Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa/i dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan serta
untuk pegangan dalam memberikan bimbingan dan asuhan keperawatan pada
klien dengan BBLR Prematur,Postmatur dan NRDS serta Untuk memenuhi tugas
mata kuliah keperawatan gawat darurat.
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan dan tentang Bayi Baru
Lahir Prematur, Postmatur dan NRDS
b. Agar mahasiswa memahami konsep dari Bayi Baru Lahir Prematur, Postmatur
dan NRDS
c. Agar mahasiswa mampu membuat Asuhan Keperawatan pada penderita Bayi
Baru Lahir Prematur, Postmatur dan NRDS
d. Agar mahasiswa mampu mengaplikasikan nya di dalam kehidupan.
1.3 Manfaat
1. Diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran pada
khususnya dan pembaca tentang asuhan keperawatan pada pasien bayi dengan
Prematur.
2. Dapat menjadi referensi ilmu bagi fakultas keperawatan dalam rangka
pengembangan sumber daya manusia dalam menangani kasus bayi Prematur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Persalinan prematur adalah persalinan saat kehamilan 28-36 minggu dengan berat
janin antara 500-1000 gram.(kapita selekta kedokteran 2001)
Persalinan prematur adalah seatu persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan
mencapai 37 minggu.(keperawatan maternitas 2005)
Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi setelah janin mencapai periode
viabilitas atau sekitar 20 minggu gestasi tetapi sebelum selesai minggu ke 37 (Marlyn
E. Dungus 2001).
Persalinan prematur adalah kelahiran bayi disaat kehamilan kurang dari 259 hari
yang di hitung dari hari terakhir haid ibu. (Firmansyah 2006).
Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi hidup sebelum usia kehamilan minggu
ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir).(WHO)
Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu
tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram adalah bayi premetur. (Surasmi Asrini, hal. 31)
2.1.2 Etiologi dan Faktor Risiko Bayi Baru Lahir Prematur
Penyebab kelahiran prematur dapat digolangkan menjadi penyebab fisiologis dan non
fisiologis.
1) Fisiologis
a. Infeksi
Beberapa ibu dapat menderita penyakit, seperti infeksi saluran kemih,
pielonefritis, appendisitis atau pneumonia, dan semuanya berkaitan dengan
persalianan prematur. Pada kasus tersebut, persalinan prematur mungkin
disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui darah langsung ke rongga uterus,
penyebaran tak langsung melalui produk samping kimiawi, baik yang dari
mikroorganisme maupun dari respon peradangan tubuh.
b. Overdistensi
3
Overdistensi dapat menyebabkan pecah ketuban dini prapersalinan dan juga
meregangkan reseptor didalam miometrium, yang dapat menimbulkan
persepsi bahwa kehamilan telah cukup bulan dan bayi siap dilahirkan.
c. Masalah Vaskuler
Hemoragi antepartum dan solusio merupakan manifestasi yang sering kali
dilaporkan terjadi menjelang pelahiran prematur spontan. Darah yang
mengiritasi miometrium, melemahkan membran, dan akan menyebabkan
kontraksi uterus.
d. Lemah Serviks
Lemah serviks, atau yang dahulu disebut inkompetensi serviks, dapat
menyebabkan keguguran prematur. Mungkin akan ditemukan dilatasi serviks
dengan atau tanpa kontraksi uterus atau pecah ketuban spontan.
e. Penyebab Latrogenik
Hampir 30% kelahiran prematur disebabkan oleh indikasi medis atau induksi
persalianan atau perlahiran melalui prosedur bedah. Indikasi yang paling
sering ditemukan adalah preeklamsia fulminan pada ibu, atau tanda-tanda
hambatan pertumbuhan intrauterus yang serius pada janin tunggal atau salah
satu janin kembar.
f. Penyebab Idiopatik
Pada pelahiran dan persalinan prematur, penyebabnya tidak diketahui dan
dikatagorikan sebagai persalinan prematur idiopatik.
g. Prediktor Fisiologis Lain pada Persalinan Prematur
a) Panjang serviks
Pemendekan serviks yang segnifikan kerap disertasi dengan dilatasi dan
pencorongan membran menuju saluran serviks. Penelitian terkini
menemukan bahwa panjang serviks yang kurang dari 15 mm beresiko
menyebabkan pelahiran prematur spontan sebelum usia kehamilan 32
minggu.
b) Fibronektin
Fibronektin janin (fFN) adalah sejenis glikoprotein menyerupai lem yang
dihasilkan oleh sel-sel korion yang mengikat lapisan membran desidua.
Glikoprotein tersebut ditemukan dalam sekresi vagina sejak awal periode
kehamilan hingga usia kehamilan 22 minggu. Antara usia kehamilan 24
dan 34 minggu, kadar fFN ini sangat kecil, dan kadar tersebut terus
4
meningkat menjelang awitan persalinan. Jika terdapa gangguan pada antar
muka koriodesidua akibat adanya kerusakan, infeksi, atau pedarahan, fFN
dapat lebih dini ditemukan dalam sekresi saluran vagina. fFn ini dapat
digunakan untuk memprediksi persalonan dan perlahiran prematur.
