You are on page 1of 7

A.

Pengertian Terapi Kognitif


Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek, terstruktur, berorientasi, terhadap masalah saat ini, dan bersifat
terapi individu. Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digabung dengan pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini
disatukan dan dikenal dengan terapi perilaku kognitif. Terapi Kognitif-Perilaku mengajarkan individu untuk mengenali
pengaruh pola pikir tertentu dalam memunculkan penilaian yang salah mengenai pengalaman-pengalaman yang ia temui,
hingga memunculkan masalah pada perasaan dan tingkah laku yang tidak adaptif.
Tugas perawat adalah secara aktif dan langsung membantu klien mempertimbangkan kembali stressor dan
mengidentifikasi pola pemikiran atau keyakinan yang tidak akurat untuk mengatasi masalah klien dari perspektif kognitif.
Prinsip dasar dari Terapi Kognitif-Perilaku antara lain (Westbrook, Kennerley & Kirk, 2007):
1) Prinsip kognitif : masalah psikologis merupakan hasil interpretasi dari sebuah kejadian, bukan kejadian itu
sendiri.
2) Prinsip perilaku : perilaku individu dapat sangat mempengaruhi pikiran dan emosinya.
3) Prinsip kontinum : gangguan bukanlah suatu proses mental yang berbeda dengan proses mental normal,
melainkan proses mental normal yang berlebihan hingga menjadi masalah.
4) Prinsip here-and-now: lebih baik berfokus pada proses masa kini daripada masa lalu.
5) Prinsip sistem yang saling berinteraksi: melihat masalah sebagai interaksi dari pikiran, emosi, perilaku, fisiologi,
dan lingkungan yang dimiliki individu.
6) Prinsip empiris : penting untuk mengevaluasi teori dan terapi secara empiris.
B. Tujuan Terapi
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis dan menentang keakuratan kognisi negative klien.
2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap realitas
3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu klien mengubah cara berfikir atau mengembangkan pola
pikir yang rasional
4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal asumsi yang maladaptive, pikiran yang mengganggu secara
otomatis, serta proses pikiran tidak logis yang dibesar-besarkan. Berfokus pada pikiran individu yang menentukan sifat
fungsionalnya
5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan dengan mengubah cara berfikir maladaptive dan otomatis.
Klien harus menyadari kesalahan cara berfikirnya. Kemudian klien harus belajar cara merespon kesalahan tersebut
dengan cara yang lebih adaptif. Dengan presfektif kognitif, klien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-
pikiran dan harapan-harapan negative. Cara lain adalah dengan membantu klien mengidentifikasi kondisi negative,
mencarikan alternative, membuat skema, yang sudah ada menjadi fleksibel, dan mencari kognisi perilaku yang baru dan
lebih adaptif
6. Membantu menargetkan proses berfikir serta perilaku yang menyebabkan dan mempertahankan panic dan kecemasan.
Dilakukan dengan cara penyuluhan klien, restrukturisasi kognitif, pernafasan relaksasi terkendali, umpan balik biologi,
mempertanyakan bukti, memeriksa alternative, dan reframing
7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu perilaku gangguan obsessive kompulsif dan selanjutnya
mencegah responnya. Misalnya dengan cara pelimpahan atau pencegahan respon, mengidentifikasi, dan
merestrukturisasi distorsi kognitif melalui psikoedukasi
8. Membantu individu mempelajari respon relaksasi, membentuk hierarki situasi fobia, dan kemudian secara bertahap
dihadapkan pada situasinya sambil tetap mempertahankan respon relaksasi misalnya dengan cara desensitisasi
sistematis. Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah presepsi klien terhadap situasi yang ditakutinya
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang berhasil bertahan hidup dan bukan sebagai korban,
