIMIA BERBAHAYA
No. Temuan Lokasi Potensi Peraturan Rekomendasi
Temuan Perundangan K3
1 Pembuangan Tempat Bahan Kimia berbahaya baik UU No.1 th 1970 Harus ditingkatkan dan di
Limbah yang Pengolah yang berupa gas, Cair dan Pasal 3 Pertahankan
baik Limbah Padat di olah terlebih dahulu Tentang :
agar tidak membayakan bagi Mencegah dan
lingkungan sekitar mengendalikan timbul
atau menyebar
luasnya suhu,
kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap,
gas, hembusan

14
angina, cuaca, sinar
radiasi, suara, dan
getaran.

2 Penyimpanan Gudang Urea dan NPK yang beracun Kepmenaker RI Harus dipertahankan dan
bahan baku Penyimpanan dan berbahaya bagi No.187/MEN/1999 dipelihara
Kimia Urea dan pernafasan apabila menghirup Tentang :
berbahaya NPK terlalu lama disimpan dalam Pengendalian bahan
yang sudah gudang Khusus dan terisolasi Kimia berbahaya di
memenuhi tempat kerja
standar
keamanan
bagi pekerja
3 Penyediaan Diseluruh Perusahaan dengan potensi Kepmenaker RI Harus Dipelihara dan
LDKB dan area Pabrik bahaya besar wajib No.187/MEN/1999 dipertahankan
Label menyediakan Lembar data Tentang :
keselamatan bahan (LDKB) Pengendalian bahan
dan Label dan perusahaan ini Kimia berbahaya di
sudah melakukannya tempat kerja

15
D. SISTEM MANAJEMEN K3 (SMK3)
ASPEK KONDISI SISTEM MANAJEMEN K3 DI PT. MADUBARU
Temuan Positif
No Temuan Lokasi Potensi Ketentuan Perundang- Rekomendasi
undangan
1. Perusahaan - Pihak manajemen pabrik PP 50 tahun 2012 tentang Pertahankan dan
telah memiliki mengaku telah memiliki Penerapan Sistem tingkatkan
kebijakan K3 kebijakan K3 dan memiliki Manajemen K3
komitmen terhadap K3.
Lampiran II
Kriteria 1.1.1
2. Perusahaan - Pihak manajemen pabrik PP no 50 tahun 2012 Pertahankan dan
telah memiliki menyatakan bahwa ketua P2K3 tentang Penerapan Sistem tingkatkan
organisasi P2K3 adalah pimpinan perusahaan, Manajemen K3
dan struktur dengan sekretaris adalah ahli K3 Lampiran II
P2K3 telah umum dan memiliki anggota 14 Kriteria 1.4.3 s/d 1.4.5
sesuai dengan orang. Dengan adanya P2K3,
perundang- maka akan semakin &
undangan memudahkan perusahaan dalam
pelaksanaan program-program Permenaker no 4 Tahun
K3 ditempat kerja. 1987
Pasal 3 tentang Panitia
Pembinaan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja
(P2K3) serta Tata Cara
Penunjukan Ahli
Keselamatan dan

16
Kesehatan Kerja (AK3)

3. Pabrik secara Area Pabrik melakukan proses PP 50 tahun 2012 tentang Pertahankan dan
berkala produk maintenance ketika masa Penerapan Sistem tingkatkan
melakukan si giling/masa produksi telah Manajemen K3
proses selesai. Proses ini dilakukan 1x Lampiran II
maintenance dalam setahun. Proses Kriteria 6.5.1
sarana produksi maintenance akan bermanfaat
(sepeti mesin untuk mencegah terjadinya
giling, boiler,dsb) kerusakan pada sarana produksi
serta memerpanjang usia dari
sarana produksi
4. Sarana dan Area Pihak pabrik menyatakan bahwa, PP 50 tahun 2012 tentang Pertahankan dan
peralatan produk sarana produksi yang digunakan, Penerapan Sistem tingkatkan
produksi pabrik si meliputi pesawat uap, pesawat Manajemen K3
memiliki sertifikat angkat dan angkut maupun Lampiran II
yang masih bejana tekan telah memiliki Kriteria 6.5.3
berlaku sesuai sertifikat/ijin pengesahan
persyaratan dan pemakaian. Adapun penggunaan Permenaker No 1 Tahun
peraturan maupun operasinya juga telah 1982 tentang Bejana
mengacu pada peraturan Tekan dan
perundang-undangan. Permenaker No 5 Tahun
1985 tentang Pesawat
Angkat Angkut dan
Undang-Undang uap
Tahun 1930 (Stoom
Ordonnantie)
5. Pabrik telah Seluruh Pihak manajemen pabrik PP 50 tahun 2012 tentang Pertahankan dan

