You are on page 1of 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Limbah
1. Pengertian Air Limbah
Sampah cair atau limbah cair atau air limbah adalah air kotor atau air bekas
yang tidak bersih serta mengandung zat-zat atau bahan-bahan yang
membahayakan kesehatan manusia atau hewan, terjadinya karena perbuatan
manusia.9 Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal
dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada
umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.10 Air limbah (waste
water) adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga berasal dari
industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian air
buangan ini merupakan hal yang bersifat umum.4,8
Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan
sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan
industri bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang
mungkin ada.10 Dari beberapa definisi limbah cair dapat disimpulkan bahwa
limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan
pencemar yang terbawa air baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang
terbuang dari sumber domestik, industri dan pada saat tertentu tercampur dengan
air tanah, air permukaan atau air hujan.8
2. Sumber Air Limbah
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi:
a) Air limbah yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah
itu terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar
mandi dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.1,8,11
b) Air limbah industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses industri. Zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing
industri antara lain: nitrogen, sulfide, amoniak, lemak garam-garam, zat
pewarna, mineral, logam berat dan sebagainya.1,8,11
c) Air limbah kota praja (municipal wastes water), yaitu air limbah yang berasal
dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum,
tempat-tempat ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah
tangga.1,8,11
3. Komposisi Air Limbah
Sesuai dengan sumber asalnya, maka air limbah mempunyai komposisi yang
sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi, secara garis besar
zat-zat yang terdapat di dalam air limbah dapat dikelompokkan seperti pada
skema berikut ini:4

Air limbah

Air (99,9%) Bahan padat


(0,1%)

Organik Anorganik

Protein (65%) Butiran


Karbohidrat (25%) Garam
Lemak (10%) Metal

Gambar 2.1 Skema Pengelompokan Bahan yang Terkandung di dalam Air Limbah

Susunan air kotor tersebut akan ditemui dalam tiga komponen utama,
yaitu:9,11
a. Bahan padat
b. Bahan cair
c. Bahan gas
Ketiga bahan tersebut berada dalam air limbah dalam bentuk:1
1) Bahan mengapung disebut floating material
2) Bahan yang larut atau dissolved solids
3) Bahan koloidal atau colloids
4) Bahan mengendap atau sediment
5) Bahan yang melayang atau dispersed solids atau suspended solids.
4. Dampak Air Limbah
Beberapa dampak/gangguan yang disebabkan oleh air limbah, antara lain:2
a. Gangguan terhadap kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat
bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah
ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit
kolera, radang usus, hepatitis infektiosa serta schistosomiasis. Selain sebagai
pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri
patogen penyebab penyakit, seperti: virus, Vibrio colera, Salmonella spp,
Shigella spp dan lain-lain.4
b. Gangguan terhadap kehidupan biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah maka
akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air
limbah akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan
oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya.
Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air.4
c. Gangguan terhadap keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang oleh perusahaan
yang memproduksi bahan organik, maka setiap hari akan dihasilkan air
limbah yang berupa bahan-bahan organik dalam jumlah yang sangat besar.
Ampas yang berasal dari industri-industri ini perlu dilakukan pengendapan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah akan tetapi
memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka limbah
mengalami proses pembusukan dari zat organik yang ada di dalamnya.
Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil penguraian dari zat
organik yang sangat menusuk hidung.4
Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan ampas akan
memerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat di
sekitarnya. Selain bau dan tumpukan ampas yang mengganggu, maka warna
air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan pemandangan yang tidak
kalah besarnya.4
d. Gangguan terhadap kerusakan benda
Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka
mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang
terbuat dari besi serta bangunan air kotor lainnya. Dengan cepat rusaknya
benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang
berarti akan menimbulkan kerugian material.4

