Professional Documents
Culture Documents
Kejang Demam
Kejang Demam
Pembimbing :
dr. Rosida Sihombing Sp.A
Disusun oleh :
Elfa Satri - 030.13.221
Elfa Satri
030.13.221
Pembimbing I
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan segala
limpahan rahmat, kasih sayang dan ridho-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul ”Kejang Demam Kompleks”.
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik departemen
Ilmu Kesehatan Anak Studi Pendidikan Dokter Universitas Trisakti di Rumah
Sakit Budhi Asih.
Dengan selesainya laporan kasus ini penulis mengucapkan terima kasih
yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu meyelesaikan
laporan kasus ini terutama kepada:
1. dr. Rosida Sihombing Sp.A selaku pembimbing yang telah memberi
masukan dan saran dalam penyusunan laporan kasus ini.
2. Teman-teman yang turut membantu penyelesaian laporan kasus ini.
3. Serta pihak-pihak lain yang bersedia meluangkan waktunya untuk
membantu penulis.
Karena keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini
masih belum sempurna, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat
membangun sangatlah penulis harapkan untuk menyempurnakan laporan kasus ini
di kemudian hari, Terlepas dari segala kekurangan yang ada penulis berharap
semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Pasien
Nama : An.B
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cipinang muara RT/RW 10/01,
Jatinegara, Jakarta
Usia : 17 bulan
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 21 Oktober 2018
Pendidikan : -
Ayah
Nama : Tn, S
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cipinang muara RT/RW 10/01,
Jatinegara, Jakarta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Ibu
Nama : Ny, C
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cipinang muara RT/RW 10/01,
Jatinegara, Jakarta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal masuk RS : 28 Maret 2018 pukul 04:43 WIB di IGD
RSUD Budhi Asih Jakarta
2
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara allo-anamnesis dengan ibu pasien pada tanggal
28 Maret 2018 pukul 20.00 WIB di Ruang Dahlia Timur lantai 6 RSUD
Budhi Asih Jakarta.
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan kejang sejak 2 hari SMRS.
Keluhan Tambahan :
Ibu pasien mengatakan pasien demam sejak 2 hari SMRS. Batuk
sejak 3 hari SMRS dan pilek sejak 3 hari SMRS.
3
memberikan obat apapun untuk menghentikan kejangnya, setelah kejang
ibu pasien memberikan obat paracetamol. Ibu pasien mengatakan setelah
kejang pasien muntah 1 kali, gerak pasien aktif, tidak ada perubahan
perkembangan.
Ibu pasien juga mengatakan terdapat batuk berdahak sejak 3 hari
yang lalu. Dahak berwarna kuning kehijauan. Pilek dengan sekret cair dan
encer sejak 3 hari SMRS. BAK dan BAB normal.
4
Kelahiran Tempat persalinan Rumah Sakit
Penolong Dokter
Cara persalinan Sectio Caesaria a/i
Janin letak oblique
Penyulit Tidak ada
Masa gestasi 42 minggu
Keadaan bayi Berat lahir :3200 gram
Panjang badan: 49cm
Lingkar kepala : tidak
diketahui
Langsung menangis +
Kemerahan -
Kuning -
Nilai APGAR : tidak
diketahui
Kelainan bawaan :
Tidak ada
K
Kesimpulan Riwayat kehamilan/ kelahiran : Ibu pasien melakukan
kontrol kehamilan dengan baik, persalinan Sectio Caesaria atas indikasi
Janin letak oblique, cukup bulan, berat badan lahir sesuai dengan masa
kehamilan, bayi lahir langsung menangis.
5
Membaca dan menulis : belum
- Perkembangan pubertas : Belum mengalami masa pubertas
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Tidak terdapat
keterlambatan pada pertumbuhan dan perkembangan.
Riwayat Makanan :
Umur Buah /
ASI/PASI Bubur Susu Nasi Tim
(bulan) Biskuit
0–2 ASI - - -
2–4 ASI - - -
4–6 PASI + + -
6–8 PASI + + +
8 – 10 PASI + + +
10 -12 + + + +
Kesimpulan makan : Pasien tidak ada kesulitan untuk makan. Menu
makanan mengikuti makan dalam keluarga.