17
mengidentifikasi area menyatakan bahwa telah Penerapan Sistem tingkatkan
keadaan darurat mendata beberapa potensi Manajemen K3
yang mungkin bahaya yang dapat Lampiran II
terjadi, misalnya menyebabkan kondisi gawat Kriteria 6.7.2
kebakaran dan darurat, seperti kebakaran dan
ledakan. peledakan.
6. Terdapat Seluruh Pihak manajemen pabrik PP 50 tahun 2012 tentang Pertahankan dan
petugas area menyatakan bahwa telah Penerapan Sistem tingkatkan
penanganan membentuk tim/regu pemadam Manajemen K3
keadaan darurat, kebakaran yang ketentuannya Lampiran II
yaitu regu telah mengacu pada peraturan Kriteria 6.7.4 dan
pemadam perundang-undangan Kepmenaker No.186
kebakaran. tahun 1999 tentang Unit
Penanggulangan
Kebakaran di Tempat
Kerja
7. Perusahaan Area Pihak manajemen menyatakan PP 50 tahun 2012 tentang Pertahankan dan
telah melakuka pabrik bahwa pemantauan/pengukuran Penerapan Sistem tingkatkan
pemantauan/pen lingkungan kerja dilakukan Manajemen K3 Lampiran
gukuran bekerja sama dengan Badan II
lingkungan kerja, Lingukungan Hidup (BLH) Kriteria 7.2.1 s/d 7.2.3
terutama terkait
dengan
kebisingan dan
limbah sisa
produksi
8. Pabrik memiliki - Data K3 yang dikumpulkan pabrik PP 50 tahun 2012 tentang Pertahankan dan
data K3 yang meliputi data mengenai Penerapan Sistem tingkatkan

18
diperbaharui kecelakaan kerja dan data Manajemen K3
setiap tahunnya pemantauan lingkungan kerja. Lampiran II
Kriteria 10.2.1

 TEMUAN NEGATIF
A. ASPEK LINGKUNGAN KERJA
ASPEK LINGKUNGAN KERJA DI PT. MADUBARU
Temuan Negatif
No Aspek Temuan Lokasi Potensi Bahaya Ketentuan Perundang- Rekomendasi
undangan
1 Lingkungan Pencahayaan Unit Pekerja tidak dapat Kepmenkes No. Disarankan menambah sumber
Kerja Fisik di Bangunan Produksi meilhat dengan baik, 1405/MENKES/SK/XI/2002 cahaya baik alami maupun
Produksi banyak bayangan tentang Persyaratan buatan.
kurang dan menambah Kesehatan Lingkungan
resiko kecelakaan Kerja Perkantoran dan
seperti menabrak Industri
dan terpeleset
Sirkulasi Unit Bangunan produksi PMP No 7 Tahun 1964 Disarankan menambah air intake
udara di Produksi menjadi pengap dan tentang Syarat Kesehatan, agar sirkulasi baik
Bangunan mempengaruhi iklim Kebersihan Serta
Produksi kerja Penerangan dalam
kurang baik Tempat Kerja Pasal 5
Kelembaban Unit Ketidaknyamanan Kepmenkes No. Disarankan mengatur sistem