B. Limbah Industri Tahu


1. Jenis Limbah
Industri tahu pada umumnya banyak menggunakan air untuk proses maupun
untuk pencucian alat dan biji kedelai. Perkiraan jumlah air buangan yang
dikeluarkan oleh industri tahu setiap kwintal kedelai (bahan baku) dikeluarkan
1,5-2 m3 air limbah. Disamping limbah cair juga dikeluarkan limbah padat
(ampas) dan kulit kedelai pada saat perendaman.6
a) Limbah Padat
Industri tahu membuang limbah padat pada saat pencucian yaitu berupa
biji yang jelek, ceceran biji dan batu kerikil yang terikut dalam biji. Pada saat
kedelai diproses menjadi susu kedelai dan disaring menghasilkan ampas.
Pemanfaatan limbah padat pada saat sekarang untuk makan ternak juga dapat
dibuat untuk tempe sebagai makanan yang enak untuk dimakan. Ternak yang
diberi makanan ampas tahu biasanya seperti: sapi, kerbau, kambing, babi dan
ikan.6
b) Limbah Cair
Seperti telah diutarakan di atas bahwa sebagian besar dari buangan
industri tahu adalah limbah cair dan limbah ini mengandung sisa air dari susu
tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu. Oleh karena itu, limbah cair industri
tahu masih mengandung zat-zat organik misalnya protein, karbohidrat dan
lemak. Disamping mengandung zat terlarut juga mengandung padatan
tersuspensi atau padatan terendap misalnya potongan tahu yang hancur pada
saat pemrosesan karena kurang sempurna pada saat penggumpalannya.
Padatan tersuspensi maupun terlarut di alam mengalami perubahan fisika,
kimia dan biologi yang menghasilkan zat toksik atau menciptakan tumbuhnya
kuman dimana kuman ini dapat berupa kuman penyakit atau kuman lainnya
yang merugikan baik pada tahu sendiri atau tubuh manusia. Ciri lain apabila
dibiarkan dalam lingkungan air limbah berubah warnanya menjadi coklat
kehitaman dan berbau busuk.6
2. Karakteristik Air Limbah Industri Tahu
a) Temperatur
Temperatur air limbah industri tahu biasanya lebih tinggi dari temperatur
normal di badan air. Hal ini dikarenakan dalam proses pembuatan tahu selalu
pada temperatur panas baik pada saat penggumpalan atau pada saat menyaring
yaitu pada suhu 60-80 0C.6
Pencucian yang menggunakan air dingin selama proses berjalan tidak
mampu menurunkan suhu limbah tersebut. Limbah panas yang dikeluarkan
adalah sisa air susu tahu yang tidak tergumpal menjadi tahu, biasanya
berwarna kuning muda dan apabila direndam dalam satu hari akan berasa
asam (kecut).6
b) Warna
Warna air limbah transparan sampai kuning muda dan disertai adanya
suspensi warna putih. Zat terlarut dan tersuspensi yang mengalami penguraian
biologi maupun kimia akan berubah warna. Hal ini merupakan proses yang
paling merugikan, karena adanya proses dimana kadar oksigen di dalam air
limbah menjadi nol maka air limbah berubah menjadi warna hitam dan
busuk.6
c) Bau
Bau air limbah industri tahu dikarenakan proses pemecahan protein oleh
mikroba alam. Bau sungai atau saluran menyengat apabila di saluran tersebut
sudah berubah anaerob. Bau tersebut adalah terpecahnya penyusun dari
protein dan karbohidrat sehingga timbul bau busuk dari gas H2S.6
d) Kekeruhan
Padatan yang terlarut dan tersuspensi dalam air limbah industri tahu
menyebabkan air keruh. Zat yang menyebabkan air keruh adalah zat organik
atau zat-zat yang tersuspensi dari tahu atau kedelai yang tercecer atau zat
organik terlarut yang sudah terpecah sehingga air limbah berubah seperti
emulsi keruh.6
e) Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Padatan yang terdapat dalam air limbah terdiri dari zat organik dan zat
anorganik. Zat organik tersebut misalnya protein, karbohidrat, lemak dan
minyak. Protein dan karbohidrat biasanya lebih mudah terpecah secara proses
biologi menghasilkan amoniak, sulfide dan asam-asam lainnya, sedangkan
lemak lebih stabil terhadap perusakan biologi, namun apabila ada asam
mineral dapat menguraikan asam lemak menjadi glycerol. Pada limbah tahu
adanya lemak ditandai banyaknya zat-zat terapung berbentuk skum.6
Untuk mengetahui berapa besarnya jumlah zat organik yang terlarut
dalam limbah dapat diketahui dengan melihat besarnya angka BOD. Angka
BOD ini menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk keperluan
aktifitas mikroba dalam memecah zat organik biodegradasi di dalam air
limbah, angka BOD dalam satuan mg per liter atau ppm (part per million) dan
biasanya dinyatakan dalam beban yaitu gram atau kg per satuan waktu.6
f) Chemical Oxygen Demand (COD)
Parameter ini dalam air limbah menunjukkan juga zat organik, terutama
zat organik non biodegradasi selain itu zat dapat dioksidasi oleh bahan kimia
K2Cr2O7 dalam asam, misalnya SO3 (Sulfit), NO2 (Nitrit) kadar tinggi dan zat-
zat reduktor lainnya. Besarnya angka COD biasanya lebih besar dari BOD,
biasanya 2 sampai 3 kali besarnya BOD.6
g) pH
pHdalam air limbah sangat dipengaruhi oleh kegiatan mikroba dalam pe
mecahan bahan organik. Air limbah cenderung asam dan pada keadaan asam
ini terlepas zat-zat yang mudah menjadi gas.6
3. Sumber Air Limbah Industri Tahu