Riwayat Imunisasi :
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
Hepatitis B Saat lahir 1 bulan 6 bulan - - -
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - -
6
Riwayat Keluarga :
a. Corak Reproduksi
Lahir Mati
No Usia JK Hidup Abortus Ket
mati (sebab)
48 Laki-
1. + - - - Sehat
bulan laki
17 Perem
2. + - - - Pasien
bulan puan
b. Riwayat Pernikahan
Ayah Ibu
Nama Tn. S Ny. C
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 21 19
Pendidikan terakhir SMA SMA
Agama Islam Islam
Suku bangsa Betawi Betawi
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
Penyakit, bila ada Tidak ada Tidak ada
7
berada di dalam rumah dan di luar rumah. Di lingkungan tempat tinggal
pasien, tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
Kesimpulan keadaan lingkungan: Keadaan lingkungan dan perumahan
baik.
Status Gizi
BB/U : 10/10,8 x 100% = 92,5 % (gizi normal)
PB/U : 77/80 x 100% = 96,2 % (gizi normal)
BB/TB : 10/12 x 100% = 83,3 % (gizi kurang)
Kesan Gizi
Gizi kurang akut
Lingkar kepala : 38 cm
Lingkar dada : 40 cm
Lingkar Lengan Atas : 16 cm
Tanda vital : Tekanan darah : - mmHg
Nadi : 128 x/menit menit (kuat, isi cukup,
ekual kanan dan kiri, regular)
8
Pernapasan : 34 x/menit
Suhu: 38,6 °C (diukur dengan termometer
air raksa di aksila kiri)
SpO2 : 99%
STATUS GENERALIS
Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra :normal, tidak terdapat ptosis, lagoftalmus, oedem,
perdarahan, blepharitis, maupun xanthelasma
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya langsung positif pada
mata kanan dan kiri, reflex cahaya tidak langsung
positif pada mata kanan dan kiri.
Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang
Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan
maupun kiri
Nyeri tarik helix : tidak ada nyeri tarik pada helix kanan maupun kiri
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun
kiri
9
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas, tidak hiperemis,
sekret cair berwarna bening, tidak ada nyeri tekan
Septum : simetris, tidak ada deviasi
Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis tidak edema
2. Leher
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar
Trakea : di tengah
4. Thorax
- Sela iga tidak melebar, tidak ada efloresensi yang bermakna
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada hemithorax yang tertinggal,
tipe pernapasan abdomino-thorakal
10
Palpasi : vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithorax
Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
Perkusi : -
5. Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terdapat kelainan kulit, tidak terdapat
pelebaran vena
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat
nyeri tekan pada seluruh kuadran abdomen, tidak
teraba massa, pada pemeriksaan ballottement
negatif pada ginjal kanan dan kiri
Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen
Auskultasi : bising usus positif 3x/menit
11
STATUS NEUROLOGIS
o Refleks Fisiologis
- Refleks superfisial : tidak dilakukan
- Refleks tendon dalam :
biseps ++/++
triseps ++/++
patela ++/++
achilles ++/++
o Refleks Patologis
- Refleks Babinzki (-)
- Refleks Oppenheim (-)
- Refleks Hoffmann (-)
- Refleks Gordon (-)
- Refleks Schaffer (-)
o Saraf cranialis
- N. I : Tidak dapat dilakukan pemeriksaan
- N. II dan III : Pupil isokor, RCL +/+, RCTL +/+
- N. IV dan VI : tidak ada kelainan
- N. V : refleks kornea +/+
Sensorik:
- cabang oftalmik : tidak dapat dilakukan pemeriksaan
- cabang maksilaris : tidak dapat dilakukan pemeriksaan
12
- cabang mandibularis: tidak dapat dilakukan pemeriksaan
- N. VII : Wajah simetris,
- Motorik : tidak dapat dilakukan pemeriksaan
- Sensorik : tidak dapat dilakukan pemeriksaan
- N. VIII :tidak ada kelainan
- N. IX, X :tidak ada kelainan
- N. XI : Tidak ada kelainan
- N. XII : Tidak ada kelainan
o Kekuatan Motorik
4444 4444
4444 4444
13
V. RESUME
An. B, 17 bulan dengan keluhan kejang sejak 2 hari SMRS. Kejang terjadi
pada pukul 00.30. Saat kejang pasien tidak sadar, gerakan dimulai dari tangan
kanan lalu mata pasien mendelik ke atas, mulutnya terbuka, lalu seluruh tubuh
kaku. Kejang terjadi kurang lebih 5 menit. Sebelum kejang, pasien demam tinggi
mendadak dengan suhu 39,8oC. Kejang berulang 2 kali. kejang pertama pukul
11.00 dan kedua pukul 15.00 terjadi sejak 3 hari SMRS, saat kejang pasien tidak
sadar, terjadi kurang lebih 5 menit. juga didahului oleh demam yang mendadak
tinggi dengan suhu 390C. muntah 1 kali, gerak aktif, tidak ada perubahan
perkembangan. Terdapat batuk berdahak dan pilek 3 hari yang lalu. Pasien pernah
mengalami kejang pada usia 9 bulan disertai dengan demam tinggi. Riwayat
trauma sebelumnya disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, berat badan 10 kg, panjang badan 77 cm, didapatkan
status gizi kurang (83,3%) berdasarkan BB/TB. Tanda vital yaitu nadi didapatkan
128x/menit, pernapasan 34x/menit, suhu 38,6°C dan spO2 99%. Pada pemeriksaan
status generalis pada regio hidung terdapat sekret cair berwarna bening. Pada
pemeriksaan status neurologis tidak ditemukan defisit neurologis.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan hiponatremi ringan
(Na+ 130 mmol/L).