2) Faktor Resiko Non Fisikologis
a. Usia Ibu
Usia ibu sangat mempengaruhi kemungkinan mereka menjalani persalinan
dan perlahiran prematur. Secara statistik, ibu yang sangat muda yang usia
kurang dari 18 tahun atau yang usia diatas 35 tahun terbukti memiliki insiden
persalinan prematur yang lebih tinggi. Pada pelahiran anak ke dua, ibu yang
berusia antara 15 dan 19 tahun beresiko tiga kali lebih tinggi mengalami
pelahiran yang sangat prematur dan bayi lahir mati dibandingkan ibu yang
berusia 20-29 tahun.
b. Faktor Ekonomi atau Kelas Sosial Rendah
Banyak faktor sosial ekonomi dinyatakan sebagai resiko prediposisi untuk
kelahiran prematur. Wanita yang berpenghasilan rendah, atau wanita yang
mendapat sedikit atau kurang mendapat dukungan finansial dari pasangan,
berisiko tinggi mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi kecil
masa kehamilan, serta mengalami komplikasi kehamilan yang lebih berat.
c. Wanita yang Belum Menikah atau Tidak Mendapat Dukungan
Pasangan yang tinggal bersama tanpa menikah dan kehidupan sebagai ibu
tunggal berisiko tinggi menyebabkan kelahiran prematur. Kurang
harmonisnya hubungan dengan suami atau pasangan menyebabkan ibu
berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
d. Berat Badan Ibu Kurang atau Lebih
Ibu yang berat badannya kurang akibat anoreksia nervosa yang dialami lebih
rentan mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi dengan berat
rendah. Disisi lain ibu yang masuk kategori obes secara klinis juga berisiko
mengalami persalinan dan perlahiran prematur, sebab mereka cenderung
menyandang diabetes gestasional selama kehamilan. Terlebih, ibu juga
berisiko tinggi mengalami preeklamsia yang berkaitan erat dengan pelahiran
prematur.
e. Merokok, Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan
f. Persalinan Prematur Sebelumnya
5
Apabila ibu sebelumnya memiliki riwayat persalinan dan perlahiran prematur
yang tidak diketahui jelas penyebabnya, risiko ibu untuk kembali mengalami
perlahiran prematur akan meningkat tajam.
g. Stres dan Hasil Akhir Kelahiran
Sters maternal mungkin merupakan faktor utama yang memicu persalinan
prematur melalui satu atau dua alur fisiologis. Pertama, mereka menetapkan
bahwa stres maternal dapat mempengaruhi alur neurondokrin, yang akan
mengaktivasi sistem endokrin meternal plasenta janin yang mendorong
parturisi. Lockwood dan Kuczynksi (1999) berteori bahwa aktivasi aksis
hipotalamus hipofisis adrenal (HPA), yang disebabkan oleh stres, dapat
menginduksi persalinan dan kelahiran prematur. Kedua, alur imun inflamasi
mungkin turut berperan dalam proses ini. Stres maternal dapat mempengaruhi
imunitas sistemik dan lokal untuk meningkatkan kerentanan terhadap proses
infeksi inflamasi janin dan intrauterin, dan menyebabkan parturisi melalui
mekanisme proinflasmasi yang telah diidentifikasikan sebelumnya (Wadhwa
et al., 2001).
h. Pengaturan Jarak Kelahiran
Penelitian menemukan bahwa semakin dekat jarak antar kehamilan, semakin
besar risiko ibu mengalami persalinan dan perlahiran prematur.
1) Berat badan <dari 2500gr, panjang badan kurang dari 45cm, lingkar kepala kurang
dari 33cm, lingkar dada kurang dari 30cm.
4) 4Kulit: tipis transparan, rambut lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,
telinga, dan lengan.
7
7) Reflex tonus otot masih lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk
belum sempurna.
8) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastic daun telinga masih kurang
sempurna).
14) Genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutup oleh labia mayora dan
pada laki-laki testis belum turun.
15) Garis pada telapak kaki belum jelas dan kulit teraba halus.
Neuromuscular Maturity
SCORE SIGN
SIGN SCOR
-1 0 1 2 3 4 5 E
Posture
Square
Window
Arm
Recoil
Poplitea
l Angle
8
Scarf
Sign
Heel To
Ear
Physical Maturity
SCORE SIGN
SIGN
-1 0 1 2 3 4 5 SCORE
smooth superficial cracking, parchment,
Sticky, gelatinous, leathery,
pink, peeling &/or pale deep
Skin friable, red, cracked,
visible rash, few areas, rare cracking, no
transparent translucent wrinkled
veins veins veins vessels
heel-toe anterior
Plantar >50 mm faint red creases creases over
40-50mm: -1 transverse
Surface no crease marks ant. 2/3 entire sole
<40mm: -2 crease only
raised
stippled full areola
barely flat areola areola
Breast imperceptable areola 5-10 mm
perceptable no bud 3-4 mm
1-2 mm bud bud
bud
well-curved formed &
lids fused lids open sl. curved thick
pinna; soft firm
Eye / Ear loosely: -1 pinna flat pinna; soft; cartilage
but ready instant
tightly: -2 stays folded slow recoil ear stiff
recoil recoil
testes in testes
scrotum testes testes
Genitals scrotum flat, upper down,
empty, descending, pendulous,
(Male) smooth canal, good
faint rugae few rugae deep rugae
rare rugae rugae
prominent prominent majora & majora majora
clitoris
Genitals clitoris & clitoris & minora large, cover
prominent &
(Female) small labia enlarging equally minora clitoris &
labia flat
minora minora prominent small minora
TOTAL PHYSICAL MATURITY SCORE
Maturity Rating
TOTAL SCORE
WEEKS
(NEUROMUSCULAR + PHYSICAL)
-10 20
-5 22
0 24
5 26
10 28
15 30
20 32
9
25 34
30 36
35 38
40 40
45 42
50 44
2) Apgar Skor
Skor Apgar atau nilai Apgar adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama
kali pada tahun 1952 oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana
untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah
kelahiran. Apgar yang berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan
metode skor ini untuk mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi
obstetrik terhadap bayi.