Sumber air limbah tahu berasal dari proses pembuatan, baik dari pencucian
bahan baku sampai pada proses penggumpalan tahu yang meliputi pencucian alat
produksi, air cucian bekas kedelai, rendaman kedelai, sisa air asam dan termasuk
dari glontoran. Proses sortasi biasanya dilakukan dengan mencuci berkali-kali
sampai benda yang terikat terapung dan dibuang. Kemudian pada proses
perendaman, secara bertahap air diganti. Pada saat penggilingan, pemasakan
bubur kedelai dan penyaringan tidak ada limbah yang dibuang, sedangkan pada
proses penyaringan dihasilkan limbah dari air yang tidak menggumpal, air ini
selain temperaturnya panas juga mengandung polutan zat organik. Pada proses
pengepresan tahu, juga menghasilkan air limbah.6
Jumlah air yang digunakan untuk pengolahan tahu bervariasi tergantung dari
ketersediaan sumber air, metode pengolahan tahu dan kondisi bahan baku. Jumlah
air yang digunakan untuk pengolahan tahu antara 10-30 kali bobot bahan dasar
yang akan diolah. Jumlah air yang paling sering digunakan adalah antara 15-25
kali bobot kedelai.7
Secara lengkap sumber air limbah dapat dilihat pada gambar diagram alir
pembuatan tahu, di bawah ini:6

Kedelai

Sortasi & Pembersihan

Perendaman Air dingin


Air limbah
Pencucian Air dingin
Air limbah
Penggilingan Air dingin

Pemasakan bubur kedelai Air panas/dingin

Penyaringan Air hangat


Ampas
Penggumpalan
Air limbah panas Sebagian untuk air asam
Pengepresan/cetak
Air limbah
TAHU

Gambar 2.2 Diagram Alir Pembuatan Tahu

C. Pengolahan Air Limbah


1. Tujuan pengolahan air limbah
Tujuan pengolahan air limbah, antara lain:1,12,13
a) Ditinjau dari segi kesehatan untuk menghindari penyakit menular, karena air
merupakan media terbaik untuk kelangsungan hidup mikroba penyebab
penyakit menular.
b) Ditinjau dari segi estetika untuk melindungi air terhadap bau dan warna yang
tidak menyenangkan atau tidak diharapkan.
c) Ditinjau dari segi kelangsungan kehidupan di dalam air, misalnya untuk
kelompok hewan dan tanaman.
2. Klasifikasi pengolahan air limbah
Berdasarkan pada karakteristik air, pengolahan air limbah dibagi menjadi
tiga cara, yaitu: a. Pengolahan buangan secara fisis; b. Pengolahan buangan secara
kimia; c. Pengolahan buangan secara biologis.1
Beberapa contoh dari sistem pengolahan tersebut, adalah:1,3,4,14,15
a. Secara fisis, antara lain: 1) Filtrasi; 2) Evaporasi; 3) Screening; 4)
Sentrifugasi; 5) Flotasi; 6) Reverse Osmosis.
b. Secara kimia, antara lain: 1) Koagulasi; 2) Ion-Exchange Resin; 3) Klorinasi;
4) Ozonisasi.
c. Secara biologis, antara lain: 1) Lumpur Aktif; 2) Trickling Filter; 3) Kolam
Oksidasi; 4) Fermentasi Metan (penguraian anaerobik); 5) Dekomposisi
materi toksik; 6) Denitrifikasi.
3. Tahapan dalam pengolahan air limbah
Adapun secara garis besar kegiatan pengolahan air limbah dapat
dikelompokkan menjadi enam (6) bagian, antara lain: 2,9,13,14,15
a) Pengolahan Pendahuluan (pre treatment), bertujuan untuk pengambilan benda
terapung dan pengambilan benda yang mengendap seperti pasir, sampah, kayu
dan lain-lain.
b) Pengolahan Pertama (primary treatment) adalah proses pengolahan secara
kimiawi atau fisika untuk menetralkan dan memisahkan zat tersuspensi atau
menghilangkan zat padat tercampur melalui pengendapan atau pengapungan.
c) Pengolahan Kedua (secondary treatment) adalah tahap pengolahan biologis
untuk menghilangkan koloid senyawa organik atau senyawa organik terlarut
melalui oksidasi biokimia dengan bantuan mikroorganisme.
d) Pengolahan Ketiga (tertiary treatment) merupakan kelanjutan dari pengolahan
terdahulu. Pengolahan secara khusus sesuai dengan kandungan zat yang
terbanyak dalam air limbah, biasanya dilaksanakan pada industri yang
menghasilkan air limbah yang khusus pula. Pada tahap ini dilakukan
koagulasi, flokulasi dan filtrasi (saringan pasir) setelah itu baru dialirkan ke
badan air.
e) Pembunuhan Bakteri (desinfection) bertujuan untuk mengurangi atau
membunuh mikroorganisme patogen yang ada dalam air limbah.
f) Pengolahan Lanjutan (ultimate disposal), dari setiap tahap pengolahan air
limbah maka hasilnya adalah berupa air lumpur yang perlu diadakan
pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut dapat dimanfaatkan kembali
untuk keperluan kehidupan.