14
VII. PENATALAKSANAAN
o UGD
Medikamentosa:
Oksigenasi spontan
IVFD Assering 3cc/kgBB/jam
Paracetamol 3 x 100mg
Diazepam 1 mg
Ambroxol syr 3 x 2,5cc
Cefixime 2 x 40mg
Non medikamentosa:
Bedrest
Edukasi orang tua bila anak demam tinggi (> 38,50C), segera
diberikan obat anti kejang.
Diet: pemberian nutrisi adekuat sesuai kebutuhan gizi anak
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : Ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia Ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia Ad Bonam
IX. FOLLOW UP
Kamis, 29 Maret 2018 (ruang Dahlia Timur)
S : kejang (-), demam (-), batuk (+) dahak kuning kehijauan, mual
muntah (-). BAB BAK normal
O : Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : - mmHg
Nadi : 122 kali/menit
Pernapasan : 32 kali/menit
Suhu : 37,3 ˚C
15
Mata : CA +/+, SI -/-
Leher : KGB tidak membesar, kelenjar tiroid
normal.
Thorax
Paru : SNV +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung : SI dan SII reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : BU (+), supel, tidak ada nyeri tekan
Ekstremitas atas : Akral hangat +/+, oedem -/-, CRT < 3detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+, oedem -/-, CRT < 3 detik
A :
Kejang Demam kompleks
ISPA
Hiponatremia ringan
Gizi kurang
16
P :
Medikamentosa:
IVFD KAEN 1B 3cc/kg/BB/jam
Paracetamol 3 x 100mg
Diazepam 1 mg
Ambroxol syr 3 x 2,5cc
Non medikamentosa:
Edukasi orang tua bila anak demam tinggi (> 38,50C),
segera diberikan dizepam 1 mg
Diet: pemberian nutrisi adekuat sesuai kebutuhan gizi
anak
17
A :
Kejang Demam kompleks
ISPA Perbaikan
Riwayat hiponatremia ringan
Gizi kurang
P :
Medikamentosa:
IVFD KAEN 1B 3cc/kg/BB/jam
Diazepam 1 mg
Ambroxol syr 3 x 2,5cc
Non medikamentosa:
Edukasi orang tua bila anak demam tinggi (> 38,50C),
segera diberikan dizepam 1 mg
Diet: pemberian nutrisi adekuat sesuai kebutuhan gizi
anak
18
Abdomen : BU (+), supel, tidak terdapat nyeri tekan
Ekstremitas atas : Akral hangat +/+, oedem -/-, CRT < 3detik
Ekstremitas bawah : Akral hangat +/+, oedem -/-, CRT < 3 detik
A :
Kejang Demam kompleks
ISPA Perbaikan
Gizi kurang
P :
Medikamentosa:
IVFD KAEN 1B 3cc/kg/BB/jam
Diazepam 1 mg
Ambroxol syr 3 x 2,5cc
Non medikamentosa:
Edukasi orang tua bila anak demam tinggi (> 38,50C),
segera diberikan dizepam 1 mg
Diet: pemberian nutrisi adekuat sesuai kebutuhan gizi
anak
R/ rawat jalan, kontrol poli anak RS budhi asih tanggal 3
april 2018
Terapi rawat jalan : Ambroxol syr 3 x 2,5cc
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Kejang / convulsion / seizure / insult adalah perubahan aktivitas motorik
dan atau perilaku yang bersifat bangkitan (paroxysmal) dalam waktu terbatas
akibat dari adanya aktivitas listrik abnormal di dalam otak.(1)
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan
suhu tubuh dengan cepat hingga 38,8oC dan kenaikan suhu tubuh diakibatkan oleh
proses ekstrakranial. Pada kejang demam, kejang harus di dahului dengan
demam.(1,3,7)
3.2 Epidemiologi
Kejang demam merupakan penyebab kejang tersering pada anak. Kejang
demam umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 5 tahun, puncaknya adalah usia
14 – 18 bulan.(3)
Insidens terjadinya kejang demam sekitar 5 – 10% di India, 8,8% di
Jepang, 0,35% di Hongkong, 0,5-1,5% di China dan 2 - 5 % di Amerika Serikat.