Skor Apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan
lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria
tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata
"Apgar" belakangan dibuatkan jembatan keledai sebagai singkatan dari
Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung,
respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah
menghafal
Lima kriteria Skor apgar:
tidak ada
meringis/menangis meringis/bersin/batuk
respons
Respons refleks lemah ketika saat stimulasi saluran Grimace
terhadap
distimulasi napas
stimulasi
10
lemah/tidak
Tonus otot sedikit gerakan bergerak aktif Activity
ada
menangis kuat,
lemah atau tidak
Pernapasan tidak ada pernapasan baik dan Respiration
teratur
teratur
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat
diulangi jika skor masih rendah.
Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru
lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan
akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes
menit kelima. Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30
menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka
panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun, tujuan tes
Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut
membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak didisain untuk memberikan prediksi
jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
11
2) Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP)
Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring.
(Whaley & Wong, 1995)
3) Duktus Arteriosus Paten (PDA)
4) Necrotizing Enterocolitas (NEC) (Bobak. 2005)
5) Infeksi organ vital
2.1.6 Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir Prematur
12
dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di
kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu
kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat
ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah.
Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk pengawasan
mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang
dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan
tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya.
b. Pemberian ASI pada bayi premature
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu pada
bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang
melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang
melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4
minggu. Jadi apabila bayi lahir sangat premature (<30>
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal ini
disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak
tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau
kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks,
peristaltik lambat.
Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu dukungan
dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan ASI perah
dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun
pipa lambung.
a) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat
langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI
belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali
sehari.
b) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks
hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah dengan
sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 –
1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu
diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari.
c) Bayi prematur dengan berat lahir <1250>
c. Makanan bayi
13
Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang
disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari),
agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang
diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3
jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia.
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung.
Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah
muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian
minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih
dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang
mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari – hari pertama,
maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation).
Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan
jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan
yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai
200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan
tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki
keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan,
keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening (TORCH,
Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang
terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik
dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah
infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang
berhubungan dengan bayi.
Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan :
a) Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak
terkena infeksi
b) Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi
14
c) Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama
seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian
dibersihkan dengan cairan antisptik)
d) Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu
e) Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
f) Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan
g) Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi
h) Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya
i) Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca
e. Minum cukup
Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu
sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum
susu dilakukan dengan menggunakan pipet.
f. Memberikan sentuhan
Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi prematur
yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat
badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh.
g. Membantu beradaptasi
Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi
beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak
ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS
yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau
beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus
dengan kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).
2) Perawatan di rumah
a. Minum susu
Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa
Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan
memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI
eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang
menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak.
b. Jaga suhu tubuhnya
15
Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum
stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya
tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan
menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin.
c. Pastikan semuanya bersih
Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus
berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir
kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan
susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK
BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu
dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi
susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali
segera membawanya ke dokter.
e. Berikan stimulus yang sesuai
Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain,
menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar
– gambar dan mainan berwarna cerah.
Prognosis bayi prematur tergantung dari berat ringannya. Masalah perinatal misalnya
masa gestasi (makin muda gestasi/ makin rendah berat bayi makin tinggi angka
kematian), asfiksia/iskemia otak, sindrom gangguan pernapasan, perdarahan
intraventrikuler, infeksi, gangguan metabolik (asidosis hipoglikemia,
hiperbilirubinia). Prognosis juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan
orang tua, dan perawatan pada masa kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan
suhu lingkungan resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan
pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinia, hipoglikemia)
2.1.9 WOC
17
Faktor hamil: Stres hipotesis Faktor individu:
Stres individu-sel
Persalinan
prematur
19
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen
dan laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya
dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh
kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume
air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada
bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
Pada janin:
1. Janin tampak seperti berusia term/ cukup umur, namun terkadang tampak
telah tua 1-3 minggu
2. Janin panjang dan kurus (akumulasi lemak menurun), namun dapat pula
terjadi peningkatan berat janin
3. Kulit agak pucat dengan deskuamasi
4. Vernix casiosa menipis, kulit kering dan pecah-pecah
5. Kuku janin panjang terkadang terisi dengan mekonium
6. Terdapat akumulasi scalp pada rambut janin
7. Tali pusat layu dan berwarna kuning
8. Palpasi kepala janin mengeras
2.2.9 WOC
25
Faktor hormonal :
Kadar progesteron
Kortisol
Faktor herediter
Sindrom Aspirasi
Sindrom post maturitas
Mekonium
MK : Resiko Keracunan
MK :
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
26
2.3 NRDS ( Neonatal Respiratory Disstres Syndrom )
Sindrom gawat napas (RDS) (juga dikenal sebagai idiopathic respiratory distress
syndrome) adalah sekumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologist yang terjadi
terutama akibat ketidakmaturan paru dengan unit pernapasan yangkecil dan sulit
mengembang dan tidak menyisakan udara diantara usaha napas. Istilah-istilah Hyaline
Membrane Disease (HMD) sering kali digunakan saling bertukar dengan RDS (Bobak,
2005)
RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan yang terdiri atas gejala
dispneu, pernafasan cepat lebih dari 60 kali permenit, sianosis, merintih pada saat ekspirasi;
terdapat retraksi pada suprasternal, interkostal dan epigastrium. Pada penyakit ini terjadi
perubahan paru yaitu berupa pembentukan jaringan hialin pada membran paru yang rusak.
