Professional Documents
Culture Documents
KARBUNKEL
Diajukan Kepada :
dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes., Sp.KK
Disusun oleh
Hafiidz Fatich Rosihan
20174011152
SMF DERMATOVENEREOLOGY
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
i
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
KARBUNKEL
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik
Di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh
Hafiidz Fatich Rosihan
20174011152
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwarahmatullahwabarakatuh.
persembahkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, petunjuk dan kemudahan yang telah
diberikan kepada penulis sehingga penulis bias menyelesaikan pesentasi kasus ini yang diberi
judul “Karbunkel“. Shalawat dan salam buat junjungan alam Nabi Muhammad SAW,
Presentasi kasus ini selain disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti ujian akhir di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, dan juga untuk
Penulis menyadari presentasi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik
dan saran sangat penulis harapkan. Dalam kesempatan yang sangat baik ini perkenankanlah
1. Allah SWT, telah memberikan segala nikmat yang tidak terhingga sehingga
2. dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes., Sp.KK selaku dokter pembimbing dalam
Wassalamu’alaikumwarahmatullahwabarakatuh.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
BAB II 2
PRESENTASE KASUS 2
BAB III 5
TUNJAUAN PUSTAKA 5
A. DEFINISI 5
B. EPIDEMIOLOGI 5
C. ETIOPATOGENESIS 5
D. GEJALA KLINIS 6
E. HISTOPATOLOGI 7
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 8
G. DIAGNOSIS 8
H. DIAGNOSIS BANDING 8
I. PENATALAKSANAAN 11
J. PROGNOSIS 12
BAB IV 13
PEMBAHASAN 13
BAB V 15
KESIMPULAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 17
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Karbunkel merupakan salah satu manifestasi dari infeksi kulit dan jaringan lunak
disekitarnya. Karbunkel terbentuk dari gabungan beberapa furunkel yang ber kelompok.
Furunkel merupakan nodul yang berisi nanah yang terbentuk dibawah kulit akibat infeksi
bakteri yang menyebabkan inflamasi pada folikel rambut dan jaringan sekitarnya. Karbunkel
memiliki lesi inflamasi yang lebih luas dengan dasar lebih dalam dan ditandai dengan nyeri
yang luar biasa. Pada umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus yang
termasuk flora normal pada kulit, Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan
iritasi pada kulit.
Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik yang
menunjukkan prevalensi karbunkel. Karbunkel umumnya terjadi pada anak-anak, remaja
sampai dewasa muda. Statistik Departemen Kesehatan Inggris menunjukkan bahwa pada
tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita berobat ke Rumah Sakit
Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel.
Karbunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit ini pada
wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi terkena penyakit ini,
namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau
problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi. Gambaran klinis penyakit ini adalah
timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas dan nyeri. Diagnosis karbunkel dapat
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan
kultur bakteri .
1
penderita yang mengalami rekurensi yang membutuhkan evaluasi dan penanganan lebih
lanjut.
2
BAB II
PRESENTASE KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Y
No.RM : 63-61-80
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Bantul
Usia : 60 Tahun
Pekerjaan : Pensiun
Agama : Islam
B. ANAMNESA
1. Anamnesis
a. Keluhan Utama:
Benjolan Nyeri di Pipi Kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli kulit RSPS dengan keluhan benjolan pada pipi kanan
yang timbul semakin besar sejak 1 bulan terakhir.. Pada mulanya hanya berupa bintil
seperti jerawat 1 buah sebesar kepala jarum pentul berwarna kemerahan. Gatal (-),
nyeri (+) terutama bila tertekan, benjolan berisi nanah (+), benjolan berisi cairan (-),
riwayat digigit binatang (-), demam (-), pasien lalu berobat ke bidan dan diberi 3
macam obat, salah satunya paracetamol sementara 2 obat lainnya tidak diketahui,
namun keluhan tidak berkurang malah semakin membesar dan tumbuh seperti
sekarang.