Berdasarkan ras dapat terjadi pada semua jenis ras. Kejang demam lebih
cenderung terjadi pada anak laki-laki di banding anak perempuan.(4)
3.3.2 Minor
Riwayat keluarga dengan kejang demam
Riwayat keluarga dengan epilepsy
20
Kejang demam kompleks
Laki – laki
Hiponatremia
3.4 Etiologi
Penyebab kejang demam adalah lepasnya sitokin inflamasi (IL-1-beta)
atau hiperventilasi yang menyebabkan alkalosis dan meningkatkan pH otak
sehingga terjadi kejang. Demam yang memicu terjadinya kejang disebabkan oleh
proses ekstrakranial biasanya karena infeksi saluran pernapasan akut, otitis media
akut, roseola, infeksi saluran kemih dan infeksi saluran cerna.(3,7)
21
3.6 Manifestasi Klinis
Kejang selalu didahului oleh naiknya suhu tubuh dengan cepat. Kejang
demam simpleks berupa kejang umum klonik atau tonik-klonik, berlangsung < 15
menit. Kejang demam kompleks menunjukkan tanda kejang demam fokal atau
parsial atau kejang parsial yang menjadi umum selama maupun sesudah kejang.(3)
Anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mencari fokus infeksi penyebab
demam. Pada kejang demam ditemukan status neurologis yang normal.(3)
3.8 Diagnosis
Untuk menanggulangi masalah kejang pada anak perlu di pastikan apakah
anak masih dalam keadaan kejang atau tidak. Jika masih kejang berikan terapi
awal kejang. Jika sudah tidak kejang, maka di lajutkan langkah untuk
mendiagnosis kejang. Sebelumnya diperlukan informed consent kepada orang tua
atau wali pasien.(1)
3.8.1 Anamnesis
3.8.1.1 Identitas
Identitas perlu di lengkapi mulai dari nama, usia, jenis kelamin, agama dan
suku bangsa anak. Lalu nama, usia, pendidikan dan pekerjaan orang tua.(2)
22
3.8.1.2 Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang disusun secara kronologis mulai dari keadaan
kesehatan anak sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia dibawa berobat.(2) Jika
keluhan utama adalah kejang maka untuk melengkapi riwayat penyakit sekarang
perlu ditanyakan sifat-sifat kejang yaitu berapa lama kejang berlangsung, meliputi
seluruh tubuh atau hanya pada bagian tubuh tertentu.(1) Jika kejang umum
melibatkan kedua sisi tubuh, jika kejang fokal melibatkan sisi kanan atau sisi kiri
tubuh.(2) Sifat kejang apakah tonik (kaku) atau klonik (kelojotan), kegiatan anak
sebelum dan sesudah kejang, apakah menangis, diam tidur atau dapat
dibangunkan atau tidak sadar.(1) Ditanyakan pula suhu saat kejang, lama serangan,
interval antara dua serangan dan kesadaran saat kejang dan pasca kejang. (2)
Apakah kejang terjadi pertama kali atau kesekian kali dalam kurun waktu
tertentu.(1)
Ditanyakan keluhan-keluhan lain dari sistem saraf seperti iritabel, nyeri
kepala, kesadaran menurun, kejang, lumpuh layu/kaku. Keluhan lain yang non-
spesifik yaitu demam, lesu, nyeri otot, nyeri kepala, lemah, anak rewel, tidak mau
main. Keluhan spesifik pada organ respirasi seperti batuk, pilek, nyeri