Kerusakan pada paru timbul akibat kekurangan komponen surfaktan pulmonal. Surfaktan
adalah suatu zat aktif yang memberikan pelumasan pada ruang antar alveoli sehingga dapat
mencegah pergesekan dan timbulnya kerusakan pada alveoli yang selanjutnya akan
mencegah terjadinya kolaps paru. (Yuliani, 2001).
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan karena berbagai sebab yaitu:
27
dipalmitilfosfatidilkolin (lesitin), fosfatidilgliserol,apoprotein (protein surfaktan = ps
A, B, C, D) dan kholesterol.
5. Pneumothoraks/pneumomediastinum
6. Aspirasi
2.3.3 Patofisiologi NRDS
Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang
disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut
sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai
max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan
surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan
mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan
menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.
Hipoksia akan menyebabkan terjadinya :
1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan asam
laktat asam organic > asidosis metabolic.
2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris > transudasi kedalam alveoli
> terbentuk fibrin > fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik > lapisan membrane
hialin.
Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah
keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan
terjadinya atelektasis.
2.3.4 Manifestasi Klinis NRDS
Kelainan-kelainan fisiologis:
Daya kembang paru-paru berkurang hingga mencapai seperlima sampai
sepersepuluh nilai normal.
Daerah paru-paru yang tidak mengalami perfusi luas mencapai 50-60%
Aliran darah kapiler pulmonal kurang
Ventilasi alveolus berkurang dan usaha nafas meningkat
Volume paru-paru berkurang
Perubahan-perubahan ini menyebabkan hipoksemia, seringkali hiperkarbia
dan jika mengalami hipoksemia berat menimbulakan asidosis.
30
dengan RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau
bradikardi.
2.3.6 Penatalaksanaan NRDS
a. Pemberian Surfaktan
Dosis yang digunakan bervariasi antara 100mg/kg sampai 200mg/kg. Dengan
dosis 100mg/kg sudah dapat memberikan oksigenasi dan ventilasi yang baik, dan
menurunkan angka kematian neonatus dibandingkan dosis kecil, tapi dosis yang
lebih besar dari 100mg/kg tidak memberikan keuntungan tambahan. Membaiknya
oksigenasi dan ventilasi lebih cepat dengan dosis 200mg/kg dibandingkan dosis
100mg/kg,tetapi pada penelitian yang dilakukan pada babi dengan RDS
berhubungan dengan meningkatnya perubahan aliran sistemik dan aliran darah ke
otak ( dikutip dari Moen,dkk 1998 ). Saat ini dosis optimum surfaktan yang
digunakan adalah 100mg/kg.
Sampai saat ini surfaktan diberikan secara injeksi bolus intratrakeal, karena
diharapkan dapat menyebarkan sampai saluran napas bagian bawah. Penyebaran
surfaktan kurang baik pada lobus bawah sehingga dapat menyebabkan penyebaran
yang kurang homogen (Oetomo,dkk 1990). Dengan pemberian secara bolus dapat
mempengaruhi tekanan darah pulmonar dan sistemik secara fluktuatif (Wagner,dkk
1996). Pemberian secara perlahan-lahan dapat mengurangi hal tersebut tapi dapat
menyebabkan inhomogen yang lebih besar dan memberikan respon yang kurang baik
(Segerer,dkk 1996). Menurut Henry,dkk 1996 pemberian surfaktan secara nebulasi
mempunyai beberapa efek samping pada jantung dan pernapasan tetapi kurang
dari 15% dosis ini akan sampai ke paru-paru. Berggren,dkk 2000 mengatakan bahwa
pemberian secara nebulasi pada neonatus kurang bermanfaat. Cosmi,dkk 1997
mengusulkan pemberian secara intra amnion akan tetapi tehnik tersebut sulit karena
harus memasukkan catheter pada nares anterior fetus dengan bantuan USG dan
penggunaan aminophilline pada ibu hamil tidak dianjurkan.
b. Memberikan Lingkungan yang Optimal
Suhu tubuh bayi harus selalu diusahakan agar tetap dalam batas normal
(36,5°-37°C) dengan cara meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembapan ruangan
juga harus adekuat
c. Pemberian Oksigen
31
Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-hati karena berpengaruh
kompleks pada bayi premature. pemberian oksigen yang terlalu banyak dapat
menimbulkan komplikasi seperti fobrosis paru,dan kerusakan retina. Untuk
mencegah timbulnya komplikasi pemberian oksigen sebaiknya diikuti dengan
pemeriksaan analisa gas darah arteri. Bila fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas
darah arteri tidak ada, maka oksigen diberikan dengan konsentrasi tidak lebih dari
40% sampai gejala sianosis menghilang.
d. Pemberian Cairan dan Elektrolit
Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan
homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan glukosa 5-10%
dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan berat badan ialah 60-125
ml/kgBB/hari. Asidosis metabolic yang selalu dijumpai harus segera dikoreksi
dengan memberikan NaHCO3 secara intravena yang berguna untuk mempertahankan
agar pH darah 7,35-7,45. Bila tidak ada fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas
darah, NaHCO3 dapat diberi langsung melalui tetesan dengan menggunakan
campuran larutan glukosa 5-10% dan NaHCO3 1,5% dalam perbandinagn 4:1
e. Pemberian antibiotic
Bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic untuk mencegah infeksi
sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kgBB/hari atau
ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.
