You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cairan, dan gas, mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Sifat
dinamik tanah tersebut karena tanah merupakan system yang terbuka dengan
terjadinya proses pertukaran bahan dan energy secara berkesinambungan (Palar,
1994).
Tanah merupakan suatu sistem yang kompleks, berperan sebagai sumber
kehidupan tanaman, yang mengandung semua unsur yang berbeda baik dalam bentuk
maupun jumlahnya. Unsur hara mikro seperti besi (Fe), mangan (Mn), seng (Zn) dan
tembaga (Cu) merupakan unsur hara penting bagi tanaman yang terdapat dalam tanah.
Tanah secara alami telah mengandung logam berat meskipun hanya sedikit.
Tanah pun memiliki kemampuan dalam menyerap logam berat yang berbeda untuk
tiap jenis tanah berdasarkan bahan induk penyusun tanah tersebut. Menurut standar
umum kadar Pb dan Cd yang boleh ada pada tanah adalah masing-masing 150 ppm
dan 2 ppm namun untuk jenis tanah yang berasal dari batuan beku (Charlena, 2004)
Kandungan unsur-unsur tersebut dalam tanah sangat bervariasi tergantung
sifat-sifat tanah seperti pH, tekstur tanah, komposisi mineral, aktivitas
mikroorganisme di dalamnya dan kelembaban. Ketersediaan Fe dalam tanah berkisar
antara (10.000 ~ 60.000) ppm atau (1 % ~ 6 %), Mn berkisar (100 ~ 5.000) ppm, Zn
berkisar (20 ~ 150) ppm, sedangkan Cu berkisar (2 ~ 60) ppm (Lindsay, 1979).
Tanah dengan atau tanpa disadari merupakan tempat penimbunan akhir dari
limbah yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Secara alami tanah akan
menguraikan bahan kimia yang mask kedalam tanah, tetapi apabila bahan kimia yang
direrima tersebut berlebihan maka tanah tidak akan mampu menguraikannya. Setiap
jenis tanah mempunyai kemampuan yang berbeda dalam merespon bahan kimia yang
diterimanya.
Kontaminasi logam berat Pb akan cendrung meningkat di dalam tubuh seiring
dengan bertambahnya jumlah kendaraan bermotor yang mengunakan bahan bakar
bensin. Hal ini disebabkan Indonesia belum dapat membuat bahan bakar minyak yang

1
bebas dari Pb. Dampak yang ditimbulkan adalah menurunnya kualitas lingkungan
hidup (Fardiaz, 1992).
B. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel tanah.
2. Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel lindi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tanah
Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak
dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis
dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro),
topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang
dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi,
maupun morfologinya (Winarso, 2005).
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai
tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
danmenyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
danpenyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-
unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi
berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalampenyediaan
hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,yang
ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan
biomass dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan,industri
perkebunan.
Tanah juga merupakan alat produksi untuk menghasilkan produksi pertanian.
Sebagai alat produksi tanah memiliki peranan-peranan yang mendorong berbagai
kebutuhan diantaranya adalah sebagai alat produksi, maka peranannnya yaitu sebagai
tempat pertumbuhan tanaman, menyediakan unsur-unsur makanan, sumber air bagi
tanaman, dantempat peredaran udara. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang
berbeda-beda antaratanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah
itu meliputi fisika dan sifatkimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur,
struktur dan kadar lengas tanah. Untuk sifat kimia menunjukkan sifat yang
dipengaruhi oleh adanya unsur maupun senyawa yangterdapat di dalam tanah
tersebut. Beberapa contoh sifat kimia yaitu reaksi tanah(pH), kadarbahan organik dan
Kapasitas Pertukaran Kation (KPK).
Tanah gambut mempunyai pH yang rendah yang berkisar antara 3 – 5, dan
menurun bersama jeluk.. Dijumpainya pH yang relatif tinggi (sekitar 5) adalah akibat
seringnya dilakukan pembakaran seresah di atas tanah. Tanah gambut yang digenangi