tenggorokan, sesak nafas, nafas berbunyi, nyeri dada. Pada sistem digestif di
tanyakan mual, tidak mau makan, muntah, mencret, tidak buang air, nyeri perut
dan nyeri epigastrium. Pada sistem kemih di tanykan nyeri kencing, nyeri
pinggang, sembab dan kemih bedarah. Sistem sirkulasi ditanyakan nyeri dada
prakordial, sesak nafas, kebiruan, posisi jongkok, sembab, bengkak sendi
berpindah. Sistem hematologi di tanyakan pucat, perdarahan dari hidung, gusi
termasuk kebiruan di bawah kulit, warna kuning. Sistem muskulo-skeletal seperti
nyeri dan bengkak pada otot atau tulang atau persendian.(1)
Dalam riawayat penyakit sekarang perlu di lengkapi riwayat penyakit yang
pernah di derita, riwayat kehamilan ibu, riwayat kelahiran, riwayat makanan,
riwayat imunisasi, riwayat pertumbuhan dan perkembangan, riwayat keluarga dan
data perumahan.(2)
Kejang demam sering di jumpai pada bayi dan anak. Oleh karena itu perlu
di bedakan kejang yang disertai demam tersebut merupakan kejang demam atau
23
epilepsi yang di bangkitkan serangannya oleh demam atau perlu dicurigai adanya
infeksi sistem saraf pusat.(2)
Pada kejang demam terdapat karakteristik tertentu seperti sebagian besar
terjadi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun, demam mendahului kejang, kejang
umumnya terjadi dalam 24 jam setelah anak mulai demam (tersering dalam 16
jam pertama), sebelum dan sesudah kejang anak sadar dan tidak terdapat kelainan
neurologis. Pasien juga tidak pernah mengalami kejang tanpa demam.(2)
24
Telinga, letak atau posisi telinga, sekresi, tanda otitis media, dan nyeri
tekan mastoid. Leher, di nilai tiroid, kelenjar getah bening, skrofuloderma,
retraksi, murmur, bendungan vena, tekanan vena sentral, refluks hepatojugular,
fistel, ulkus, sayap leher, letak trakea dan kaku kuduk.(1,2)
Toraks, di nilai bentuk, asimetrik, pembengkakan, nyeri, posisi scapula,
fraktur, tasbeh dan kelainan payudara. Jantung, adakah tonjolan precordial,
pulsasi, iktus, bunyi jantung, murmur, irama gallop, getaran, bising gesek
perikard, batas jantung atau kardiomegali, sterna lift, pulsasi epigastrium. Paru-
paru, asimetri, pekak, hipersonor, fremitus, batas paru-hati, suara nafas, ronki
basah, ronkhi kering, bising gesek pleura dan bronkofoni. Abdomen, bentuk,
kolateral atau arah aliran, smiling umbilicus, distensi, gerakan peristaltic, rigiditas,
nyeri tekanan, masa abdomen, pembesaran hati/limpa, bising usus, dan tanda-
tanda asites.(2)
Anogenitalia, adakah atresia, sekresi, vesikel, eritema, ulkus, papula,
hidrokel, kriptorkismus, epispadia, hipospadia, edema dan benjolan pada lipat
inguinal.(1)
Ekstremitas, tonus atau trofi otot, jari tabuh, sianosis, bengkak dan nyeri
otot atau tulang atau sendi, tonus, edema pretibial dan cacat bawaan.(1)
Tulang belakang, apakah kifosis, scoliosis, lordosis, tanda spina bifida dan
gibus.