1. Foto thoraks: Pemeriksaan radiologis, mula-mula tidak ada kelainan jelas pada foto
dada, setelah 12-24 jam akan tampak infiltrate alveolar tanpa batas yang tegas
diseluruh paru.
a. Pola retikulogranular difus bersama bronkhogram udara yang saling
b. tumpah tindih.
c. Tanda paru sentral batas jantung sukar dilihat, inflasi paru buruk.
d. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi
e. dari ibu diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif ).
f. Bayangan timus yang besar.
g. Bergranul merata pada bronkhogram udara, yang menandakan penyakit
h. berat jika terdapat pada beberapa jam pertama.
32
2. Gas Darah Arteri menunjukan asidosis respiratory dan metabolik yaitu adanya
penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan PaCO2, penurunan HCO3.
3. Hitung darah lengkap,
4. Perubahan Elektrolit, cenderung terjadi penurunan kadar: kalsium, natrium, kalium
dan glukosa serum.
5. Biopsi paru , terdapat adanya pengumpulan granulosit secara abnormal dalam
parenkim paru.
33
Persalinan prematur
Bayi prematur
Alveoli kecil
Reflek hisap
masih kurang
Produksi surfaktan
tidak adekuat
Intake nutrisi
tidak adekuat
Alveolus kolaps
MK: Nutrisi
kurang dari Ventilasi kurang
kebutuhan tubuh
Cidera paru
Takipnea
Edema
MK: Pola nafas
tidak efektif
MK: Gangguan
pertukaran gas
34
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1.1 Pengkajian
1) Pengkajian Data
a. Nama Bayi : untuk menghindari kekeliruan
b. Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonatus
c. Jenis Kelamin : L/P
d. Umur
e. Alamat : untuk memudahkan dilakukan pengkajian
f. Identitas orang tua
Nama ibu/ ayah : untuk menghindari kekeliruan
Umur ibu : untuk mengetahui resiko tinggi kehamilan/ tidak
g. Agama : untuk memudahkan pemberian dukungan spiritual
h. Pendidikan : untuk memudahkan dalam pemberian KIE
i. Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
j. Alamat : untuk memudahkan pengkajian
2) Keluhan Utama
a. BB < 2500 gram
b. PB < 45 cm
c. UK < 37 minggu
3) Riwayat kesehatan sekarang
BBLR sering terjadi hipotermia, asfiksi dan infeksi.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit menular, menurun dan menahun
atau tidak.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Riwayat prenatal
a) Hamil dengan hidramnion
b) Hamil ganda
c) Perdarahan antepartum
d) Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD
35
Pengkajian Primer
1) Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160 dpm)
murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten
2) Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
3) Neurosensori
a. Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
b. Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin mudah di
gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar
c. Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat Reflek
tergantung pada usia gestasi
d. Pernafasan
e. Apgar score mungkin rendah
f. Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60 x/mnt)
mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
g. Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernafasan
(RDS)
4) Keamanan
a. Suhu berfluktuasi dengan mudah
b. Menangis mungkin lemah
c. Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
d. Kulit transparan
e. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
f. Ekstremitas tampak edema
g. Garis telapak kaki terlihat
h. Kuku pendek
5) Seksualitas
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris menonjol testis
pria tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada skrotum
3.1.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang
badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari
36
33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar
perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita
klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum berkembang, tidak
menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata 120 sampai
160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit bayi sianosis atau pucat,
pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3 detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot aksesoris,
cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-
60x/menit, bunyi pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah, kulit
mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi dan bau), BAB
(jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau), refleks menelan dan megisap
yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin (jumlah, warna, berat
jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro, menghisap,
mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala
kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan
sempurna, lembut dan lunak.
6) Sistem Integumen : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan. Keadaan kulit (warna,
tanda iritasi, tanda lahir, lesi, pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering,
halus, terkelupas.