19
ruangan tinggi Produksi dan gangguan 1405/MENKES/SK/XI/2002 pengeluaram uap air dari mesin
pernafasan tentang Persyaratan produksi
Kesehatan Lingkungan
Kerja Perkantoran dan
Industri
Getaran yang Unit Kelelahan otot, Permenaker Bila dimungkinkan mengganti
cukup kuat di Produksi kejang otot, tremor, No. Per. alat yang tidak menimbulkan
Bangunan gangguan fungsi 13/MEN/X/2011 tentang getaran atau menjauhkan
Produksi tulang Nilai Ambang Batas Faktor sumber getaran
Fisika dan Faktor Kimia di
Tempat Kerja
Pasal 6
Bau dari Mesin Konsentrasi PMP No 7 Tahun 1964 Pemasangan air intake fan dan
proses evaporasi terganggu dan tentang Syarat Kesehatan, exhaust fan dapat membuang
evaporasi dan dan mesin gangguan Kebersihan Serta bau di dalam bangunan
kristalisasi kristalisasi pernafasan Penerangan dalam
gula sangat Tempat Kerja Pasal 2
menyengat
2 Lingkungan Sampah tebu Lingkungan Aroma tidak sedap PMP No 7 Tahun 1964 Perlu diadakan pembersihan
Kerja sekitar dan gangguan tentang Syarat Kesehatan, berkala pada lingkungan Pabrik
Biologis pabrik kesehatan Kebersihan Serta Gula
Penerangan dalam
Tempat Kerja pasal 3

Genangan air Lingkungan Bisa menjadi sarang PMP No 7 Tahun 1964 Perlu diadakan pembersihan
sekitar nyamuk dan hewan tentang Syarat Kesehatan, berkala pada lingkungan Pabrik

20
pabrik lain yang berbahaya Kebersihan Serta Gula dan pemasangan konblok
Penerangan dalam atau cor di tempat dengan
Tempat Kerja pasal 3 potensi genangan air

3 Lingkungan Stasiun kerja Unit Mengakibatkan Permen Perburuhan No.7 Memperbaiki stasiun kerja
Kerja tidak sesuai Produksi kelelahan dan tahun 1964 tentang Syarat dengan antropometri pekerja
Ergonomi dengan postur penyakit akibat kerja Kesehatan, Kebersihan
dan pekerja Serta Penerangan dalam
Psikologi Tempat Kerja
Pekerja tidak Unit Mengakibatkan UU No.1 Tahun 1970 Mewajibkan pekerja untuk
memakai Alat Produksi kecelakaan kerja Pasal 13 tentang menggunakan alat pelindung diri
Pelindung Diri dan Keselamatan Kerja dan
sarung gudang permenaker 04/men/1985
tangan, tentang pesawat tenaga
helmet, dan dan produksi pasal 1 point
safety shoes (n).
Penerapan 5R Produksi Tidak menerapkan PP No 50 tahun 2012 Agar menerapkan 5R sehingga
dan dilihat dari Pemantauan/pengukuran hasil produksi semakin
Gudang banyaknya tempat lingkungan kerja meningkat
yang tidak bersih,
rapi dan
Tidak bekerja Gudang Sikap kerja yang Permenaker Bekerja secara ergonomis
secara salah akibatnya No.1/Men/1981 tentang
ergonomis cedera pada tulang kewajiban melapor
punggung, sendi- penyakit akibat kerja
sendi sehingga bisa

21
menjadi penyakit
akibat kerja
Kasus Semua unit Hal ini mungkin Permenaker no. 3/men Perusahaan agar memperbaiki
Kecelakaan diakibatkan karena /1998 pasal 1 tentang tata sistem waktu shift kerja yang
kerja kelelahan hal ini cara pelaporan dan sesuai agar pekerja tidak
perjalanan dipicu karena sistem pemeriksaan kecelakaan mengalami kelelahan kerja yang
pulang-pergi kerja d pabrik shift berakibat pada kecelakaan.
dari rumah ke kerja pekerja lebih
kantor cepat mengalami
kelelahan
Jaminan Pekerja Pekerja borongan Permenaker No.1/MEN/ Kiranya perusahaan
kejelasan Borongan yang kejelasan 1998 Bab III Pasal 4 mempertimbangkan masalah
kerja bagi kerjanya masih tentang penyelenggaraan jaminan kesehatan tersebut
pekerja belum jelas setelah kesehatan bagi tenaga
borongan perusahaan selesai kerja dan jaminan sosial
belum jelas produksi. tenaga kerja