3
Riwayat asma disangkal
Riwayat alergi disangkal
2. Anamnesis Sistem
A. Sistem saraf pusat : Demam (-), penurunan kesadaran (-)
B. Sistem kardiovaskuler : Sesak (-), nadi (-), pucat (-), kaki bengkak (-)
C. Sistem respiratori : Batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), sering bersin (-)
D. Sistem urinaria : BAK (+) dalam batas normal
E. Sistem gastrointestinal : BAB (+) dalam batas normal . Riwayat DM tidak
terkontrol (GDS terakhir 400)
F. Sistem Anogenital : Anus, genitalia tidak ada kelainan
G. Sistem Integumental : Terdapat benjolan di pipi kanan.
H. Sistem musculoskeletal : Gerakan bebas aktif, lumpuh (-), nyeri otot (-)
I. Sistem sensori : Mata memerah (-), mata gatal (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan Umum
Kesan umum : Tampak sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Suhu : 36,5o celcius
Nadi : 90x/menit.
Pernafasan : 18x/menit.
4
2. Pemeriksaan Generalisata : Tampak Baik
3. Pemeriksaan Kulit (foto UUK terlampir)
D. DIAGNOSIS BANDING
1. Karbunkel
2. Abses Zigomatikum
3. Folikulitis
4. Furunkel
DIAGNOSIS KERJA
Karbunkel
5
E. PENATALAKSANAAN
Langkah pengobatan karbunkel:
TERAPI
UMUM :
Menjaga kebersihan wajah, salah satunya dengan mencuci wajah dengan bersih setelah
menggunakan kosmetik
KHUSUS :
Ciprofloxacin 500mg, 2x1 tablet/ hari
Paracetamol 500mg prn
Kompres rivanol atau larutan NaCl 0.9% sebanyak 3x dalam 30 menit sehari
Gentamisin salep 3x1, bila sudah 2 hari di kompres.
6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Karbunkel adalah infeksi bakteri pada sekelompok folikel rambut dan jaringan
sekitarnya yang berdekatan3,15. Karbunkel terbentuk dari gabungan beberapa furunkel
yang berkelompok dan dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan
subkutan yang padat7. Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada daerah folikel
rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel1,3.
B. EPIDEMIOLOGI
Karbunkel memiliki prevalensi yang kecil. Umumnya terjadi pada anak-anak, remaja
sampai dewasa muda3. Berdasarkan statistik Departemen Kesehatan Inggris, pada
tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita yang berobat ke
Rumah Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel. Dari
24.525 pasien tersebut terdapat 90% yang memerlukan rawat inap. 54% dari pasien
yang berobat tersebut adalah laki-laki dan 46% pasien adalah perempuan. Usia rata-
rata dari pasien yang berobat adalah 37 tahun. 72% berusia 15-59 tahun dan 6%
berusia diatas 75 tahun4.
7
C. ETIOPATOGENESIS
Perubahan Karbunkel disebabkan infeksi bakteri, umumnya stafilokokus
(Stafilokokus aureus)3. Bakteri S.aureus berbentuk bulat (coccus), memiliki diameter
0,5 – 1,5 µm, memiliki susunan bergerombol seperti anggur, tidak memiliki kapsul,
nonmotil, katalase positif dan pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu7,11.
Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus. yang merupakan flora residen
pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran hidung.
Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Bakteri
tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit7. Selanjutnya,
bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host terhadap infeksi
S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman tersebut untuk
melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi oleh komponen
bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin TNF (tumor
necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan
makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi dan pada akhirnya
membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan sel kulit yang mati11.
D. FAKTOR RESIKO
Setiap orang dapat beresiko terkena karbunkel, namun terdapat beberapa
faktor yang dapat meningkatkan resiko, antara lain3,11 :
8
7. Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat kemoterapi atau
mendapat obat omeprazole.
8. Penyakit imunodefisiensi primer seperti penyakit granulomatosa kronik, sindrom
Chediak-Higashi, defisiensi C3, hiperkatabolisme C3, hipogammaglobulinemia transient,
timoma dengan imunodefisiensi, dan sindrom Wiskott-Aldrich.
E. DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul tersebut
meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai diameter 3-10 cm atau bahkan
lebih. Beberapa pasien mengeluh demam dan malaise7.
2. Pemeriksaan Fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi setelah
kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar yang multipel (multiple
follicular orifices). Karbunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang
yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan
granulasi3,11.