3
untuk budidaya padi sawah akan meningkat pH-nya. Ketersediaan unsur-unsur hara
terutama hara makro N, P dan K dan sejumlah hara mikro dalam tanah gambut rendah
sampai sangat rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) tanah gambut relatif tinggi (115
– 270 me.%), tetapi relatif rendah bila dihitung atas dasar volume tanah di lapangan.
Kejenuhan basa tanah gambut relatif rendah, yakni 5,4 – 13,6 % sedangkan nisbah
C/N relatif tinggi yakni berkisar antara 24,0 – 33,4 (Suhardjo dan Widjaja-Adhi,
1976).
Untuk mencari dan atau mengetahui sifat fisik tanah, kita dapat menggunakan
pengambilan contoh tanah dengan tiga cara, yaitu :
- Contoh tanah tidak terusik, yang diperlukan untuk analisis penetapan berat
isi atau berat volume, agihan ukuran pori, dan untuk permeabilitas
- Contoh tanah terusik, yang diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur,
tetapan atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks
patahan, konduktivitas hidroulik tak jenuh, luas permukaan, erodibilitas tanah
menggunakan hujan tiruan.
- Contoh tanah dalam keadaan agregat tidak terusik, yang diperlukan untuk
penetapan agihan ukuran agregrat dan derajad kemantapan agregrat.
- Contoh tanah tak terusik diperlukan untuk analisis penetapan berat jenis atau
berat volum,agihan ukuran pori dan permeabilitas (Agus et.al,2008). Contoh tanah
terusik diperlukan untuk penetapan kadar lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan
kapiler, sudut singgung, kadar lengas kritik, indeks patahan, konduktifitas hidroulik
tak jenuh, luas permukaan, erodibilitas tanah menggunakan hujan tiruan (Agus
et.al,2008).
Polusi tanah terjadi melalui 3 cara, yakni:

1.Pencemaran secara langsung

Dapat terjadi melalui penggunaan pupuk yang berlebihan dan


pembuangan limbah yang mengganggu organisme dalam tanah. Sampah
plastik yang sukar untuk dihancurkan oleh mikroorganisme dan dapat
tertimbun didalam tanah sehingga menyebabkan kehidupan
mikroorganisme dalam tanah terganggu.

4
2.Pencemaran melalui udara
Bahan pencemar diudara akan masuk kedalam tanah bersamaan
dengan jatuhnya air hujan, sehingga air tercemar dan menggangu kehidupan
mikroorganisme dalam tanah.

3.Pancemaran melalui air


Air yang mengandung zat pencemar akan meresap ke dalam tanah
yang akan merubah susunan kimia tanah dan menggangu mikroorganisme
dalam tanah.

Indikator Polusi tanah

1. Indikator fisik
Contoh indikator fisik menunjukkan kualitas tanah, antara lain
warna tanah, kedalaman lapisan atas tanah, kepadatan tanah, tekstur
dan endapan pada tanah
2. Indikator kimia
Nilai pH, salinitas, kandungan senyawa organik, fosfor dan
logam berat merupakan contoh indikator kimia bagi tingkat polusi
tanah.
3. Indikator biologi
Cacing tanah merupakan salah satu indikator biologi pada
pengukuran tingkat polusi tanah. Keberadaan cacing tanah dapat
meningkatkan kandungan nutrisi pada tanah yang akan
menyuburkan tanah. Populasi cacing tanah dipengaruhi oleh kondisi
tanah habitatnya, seperti kondisi suhu, kelembapan, pH, salinitas,
aerasi, dan tekstur tanah. Polusi tanah dapat menyebabkan cacing
pada tanah mati.
Coba anda jelaskan dampak dari pencemaran tanah yang ada
disekitar kita, jawaban pada kolom komentar dibawah ini

5
B. Pengertian Air Lindi
Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air
hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari air lindi ini dapat
dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi membawa materi tersuspensi dan
terlarut yang merupakan produk degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah
TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya
mengandung senyawa-senyawa organik (Hidrokarbon, Asam Humat, Sulfat, Tanat
dan Galat) dan anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium, Khlor, Sulfat,
Fosfat, Fenol, Nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari
komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali
lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air tanah (Maramis, 2008).
Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan dikenal dengan
istlah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran
(umumnya dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah), sehingga bahan-
bahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus diolah dari
suatu unit pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke lingkungan.
Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai ribuan mg/L),
sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan (Machdar, I, 2008).
Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi akibat
bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses
perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi
yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan kontaminasi
yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena
kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.