Pre Primary Secondary Tertiary ke


treatment treatment treatment treatment badan air
- Bar Screen - Netralisasi - Activated - Sedimentasi
(saringan kasar) - Koagulasi sludge process - Koagulasi
- Pemisah pasir - Flokulasi - Trickling filter - Flokulasi
(grit chamber) - Sedimentasi - Lagoon - Filtrasi
- Bak pemisah - Penukar ion
(oil catcher) - Chlorinasi

Sludge
treatment
- Pengeringan

Gambar 2.3 Kerangka Proses Pengolahan Air Limbah

D. Pengolahan Air Limbah Secara Biologis


Pengolahan limbah secara biologis adalah proses dengan mengikutsertakan
aktivitas atau pemanfaatan aktivitas dan kemampuan jasad hidup (mikroba).1,14
Pengolahan limbah secara biologis merupakan proses untuk menghilangkan
berbagai senyawa yang tidak diharapkan kehadirannya, baik senyawa yang berbahaya
untuk kehidupan ataupun akibat kehadirannya akan menimbulkan kerugian.1
Cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah secara biologi dapat
dilakukan dalam kondisi anaerobik ataupun aerobik. Jasad hidup yang paling
menonjol peranannya adalah bakteri, jamur, mikroalgae serta protozoa. Tentunya
juga didalam batas-batas tertentu berjenis-jenis hewan kecil yang terdapat didalamnya
seperti serangga, cacing dan sebagainya.1
Sebagian besar limbah cair industri pangan dapat ditangani dengan mudah
dengan sistem biologis, karena polutan utamanya berupa bahan organik seperti
karbohidrat, lemak, protein dan vitamin. Polutan tersebut umumnya dalam bentuk
tersuspensi atau terlarut.14
Berdasarkan teknik pengendalian (immobilisasi) mikroorganisme dalam media
yang digunakan, pengolahan limbah cair secara biologis dapat dikelompokkan
menjadi:
1. Suspended Growth Processes
Suspended Growth Processes adalah proses pengolahan dengan
memanfaatkan mikroorganisme pengurai zat organik yang tersuspensi dalam
limbah cair yang akan diolah. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain:
proses lumpur aktif (activated sludge processes) dan kolam stabilisasi atau
oksidasi (waste stabilization ponds).8
a) Pengolahan dengan lumpur aktif (activated sludge processes)
Adalah pengolahan dengan cara membiakkan bakteri aerobik dalam
tangki aerasi yang bertujuan untuk menurunkan organik karbon atau organik
nitrogen. Dalam penurunan organik karbon, bakteri yang berperan adalah
bakteri heterotropik. Sumber energi berasal dari oksidasi senyawa organik dan
sumber karbon yang berasal dari organik karbon. BOD dan COD dipakai
sebagai ukuran atau satuan yang menyatakan konsentrasi organik karbon,
yang selanjutnya disebut substrat.8
b) Kolam stabilisasi atau oksidasi (waste stabilization ponds)
Kolam oksidasi mirip dengan kolam dangkal yang luas, biasanya
berbentuk empat persegi panjang dengan kedalaman hanya 1-1,5 meter. Pada
proses ini, seluruh limbah cair diolah secara alamiah dengan melibatkan
ganggang hijau untuk mengolah limbah cair yang berasal dari rumah tangga
ataupun kotoran dari kakus.8
Kolam ini merupakan cara yang paling ekonomis untuk pengolahan
limbah cair selama luas tanah memungkinkan dan harganya relatif murah.
Keuntungan yang diperoleh dari sistem ini, antara lain pemeliharaannya
mudah dan murah.8
2. Attached Growth Processes
Attached Growth Processes adalah pengolahan yang memanfaatkan
mikroorganisme yang menempel pada media yang membentuk lapisan film untuk
menguraikan zat organik. Proses ini sering disebut juga dengan fix bed. Influen
akan melakukan kontak dengan media ini sehingga terjadi proses biokimia.
Akibatnya bahan organik yang ada pada limbah cair tersebut dapat diturunkan
kandungannya. Beberapa teknik pengolahan limbah cair yang termasuk di dalam
kelompok ini, antara lain: saringan tetes (trickling filter) (akan dibahas pada sub
bab selanjutnya).8
E. Mikroorganisme Dalam Pengolahan Air Limbah Secara Biologis