misalnya dengan cara restrukturisasi kognitif
10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi system keyakinan yang salah
11. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan latihan praktik untuk meningkatkan aktifitas sosialnya
12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan internal
C. Komponen-Komponen dalam Terapi Kognitif-Perilaku untuk Depresi
Terapi Kognitif-Perilaku untuk depresi memiliki berbagai komponen berupa teknik-teknik di dalamnya yang
mengkombinasikan pendekatan kognitif dan perilaku. Yang akan digunakan dalam teknik perilaku adalah psikoedukasi,
monitor perasaan, merancang kegiatan harian, relaksasi, latihan memecahkan masalah. Sedangkan teknik kognitif ialah
mengenali pikiran negatif dan melakukan restrukturisasi kognitif atau pikiran. Berikut ini penjabaran untuk masing-masing
teknik yang digunakan:
1) Psikoedukasi
Psikoedukasi merupakan program terapi yang berfokus pada penyampaian informasi sebagai bagian dari pendekatan
kognitif-perilaku. Informasi yang diberikan akan tergantung pada jenis masalah yang ingin ditangani oleh terapis.
Dalam menangani depresi, maka psikoedukasi yang diberikan adalah seputar depresi. Melalui pemberian psikoedukasi,
individu yang menjadi klien didorong untuk memahami masalahnya dengan baik. Dalam psikoedukasi juga penting
untuk menyampaikan esensi Terapi Kognitif-Perilaku itu sendiri agar klien memahami prinsip-prinsip terapi yang
akan ia jalani.
Selain itu, psikoedukasi juga berfungsi mengembangkan pemahaman mengenai pentingnya terapi yang dilakukan
kepada klien, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan klien dalam menjalankan terapi yang diberikan.
2) Monitor Perasaan
Monitor perasaan dilakukan untuk membantu klien mengenali hubungan antara kegiatan yang ia lakukan dengan
perasaan yang muncul ketika melakukannya. Dengan cara ini, klien akan dapat mengetahui kegiatan- kegiatan yang bisa
membuat perasaannya menjadi positif dan negatif atau depresif. Kegiatan yang meningkatkan perasaan positif dapat
dipertahankan, sementara yang menghasilkan perasaan negatif dan depresif dapat dihindarkan.
3) Pembuatan Rencana Kegiatan Harian
Pembuatan rencana kegiatan harian merupakan salah satu teknik Terapi Kognitif-Perilaku yang didasarkan pada ide
pentingnya memperbaiki lingkaran masalah dari kegiatan yang dilakukan individu sehari-hari. Pembuatan rencana
kegiatan harian ini dapat berfungsi sebagai sarana merancang kegiatan yang lebih sehat secara psikologis, dalam arti
meminimalkan kemungkinan munculnya perasaan yang depresif. Kegiatan yang dimasukkan dalam rancangan kegiatan
adalah kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan perasaan positif dalam kehidupan klien sehari-hari.
4) Relaksasi
Ketegangan fisik merupakan salah satu faktor yang dapat berkontribusi membuat masalah psikologis tetap bertahan
dalam diri individu, termasuk depresi. Ketegangan fisik ini misalnya bisa ditandai dengan peningkatan detak jantung,
pusing pada kepala, dan lain-lain. Gejala-gejala ketegangan fisik ini dapat diredakan dengan menggunakan teknik
relaksasi.
Ada beberapa pendekatan relaksasi yang berkembang untuk diberikan pada kasus depresi, misalnya relaksasi
progresif dan relaksasi pernapasan perut dengan penjelasan sebagai berikut :
a. Relaksasi progresif Relaksasi progresif merupakan teknik relaksasi yang memanfaatkan kumpulan otot tubuh
untuk ditegangkan dan dilemaskan. Perbedaan antara otot yang tegang dan lemas menjadi esensi dari relaksasi yang
dilakukan.
b. Relaksasi pernapasan perut Relaksasi pernapasan perut dapat membantu klien menyadari perubahan dalam
pernapasan ketika merasakan ketegangan tertentu. Oleh karena itu, mengatur pernapasan saat sedang mengalami
gejala psikologis tertentu penting untuk dilakukan agar klien dapat menenangkan dirinya dengan sesegera mungkin.