C. Parameter kualitas air lindi (leachate)


1. Parameter fisika
a. Suhu
Suhu suatu badan perairan dipengaruhi oleh musim, posisi lintang, ketinggian dari
permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta
kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia dan

6
biologi badan air (Effendi, 2003). Peningkatan suhu dapat mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi. Peningkatan suhu
juga dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, seperti O2, CO2, N2 dan
sebagainya (Haslam 1995 in Effendi, 2003).

b. TSS (Total Suspended Solid )


Padatan tersuspensi total (TSS) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1μm)
yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm (Effendi, 2003).
TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama
disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air.

2. Parameter Kimia
a. pH
Pescod (1973) mengatakan bahwa nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya
konsentrasi ion hidrogen dalam air. Kemampuan air untuk mengikat atau melepaskan
sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah perairan tersebut bersifat asam atau
basa (Barus, 2002). Selanjutnya beliau menambahkan bahwa nilai pH perairan dapat
berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis, respirasi organisme
akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion di perairan tersebut. Menurut Pohland dan
Harper (1985) nilai pH air lindi pada tempat pembuangan sampah perkotaan berkisar
antara 1,5 – 9,5.

b. DO (Dissolved oxygen)
Oksigen terlarut (dissolved oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen yang
terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari hasil fotosintesis oleh
fitoplankton atau tumbuhan air dan proses difusi dari udara (Fardiaz, 1992). Faktor
yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air adalah jumlah kehadiran
bahan organik, suhu, aktivitas bakteri, kelarutan, fotosintesis dan kontak dengan
udara. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung
pada percampuran (mixing) dan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis,
respirasi, dan keadaan limbah yang masuk ke badan air, sehingga akan mempengaruhi
kelarutan dan keberadaan unsur-unsur nutrien di perairan (Wetzel, 2001).

7
c. BOD (Biochemical Oxygen Demand )
Biochemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam air pada
keadaan aerobik yang diinkubasi pada suhu 20oC selama 5 hari, sehingga sering
disebut BOD5 (APHA, 1989). Nilai BOD5 perairan dapat dipengaruhi oleh suhu,
densitas plankton, keberadaan mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organic
(Effendi, 2003). Nilai BOD5 ini juga digunakan untuk menduga jumlah bahan organik
di dalam air limbah yang dapat dioksidasi dan akan diuraikan oleh mikroorganisme
melalui proses biologi.

d. COD (Chemical Oxygen Demand )


COD menyatakan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
semua bahan organik yang terdapat di perairan, menjadi CO2 dan H2O (Hariyadi,
2001). Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang yang dikonsumsi setara dengan
jumlah dikromat yang diperlukan dalam mengoksidasi air sampel (Boyd, 1982). Bila
BOD memberikan gambaran jumlah bahan organic yang dapat terurai secara biologis
(bahan organik mudah urai, biodegradable organic matter), maka COD memberikan
gambaran jumlah total bahan organic yang mudah urai maupun yang sulit terurai (non
biodegradable) (Hariyadi, 2001).
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD5, namun perbandingan antara angka
COD dengan angka BOD5 dapat ditetapkan (Tabel 2.2 dan 2.3). Angka perbandingan
yang semakin rendah menunjukkan adanya zat-zat yang bersifat racun dan berbahaya
bagi mikroorganisme (Alaerts dan Santika, 1984).

8
BAB III
PRAKTIKUM PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN SAMPAH

A. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Tanah


1. Pengambilan Sampel Tanah
a. Alat

 Alat untuk mengambil contoh tanah seperti bor tanah (auger, tabung),
cangkul, sekop.
 Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan
sendok tanah untuk mencampur atau mengaduk
 Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
 Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong
plastic untuk label.
 Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label
luar
 Spidol (water proof) untuk menulis isi label
 Karung untuk mengepak contoh bila contoh tanah banyak
 Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.

b. Cara Kerja
Cara Pengambilan contoh Sampel Tanah

1. Sampel Sesaat (Grab Sample) : Sampel yng diambil secara langsung dr


badan tanah yang sedang dipantau. Sampel ini hanya
menggmbarkan karakteritik tanah pada saat pengambilan sampel.
2. Sampel komposit (Compsite sample) : Sampel campuran dari beberapa
waktu pengambilan. Pengambilan sampel komposit dapat dilakukan
secara manual ataupun secara otomatis dgn menggunakan peralatan yang
dapat mengambil air pada waktu-waktu tertentu. Pengambilan sampel
scara otomatis hanya dilakukan jika ingi mengetahui gambaran tentang
karakteristik kualitas tanah secara terus-menerus
3. Sampel gambungan tempat (integrated sample) : sampel gabungan yang
diambil secara terpisah dari beberpa tempat, dengan volume yang sama.