22
B. ASPEK PELAYANAN KESEHATAN KERJA
ASPEK KONDISI PELAYANAN KESEHATAN KERJA
No Temuan Lokasi Potensi Ketentuan Rekomendasi
Perundangan
1 Kotak P3K Poliklinik Persediaan kotak P3K Permenakertrans Jumlah kotak P3K di perbanyak sesuai
yang masih yang masih sedikit No. Per jumlah tenaga kerja
sedikit jumlahnya sehingga 15/Men/2008 pasal
jumlahnya tidak mencukupi dengan 8 tentang
jumlah tenaga kerja. pertolongan
pertama pada
kecelakaan kerja
ditempat kerja.
2 Kotak P3K Area Kotak P3K hanya di Permenakertrans Segera diperbanyak jumlahnya dan
hanya penggilin area tertentu sehingga No. Per penempatannya harus strategis.
terdapat gan sulit di akses oleh 15/Men/2008 pasal
diruang pekerja. 8 tentang
kantor pertolongan
pertama pada
kecelakaan kerja
ditempat kerja.
3 Dokter umum Poliklinik Apabila terjadi Permenaker No. Dokter dan paramedis harus
dan kecelakaan kerja atau 01/Men/1979 pasal mendapatkan pelatihan hyperkes.
paramedis penyakit akibat kerja 1 tentang latihan
belum dokter umum dan hyperkes bagi
mendapat paramedis tidak paramedis
pelatihan mengetahui dengan perusahaan dan
hyperkes pasti penyebab Permenaker No.

23
penyakitnya. 01/Men/1976
tentang latihan
hyperkes bagi
dokter perusahaan
4 Tidak Semua Apabila terjadi kejadian Permenakertrans Memberikan pelatihan secara rutin dan
dilakukan area kecelakaan kerja, No. Per berkala kepada pekerja khususnya
pelatihan kerja pekerja tidak 15/Men/2008 pasal terkait pelatihan P3K.
P3K mengetahui cara 3 ayat (4) tentang
memberikan pertolongan
pertolongan pertama pertama pada
kecelakaan kerja
ditempat kerja.
5 Tidak adanya Poliklinik Poliklinik perusahaan Permenaker No. Melakukan pemeriksaan kesehatan
pemeriksaan tidak melakukan 02/Men/1980 pasal awal, berkala dan khusus kepada
kesehatan pemeriksaan kesehatan 1 tentang pekerja kontrak agar diketahui riwayat
awal, berkala, awal, berkala, dan pemeriksaan kesehatan pekerja tersebut.
dan khusus khusus. Sehingga, kesehatan tenaga
kepada pekerja yang setelah kerja dalam
pekerja masa panen berakhir, penyelenggaraan
kontrak. tidak dapat mengetahui keselamatan kerja
riwayat kesehatannya.

24
C. ASPEK BAHAN KIMIA BERBAHAYA
No. Temuan Lokasi Potensi Bahaya Peraturan Rekomendasi
Temuan Perundangan K3
1 Belum adanya Diseluruh Industri yang menggunakan Kepmenaker Perusahaan harus mempekerjakan Ahli
ahli K3 Spesialis area bahan Kimia berbahaya No.04/MEN/1987 K3 Kimia
Kimia Pabrik wajib mempunyai Ahli K3 Tentang :
Spesialis Kimia Panitia Pembinaan
Keselamatan dan
kesehatan kerja
(P2K3) serta tata
cara Penunjukan
Ahli K3

2 Rendahnya Ruang Pekerja yang bekerja di UU No.1 th 1970 Perlunya Edukasi tambahan untuk para
kesadaran Produksi sekitar Evaporator tidak Pasal 3 Pekerja
pemakaian APD menggunakan APD yang Tentang :
di sekitar bahan sesuai (padahal dalam Memberikan alat-
berbahaya Evaporator terkandung gas alat perlindungan
sulfur yang berbahaya bila diri pada para
terhirup dalam waktu lama pekerja