Pemilihan pendekatan relaksasi yang digunakan dalam terapi didasarkan pada kecocokan dengan klien. Hal yang
penting untuk diperhatikan dalam pendekatan relaksasi apapun adalah :

a. Menjelaskan kepada klien bahwa belajar menjadi rileks sama seperti belajar keahlian baru, sehingga membutuhkan
latihan
b. Belajar relaksasi sebaiknya dimulai saat klien sedang merasa tenang atau tidak terlalu tegang
c. Lebih baik mulai mengajari klien relaksasi dengan kondisi yang dekat dengan kondisi sehari-hari, misalnya dengan
duduk di kursi daripada berbaring.
d. Belajar relaksasi sambil menutup mata akan lebih mudah karena dapat mengurangi kemungkinan klien mengalami
distraksi
e. Memonitor munculnya tanda-tanda masalah psikologis penting untuk dilakukan agar relaksasi dapat digunakan
melawan tanda-tanda tersebut sebelum berkembang terlalu kuat
f. Pilih tempat yang tenang untuk melakukan relaksasi
g. Relaksasi sebaiknya tidak dilakukan saat lapar karena dapat menyebabkan munculnya ketegangan, juga tidak segera
setelah makan karena dapat mendatangkan kantuk.
5) Latihan Memecahkan Masalah
Dalam teknik pemecahan masalah, klien yang mengalami depresi dibantu untuk belajar mengatasi masalah yang
dapat menjadi penyebab depresinya secara lebih objektif dan produktif. Secara umum, langkah-langkah dasar yang perlu
dilakukan dalam latihan pemecahan masalah antara lain :
a. Mengadaptasi pendekatan latihan pemecahan masalah, yaitu memahami bahwa mengidentifikasi masalah perlu
dilakukan dengan baik agar solusi yang tepat dapat ditemukan, masalah merupakan bagian dari kehidupan dan
individu bisa belajar dari masalah yang ia alami, serta pentingnya memikirkan alternatif solusi untuk menghasilkan
pemecahan masalah yang efektif.
b. Mengidentifikasi masalah, yaitu menentukan masalah secara jelas dan spesifik, sehingga individu dapat mencari
solusi yang sifatnya spesifik pula.
c. Menyusun tujuan, yaitu tujuan yang spesifik untuk mengubah situasi yang bermasalah itu sendiri, serta untu
mengibah reaksi individu terhadap masalah yang dialaminya.
d. Membuat berbagai solusi, yaitu memikirkan sebanyak mungkin alternatif solusi yang mungkin dilakukan guna
memperbesar kemungkinan keberhasilan usaha pemecahan masalah.
e. Memilih solusi yang paling baik, yaitu menentukan solusi terbaik dari seluruh alternatif solusi yang ada. Kemudian,
memikirkan sisi positif dan negatif dari solusi yang dipilih, serta rintangan yang mungkin muncul saat mencoba
mengimplementasikannya.
f. Mengimplementasikan solusi yang dianggap paling baik, yaitu mencoba mempraktekkan solusi yang sudah dipilih.
Hal ini perlu didukung dengan kemampuan, kesempatan, dan motivasi individu untuk mempraktekkannya.
g. Mengevaluasi efek dari solusi yang diambil, yaitu menilai kesuksesan dari implementasi solusi yang sudah
dilakukan. Jika masalah belum terpecahkan, individu perlu melakukan upaya lain, misalnya mencoba solusi lain.
Jika masalah berhasil dipecahkan, maka proses pemecahan masalah sudah selesai dilakukan.
6) Mengenali Pikiran-pikiran Negatif
Pikiran-pikiran negatif muncul secara otomatis dan dapat mempengaruhi perasaan serta perilaku klien yang
mengalaminya. Pikiran-pikiran negatif yang biasanya dimiliki oleh klien depresi antara lain (Laidlaw, Thompson,
Gallagher-Thompson & Dick-Siskin, 2003):
a. Arbitrary inference (Berprasangka buruk)