Susunan saraf, sistem motoric dan sensorik, refleks fisiologik, refleks
patologik, uji saraf otak, uji tekanan itrakranial dan tanda rangsang meningeal
(kaku kuduk, kernig dan brudzinski).(2)
Kelenjar getah bening, adakah pembesaran atau bengkak, konsistensi,
permukaan, dan nyeri spontan atau tekan.(1)
Kulit, keringat atau kelembapan, ruam, pigmentasi, fibroma, angioma,
ptekie, hematoma, infeksi jaringan bawah kulit dan keadaan rambut.(1)
Pada kejang demam di lihat kesadaran apakah terdapat penurunan
kesadaran. Suhu tubuh, apakah terdapat demam. Tanda rangsang meningeal,
biasanya negative. Bila perlu dilakukan pemeriksaan saraf kranialis. Periksa juga
tanda-tanda peningkatan intracranial seperti ubun-ubun besar menonjol, papil
25
edema. Tanda infeksi ekstrakranial seperti ISPA, OMA dan ISK. Pemeriksaan
neurologi seperti tonus, motoric, refleks fisiologis dan refleks patologis.(6)
26
bawaan, tumor dan iskemia. Penyebab lain adalah keracunan terhadap camphor,
carbamazepine, carbon-monoxide, cocaine, cyanide, aminopyline, amphetamine,
anticholinergic, antidepressant cyclic, plumbum, lithium, propoxyphene,
salicylate, strychnine. Kejang juga dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan
hipoksia iskemia yang berakibat terjadinya ensefalopati yang menimbulkan edema
otak, kejang dapat berat dan refrakter terhadap pemberian antikonvulsan.(1)
3.12 Penatalaksanaan
Tindakan utama kejang pada anak adalah secara stimultan mengatasi
kejang (simtomatik) sekaligus juga menghilangkan penyebab penyakit primer
(kausatif). Bila penyakit primer sudah dapat diatasi maka diharapkan gejala
kejang akan hilang dan tidak mengalami eksaserbasi. Terapi lain bersifat suportif
atau resusitatif sesuai indikasi.(1,8)
1. Tindakan untuk anak kejang saat sebelum dan sesudah di tempat
pelayanan kesehatan
- Tetap tenang dan tidak panik.
- Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
- Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,
bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung.
- Walaupun terdapat kemungkinan (yang sesungguhnya sangat
kecil) lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
- Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang.
- Tetap bersama anak selama dan sesudah kejang.
- Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari
5 menit. Jangan berikan bila kejang telah berhenti. Diazepam
rektal hanya boleh diberikan satu kali oleh orangtua.
- Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit
atau lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak
berhenti dengan diazepam rektal, kejang fokal, setelah kejang anak
tidak sadar, atau terdapat kelumpuhan.(1)
27
2. Obat anti konvulsi di berikan sesuai indikasi
obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam
intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,2-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan
kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10
mg. Secara umum, penatalaksanaan kejang akut mengikuti algoritma kejang pada
umumnya. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orangtua di rumah
(prehospital) adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75
mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12
kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.(1,8)
Antikonvulsan intermiten
28
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau rektal 0,5
mg/kg/kali (5 mg untuk berat badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg),
sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali. Diazepam
intermiten diberikan selama 48 jam pertama demam. Perlu diinformasikan pada
orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan dapat menyebabkan ataksia,
iritabilitas, serta sedasi. (1)
Antikonvulsan rumatan
a. Kejang fokal
b. Kejang lama >15 menit
c. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang .Pemakaian fenobarbital setiap hari dapat
menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Obat
pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus, terutama yang
berumur kurang dari 2 tahun, asam valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi
hati. Dosis asam valproat adalah 15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis, dan
fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. (!)
3. Terapi simtomatik
Pada kasus kejang yang disertai demam yang tinggi maka diperlukan antipiretik
29
seperti acetaminophen (paracetamol). Antipiretik dapat diberikan jika suhu anak
lebih dari 38oC atau bila anak terganggu karena demamnya seperti anak tidak
tenang, tidak dapat tidur dan tidak mau makan. Tidak ditemukan bukti bahwa
penggunaan antipiretik mengurangi risiko terjadinya kejang demam. Meskipun
demikian, dokter neurologi anak di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap
dapat diberikan. Dosis parasetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali
diberikan tiap 4-6 jam. Dosis ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. (8)
4. Terapi kausal
Penyebab utama adalah infeksi yaitu lebih dari 80%. Terapi kausal yang
lain adalah terapi sulih hormon untuk kasus kejang dengan penyakit defisiensi
hormon sebagai penyakit primernya seperti pada defisiensi ACTH atau defisiensi
hormon adrenal. (1,8)
5. Terapi lainnya
Terapi yang lain bersifat suportif dengan tujuan memperbaiki dan
mempertahankan keadaan umum pasien yaitu memberi kecukupan akan
kebutuhan nutrisi, cairan dan elektrolit, inhalasi oksigen, dan lainnya.(8)
30
Algoritma tatalaksana kejang akut(1)
3.13 Pencegahan
1. Vaksinasi
Sampai saat ini tidak ada kontraindikasi untuk melakukan vaksinasi pada
anak dengan riwayat kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi
sangat jarang. Suatu studi kohort menunjukkan bahwa risiko relatif kejang demam
terkait vaksin (vaccine-associated febrile seizure) dibandingkan dengan kejang
demam tidak terkait vaksin (non vaccine-associated febrile seizure) adalah 1,6
(IK95% 1,27 sampai 2,11). Angka kejadian kejang demam pascavaksinasi DPT
adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi, sedangkan setelah vaksin
MMR adalah 25-34 kasus per 100.000 anak. Pada keadaan tersebut, dianjurkan
pemberian diazepam intermiten dan parasetamol profilaksis.