25
D. SISTEM MANAJEMEN K3 (SMK3)
ASPEK KONDISI SISTEM MANAJEMEN K3 DI PT. MADUBARU
Temuan Negatif
No Temuan Lokasi Potensi Ketentuan Rekomendasi
Perundang-
undangan
1. Organisasi P2K3 - Tim P2K3 belum secara rutin PP 50 tahun 2012 Melakukan kegiatan pertemuan
belum mengadakan pertemuan dan tentang Penerapan secara rutin, baik dengan
mengadakan akan dilakukan pertemuan Sistem Manajemen melakukan meeting, workshop
pertemuan ketika ada hal-hal yang dirasa K3 maupun lain sebagainya, yang
secara teratur perlu dan penting untuk Lampiran II hasilnya disebarluaskan kepada
dibahas. Hal ini akan Kriteria 1.4.8 pekerja.
mengurangi kinerja dan
pemanfaatan fungsi dari
organisasi P2K3 itu sendiri
2. Informasi terkait Seluruh Informasi terkait K3, seperti PP 50 tahun 2012 Membuat informasi terkait K3
K3 di lingkungan area pemberian safety induction tentang Penerapan yang diletakan pada posisi yang
kerja masih kepada visitor belum Sistem Manajemen strategis agar dapat dilihat
sangat dilakukan. K3 seluruh pekerja maupun orang
minim/sedikit Pemasangan poster, rambu- Lampiran II lain yang ada ditempat kerja.
rambu, tanda bahaya, Kriteria 2.4.1
pelabelan jumlahnya minim,
ditempatkan pada area yang
kurang strategis dan terlihat
usang. Hal ini akan
menyebabkan informasi terkait
bahaya ditempat kerja

26
maupun informasi lainnya
yang bersifat preventif tidak
efektif.
3. SOP tidak Area Prosedur/petunjuk kerja atau PP 50 tahun 2012 Prosedur kerja, petunjuk kerja
ditempatkan di produksi SOP dipegang oleh mandor tentang Penerapan dan SOP seharusnya diletakan di
area yang tempat kerja. Hal ini akan Sistem Manajemen area atau tempat yang mudah
mudah dilihat mengakibatkan pekerja hanya K3 dilihat dan diakses oleh pekerja
dan diakses oleh akan bekerja sesuai dengan Lampiran II
pekerja pengetahuannya saja tanpa Kriteria 2.2.2 dan
mengetahui prosedur yang 2.2.3
tepat dan aman.
4. Sebagian besar Area Manajemen menyatakan telah PP 50 tahun 2012 Menyediakan APD yang sesuai
pekerja belum produksi menyediakan APD yang tentang Penerapan dengan kebutuhan, melakukan
menggunakan sesuai bagi pekerja namun Sistem Manajemen training tentang penggunaan
APD ketika ketika observasi dilakukan K3 APD dan membuat kebijakan
berada di tempat hampir tidak ditemukan Lampiran II yang tegas terkait dengan
kerja pekerja yang menggunakan Kriteria 6.1.6 pemberian sanksi kepada
APD. Hal ini diakibatkan pekerja yang tidak menggunakan
kurangnya ketegasan oleh APD saat bekerja.
pihak manajemen
perusahaan. Hal ini
dikhawatirkan akan
meningkatkan potensi
terjadinya kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja
5. Pengawasan Area Kegiatan pengawasan yang PP 50 tahun 2012 Melakukan tindakan
yang dilakukan produksi dilakukan oleh mandor hanya tentang Penerapan perbaikan/menegaskan
oleh supervisor sebatas melakukan Sistem Manajemen tanggung jawab dari mandor,