9
Selain itu ada juga satu metode yang biasa digunakan dalam
pengammbilan sampel penelitian yaitu:
4. Automatic Sampling (Pengambilan Contoh Otomatis), Cara ini
dikembangkan untuk memenuhi program pengamatan kualias sampel
secara penyeluruh. Peralatan memerlukan bangunan khusus dengan
penampungan dan pemeliharaan yang baik alat mengambil contoh
otomatis biasanya bekerja dalam 24 jam.

Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah


terganggu (disturb soil samples)
Contoh tanah utuh atau tidak terganggu (undisturb soil samples).
Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik
tanah (bobot isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh
tanah terganggu diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik
tanah lainnya (tekstur, kadar air tanah/pF).
Pengambilan contoh tanah utuh (undisturb soil samples) harus
menggunakan “ring samples”, sedangkan contoh tanah terganggu dapat
diambil dengan menggunakan alat cangkul, sekop, atau auger (bor
tanah).
Untuk keperluan evaluasi status kesuburan tanah, sebaiknya contoh
yang diambil merupakan contoh komposit yaitu contoh tanah campuran
dari contoh-contoh tanah individu (sub amples).
Suatu contoh komposit harus mewakili suatu bentuk/unit lahan yang
akan dikembangkan atau digunakan untuk tujuan pertanian.
Satu contoh komposit mewakili suatu hamparan lahan yang
homogen (10 – 15 Ha).
Untuk lahan miring dan bergelombang satu contoh komposit dapat
mewakili tidak kurang dari 5 hektar.
Satu contoh komposit terdiri dari campuran 15 contoh tanah
individu (sub samples).

10
2. Pemeriksaan Sampel Tanah
a. Alat
Prosedur pengambilan sampel tanah untuk pemeriksaan fisik:
1. Melakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunkan auger
atau bor tangan dengan kedalaman 15-25 cm
2. Melakukan pengambilan tanah yang ada pada auger atau bor tangan
dengan menggunakan sekop kecil
3. Memasukkan sampel tanah ke dalam plastic pliptop volume 2 kg
4. Melakukan pengukuran suhu sampel tanah dengan menggunakan
thermometer
5. Melakukan pencatatan hasil pengukuran suhu
6. Melakukan pengukuran kelembaban sampel tanah dengan
menggunakan hygrometer
7. Melakukan pencatatan hasil pengukuran kelembaban
8. Melakukan pengukuran pH sampel tanah dengan menggunakan pH
soiltester
9. Melakukan pencatatan hasil pengukuran pH
10. Melakukan pelabelan pada kemasan sampel dengan rincian
a. Tanggal pengambilan sampel :
b. Lokasi pengambilan sampel :
c. Jenis sampel :
d. Jenis pemeriksaan :
e. Nama petugas :
f. tanda tangan :
b. Cara Kerja
1. Melakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunkan auger
atau bor tangan dengan kedalaman 15-25 cm
2. Melakukan pengambilan tanah yang ada pada auger atau bor tangan
dengan menggunakan sekop kecil
3. Melakukan pelabelan pada kemasan sampel dengan rincian
1. Tanggal pengambilan sampel :
2. Lokasi pengambilan sampel :
3. Jenis sampel :

11
4. Jenis pemeriksaan :
5. Nama petugas :
6. tanda tangan :
7. Memasukkan kemasan sampel yang sudah diberi label ke
box sampel.