Mikroba adalah jasad hidup yang memerlukan sumber nutrien dan lingkungan
kehidupan yang sesuai untuk aktivitasnya (metabolisme, perkembangbiakkan dan
penyebaran). Karena di dalam air limbah kadang-kadang didapatkan sejumlah benda
asing yang mungkin bersifat racun, maka pengaruhnya harus dapat dikontrol sebaik-
baiknya.1
Proses pengolahan limbah secara biologis akan menghasilkan indikator biologis
yang terdiri dari jenis-jenis mikroba yang berperan, tergolong dalam: bakteria,
mikroalgae dan protozoa. Selain mikroba tersebut adapula jasad lain yang ikut aktif,
walaupun tidak merupakan jasad utama seperti: jamur, serangga air dan hewan
lainnya.1,15
Bakteri diperlukan untuk menguraikan bahan organik yang ada di dalam air
limbah. Oleh karena itu, diperlukan jumlah bakteri yang cukup untuk menguraikan
bahan-bahan tersebut. Bakteri itu sendiri akan berkembang biak apabila jumlah
makanan yang terkandung di dalamnya cukup tersedia, sehingga pertumbuhan bakteri
dapat dipertahankan secara konstan.4
Jika jumlah bahan organik dalam air hanya sedikit, maka bakteri aerob mudah
memecahkannya tanpa mengganggu keseimbangan oksigen dalam air. Oksigen yang
dipakai akan segera dipakai, dengan bahan organik yang banyak maka bakteri
pengurai ini akan berlipat ganda karena banyak makanan. Hal ini biasanya
menyebabkan kekurangan oksigen.5
Dalam kondisi aliran air yang masih jernih mikroba belum melakukan aktivitas,
maka keadaan jasad akan tetap konstan tetapi begitu ada buangan masuk ke dalamnya
maka bakteri merupakan jasad yang pertama aktif, mulai menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang baru. Turbulensi aliran air akan menimbulkan percampuran antara
massa yang terdapat di dalam air dengan air itu sendiri menyebabkan semua mikroba
mulai melakukan aktivitas.1
Keadaan aliran yang telah mengalami penambahan buangan akan ditandai oleh
adanya peningkatan aktivitas mikroba baik yang berhubungan erat dengan jumlah
konsentrasi nutrien ataupun dengan fluktuasi jasad. Jika kadar organik dari buangan
bernilai rendah, maka konsentrasi nutrien akan rendah pula sehingga mikroalgae akan
lebih baik tumbuhnya daripada bakteri. Keadaan seperti ini akan ditemukan jika
buangan tersebut dibuang ke aliran yang mempunyai volume besar.1
F. Trickling Filter
1. Pengertian trickling filter
Trickling filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan teknologi biofilm.8 Trickling filter ini terdiri dari suatu bak dengan
media permeabel untuk pertumbuhan organisme yang tersusun oleh lapisan materi
yang kasar, keras, tajam dan kedap air.1,8
Kegunaannya adalah untuk mengolah air limbah dengan mekanisme air
yang jatuh mengalir perlahan-lahan melalui lapisan batu untuk kemudian
tersaring.1
2. Komponen sistem trickling filter
Trickling filter mempunyai 3 komponen utama, yaitu :
a. Distributor
Air limbah didistribusikan pada bagian atas lengan distributor yang dapat
berputar.8
b. Pengolahan (pada media trickling filter)
Sistem pengolahan pada trickling filter terdiri dari suatu bak atau bejana
dengan media permeable untuk pertumbuhan bakteri.11 Bentuk bejana
biasanya bundar luas dengan diameter 6-60 meter, dindingnya biasanya
terbuat dari beton atau bahan lain tetapi tidak perlu kedap air. Di sepanjang
dinding diberi ventilasi dengan maksud agar terjadi pertukaran udara secara
baik (aerasi) sehingga proses biologis aerobik dapat berlangsung dengan baik.
Pada beberapa trickling filter, media disusun tanpa dinding jadi tidak
diperlukan ventilasi tetapi konstruksi seperti ini kurang baik.1
c. Pengumpul
Filter juga dilengkapi dengan underdrain untuk mengumpulkan biofilm yang
mati, kemudian diendapkan dalam bak sedimentasi. Bagian cairan yang keluar
biasanya dikembalikan lagi ke trickling filter sebagai air pengencer air baku
yang diolah.8