3.1.3 Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakadekutan kadar surfaktan
2) Ketidakefektifan pola nafas b.d imaturitas pusat pernafasan
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d imaturitas produksi enzim, reflek
lemah
4) Risiko tinggi kekurangan volume cairan b.d usia dan berat badan ekstrem (prematur,
dibawah 2500 g)
5) Risiko tinggi cidera kerusakan SSP b.d hipoksia jaringan
6) Risiko tinggi infeksi b.d respon imun imatur
7) Risiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d kulit tipis, kapiler rapuh dekan permukaan
kulit, tidak ada lemak subkutan di atas penonjolan tulang
37
8) Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan imatur sistem neurosensori
9) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan,
ketidakseimbangan metabolik (hiperbilirubin), hipoglikemia
3.1.4 Intervensi Keperawatan
41
3.2 ASKEP TEORI BBL POSTMATUR
3.2.1 Pengkajian
1) Pengkajian Data
a. Nama Bayi : untuk menghindari kekeliruan
b. Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonatus
c. Jenis Kelamin : L/P
d. Umur
e. Alamat : untuk memudahkan dilakukan pengkajian
f. Identitas orang tua
a. Nama ibu/ ayah : untuk menghindari kekeliruan
b. Umur ibu : untuk mengetahui resiko tinggi kehamilan/ tidak
g. Agama : untuk memudahkan pemberian dukungan spiritual
h. Pendidikan : untuk memudahkan dalam pemberian KIE
i. Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi
j. Alamat : untuk memudahkan pengkajian
2) Keluhan Utama
a. BB < 2500 gram
b. PB < 45 cm
c. UK > 42 minggu
3) Riwayat kesehatan sekarang
BBLR sering terjadi hipotermia, asfiksi dan infeksi.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit menular, menurun dan menahun
atau tidak.
5) Riwayat kehamilan dan persalinan
6) Riwayat prenatal
a. Hamil dengan hidramnion
b. Hamil ganda
c. Perdarahan antepartum
d. Komplikasi kehamilan, pre eklamsi, KPD
Pengkajian Primer
1) Sirkulasi
42
Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160 dpm)
murmur jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten
2) Makanan / Cairan
Berat badan kurang dari 2500 g
3) Neurosensori
a. Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
b. Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin mudah di
gerakan, fontanel mungkin besar / terbuka lebar
c. Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat Reflek
tergantung pada usia gestasi
d. Pernafasan
e. Apgar score mungkin rendah
f. Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60 x/mnt)
mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
g. Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernafasan
(RDS)
4) Keamanan
a. Suhu berfluktuasi dengan mudah
b. Menangis mungkin lemah
c. Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
d. Kulit transparan
e. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
f. Ekstremitas tampak edema
g. Garis telapak kaki terlihat
h. Kuku panjang
5) Seksualitas
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris menonjol testis
pria tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada skrotum
44
9. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia jaringan,
ketidakseimbangan metabolik (hiperbilirubin), hipoglikemia
3.2.4 Intervensi
Kriteria Hasil:
Intervensi Rasional
Monitor turgor dan mukosa mulut. Menentukan derajat dehidrasi dari
turgor dan mukosa mulut.
Monitor intake dan out put. Mengetahui keseimbangan cairan tubuh
(balance)
Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
adekuat.
Lakukan control berat badan setiap Penambahan dan penurunan berat badan
hari. dapat di monitor.
3. Gangguan hubungan interpersonal antara bayi dan ibu sehubungan
dengan perawatan intensif.
Tujuan :
Terjadinya hubungan batin antara bayi dan ibu.
Kriteria:
- Ibu dapat segera menggendong dan meneteki bayi.
- Bayi segera pulang dan ibu dapat merawat bayinya sendiri.
Intervensi Rasional
Jelaskan para ibu / keluarga tentang Ibu mengerti keadaan bayinya dan
keadaan bayinya sekarang. mengurangi kecemasan serta untuk
kooperatifan ibu/keluarga.
Bantu orang tua / ibu mengungkapkan Membantu memecah-kan permasalahan
perasaannya. yang dihadapi.
Orientasi ibu pada lingkungan rumah Ketidaktahuan memperbesar stressor
sakit.
Tunjukkan bayi pada saat ibu Menjalin kontak batin antara ibu dan
berkunjung (batasi oleh kaca pembatas). bayi walaupun hanya melalui kaca
pembatas.
Lakukan rawat gabung jika keadaan ibu Rawat gabung merupakan upaya
dan bayi jika keadaan bayi mempererat hubungan ibu dan
memungkinkan bayi/setelah bayi diperbolehkan pulang.
46
3.3 ASKEP TEORI NRDS
3.3.1 Pengkajian
1. Refleks
a. Refleks moro
Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan.
Pada By. C reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang
keras dan tiba – tiba bayi beraksi dengan mengulurkan tangan dan tungkainya
serta memanjangkan lehernya.
b. Refleks menggenggam
Reflek menggenggam pada By. C (+) tapi lemah, ditandai dengan membelai
telapak tangan,bayimenggenggam tangan gerakan tangan lemah.
c. Refleks menghisap
Reflek menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi
menghisap jari, hisapan lemah.
d. Refleks rooting
Reflek rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan ditempelkan di
pipi bayi.
e. Refleks babynsky
Reflek babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada bilateral
telapak kaki.
2. Tonus otot
Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi sering
menggerek-gerakan tangan dan kakinya.
47
3. Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Letargi
Lingkar kepala : 33 Cm
Lingkar dada : 30 Cm
Panjang badan : 45 Cm
Berat badan : 2400 Gram
Suhu : 37,1 oC
Respiratory : 78 x/menit
Nadi : 154 x/menit
4. Kepala
Bentuk kepala Normochepal, lingkar kepala 33 cm, pertumbuhan rambut merata,
tidak ada lesi, tidak ada benjolan, fontanel anterior masih lunak, sutura sagital datar
dan teraba, gambaran wajah simetris terdapat larugo disekitar wajah dan badan.