27
(mandor) di pengecekan “ada atau tidak” K3 karena selain mengawasi proses
masing-masing adanya pekerja di unit, bukan Lampiran II kerja, mandor juga bertanggung
unit kerja masih kegiatan pengawasan yang Kriteria 6.2.1 jawab untuk melakukan
kurang bersifat menjamin setiap pengawasan terhadap
pekerjaan dilakukan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
aman. Hal ini dikhawatirkan tepat dan aman demi mencegah
akan meningkatkan potensi terjadinya kecelakaan serta
terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja
penyakit akibat kerja
6. Belum Area Area dengan ijin masuk PP 50 tahun 2012 Pembuatan ijin tertulis, rambu-
ditemukan produksi terbatas seperti ruang panel tentang Penerapan rambu dan melakukan
adanya dan ruang kendali alat angkut Sistem Manajemen penguncian pada ruang-ruang
pengendalian tidak dilakukan pengendalian K3 tertentu agar mencegah
atas daerah atau yang dapat berupa ijin tertulis, Lampiran II munculnya dampak negatif yang
tempat dengan penguncian, rambu-rambu dll. Kriteria 6.4.2 tidak diinginkan.
pembatasan ijin Hal ini akan berpotensi
masuk terjadinya penyalahgunaan
alat.
7. Rambu-rambu Area Rambu-rambu K3 masih PP 50 tahun 2012 Penambahan rambu-rambu K3 di
K3 belum produksi kurang di area kerja. Seperti tentang Penerapan tempat kerja yang sesuai dengan
terpasang sesuai tanda jalur evakuasi, Sistem Manajemen ketentuan perundang-undangan.
dengan standar assembly poin, rambu APAR, K3
dan pedoman arahan pintu darurat dll. Hal ini Lampiran II
teknis akan menyebabkan informasi Kriteria 6.4.4
terkait bahaya ditempat kerja
maupun informasi lainnya
yang bersifat preventif tidak
efektif.

28
8. Tidak ada Area Berdasarkan observasi, kotak PP 50 tahun 2012 Pembuatan prosedur dan sign
prosedur tentang produksi panel untuk mengontrol tentang Penerapan tentang LOTO yang sesuai
lock-out dan tag- aktivitas pesawat produksi Sistem Manajemen dengan ketentuan perundang-
out (LOTO) tidak dikunci, sebagian K3 undangan.
dibiarkan terbuka dan Lampiran II
sebagian lainnya kunci tetap Kriteria 6.5.7
melekat pada kotak panel. Hal
ini akan berpotensi terjadinya PP 50 tahun 2012
penyalahgunaan alat. tentang Penerapan
Sistem Manajemen
K3
Lampiran II
Kriteria 6.5.8
9. Belum terlihat Area Belum ditemukan adanya PP 50 tahun 2012 Melakukan rancangan dan
adanya rambu- pabrik rambu, seperti arah panah tentang Penerapan membuat prosedur keadaan
rambu terkait menuju pintu keluar, peta Sistem Manajemen gawat darurat yang terlihat
dengan keadaan evakuasi, titik kumpul atau K3 secara jelas dan diketahui oleh
gawat darurat asembly point. Hal ini Lampiran II seluruh pekerja di perusahaan
dikhawatirkan akan Kriteria 6.7.5 dan sesuai dengan ketentuan
menyebabkan kepanikan perundang-undangan
karena ketidaktahuan arah
maupun petunjuk jika
seandainya terjadi keadaan
gawat darurat.
10. Posisi APAR Seluruh Posisi dan letak APAR dtidak PP 50 tahun 2012 Melakukan pengadaan dan
tidak sesuai area sesuai karena terdapat tentang Penerapan perancang ulang terkait jumlah,
dengan beberapa APAR yang Sistem Manajemen posisi dan penempatan APAR
ketentuan posisinya sulit untuk K3 yang sesuai dengan ketentuan

29
dijangkau. Selain itu jumlah Lampiran II perundang-undangan.
APAR dirasa tidak sesuai Kriteria 6.7.7
dengan ketentuan. Peletakan
APAR juga tidak disertai
dengan penambahan segitiga
APAR. Dikhawatirkan hal ini
akan mengurangi keefektifan
pemadaman jika seandainya
terjadi kebakaran.
11. Belum Area Kotak P3K tidak ditemukan di PP 50 tahun 2012 Melakukan pengadaan kotak
ditemukan kotak produksi area produksi, ketika tentang Penerapan P3K yang jumlah dan isi dari
P3K dikonfirmasi kepada pihak Sistem Manajemen kotak tersebut memenuhi
manajemen, kotak P3K K3 peraturan perundang-undangan,
ternyata diletakan di kantor. Lampiran II standar dan pedoman teknis.
Hal ini akan mengakibatkan Kriteria 6.8.1
keterlambatan penanganan
dini jika seandainya terjadi
kecelakaan maupun penyakit
akibat kerja.
12. Dokter yang - Pemeriksa kesehatan pekerja PP 50 tahun 2012 Melakukan sertifikasi dokter
bekerja di klinik seharusnya dilakukan oleh tentang Penerapan perusahaan sesuai dengan
perusahaan dokter perusahaan yang telah Sistem Manajemen ketentuan perundang-undangan.
adalah dokter tersertifikasi Hiperkes dan K3
umum mendapatkan surat Lampiran II
penunjukan dari DIRJEN Kriteria 7.4.3
BINWAS Ketenagakerjaan.
Dikhawatirkan, dokter yang Permenaker No 1
belum tersertifikasi Hiperkes tahun 1976 tentang