3. Faktor-faktor yang berpengaruh pada efisiensi penggunaan trickling filter


Agar fungsi trickling filter dapat berjalan dengan baik, diperlukan
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
a. Persyaratan Abiotis, yaitu:
¾ Jenis media
Bahan untuk media trickling filter harus kuat, keras, tahan tekanan, tahan
lama, tidak mudah berubah dan mempunyai luas permukaan per unit
volume yang tinggi. Bahan yang biasa digunakan adalah kerikil, batu kali,
antrasit, batu bara, dan sebagainya. Akhir-akhir ini telah digunakan media
plastik yang dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan panas
yang tinggi.1
¾ Diameter media
Diameter media trickling filter biasanya antara 2,5-7,5 cm. Sebaiknya
dihindari penggunaan media dengan diameter terlalu kecil karena akan
memperbesar kemungkinan penyumbatan. Makin luas permukaan media,
maka makin banyak pula mikroorganisme yang hidup di atasnya.1
¾ Ketebalan susunan media
Ketebalan media trickling filter minimum 1 meter dan maksimum 3-4
meter. Makin tinggi ketebalan media, maka akan makin besar pula total
luas permukaan yang ditumbuhi mikroorganisme sehingga makin banyak
pula mikroorganisme yang tumbuh menempel di atasnya.1
¾ Lama waktu tinggal trickling filter
Diperlukan lama waktu tinggal yang disebut dengan masa pengkondisian
atau pendewasaan agar mikroorganisme yang tumbuh di atas permukaan
media telah tumbuh cukup memadai untuk terselenggaranya proses yang
diharapkan. Masa pengkondisian atau pendewasaan yang diperlukan
berkisar antara 2-6 Minggu.16 Lama waktu tinggal ini dimaksudkan agar
mikroorganisme dapat menguraikan bahan-bahan organik dan tumbuh di
permukaan media trickling filter membentuk lapisan biofilm atau lapisan
berlendir. Penelitian yang dilakukan oleh Arum Siwiendrayanti (2004),
pertumbuhan mikroorganisme pada media batu kali mulai terbentuk
lapisan biofilm pada hari ke-3 masa pengkondisian.20
¾ pH
Pertumbuhan mikroorganisme khususnya bakteri, dipengaruhi oleh nilai
pH. Agar pertumbuhan baik, diusahakan nilai pH mendekati keadaan
netral. Nilai pH antara 4-9,5 dengan nilai pH yang optimum 6,5-7,5
merupakan lingkungan yang sesuai.1
¾ Suhu
Pertumbuhan mikroorganisme juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme adalah 25-370C. Selain itu suhu juga
mempengaruhi kecepatan reaksi dari suatu proses biologis. Bahkan
efisiensi dari trickling filter sangat dipengaruhi oleh suhu.1
¾ Aerasi
Agar aerasi berlangsung dengan baik, media trickling filter harus disusun
sedemikian rupa sehingga memungkinkan masuknya udara ke dalam
sistem trickling filter tersebut. Ketersediaan udara dalam hal ini adalah
oksigen sangat berpengaruh terhadap proses penguraian oleh
mikroorganisme.1