 Prosedur pengambilan sampel tanah untuk pemeriksaan mikrobiologi


1. Melakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunkan
auger atau bor tangan dengan kedalaman 15-25 cm
2. Melakukan pengambilan tanah yang ada pada auger atau bor
tangan dengan menggunakan sekop kecil
3. Melakukan pelabelan pada kemasan sampel dengan rincian
1. Tanggal pengambilan sampel:
2. Lokasi pengambilan sampel:
3. Jenis sampel :
4. Jenis pemeriksaan :
5. Nama petugas :
6. tanda tangan :
4. Memasukkan kemasan sampel yang sudah diberi label ke box
sampel.
 Prosedur pemeriksaan Pb
1. Mengambil sampel tanah kimia sebanyak 2 g
2. Masukkan ke dalam tabung reaksi
3. Menambahkan aquades sebanyak 10 ml
4. Mengaduk hingga homogen
5. Tambahkan 2 tetes larutan KI
6. Menunggu perubahan warna yang terjadi
7. Bila berubah warna menjadi kuning, maka mengandung Pb
8. Bila tidak terjadi perubahan warna, maka tidak mengandung Pb

B. Pengambilan Sampel Lindi


a. Alat
 Botol Sampel

12
 Kertas Label
 Gayung
 Sarung Tangan
b. Cara Kerja
 Tentukan lokasi pengambilan sampel lindi
 Gunakan sarung tangan
 Ambil lindi dengan menggunakan gayung gagang panjan agar
mudah di jangkau
 Masukkan sampel lindi ke dalam botol sampel
 Beri label pada botol sampel

13
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Tanah


1. TPA Kubu Raya
TPA Rasau Jaya menggunakan sistim open dumping, maka hal ini menjadi faktor
yang sangat potensial terhadap terjadinya pencemaran air, tanah serta udara serta penurunan
derajat kualitas lingkungan permukiman di sekitar lokasi TPA.

Laju timbulan sampah tiap tahunnya mengalami peningkatan. Ketersediaan


lahan TPA yang semakin menyempit, hal ini berpengaruh terhadap masa pakai TPA
apabila tidak terkendalinya penanganan sampah di Kubu Raya.

Keterbatasan sarana dan prasarana yang ada berpengaruh terhadap pengelolaan


sampah di lahan TPA. Lokasi TPA yang ada saat ini tidak memenuhi persyaratan
teknis sesuai dengan Standart Nasional, saat ini hampir seluruh pengelolaan sampah
berakhir di TPA sehingga menyebabkan beban TPA menjadi sangat berat.

Selain itu fasilitas TPA yang sangat minim terutama berkaitan dengan tidak
adanya fasilitas perlindungan lingkungan (buffer zone, pengumpulan dan
pengolahan leachate, ventilasi gas dan penutupan tanah), Larangan ijin mendirikan
bangunan disekitar TPA juga tidak dilakukan sehingga lokasi TPA yang semula jauh
dari permukiman kemudian justru dikelilingi oleh permukiman penduduk.

Pengambilan contoh tanah juga sangat berpengaruh terhadap tingkat


kebenaran hasil analisis sifat fisik dan sifat kimia tanah. Ada tiga cara pengambilan
contoh tanah yaitu :
1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sampel), digunakan untuk
penetapan berat jenis tanah, berat jenis partikel, porositas tanah,
kurva pf, dan permeabilitas tanah.
2. Contoh tanah tidak utuh ( disturbed soil sampel), digunakan untuk
penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensi, warna, dan
analisis kimia tanah.
3. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregate),
digunakan untuk penetapan kemantapan agregat, pontesi

14
mengembang dan mengkerut yang dinyatakan dengan nilai COLE
(coofficient of linear extencibility). (penuntun dasar-dasar
ilmutanah, 2009).
Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya
adhesi, kohesi, dan gravitasi. Air higrokopis adalah air yang
diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat, sehingga tidak tersedia
bagi tanaman. Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat
adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya
gravitasi. Sedangkan air gravitasi adalh air yang tidak dapat ditahan
oleh tanah, karena mudah meresap kebawah akibat adanya gaya
gravitasi.
Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan
organik, bahan organik, udara, dan air. Bahan anorganik secara garis
besar terdiri atas golongan fraksi tanah yaitu : paisr, debu, dan liat,
masing-masing fraksi mempunyai ukuran dan sifat yang berbeda,.
Tanah yang banyak nmengandung pasir akan mempunyai tekstur
yang kasar, mudah untuk diolah, mudah merembeskan air dan
disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak
mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket dan
sulit dalam pengolahannya sehingga disebut tanah berat.