30
hanya melihat kecelakaan dan Kewajiban Latihan
penyakit sebagai “akibat” dari Hiperkes Bagi
sudut pandang medis dan Dokter Perusahaan
tidak menelusuri “sebab” dari
terjadinya kecelakaan maupun
penyakit akibat kerja
13. Belum adanya Seluruh Pabrik belum memiliki PP 50 tahun 2012 Merancang suatu mekanisme
prosedur tata area mekanisme dan prosedur tentang Penerapan dan prosedur pelaporan jika
cara pelaporan pelaporan bahaya di tempat Sistem Manajemen pekerja merasa atau
bahaya ditempat kerja, dan ketika ditanyakan K3 menemukan potensi bahaya di
kerja pekerja juga belum pernah Lampiran II tempat dirinya bekerja yang
melakukan pelaporan Kriteria 8.1.1 mengacu dan sesuai dengan
sumber/potensi bahaya di ketentuan perundang-undangan.
tempatnya bekerja. Hal ini
akan menghambat program
dari pengidentifikasian potensi
bahaya ditempat kerja

31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Masih banyak aspek-aspek K3 lingkungan kerja yang belum baik, baik aspek
fisik, kimia, biologis, ergonomi, maupun psikologi.
2. Penyediaan kotak obat P3K masih sedikit jumlahnya dan tenaga kesehatan
seperti dokter dan paramedis belum mendapatkan pelatihan hyperkes.
3. PT Madubaru sudah mempunyai tempat khusus penyimpanan bahan kimia
berbahaya, tetapi belum mempunyai ahli K3 khusus kimia.
4. Penerapan SMK3 di PT Madubaru masih terdapat kekurangan dan belum
sesuai perundang-undangan yang berlaku.

B. SARAN
1. Meningkatkan komitmen manajemen terhadap pelaksanaan keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) serta melakukan pengecekan kualitas
lingkungan kerja secara berkala, agar lebih baik lagi kedepannya.
2. Perlunya pemeliharaan mengenai fasilitas K3 yang sudah tersedia serta
pemenuhan dan penyediaan jumlah kotak P3K beserta isinya sesuai
dengan jumlah tenaga kerja dan ketentuan perundang-undangan.
3. Mengutus pekerja yang dianggap memiliki kompetensi dibidang kimia
untuk mengikuti pembinaan dan sertifikasi sebagai ahli K3 spesialis kimia.
4. Meningkatkan program penyelenggaraan SMK3 yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga program K3 dapat
terintegrasi dengan baik demi mencapai target zero accident.

32
REFERENSI

Depnakertrans RI. 2007. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Ketenagakerjaan.


Jakarta.

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Peraturan Pemerintah, 2012, PP No. 50 tahun 2012, Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jakarta.

Puspitasari, N., 2010, Hazard Identifikasi Dan Risk Assesment Dalam Upaya Mengurangi
Tingkat Risiko Di Bagian Produksi PT. Bina Guna Kumia Ungaran Semarang,
Laporan Khusus, Program Diploma Hiperkes Dan Keselamatan Kerja, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta.

Modul Ahli K3 Umum tentang Pengawasan Norma Kesehatan Kerja

Modul Ahli K3 Umum tentang Pengawasan Norma K3 Lingkungan Kerja dan Bahan
Berbahaya

Suma’mur, 1996. Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta ; PT. Toko
Gunung Agung.

33
DOKUMENTASI

A. Kondisi Mesin Produksi dan Lingkungan Kerja

34
B. Perilaku Pekerja dan Pelayanan Kesehatan Kerja di Perusahaan

35
C. Rambu-rambu K3 dan APAR

36
D. Sistem instalasi

37

You might also like