Gambar 2.4 Skema Trickling Filter


b. Persyaratan
Sumber :Biotis
Unus Suriawira (2003)
Persyaratan biotis yang diperlukan dalam penggunaan trickling filter
adalah jenis, jumlah dan kemampuan mikroorganisme dalam trickling filter
serta asosiasi kehidupan di dalamnya.1
4. Prinsip kerja trickling filter
Air buangan yang diolah dengan trickling filter harus terlebih dahulu
diendapkan, karena pengendapan dimaksudkan untuk mencegah penyumbatan
pada distributor dan media filter.1
Air limbah diteteskan secara periodik dan terus-menerus ke atas media
trickling filter. Bahan organik yang ada dalam air limbah diuraikan oleh
mikroorganisme yang menempel pada media filter. Bahan organik sebagai
substrat yang terlarut dalam air limbah diabsorbsi biofilm atau lapisan berlendir
dan kemudian dilepaskan sebagai bahan suspensi yang berkoagulasi yang
kemudian karena massanya lebih berat maka lebih mudah mengendap.16
Bahan organik yang ada dalam limbah cair diuraikan oleh mikroorganisme
yang menempel pada media filter. Pada bagian luar biofilm, bahan organik
diuraikan oleh mikroorganisme aerobik. Pertumbuhan mikroorganisme akan
mempertebal lapisan biofilm (0,1-0,2 mm).17 Oksigen yang terdifusi dapat
dikonsumsi sebelum biofilm mencapai ketebalan maksimum. Pada saat mencapai
ketebalan penuh, oksigen dapat mencapai penetrasi secara penuh, akibatnya
bagian dalam atau permukaan media menjadi anaerobik.8

Gambar 2.5 Skema Kerja di dalam Bejana Trickling Filter


Pada
Sumber saatSuriawira
: Unus lapisan biofilm
(2003) mengalami penambahan ketebalan bahan organik
yang diabsorbsi dapat diuraikan oleh mikroorganisme, namun tidak dapat
mencapai mikroorganisme yang berada di permukaan media. Dengan kata lain,
tidak tersedia bahan organik untuk sel karbon pada bagian permukaan media
sehingga mikroorganisme pada bagian permukaan akan mengalami fase
indigenous (mati). Pada akhirnya, mikroorganisme sebagai biofilm tersebut akan
lepas dari media. Cairan yang masuk akan turut melepas atau mencuci dan
mendorong biofilm keluar. Setelah itu lapisan biofilm baru akan segera tumbuh.
Fenomena lepasnya biofilm dari media disebut juga sloughing.8
5. Mikroorganisme yang terdapat dalam trickling filter
Mikroorganisme yang umum didapatkan dalam trickling filter serta turut
berperan dalam proses penguraian bahan-bahan organik terutama air limbah yang
berasal dari industri pangan seperti industri tahu adalah bakteri dan mikroalgae.
Jamur, protozoa dan mikrofauna merupakan tambahan saja.1,6
Air limbah tahu yang banyak mengandung bahan-bahan organik akan
diuraikan mikroorganisme dan merangsang pertumbuhan mikroorganisme pada
permukaan media yang berupa lapisan biofilm.18
Lapisan biofilm terdiri dari bakteri, protozoa dan fungi (antara lain:
Zoogloea ramiqera, Carchesium dan Opercularia vorticella). Ketika air limbah
mengalir melalui biofilm tersebut, zat-zat organik yang larut akan segera
diuraikan dan zat-zat organik koloidal diserap pada permukaan biofilm tersebut.
Pada saat itu mikroorganisme akan tumbuh secara cepat.9