2. TPA Kota Pontianak


TPA sampah Batu Layang Kota Pontianak yang dibangun pada tahun
1997ternyata memberikan perubahan yang besar. Diantaranya wilayah TPA
sampah tersebut. Dulunya merupakan daerah hutan yang lebat dan juga
merupakan tanahgarapan. Sejak dijadikan TPA, wilayah tersebut yang dulunya penuh
dengan macam-macam tumbuhan serta menjadi habitat hewan, sekarang berubah menjadi
gunung-gunung sampah yang dapat mencemari tanah di wilayah tersebut. Sangat
di sayangkanwilayah yang dipakai untuk pembuatan TPA adalah lahan yang masih
produktif, padahal masih banyak wilayah yang sudah tidak terpakai lagi.
Misalnya wilayah bekas pertambangan.Masyarakat merasa terganggu sejak
adanya Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Batu Layang yang berada di sekitar
pemukiman penduduk dikarenakan adanya perubahan dari aspek kenyamanan,

15
lingkungan maupun aspek kesehatan. Dari aspek kenyamanan, masyarakat merasa
terganggu dengan adanya hirik mudik truk pengangkut sampah yang walaupun
sudah ditutup terpal, namun masih menyebarkan bau yang tidak sedap saat lewat.
Selain itu, jalan-jalan yang menjadi jalan umum untuk warga juga menjadi rusak karena
setiap hari dilewati truk pengangkut sampah. Jalan tersebut berlubang-lubang dan
becek saat turunnya hujan.Dari aspek lingkungan masyarakat merasa adanya
penurunan fungsi tanah disekitar kawasan TPA Batu Layang. Hal itu dapat di
ketahui melalui beberapa kasus yaitu beceknya jalanan di sekitar TPA Batu Layang
ketika hujan turun. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya kemampuan tanah
untuk menyerap air.
Dari aspek kesehatan, masyarakat mengalami gangguan kesehatan.
Salahsatunya masyarakat mengalami gatal-gatal. Gatal- gatal tersebut diyakini
masyarakattimbul karena air sumur yang tercemar. Air sumur merupakan salah
satu bentuk dari air tanah yang sumbernya berasal dari dalam tanah. Karena
pemukiman penduduk berada tidak jauh dari lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Batu Layang maka tanah di pemukian penduduk juga tercemar. Jika tanah sudah
tercemar maka secaratidak langsung air yang dihasilkan dari dalam tanah( air
sumur) juga ikut tercemar.Hal ini dapat di amati dari warna air sumur yang hitam.

B. Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel Lindi


1. TPA Kubu Raya
Kualitas dan kuantitas air lindi dari dekom posisi sampah baru lebih banyak
dari pada sampah lama artinya semakin lama penimbunan sampah, maka kualitas
dan kuantitas air lindi sampah (leachate) semakin sedikit.
Tingginya konsentrasi suhu pada air lindi sampah tersebut akan
mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam penguraian bahan-bahan organik,
dimana semakin tinggi suhu maka aktivitas mikroorganisme semakin meningkat
yang menyebabkan pengambilan atau pemanfaatan oksigen terlarut dalam air
semakin meningkat. Peningkatan suhu akan menimbulkan akibat menurunnya
jumlah oksigen terlarut dalam air dan meningkatkan kecepatan reaksi kimia.
Tingginya kadar TDS pada air lindi sampah disebabkan karena akumulasi
dari hasil dekomposisi sampah organik dan anorganik yang ditimbun di TPA
Rasau jaya. TDS tersebut menunjukkan jumlah kepekatan padatan terlarut dalam

16
suatu air lindi sampah yang tinggi. TDS disebabkan oleh bahan anorganik berupa
ion-ion antara lain ; Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Sulfat, Klorida,
Besi, Kalium, Karbonat, Nitrat, Fluorida, Strontium, Boron dan Silika.
Air lindi yang diambil berasal dari rembesan air lindi yang dihasilkan dari
tumpukan-tumpukan sampah. Secara visual, kondisi air lindi yang terdapat pada
saluran drianase memiliki warna hitam kecoklatan dan memiliki bau yang tajam.
Bau yang ditimbulkan air lindi disebabkan oleh adanya NH3, silfida dan bahan
organik yang tergandung dalam air lindi yang berasal dari tumpukan sampah.