2. Edukasi
Kejang pada anak dapat menimbulkan bangkitan kejang oleh karena itu
diperlukan pengamatan serta tindakan yang adekuat serta memahami karakteristik
kejang. Perlunya edukasi kepada orang tua terutama dalam penanganan dan
pecegahan kejang demam agar tidak berulang, antara lain:
31
Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai
prognosis baik.
Memberikan pengetahuan tentang kapan munculnya kejang sehingga
dapat melakukan pencegahan segera
Menganjurkan orang tua agar mempunyai alat pengukur suhu
(thermometer)
Memberitahukan cara penanganan kejang.
Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali.
Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang
efektif, tetapi harus diingat adanya efek samping obat. (1)
3.14 Prognosis
anak dengan kejang demam memiliki kemungkinsn 30 – 50% mengalami
kejang demam berulang, dan 75% nya terjadi dalam satu tahun setelah awitan
yang pertama. Resiko rekurensi meningkat apabila:
Kejang demam terjadi < 1 tahun, resiko berulang adalah 50%. Kejang
demam terjadi >1 tahun, resiko berulangnya adalah 28%
Riwayat keluarga kejang demam atau epilepsi
Cepat kejang setelah demam
Kejang yang terjadi pada suhu yang tidak tinggi
Adanya keempat faktor tersebut meningkatkan resiko kejang berulang hingga
80% namun apabila tidak ada faktor yang ditemukan, maka kemungkinan
berulang 10 – 15%. Anak yang mengalami kejang demam simpleks tidak
memiliki resiko lebih tinggi epilepsi dibandingkan populasi normal. Resiko
epilepsi dikemudian hari meningkat bila terdapat:
Kejang demam kompleks
Riwayat keluarga epilepsi
32
Kejang demam sebelum usia 9 bulan
Ada nya perkembangan yan terlambat atau terdapat kelainan neurologis
sebelumnya.
Kematian setelah kejang demam adalah hal yang sangat jarang terjadi, bahkan
pada anak yang mempunyai resiko tinggi sekalipun.(4)
33
BAB IV
PEMBAHASAN
An. B, 17 bulan dengan keluhan kejang sejak 2 hari SMRS. Kejang terjadi
pada pukul 00.30 saat pasien sedang tertidur. Saat kejang pasien tidak sadar,
awalnya ibu pasien mengatakan gerakan dimulai dari tangan kanan lalu mata
pasien mendelik ke atas, mulutnya terbuka, lalu seluruh tubuh kaku. Kejang
terjadi kurang lebih 5 menit. Setelah kejang pasien menangis dan mengantuk lalu
tertidur. Sebelum kejang, pasien demam tinggi mendadak dengan suhu 39,8oC.