Membuat kesimpulan yang spesifik berdasarkan ketiadaan bukti. Contoh: Saat tidak disapa oleh seorang teman di
jalan, klien berpikir bahwa temannya sengaja tidak menyapanya.
b. Selective abstraction (Pikiran selektif)
Memfokuskan diri pada detail di luar konteks dan mengabaikan informasi yang lebih positif. Contoh: Klien
memberi apresiasi hanya pada pekerjaan yang sangat positif menurut dirinya. Ia mengabaikan pujian kecil yang ia
terima, dan hanya fokus kepada kritik.
c. Dichotomous reasoning (Berpikir hitam-putih)
Kecenderungan untuk mengkategorikan seluruh pengalaman ke dalam satu atau dua kategori saja. Contoh: Klien
berpikir dirinya benar-benar gagal ketika tidak mendapat hasil yang memuaskan bagi dirinya.
d. Overgeneralization (Overgeneralisasi)
Membuat kesimpulan berdasarkan tidak munculnya bukti tertentu. Contoh: Klien menganggap seluruh temannya
tidak menyukainya karena salah seorang temannya mengatakan tidak suka kepadanya.
e. Catastrophizing (Katastropisasi)
Kecenderungan untuk berpikir mengenai kemungkinan terburuk yang dapat muncul dari situasi tertentu. Contoh:
Klien mengatakan dirinya terkena serangan jantung dan akan meninggal karena merasakan debaran agak keras pada
jantungnya.
f. Negative imperatives (Keharusan)
Ide yang tegas mengenai keharusan akan segala sesuatu yang ditemui dalam kehidupan. Contoh: Klien memecahkan
barang di rumah dan menyalahkan dirinya bahwa ia seharusnya berhati-hati, seharunya tidak beraktivitas di dekat
barang tersebut, dan lain-lain.
7) Restrukturisasi Kognitif atau Pikiran
Dalam restrukturisasi kognitif atau pikiran, individu diajak memikirkan kembali pikiran-pikiran negatif yang ada
dalam dirinya dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berupa Socratic questioning yang ditanyakan oleh terapis.
Setelah itu, individu diajarkan untuk berlatih mencari bukti-bukti yang dapat digunakan untuk melawan pikiran negatif
tersebut, serta mencari alternatif pemikiran lain yang lebih sesuai. Restrukturisasi kognitif atau pikiran biasanya
dilakukan dengan strategi A-B-C-D-E, yaitu :
a. A (Antecedent) merupakan peristiwa aktual yang mendasari munculnya perasaan dan atau pikiran tertentu.
b. B (Beliefs) merupakan keyakinan yang muncul sebagai hasil dari pikiran, biasanya berupa pikiran negatif.
c. C (Consequences) merupakan konsekuensi berupa perasaan yang muncul dari suatu pikiran tertentu.
d. D (Dispute) merupakan usaha menantang pikiran yang sudah muncul sebelumnya dengan menggunakan pikiran
alternatif tertentu.
e. E (Evaluation) merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap perasaan setelah menantang pikiran negatif.
D. Penerapan Terapi Kognitif pada Lansia yang Mengalami Depresi
Penggunaan Terapi Kognitif-Perilaku bagi lansia yang mengalami depresi membutuhkan penyesuaian-penyesuaian,
terutama dalam kecepatan memberikan terapi. Terapi Kognitif-Perilaku untuk lansia yang mengalami depresi biasanya
diberikan dalam tiga fase besar, yaitu :
1) Fase awal
Pada fase ini, terdapat lima komponen yang perlu dipenuhi, yaitu
(1) membangkitkan harapan lansia terhadap terapi yang akan ia dapatkan,
(2) menjelaskan karakteristik Terapi Kognitif-Perilaku yang bersifat kolaboratif, sehingga membutuhkan partisipasi
aktif lansia sebagai klien,
(3) mengklarifikasi bahwa Terapi Kognitif-Perilaku memiliki batasan waktu dan sesi-sesi yang sudah tersusun
dengan jelas,
(4) menekankan fokus Terapi Kognitif-Perilaku untuk membahas masalah yang sifatnya “here-and-now”, serta