17
BAB V
KESIMPULAN

Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-
komponen padat, cairan, dan gas, mempunyai sifat serta prilaku yang dinamik. Sifat
dinamik tanah tersebut karena tanah merupakan system yang terbuka dengan
terjadinya proses pertukaran bahan dan energy secara berkesinambungan
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita
teliti.
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program
uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur
kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk
penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun,
hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal
yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu
pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah.
Sampah di TPA sampah Batu Layang Kota Pontianak terdiri atas sampah
organik dan sampah non organik. Pengelolahan sampah di TPA tersebut tergolong
kurang baik, hal ini dapat di lihat dari banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari TPA
tersebut.
Guna mengoptimalkan penggunaan Lahan TPA Rasau Jaya dengan sistim
open dumping ke arah controlled landfill, sehingga dapat serta meminimalkan
permasalahan-permasalahan yang dapat memperpanjang umur pakai dari TPA
tersebut, sambil menunggu tersedianya Lahan TPA yang baru yang memenuhi
persyaratan teknis sesuai standart nasional.

18
DAFTAR PUSTAKA

Subakti,bram 2013. Laporan contoh tanah. Diunduh


dari:https://bramsubakti.wordpress.com/2013/03/04/laporan-contoh-tanah-bram/
Diakses tanggal: 26 Desember 2014
Anonim, 2013. Tehnik pengambilan sampel tanah. Diunduh dari:
http://foresteruntad.blogspot.com/2013/06/tehnik-pengambilan-sampel-tanah.html
Diakses tanggal: 26 Desember 2014
Riskirana, 2013. Teknik pengambilan sampel tanah. Diunduh dari:
http://riskirana.blogspot.com/2011/10/teknik-pengambilan-sampel-tanah.html
Diakses tanggal: 26 Desember 2014
Anonim, 2014: TPA batu layangg dan kontribusinya terhadap tanah. Diunduh
dari:http://id.scribd.com/doc/59107583/Tpa-Batu-Layang-Dan-
KontribusinyaTerhadap-Pence-Mar-An-Tanah#scribd
Diakses tanggal: 26 Desember 2014
Anonim, 2014. Evaluasi sistem pembuangan akhir sampah diTPA rasau jaya. Diunduh dari:
http://rkonline.id/kubu-raya/evaluasi-sistem-pembuangan-akhir-sampah-di-tpa-rasau-
jaya
Diakses tanggal: 26 Desember 2014

19
LAMPIRAN

FORMULIR PENGAWASAN

TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)

LOKASI : TPA BATULAYANG

KECAMATAN : PONTIANAK UTARA

KAB/KOTA : PONTIANAK

TANGGAL : 4 DESEMBER 2014

N KOMPONEN BOBOT/
KRITERIA SCORE
O PENILAIAN MAX

a. Mengkuti metode yang ada yaitu : 10

- Open Dumping
- Sanitary Landfil
Teknik Pengelolaan - incinerator
I
Sampah - Gas metana
- Autoclave
- Komposting

b.Hanya mengikuti minimal 2 metode yang ada 4

20
a. Hanya mengikuti 1 metode saja 1

Letak lokasi terhadap :

1. Pemukiman 8
a. Jarak terhadap pemukiman ≥ 3 km
b. Jarak terhadap pemukiman ≤ 3 km 1

2. Sumber air bersih 10


a. Jarak terhadap sumber air bersih ≥ 200 m
II
b. Jarak terhadap sumber air bersih ≤ 200 m 1

3. Sungai/pantai 5
a. Jarak terhadap sungai/pantai ≥ 3 m
b. Jarak terhadap sungai/pantai ≤ 3 m 1

Pengelolaan Sampah :

a. Penyebaran dan pemadatan dilakukan 3-5 kali 4

1. Penyebaran dan sampai ketebalan yang terencana

pemadatan b. Penyebaran dan pemadatan dilakukan kurang dari


3-5 kali sampai ketebalan yang terencana 1

a. Penutupan lakukan minimal 3 hari sekali dengan 3

2. Penutupan dengan tebal 100 cm


III
tanah b. Penutupan lakukan minimal 3 hari sekali dengan
tebal kurang dari 100 cm 1

3. Penanganan terhadap 3
a. Dilakukan penanganan khusus ditempat yang
sampah khusus/sampah
berbeda
toksik/bahan buangan
b. Tidak dilakukan tindakan penanganan
berbahay 1

a. Sesuai dengan alat keselamatan standar


IV 1. Alat keselamatan kerja 3
b. Tidak sesuai dengan alat keselamatan standar

21
1

a. Tersedia alat pemadam kebakaran dan masih


berfungsi 3

2. Alat pemadam b. Tersedia alat pemadam kebakaran dan masih tidak


2
kebakaran berfungsi
c. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran dan tidak 1
berfungsi