Kejang berulang 3 kali. kejang pertama dan kedua terjadi 3 hari SMRS, saat
kejang pasien tidak sadar, terjadi kurang lebih 5 menit. juga didahului oleh
demam yang mendadak tinggi dengan suhu 390C. setelah kejang pasien muntah 1
kali, gerak aktif, tidak ada perubahan perkembangan. Terdapat batuk berdahak
dan pilek 3 hari yang lalu. Dahak berwarna kuning kehijauan. BAK dan BAB
normal. Pasien pernah mengalami kejang pada usia 9 bulan disertai dengan
demam tinggi. Riwayat trauma sebelumnya disangkal. Hal tersebut merupakan
karakteristik kejang demam kompleks yaitu bentuk kejang parsial yang menjadi
umum, dan kejang berulang kurang dari 24 jam. Pada pasien ini dilakukan
pemeriksaan neurologis seperti kesadaran, pemeriksaan saraf kranialis, motorik ,
tanda rangsang meningeal dan refleks patologis namun tidak ditemukan defisit
neurologis. Sebelumnya juga pasien tidak mempunyai riwayat kelainan
neurologis. Kejang demam biasanya terjadi pada anak dengan usia 6 bulan dampai
5 tahun dan puncaknya pada usia 16-24 bulan sesuai dengan usia pasien yaitu 17
bulan. Penyebab dari kejang demam pada kasus ini adalah kenaikan suhu 39,80C
yang disebabkan oleh adanya infeksi pada saluran nafas atas.
Riwayat kehamilan dan kelahiran pasien lahir secara SC a/i janin letak
oblique. segera menangis dengan berat badan lahir 3200 gram. Riwayat
pertumbuhan dan pekembangan pasien normal sesuai dengan usia pasien. Riwayat
makanan baik pasien sudah mendapatkan ASI dan PASI serta makan dengan
menu makanan yang sama dengan keluarga. Riwayat imunisasi dasar lengkap.
Riwayat keluarga pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah dan
34
ibu pasien tidak mempunyai riwayat penyakit tertentu. Riwayat lingkungan baik.
Riwayat sosioekonomi baik. Dari riwayat kehamilan, kelahiran, imunisasi,
makanan, pertumbuhan dan perkembangan, serta lingkungan sosial ekonomi
keluarga tidak menunjukan adanya faktor pencetus untuk menyebabkan terjadinya
kejang demam pada kasus ini.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, berat badan 10 kg, panjang badan 77 cm, didapatkan
status gizi kurang (83,3%) berdasarkan BB/TB. Lingkar kepala 38 cm, lingkar
dada 40 cm, lingkar lengan atas 16 cm. tanda vital yaitu nadi didapatkan
128x/menit, pernapasan 34x/menit, suhu 38,6°C dan spO2 99%. Pada pemeriksaan
status generalis didapatkan regio hidung terdapat sekret cair berwarna bening.
Pada pemeriksaan status neurologis tidak ditemukan defisit neurologis.
Dari hasil laboratorium didapatkan kadar natrium 130 mmol/L dimana
keadaan hiponatremi ini juga dapat menjadi penyebab terjadinya kejang pada
pasien ini, namun karena penurunan kadar yang tidak terlalu signifikan, diagnosis
hiponatremi sebagai penyebab utama kejang belum bisa ditegakan dengan jelas.
Harus diperlukan pemeriksaan berkala kadar natrium dalam darah.
Berdasarkan analisa diatas, didapatkan beberapa masalah pada pasien
antara lain yaitu kejang demam kompleks, ISPA, hiponatremia ringan dan gizi
kurang. Dengan banyaknya masalah yang terdapat pada pasien ini maka di
butuhkan penanganan yang komprehensif mulai dari asupan gizi, tatalaksana
infeksi yang diduga terdapat infeksi pada saluran napas atas dan observasi kejang
demam berulang dalam 2 x 24 jam.
35
BAB V
PENUTUP
Kejang demam merupakan salah satu keluhan yang sering muncul pada
anak. Jika terdapat kejang pada anak perlu ditatalaksana segera dengan obat-obat
anti kejang. Setelah stabil maka perlu di lanjutkan pemeriksaan – pemeriksaan
untuk mendiagnosis kejang dan pengobatan sesuai penyebab dari kejang agar
tidak berulang.
Kasus ini adalah kejang demam kompleks yang prognosisnya masih baik.
Namun dapat terjadi kejang demam berulang atau bahkan diagnosis berubah jika
ditemukan kelainan neurologi pada selanjutnya. Oleh sebab itu perlunya di
observasi kembali. Pada kejang demam juga perlu di tatalaksana penyebab dari
demamnya serta perlu di cari sumber infeksinya.
Jika pasien sudah dapat ditangani maka penting untuk memberikan
edukasi kepada orang tua untuk mengawasi apabila timbul serangan kejang
selanjutnya, orang tua perlu mengenali sifat dari kejang anak dan orang tua juga
harus dapat melakukan pencegahan apabila anak mulai demam.
36
DAFTAR PUSTAKA
37