You are on page 1of 14

Tinjauanpustaka

OSTEOPOROSIS
PATOGENESIS DIAGNOSIS DAN PENANGANAN
TERKINI

IKetutSikiKawiyana
SubBagian/SM FOrthopaedi& Traumatologi
BagianBedahFK UNUD /RSUPSanglahDenpasar
e-mai
l:si
ki_kawi
yana@ hot
mai
l.com

SUM M ARY

OSTEOPOROSIS
PATHOGENESIS,DIAGNOSISAND RECENT TREATM ENT

Ost eoporosisisabonemet abolicdi sease,whichischaracteri


zedbydecreasedbonemassduet oreducedbonemat ri
x
andmi neral,accompani edbymi croarchitecturederangementoft hebonet issue.Hence,int hisdisorderthebonehast hetendency
tofractureduetol ow bonequal ity.Cellwhi chresponsi bl
eforboneformat ionisosteoblast,whereasost eocl
astisresponsibl
efor
boneresorpt ion.In ost
eoporosis,bonet urn overi sabnormalwhi chboneresorpt i
on isgreat erthan boneformat i
on.Therefore
directfactorsforost eoporosi
sarenumberandact ivit
yofosteocl
astinresorbi ngbone,andt heyarei nfl
uencedbymedi atorsand
themedi atorsdependsonest rogenl evel.Numberandact ivi
tyofosteoclastcellaregreaterthannumberandact i
vityofosteoblast
cellinost eoporosis.Thisimbalancecausesdecreasi ngbonemass.Thepat hogenesisofost eoporosishasbeendi scussedbyshow-
ing therecenttheori
esrelat
ed t
oi ncreaseofost
eocl
astcell
’sdifferenti
ati
on and acti
vity duet o:estrogen hormon defi
ciency,
cyt oki
nefactorandaxiall
oading.Severalmeansindiagnosi
ngtheri sksforosteoporosi
sandi t’scurrentmanagement sbasedon
it’spathogenesi
shavebeenment ionedt oo.

Keywords:Ost
eoporosi
s,pat
hogenesi
sandmanagement

PENDAHULUAN M enurunnyamassat ulangdanmemburuknyaarsi tekt


ur
jaringan tulang ini,berhubungan eratdengan proses
Osteoporosismerupakansatupenyakitmetabol ik remodeling tulang yaitu terjadiabnormalitas bone
2
tulang yang dit
andaioleh menurunnyamassat ul ang, turnover. Pengobat an osteoporosi
syang sudah lanjut
olehkarenaberkurangnyamat ri
ksdanmi neraltul ang dengan komplikasipatah tulang merupakan halyang
disert
aidengankerusakanmi kroarsit
ekt
urdarijaringan sangatsulit,danmemerl ukanwaktulamadanbi ayayang
tulang,dengan akibatmenurunnya kekuatan tulang, cukup besar.Jadiost eoporosi
slebih-l
ebih yang sudah
sehinggat erj
adikecenderungantulangmudahpat ah.1-3 terjadikompl ikasimeni mbulkan morbidi
tasdan mor-

OsteoporosisPatogenesisDiagnosisdanPenangananTerkini 157
IKetutSiki Kawiyana
talitas yang cukup serius. aktivitasnya yaitu:
Pada proses remodeling, tulang secara kontinyu 1. Defisiensi estrogen
mengalami penyerapan dan pembentukan.2 Hal ini 2. Faktor sitokin
berarti bahwa pembentukan tulang tidak terbatas pada 3. Pembebanan
fase pertumbuhan saja, akan tetapi pada kenyataanya
berlangsung seumur hidup. Sel yang bertanggung jawab 1. Defisiensi estrogen
untuk pembentukan tulang disebut osteoblas Dalam keadaan normal estrogen dalam sirkulasi
(osteoblast), sedangkan osteoklas (osteoclast) mencapai sel osteoblas, dan beraktivitas melalui reseptor
bertanggung jawab untuk penyerapan tulang. 2,4 yang terdapat di dalam sitosol sel tersebut,
Pembentukan tulang terutama terjadi pada masa mengakibatkan menurunnya sekresi sitokin seperti:
pertumbuhan. Pembentukan dan penyerapan tulang Interleukin-1 (IL-1), Interleukin-6 (IL-6)dan Tumor
berada dalam keseimbangan pada individu berusia NecrosisFactor-Alpha (TNF-α), merupakan sitokin
sekitar 30–40tahun. Keseimbangan ini mulai terganggu yang berfungsi dalam penyerapan tulang. Di lain pihak
dan lebih berat ke arah penyerapan tulang ketika wanita estrogen meningkatkan sekresi Transforming Growth
mencapai menopause dan pria mencapai usia 60tahun.5,6 Factor β (TGF-β),yang merupakan satu-satunya faktor
Pada osteoporosis akan terjadi abnormalitas bone turn- pertumbuhan (growthf actor)yang merupakan mediator
over, yaitu terjadinya proses penyerapan tulang (bone untuk menarik sel osteoblas ke tempat lubang tulang
resorption)lebih banyak dari pada proses pembentukan yang telah diserap oleh sel osteoklas. Sel osteoblas
tulang (bone f ormation).7 merupakan sel target utama dari estrogen, untuk
Peningkatan proses penyerapan tulang melepaskan beberapa faktor pertumbuhan dan sitokin
dibanding pembentukan tulang pada wanita seperti tersebut diatas, sekalipun secara tidak langsung
pascamenopause antara lain disebabkan oleh karena maupun secara langsung juga berpengaruh pada sel
defisiensi hormon estrogen, yang lebih lanjut akan osteoklas.9
merangsang keluarnya mediator-mediator yang
berpengaruh terhadap aktivitas sel osteoklas, yang Efek estrogen pada sel osteoblas
berfungsi sebagai sel penyerap tulang.6-8 Jadi yang Estrogen merupakan hormon seks steroid
berperan dalam terjadinya osteoporosis secara langsung memegang peran yang sangat penting dalam
adalah jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk metabolisme tulang, mempengaruhi aktivitas sel
menyerap tulang, yang dipengaruhi oleh mediator- osteoblas maupun osteoklas, termasuk menjaga
mediator, yang mana timbulnya mediator-mediator ini keseimbangan kerja dari kedua sel tersebut melalui
dipengaruhi oleh kadar estrogen. pengaturan produksi faktor parakrin-parakrin utamanya
oleh sel osteoblas. 10 Seperti dikemukakan diatas
PATOGENESIS TERJADINYA OSTEOPOROSIS bahwasanya sel osteoblas memiliki reseptor estrogen
Terjadinya osteoporosis secara seluler disebabkan alpha dan betha (ERα dan ERβ)di dalam sitosol. Dalam
oleh karena jumlah dan aktivitas sel osteoklas melebihi diferensiasinya sel osteoblas mengekspresikan reseptor
dari jumlah dan aktivitas sel osteoblas (sel pembentuk betha (ERβ)10 kali lipat dari reseptor estrogen alpha
tulang). Keadaan ini mengakikatkan penurunan massa (ERα).10
tulang. 8 Ada beberapa teori yang menyebabkan Didalam percobaan binatang defisiensi estrogen
deferensiasi sel osteoklas meningkat dan meningkatkan menyebabkan terjadinya osteoklastogenesis dan terjadi