V Pencemaran Lingkungan :

a. Dilakukan tindakan pengontrolan sehingga bau 5


tidak mencapai radius 3 Km
1. Masalah Bau
b. Dilakukan tindakan pengontrolan sehingga bau
mencapai radius 3 Km 1

a. Dilakukan tindakan penanganan sehingga asap 5


tidak mencapai pemukiman
2. Masalah Asap
b. Dilakukan tindakan penanganan sehingga asap
mencapai pemukiman 1

3. Sumber air bersih a. Sumber air tidak tercemar baik secara fisik, 6
kimia, maupun bakteriologis
b. Sumber air tercemar baik secara fisik, kimia,
maupun bakteriologis 1

4. Sumber air bersih a. Tidak merembes kedalam tanah dan dilakukan 8


proses pengolahan
b. Merembes kedalam tanah dan dilakukan proses
pengolahan 1

VI 1. Lalat a. Kepadatan lalat kurang dari 20 / grill 3


b. Kepadatan lalat lebih dari 20 / grill
1

22
2. Tikus c. Tidak terlihat disiang hari dan jumlahnya 3
kurang dari 10
d. Tidak terlihat di siang hari dan jumlahnya lebih
dari 10 1

Total 100

KUESIONER
Nama Responden : ..............................................................
Umur : ..............................................................
Jenis Kelamin : ..............................................................
Pekerjaan : ..............................................................
Alamat : ...............................................................
1. Riwayat penmyakit yangbpernah diderita oleh anggota keluarga dalam 3 tahun
terakhir.....
a. Diare
b. Penyakit kulit
c. ISPA
d. DBD
e. Chikungunya
f. Thypus

2. Keluhan masyarakat terhadap TPA.....


23
a. Bau
b. Asap
c. Estetika (buruk/jelek)
d. Air (tidakbersih/tidak sehat)
e. Tanaman (terkontaminasi logam berat)

3. Jenis pengolahan sampah yang digunakan di TPA.....


a. Sanitary landfill
b. Open dumping
c. Komposting
d. Incenerator
e. Daur ulang

4. Jumlah pengangkutan sampah setiap hari.....


a. ≤ 10 kali
b. 11-20 kali
c. 21-30
d. > 30 kali

5. Jumlah sampah yang diangkat setiap hari....


a. < 1 ton
b. 1 ton
c. > 1 ton
6. Apakah pernah dilakukan pemeriksaan kualitas air?
a. Ya
b. Tidak

7. Jika jawabannya (YA), pemeriksaan dilakukan oleh siapa?


a. Dinas Kesehatan
b. Puskesmas
c. Atau yang lainnya (sebutkan).....

8. Apakah hasilnya tercemar atau tidak?

24
a. Tercemar
b. Tidak Tercemar

9. Sumber air yang digunakan warga sekitar TPA untuk kebutuhan sehari-hari.....
a. Parit
b. Sungai
c. SGL (sumur gali)
d. Kolam
e. PAH (Penampungan Air Hujan)
f. PAM/PDAM

10. Apakah disekitar TPA ada kebun penduduk?


a. Ada
b. Tidak ada

11. Jika jawabannya (ADA), apakah hasiln kebun tersebut dimanfaatkan/dikonsumsi?


a. Tidak dikonsumsi
b. Dikonsumsi sendiri
c. Dijual

LEMBAR OBSERVASI
NO ITEM YANG DIOBSERVASI YA TIDAK
1 Pernah ada keluhan dari warga
2 Pernah ada pemeriksaan kualitas air
3 Air tanah/sumur/kolam tercemar
4 Air parit/sungai tercemar
5 Tanah disekitar TPA tercemar logam berat
6 Ada kebun penduduk disekitar TPA
7 Terjadi peningkatan kepadatan lalat dilingkungan penduduk
sekitar TPA
8 Udara di lingkungan penduduk sekitar TPA berbau

25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gambar 2

26
Gambar 3 Gambar 4

Gambar 5 Gambar 6

Gambar 7

27

You might also like