3. Pemeriksaan Penunjang
9
Gambar 3. Gambaran histopatologi Karbunkel6.
10
Gambar 4. Gambaran Mikroskopik S.aureus dengan Pengecatan Gram16.
11
Gambar 6. Hasil Kultur S.aureus dalam Medium Agar Darah14
F. DIAGNOSIS BANDING
12
S.aureusmerusak S.aureusmerusak S.aureusmerusak
integritas kulit (dermis integritas kulit (dermis integritas kulit (dermis
sampai subkutis ) sampai subkutis ) sampai subkutis )
Gejala klinis Nyeri tekan (+), Nyeri tekan (+), Nyeri tekan (-),
fluktuasi (+), gatal (+) fluktuasi (-), gatal (+), fluktuasi (-) gatal (+)
hangat (+) dan bisa hangat (-) dan tidak dan tidak terdapat
terdapat tanda-tanda terdapat tanda-tanda tanda-tanda infeksi
infeksi sekunder infeksi sekunder sekunder
seperti demam
Pemeriksaan Coccus gram (+), Coccus gram (+), Coccus gram (+),
Gram PMN (+++) PMN (++) PMN (+)
Kista Epidermal
Diagnosa banding yang paling utama dari karbunkel adalah kista epidermal yang
mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi dapat dengan tiba-tiba
menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu atau beberapa hari sehingga
dapat menjadi diagnosa banding karbunkel. Diagnosa banding ini dapat disingkirkan
berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya pada tempat yang sama, terdapatnya
orificium kista yang terlihat jelas dan penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa
seperti keju yang berbau tidak sedap sedangkan pada karbunkel mengeluarkan material
purulen3,7.
Hidradenitis Suppurativa
13
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan karbunkel meliputi pembedahan untuk mengeluarkan pus, pemberian
antibiotic sistemik dan terapi adjuvans1,3,7.
2.11.1 Pembedahan
Terapi adekuat dari karbunkel adalah insisi dan drainase pus1,2. Persetujuan tindakan
medis diperlukan sebelum melakukan tindakan. Selanjutnya semua perlengkapan operasi
disiapkan. Pertama disinfeksi area karbunkel dan sekitarnya didisinfeksi dan dibatasi dengan
duk steril.. Anastesi lokal yang umumnya digunakan adalah lidokain 1%.. Scalpel dipegang
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk membuat initial entry. insisi dilakukan
langsung ke pusat abses. Insisi dibuat searah dengan skin-tension line. Insisi dilebarkan untuk
membuat ruang yang cukup memadai sehingga semua pus dapat keluar. Hal ini dapat
mencegah terjadinya rekurensi. Pengambilan pus utuk kultur dapat menggunakan hapusan
atau spuit ke dalam ruang abses. Setelah pus mengalir spontan. klem yang berujung bengkok
untuk membuka seluruh ruang abses. Klem dimasukkan ke dalam ruang abses ke dalam
sampai menyentuh jaringan yang sehat, kemudian ujung klem dibuka dan digerakkan
melingkar untuk mengeksplorasi memisahkan jaringan sehat dan ruang abses. Selanjutnya
dilakukan irigasi menggunakan spuit tanpa jarum dengan normal saline sampai cairan irigasi
yang keluar dari ruang abses jernih. Wound-packing material ukuran seperempat atau
setengan inchi dimasukkan dalam ruang abses. Kemudian tutup luka dengan kasa steril dan
plester. Penderita follow-up setelah 2-3 hari, jika tidak ada pus, wound-packing material di
ambil5.
14
15
Gambar 7.. Insisi dan Drainase Abses5.
Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA) dapat
diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam7. Pilihan lain adalah tetrasiklin, namun obat
ini berbahaya untuk anak-anak13. Terapi pilihan untuk golongan penicilinase-resistant
penicillin adalah dicloxacilin Pada penderita yang alergi terhadap penisilin dapat dipilih
16
golongan eritromisin. Pada orang yang alegi terhadap β-lactam antibiotic dapat diberikan
vancomisin7.
Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang. Lesi
yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi. Pasien dengan karbunkel yang
berulang memerlukan evaluasi dan penanganan lebih komplek3,7,11.