5. Mata
Mata simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, mata bersih tidak
terdapat sekret, mata bisa mengedip, bulu mata tumbuh, reflek kornea (+) reflek
terhadap sentuhan, reflek pupil (+) respon terhadap cahaya, replek kedip (+)
6. Telinga
Letak telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga bersih, tidak terdapat serumen,
tidak ada lesi, bentuk telinga baik, lunak dan mudah membalik, ( Cartilago car ) baik,
terdapat rambut larugo.
7. Hidung
Hidung bentuk simetris, terpasang O2 binasal 2 liter/menit, keadaan hidung bersih
tidak terdapat peradangan atau pembengkakan hidung, pernafasan cuping hidung
(PCH) (+).
8. Mulut
Bentuk bibir simetris, bibir terdapat bercak putih pada membran mukosa, Stomatitis
(-), refleks hisap (+),reflek rooting (-).
9. Dada dan Paru-paru
Dada simetris ( Sama antara kiri dan kanan ), bentuk dada menonjol, PX terlihat
jelas, bentuk dada burung ( pektus karinatum) pergerakan dada sama antara dada kiri
dan kanan, retraksi dinding dada (+), retraksi dinding epigastrium (+), frekuensi
nafas 78 x/menit, mamae bentuk datar, suara nafas rales (+)
48
10. Jantung
Nadi apikal 154 x/menit, bunyi jantung reguler BT1 + BT2, palapasi nadi brakhialis
(+) lemah, radialis (+) lemah, femoralis lemah dan nadi karotis (+)
11. Abdoment
Bentuk abdomen dan cekung pada bagian px, bising usus dapat terdengar 4x/menit,
tali pusay belum putus, keadaan kering, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat
haluaran nanah, perut diraba lunak, lingkar perut 38 cm tidak ada pembengkakan
hepar.
12. Genitalia
Lubang penis terdapat di gland penis, kedua testis dapat teraba pada scrorum.
13. Anus
Anus paten, ditandai dengan bayi sudah BAB, mekonium sudah keluar berwarna
hitam dan lembek
14. Punggung
Terdapat banyak rambut larugo, bentuk simetris, tidak terdapat ruam kemerahan atau
rush.
15. Ekstrimitas
Ekstrimitas dapat bergerak bebas, ujung jari merah muda/tidak sianosis, CRT dalam
waktu 2 detik, jumlah jari komplit, kaki sama panjang, lipatan paha kanan dan kiri
simetris, pergerakan aktif
16. Kulit
Warna kulit merah seluruh tubuh, sianosis (-), tidak terdapat tanda lahir, Skin Rush (-
), Ikterik (-), turgor kulit jelek, kulit longgar disebabkan karena lemak subkutan
berkurang, terdapat larugo.
17. Eliminasi
Eliminasi BAK 6-8 x/hari, BAB 2-4 x/hari
18. Suhu
Suhu tubuh 37,1 oC, Setting Inkubator 32 oC
3.3.3 Diagnosa
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi
surfaktan dan ketidakstabilan alveolar.
2) Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin
49
3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-
alveolar
4) Resiko infeksi
3.3.4 Intervensi
50
NOC NIC
Status Respirasi : Ventilasi (0403) Manajemen Jalan Nafas (3140) :
:
1. Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ektensi
1. Pernapasan pasien 30- jika memungkinkan.
60X/menit 2. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
2. Pengembangan dada simetris. dan mengurangi dispnea
3. Irama pernapasan teratur 3. Auskultasi suara nafas
4. Tidak ada retraksi dada saat 4. Monitor respirasi dan status oksigen
bernapas
5. Inspirasi dalam tidak ditemukan
Monitor Respirasi (3350) :
6. Saat bernapas tidak memakai
otot napas tambahan 1. Monitoring kecepatan, irama, kedalaman dan
7. Bernapas mudah upaya nafas.
8. Tidak ada suara napas tambahan 2. Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, retraksi
dada dan alat bantu pernafasan
3. Monitor adanya cuping hidung
4. Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, respirasi kusmaul, apnea
5. Monitor adanya lelemahan otot diafragma
6. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan dan
ketidak adanya ventilasi dan bunyi nafas
DX 3. Hipotermia b.d berada di lingkungan yang dingin
NOC NIC
Termoregulasi Neonatus (0801) : Pengobatan Hipotermi (3800) :
1. Suhu axila 36-37˚C 1. Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke
2. RR : 30-60 X/menit dalam lingkungan / tempat yang hangat (didalam
3. Warna kulit merah muda inkubator atau lampu sorot)
4. Tidak ada distress respirasi 2. Segera ganti pakaian bayi yang dingin dan basah
5. Tidak menggigil dengan pakaian yang hangat dan kering, berikan
6. Bayi tidak gelisah selimut.
7. Bayi tidak letargi 3. Monitor gejala dari hopotermia : fatigue, lemah,
apatis, perubahan warna kulit
4. Monitor status pernafasan
5. Monitor intake dan output
51
3.4 Askep Kasus NRDS
KASUS RDS
Selasa, 5 january 2010 di rumah sakit Kartini Jepara , tepat pukul 00.00 Wib nyonya Diah
melahirkan anak pertamanya, seorang bayi perempuan dengan berat badan 1500 gram,
panjang 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Nyonya diah melahirkan secara spontan
dengan gravidarum II, usia kehamilan 28 minggu. Bayi lahir dalam keadaan yang
memperihatinkan, keadaan umum tampak lemah,gerakannya pun tampak lemah, mukosa
bibir tampak pucat, frekuensi nafas 55 X/menit dan terdengar suara meringis saat bernafas
dan bayi Nyonya Diah dimasukkan inkubator.