G. Biochemical Oxygen Demand (BOD)


Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah banyaknya oksigen dalam
milligram per liter (mg/l) yang dibutuhkan oleh mikroorganisme pada waktu
melakukan proses dekomposisi bahan organik yang ada di perairan. Pengukuran
konsentrasi oksigen yang digunakan untuk dekomposisi lebih penting daripada
pengukuran DO.4,19
Dalam literatur lain, BOD didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme pada saat pemecahan bahan organik bahwa organik
ini digunakan organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses
oksidasi.21
Parameter BOD secara umum banyak dipakai untuk menentukan tingkat
pencemaran air buangan. Penentuan BOD sangat penting untuk menelusuri aliran
pencemaran dari tingkat hulu ke muara. Selama pemeriksaan BOD, contoh yang
diperiksa harus bebas dari udara luar untuk mencegah kontaminasi dari oksigen yang
ada di udara bebas, konsentrasi air buangan atau sampel tersebut juga harus berada
pada suatu tingkat pencemaran tertentu. Hal ini untuk menjaga agar oksigen terlarut
selalu ada selama pemeriksaan. Hal ini penting diperhatikan mengingat kelarutan O2
dalam air terbatas dan hanya berkisar ± 9 ppm pada suhu 20 0C.21
Air buangan domestik yang tidak mengandung limbah industri mempunyai
BOD kira-kira 200 ppm. Limbah pengolahan pangan umumnya lebih tinggi dan
sering kali lebih dari 1000 ppm.18 Berdasarkan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No. KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri.
Batas minimum limbah cair yang perbolehkan dibuang ke badan air yaitu 50 mg/l,
sedangkan batas maksimum yang diperbolehkan adalah 150 mg/l.
Kadar BOD ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh
sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu
tertentu, biasanya 5 hari, pada satu temperatur tertentu, umumnya 20 0C.8 Konsumsi
oksigen dapat diketahui dengan mengoksidasi air pada suhu 20 0C selama 5 hari dan
nilai BOD yang menunjukkan jumlah oksigen yang dikonsumsi dapat diketahui
dengan menghitung selisih konsentrasi oksigen terlarut sebelum dan sesudah
inkubasi. Pengukuran selama 5 hari pada suhu 20 0C ini hanya menghitung sebanyak
68 persen bahan organik yang teroksidasi.2
Penentuan waktu inkubasi adalah 5 hari, dapat mengurangi kemungkinan hasil
oksidasi amoniak (NH3) yang cukup tinggi sebagaimana diketahui bahwa amoniak
sebagai hasil sampingan ini dapat dioksidasi menjadi nitrit dan nitrat sehingga dapat
mempengaruhi hasil penentuan BOD. Reaksi kimia yang dapat terjadi:
2 NH3 + 3 O2 2 NO2- + 2 H+ +2 H2O
2 NO2 + O2 2 NO3-
Penentuan BOD berdasarkan pada pemeriksaan DO, biasanya dilakukan secara
langsung atau dengan cara pengenceran.21

Tabel 2.1 Tingkat Pencemaran Perairan Berdasarkan Nilai DO dan BOD

Parameter
Tingkat Pencemaran
DO BOD
Rendah >5 0 – 10
Sedang 0–5 10 – 20
Tinggi 0 25
[

Sumber: Wirosarjono (1974)


H. Kerangka Teori
Industri tahu
Proses:
- Perendaman
- Pencucian
- Penggumpalan
- Pengepresan/
pencetakan

Air limbah

Sifat fisik Sifat biologi Sifat kimia

Karakteristik air limbah:


- Temperatur - BOD
- Warna - COD
- Bau - pH
- Kekeruhan
BOD melebihi baku mutu BOD sesuai baku mutu

Pengolahan air limbah

Fisik Biologi Kimia

- Diameter media
- Lama waktu tinggal
Trickling Filter - Jenis media
- Ketebalan media
- Jenis mikroorganisme
- Jumlah mikroorganisme
Proses trickling filter - Kemampuan
mikroorganisme
- pH
- Suhu
- Aerasi

Penurunan kadar BOD

Sumber: Modifikasi 1,4,6,7,12,13,22

Gambar 2.6 Kerangka Teori


I. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat


Ketebalan media Kadar BOD
trickling filter air limbah

Variabel Pengganggu
- Diameter media *
- Lama waktu tinggal *
- Jenis media *
- Jenis mikroorganisme
- Jumlah mikroorganisme
- Kemampuan mikroorganisme
- Aerasi
- pH #
- Suhu #

Gambar 2.7 Kerangka Konsep

Keterangan:
* : Dikontrol (dikendalikan)
# : Diukur
Variabel yang lain diabaikan (tidak diukur dan tidak dikendalikan)

J. Hipotesis
Ada perbedaan penurunan kadar BOD air limbah tahu sebelum dan sesudah
melewati trickling filter berdasarkan variasi ketebalan batu kali sebagai media
trickling filter di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candi Sari Kota Semarang.

You might also like