(5) membangun tujuan-tujuan yang akan dicapai selama sesi-sesi selanjutnya. Seluruh komponen ini dikaitkan
dengan masalah depresi yang dialami oleh lansia. Fase ini akan diisi dengan perkenalan dan pengantar mengenai proses
terapi, sekaligus penjelasan mengenai Terapi Kognitif-Perilaku itu sendiri yang dikaitkan dengan depresi.
2) Fase pertengahan
Pada fase ini, isi dari Terapi Kognitif-Perilaku mulai diberikan dan lansia diperkenalkan dengan alat-alat bantu
dalam terapi, misalnya alat untuk mencatat kegiatan sehari-hari, lembar kerja saat sesi, dan lain-lain. Pada fase ini juga,
terapis dapat memberi pekerjaan rumah kepada lansia yang terkait dengan tujuan sesi. Di fase ini, lansia diajak untuk
menjalankan peran aktifnya dalam mengatasi depresi dalam kesehariannya. Fase ini akan berisi pemberian terapi berupa
teknik monitor perasaan, rencana kegiatan harian, relaksasi, teknik memecahkan masalah, mengenali pikiran negatif,
hingga restrukturisasi kognitif atau pikiran, termasuk pemberian tugas yang perlu dikerjakan secara mandiri oleh lansia
yang menjadi partisipan.
3) Fase akhir
Pada fase akhir, lansia dipersiapkan untuk mengakhiri terapi bersama terapis dan membuat rencana untuk
mencegah terjadinya kekambuhan masalah depresi dalam dirinya (relapse prevention). Lansia perlu diajak untuk
membahas materi-materi yang pernah diberikan dalam terapi dan membuka catatan untuk dapat mengingatnya dengan
mudah. Cara ini bias membuat lansia merasa dihargai dan percaya diri bahwa ia masih bisa belajar dari terapi yang
diberikan walaupun usianya sudah tua. Fase ini berisi upaya membahas dan mengerjakan ulang seluruh teknik yang
sudah diberikan dalam proses terapi menjelang terminasi, agar lansia yang menjadi partisipan semakin memahami
teknik-teknik yang sudah diberikan dan terdorong untuk mencegah kekambuhan depresi dalam dirinya.
Walaupun memerlukan penyesuaian dalam penerapannya, Terapi Kognitif-Perilaku terbukti efektif menangani
depresi pada lansia karena dapat mengurangi tendensi berpikir negatif pada lansia yang dianggap berkontribusi besar
terhadap kemunculan depresi dalam diri mereka. Efek dari Terapi Kognitif-Perilaku pada lansia yang mengalami depresi pun
tercatat dapat bertahan sampai 2 tahun untuk mengurangi kecenderungan depresi pada diri lansia, hingga dinilai cukup
efektif untuk jangka panjang.
E. Alat Ukur
a. Inventaris Depresi Beck (IDB)
Inventaris Depresi Beck (IDB) merupakan alat pengukur status afektif yang digunakan untuk membedakan jenis
depresi yang memengaruhi suasana hati. Instrumen ini berisikan 21 karakteristik : alam perasaan, pesimisme, rasa
kegagalan, kepuasan, rasa bersalah, rasa terhukum, kekecewaan terhadap seseorang, kekerasan terhadap diri sendiri,
keinginan untuk menghukum diri sendiri, keinginan untuk menangis, mudah tersinggung, menarik diri, ketidakmampuan
untuk membuat keputusan, gambaran tubuh, gangguann tidur, kelelahan, gangguan selera makan, kehilangan berat
badan.
Selain itu ,juga berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap yang berhubungan dengan depresi. Setiap hal direntang
menggunakan skala 4 poin yang menandakan intensitas gejala. Alat mudah dinilai dan dapat dilakukan oleh sendiri atau
diberikan oleh perawat dalam 5 menit. Penilaian dengan cepat membantu dalam memperkirakan beratnya depresi.
Inventaris Depresi Beck (IDB)