17
idealnya pada iklim sejuk atau kering akan membantu dengan cara menyediakan
istirahat dan juga menyisihkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program perawatan kulit.
Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang `peka methicillin
maupun yang resisten methicillin) dari hidung (dan kulit) :
- Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada
hidung dan secara sekunder mengurangi sekelompok organisme pada kulit,
sebuah proses yang menyebabkan furunkulosis rekuren. Pemakaian secara
intranasal dari salep mupirocin calcium 2% dalam base paraffin yang putih
dan lembut selama 5 hari dapat mengeliminasi S.aureus pada hidung sekitar
70% pada individu yang sehat selama 3 bulan. Resistensi stafilokokus
terhadap mupirocin hanya didapatkan pada 1 dari 17 pasien. Profilaksis
dengan salep asam fusidat yang dioleskan pada hidung dua kali sehari setiap
minggu keempat pada pasien dan anggota keluarganya yang merupakan karier
strain infeksius S.aureus pada hidung (bersamaan dengan pemberian
antibiotik anti-stafilokokus peroral selama 10-14 hari pada pasien) telah
terbukti dengan beberapa keberhasilan8.
- Antibiotik oral (misalnya rifampin 600 mg PO tiap hari selama 10 hari) efektif
dalam mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama
periode lebih dari 12 minggu. Penggunaan rifampin dalam jangka waktu
tertentu untuk mengeradikasi S.aureus pada hidung dan menghentikan siklus
berkelanjutan dari furunkulosis rekuren adalah beralasan pada pasien yang
dengan pengobatan lain gagal. Namun, strain yang resisten rifampin dapat
muncul dengan cepat pada terapi seperti itu. Penambahan obat kedua
(dikloxacillin bagi S.aureus yang peka methicillin; trimethoprim-
sulfametaxole, siprofloksasin, atau minoksiklin bagi S.aureus yang resisten
methicillin) telah digunakan untuk mengurangi resistensi rifampin dan untuk
mengobati furunkulosis rekuren13.
18
H. PROGNOSIS
Umumnya pasien mengalami resolusi, setelah mendapatkan terapi insisi dan
drainase pus serta antibiotic sistemik3,7. Beberapa pasien mengalami komplikasi
bakteremia dan bermetastasis ke organ lain7,11 . Beberapa pasien mengalami
rekurensi, terutama pada penderita dengan penurunan kekebalan tubuh3,11.
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
BAB V
KESIMPULAN
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi, C. F. et al. 2005. Scwartz’s Principle Of Surgery, eighth edition .USA: the
McGraw Hill Companies Inc.
3. Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. 2008.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th ed. New York: McGraw Hill
Medical
5. Fitch, Michael T., Manthey, David E. et.al. Abscess Incision and Drainage. NEJM.
http:/www.nejm.org.
7. G, Berger T. 2007. Furunculosis (Boils) and Carbuncles. In: McPhee SJ, Papadakis
MA, Tierney LM (eds).Current Medical Diagnosis and Treatment 46th ed. New
York: McGraw Hill.
10. Kaiser, Gary. 2002. Staphylococcus aureus growing on Manitol Salt Agar.
http:/student.ccbmcmd.edu/courses/bio141/lab manua/lab15/msasa.html
11. Lowy FD.2006. Staphylococcal Infections. In: Kasper DL, Braunwald E, et al (eds).
Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th ed. New York: McGraw Hill.
12. Paus, Ralf and C, George. The Biology of Hair Follicles. NEJM.http:/www.nejm.org.
13. R, S. Daum. 2007 Skin and Soft Tissue Infections Caused by Methicillin-Resistant
Staphylococcus aureus. NEJM. http:/www.nejm.org.
22
14. Rebecca, Buxton. 2005. Blood Agar Plates and Hemolysis: Staphylococcus and
orther Catalase Positive Gram-Positive Cocci. Department of PathologyUniversity of
UtahSalt Lake City, UT 84132USA. http.microbelibrary.org/Culture
Media/details.asp.
15. Shear, N., Najwa E. dan Sabrina I. dan M Kerba 2000. Dermatology. Review Notes
Lecture Series. MCCQE.
LAMPIRAN
23