Setelah 5 hari dalam inkubator bayi menurut keterangan perawat yang merawat bayi kami,
mengalami penurunan, BB menjadi 1300 gram dan nafas 60 X/menit, Nadi 140 X/menit,
bayi tampak lemah dan oleh dokter dikatakan mengalami BBLR dan Distress pernafasan.
Dan denagn segera mendapat pertolongan. Bayi diberikan surfaktan melalui NGT. Sampai
saat ini belum ada kepastian dari pihak RS tentang bayi kami.
3.4.1 Pengkajian
Anamnesa
a. Biodata
Data bayi
Nama : By. N
Umur : 0 th
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal Lahir : 5 Januari 2010
Tanggal MRS : 5 Januari 2010
Dx medis : BBLR dan Disstress Pernafasan
Alamat : Jepara
b. Keluhan Utama
Sesak, kelemahan
c. Riwayat penyakit sekarang
Bayi lahir dalam keadaan yang memperihatinkan, keadaan umum tampak
lemah,gerakannya pun tampak lemah, mukosa bibir tampak pucat,
frekuensi nafas 55 X/menit dan terdengar suara meringis saat bernafas
52
dan bayi Nyonya Diah dimasukkan inkubator.
d. Riwayat penyakit masa lalu
-
e. Riwayat penyakit keluarga
-
f. Riwayat alergi
-
B1 : RR 55x/menit (dipsneu )
B2 : Pucat, ekebiruan, hipoksia, suhu badannya 360C, conjungtiva
anemis, CRT > 3 Detik, pucat, BP: 100/56 (bradicardy), nadi
140x/menit
B3 : Babinsky (+), Brudziski (-), Patella (+)
B4 : normal, lengkap, bayi telah mengeluarkan feces
B5 : BBLR = 1300 gr, bayi tampak lemah dan tidak kuat menghisap,
B6 : normal
Tanda-tanda Vital
T: 36 C N: 140x/menit R: 60x/menit BP:100/56
53
2. Do.
· Frekuensi nafas Defisiensi surfaktan Pola napas tidak efektif
60x/ menit
· Nadi 140 x/menit
· Pemberian
surfaktan
Ds.
· Suami nyonya
Diah mengatakan
terdengar Suara meringis
saat bernafas
3.4.4 Diagnosa
3.4.5 Intervensi
54
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil
55
penyakit hisapan, reflek 7. Agar susu lebih
muntah dan menelan yang mudah dicerna.
lemah.
5. Penghisapan
endotracheal sebelum 6. Untuk
pemberian surfaktan menghemat
penggunaan O2
6. Petahankan suhu
lingkungan yang netral
56
Kolaborasi: 1. Untuk
menurunkan
1. Beri surfaktan sesuai
tegangan
222petunjuk pabrik.
permukaan alveolar
2. Untuk
meningkatkan
absorbsi kedalam
2. Hindari penghisapan alveolar
sedikitnya 1 jam setelah
pemberian surfaktan 3. Untuk
mempertahankan
3. Lakukan regimen yang konsentrasi O2
diresepkan untuk terapi
suplemental
4. Untuk
memantau respon
4. Pantau pertukaran gas bayi terhadap terapi
57
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Persalinan premature adalah persalinan dengan berat bayi kurang dari 2500
gram dan usia kehamilannya antara 22 – 37 minggu serta dengan organ vital yang belum
sempurna. Penyebab persalinan prematur dapat dibagi menjadi dua kelomok, yaitu
penyebab fisiologis dan non fisiologis. Factor predisposisi dari persalinan prematur antara
lain : riwayat persalinan preterm sebelumnya, amnionis, infeksi saluran kencing, bayi
kembar, anomaly uterus, fibroid, SC, factor biological, riwayat perdarahan, peningkatan
BB tidak adekuat, AKDR masih didalam rahim, penaykit resus, kematian fetus, social
ekonomi, psikologi dan adat istiadat. Klasifikasi persalinan prematur dibagi berdasarkan
periode gestasi dan berdasarkan berat lahir. Penampilan bayi prematur dapat dilihat dari
ukuran fisik dan penampilan fisik. Angka kelangsungan hidup bayi premature bergantung
pada etiologi, hasil akhir, dan resiko kekambuhan. Akan tetapi, persalinan prematur dapat
dicegah. Penatalaksanaan persalinan prematur harus berada di tempat yang memiliki
fasilitas perawatan neonatus. Model pelahiran bergantung pada presentasi janin. Seksio
sesarea juga diindikasikan apabila ditemukan ganguan pada ibu atau janin.
4.2 Saran
a. Menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan BBLR Prematur, Postmatur dan
NRDS.
b. Apabila gejala BBLR Prematur, Postmatur dan NRDS mulai muncul sesegera
mungkin bawalah ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan lebih lanjut
agar tidak terjadi komplikasi pada hati dan ginjal.
58
DAFTAR PUSTAKA
Hudak & Gallo, ( 1997 ), Keperawatan kritis : suatu pendekatan holistic, EGC, Jakarta
Muttaqin, Arif. 2009.Buku Ajar Asuhan Keperawata Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan; Salemba Medika.
59