Skor Uraian
A. Keseedihan
3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya
2 Saya galau/sideh sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
1 Saya merasa sedih atau galau
0 Saya tidak merasa sedih
B. Pesimsime
3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat membaik
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan
1 Saya merasa berkecil hati menghadapi masa depan
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
C. Rasa kegagalan
3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)
2 Bila melihat kehidupan kebelakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 Saya tidak merasa gagal
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya
2 Saya tidak lagi mendapat kepuasan dari apapun
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan
0 Saya tidak merasa tidak puas
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-oalh sanagt buruk atau tak berharga
2 Saya merasa sangat bersalah
1 Saya merasa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri
2 Saya muak dengan diri saya sendiri
1 Saya tidak suak dengan diri saya sendiri
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri saya sendiri
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri juka memiliki kesempatan
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri
1 Saya merasa lebih baik mati
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri
H. Menarik Diri dari Sosial
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada mereka semua
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan memiliki sedikit perasaan pada
mereka
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan
1 Saya berusaha membuat keputusan
0 Saya membuat keputusan yang baik
J. Perubahan Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang permanen dalam penampilan saya dan ini
membuat saya tidak menarik
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua dan tak menarik
0 Saya tidakmerasabahwasayatampaklebihburukdaripadasebelumnya
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidakmelakukanpekerjaansamasekali
2 Saya telahmendorongdirisayauntukmelakukansesuatu
1 Saya memerlukanupayatambahanuntukmulaimelakukansesuatu
0 Saya tidakmerasabahwasayatampaklebihburukdaripadasebelumnya
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu
2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu
1 Saya merasa lelah dari yang biasanya
0 Saya tidakmerasa Lelah lebihdaribiasanya
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali
2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya
0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang sebelumnya
Penilaian
0-4 Depresi tidak ada atau minimal
5-7 Depresi ringan
8-16 Depresi sedang
16 > Depresi berat

b. Skala Depresi Geriatrik Yesavage


Skala depresi Geriatrik Yesavage atau biasa disebut dengan Getriatric Depression Scale (GDS) merupakan
instrument yang disusun secara khusus untuk memeriksa depresi. Instrument ini terdiri atas 30 atau 15 pertanyaan
dengan jawaban YA atau TIDAK. GDS ini telah diuji kesahihan dan keandalannya. Beberapa nomor jawaban YA
dicetak tebal, dan beberapa nomor yang lain jawaban TIDAK dicetak tebal. Jawaban yang dicetak tebal mempunyai nilai
1 apabila dipilih instrument GDS dengan 30 item pertanyaan ini dikatakan juga dengan GDS Long Version, sedangkan
yang menggunakan 15 item pertanyaan biasa disebut GDS Short Version.
Skala Depresi Geriatrik Yesavage (GDS) Long Version

No Pertanyaan Jawaban Skor


1 Apakah pada dasarnya Anda puas dengan kehidupan Anda? Ya/Tidak
2 Apakah Anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan minat/ kesenangan Ya/Tidak
Anda?
3 Apakah Anda merasa kehidupan Anda hampa? Ya/Tidak
4 Apakah Anda sering merasa bosan? Ya/Tidak
5 Apakah Anda penuh pengharapan akan masa depan? Ya/Tidak
6 Apakah Anda diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak dapat Anda Ya/Tidak
keluarkan/ungkapkan?
7 Apakah Anda mempunyai semangat baik sepanjang waktu? Ya/Tidak
8 Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Anda? Ya/Tidak
9 Apakah Anda merasa bahagia pada sebagian besar waktu Anda? Ya/Tidak
10 Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? Ya/Tidak
11 Apakah Anda sering merasa gelisah dan resah/gugup? Ya/Tidak
12 Apakah Anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi keluar dan Ya/Tidak
mengerjakan sesuatu hal yang baru?
13 Apakah Anda sering kali khawatir akan masa depan? Ya/Tidak
14 Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat Anda Ya/Tidak
dibandingkan kebanyakan orang?
15 Apakah Anda piker hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya/Tidak
16 Apakah Anda merasa murung dan sedih? Ya/Tidak
17 Apakah Anda merasa tidak berharga seperti perasaan Anda saat ini? Ya/Tidak
18 Apakah Anda sangat khawatir tentang kejadian-kejadian masa lalu? Ya/Tidak
19 Apakah Anda merasakan bahwa kehidupan ini sangat menyenangkan/menarik? Ya/Tidak
20 Apakah Anda merasa berat untuk memulai proyek/pekerjaan baru? Ya/Tidak
21 Apakah Anda merasa penuh semangat? Ya/Tidak
22 Apakah Anda merasa bahwa keadaan Anda tidak ada harapan? Ya/Tidak
23 Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada Anda? Ya/Tidak
24 Apakah Anda seringkali kesal terhadap hal-hal sepele? Ya/Tidak
25 Apakah Anda seringkali merasa ingin menangis? Ya/Tidak
26 Apakah Anda mempunyai kesulitan dalam berkonsentrasi? Ya/Tidak
27 Apakah Anda senang bangun dipagi hari? Ya/Tidak
28 Akaha Anda lebih senang menghindari kegiatan social? Ya/Tidak
29 Apakah mudah bagi Anda untuk mengambil keputusan? Ya/Tidak
30 Apakah pikiran Anda jernih seperti biasanya? Ya/Tidak
Total

Intepretasi

Skor 0-9 :not depressd (tidak depresi/normal)

Skor 10-19 :mild depression (depresi ringan)

Skor 20-30 :severe depression (depresi sedang/berat)


Skala Depresi Geriatrik Yesavage (GDS) Short Version

No Pertanyaan Jawaban Skor


1. Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan Anda? Ya/Tidak
2. Apakah Anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan minat atau kesenangan Ya/Tidak
Anda?
3. Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? Ya/Tidak
4. Apakah anda sering merasa bosan? Ya/Tidak
5. Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya/Tidak
6. Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? Ya/Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar hidup anda? Ya/Tidak
8. Apakah anda sering merasa tidak berdaya? Ya/Tidak
9. Apakah lebih senag tinggal dirumah daripada keluar dan mengerjakan sesuatu Ya/Tidak
yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya ingat anda Ya/Tidak
disbanding kebanyakan orang?
11. Apakah pikir bahwa hidup anda sekarang ini menyenangkan? Ya/Tidak
12. Apakah anda tidak merasa berharga seperti perasaan anda saat ini? Ya/Tidak
13. Apakah anda merasa anda penuh semangat? Ya/Tidak
14. Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Ya/Tidak
15. Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya daripada anda? Ya/Tidak

Total

Interpretasi :
Skor 0-4 : not depressed (tidak depresi/ normal)
Skor 5-9 : mild depression (depresi ringan)
Skor 10-15 : severe depression (depresi sedang/ berat)

Sumber :

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.

Sunaryo, dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Arjadi, Retha. 2012. Terapi Kognitif-Perilaku Untuk Menangani Depresi Pada Lanjut Usia. Diakses pada tanggal 03 September
2018.

http://lib.ui.ac.id/file

You might also like