158 J Peny Dalam, Volume 10 Nomor 2 Mei 2009


kehilangan tulang. Akan tetapi dengan pemberian TNFα, tidak secara langsung oleh steroid ovarium.17
estrogen terjadi pembentukan tulang kembali, dan Dengan demikian dimungkinkan pada sel
didapatkan penurunan produksi dari IL-1, IL-6, dan stroma osteoblastik dan sel osteoblas terjadi perbedaan
TNF-α, begitu juga selanjutnya akan terjadi penurunan tingkat aktivasi sel, sehingga akan terjadi perbedaan
produksi M-CSF dan RANK-Ligand (RANK-L). Di sisi produksi dari protein yang dihasilkannya seperti
lain estrogen akan merangsang ekspresi dari misalnya: IL-6, RANK-L, dan OPG, dengan suatu
osteoprotegerin (OPG) dan TGF-β (Transforming stimulasi yang sama.
Growth Factor-β) pada sel osteoblas dan sel stroma,
yang lebih lanjut akan menghambat penyerapan tulang Efek estrogen pada sel osteoklas
dan meningkatkan apoptosis dari sel osteoklas.11 Dalam percobaan binatang, defisiensi estrogen
Induksi fungsi suatu sel oleh berbagai faktor yang akan menyebabkan terjadinya osteoklastogenesis yang
sangat kompleks serta regulasinya yang berbeda-beda meningkat dan berlanjut dengan kehilangan tulang. Hal
masih sedikit diketahui sampai saat ini. Suatu sitokin, ini dapat dicegah dengan pemberian estrogen. Dengan
ligand, maupun hormon yang dapat menghambat atau defisiensi estrogen ini akan terjadi meningkatnya
merangsang fungsi suatu sel bergantung pada berbagai produksi dari IL-1, IL-6, dan TNF-α yang lebih lanjut
hal, di antaranya adalah tingkat aktivasi sel tersebut, akan diproduksi M-CSF dan RANK-L. Selanjutnya
sinyal yang memicu, dan waktu (timing), seperti RANK-L menginduksi aktivitas JNK1 dan
misalnya pada sel makrofag.12,13 Hal yang sama terjadi osteoclastogenic activator protein-1, faktor transkripsi
juga pada sel stroma osteoblastik dan osteoblas. Jadi c-Fos dan c-Jun.11 Estrogen juga merangsang ekpresi dari
tingkat aktivasi dari sel stroma osteoblastik bergantung OPG dan TGF-βoleh sel osteoblas dan sel stroma, yang
pada kontak antara reseptor dan ligand. Estrogen selanjutnya berfungsi menghambat penyerapan tulang
merupakan salah satu yang berfungsi menstimulasi dan mempercepat / merangsang apoptosis sel osteoklas
ekspresi gene dan produksi protein pada sel osteoblastik (lihat gambar 1).11
manusia, seperti misalnya produksi OPG, RANK-L, dan
IL-6. 14 Besar kecilnya protein yang diproduksi
bergantung pada aktivasi sel stroma osteoblastik.
Efek biologis dari estrogen diperantarai oleh
reseptor yang dimiliki oleh sel osteoblastik diantaranya:
estrogen receptor-related receptor α (ERRα), reseptor
estrogen α, β (ERα, ERβ). Sub tipe reseptor inilah yang
melakukan pengaturan homeostasis tulang dan berperan
akan terjadinya osteoporosis.15,16 Dalam sebuah studi
didapatkan bahwa kemampuan estrogen mengatur
produksi sitokin sangat bervariasi dari masing-masing
organ maupun masing-masing spesies, begitu juga
terhadap produksi dari IL-6. Dikatakan produksi dari Gambar 1. Efek estrogen dan sitokin terhadap pengaturan
IL-6 pada osteoblas manusia (human osteoblast) dan pembentukan osteoklas, aktivitas, dan proses apoptosisnya.
stromal sel sumsum tulang manusia (human bone Efek estrogen sebagai stimulasi ditandai dengan E(+),
marrow stromal cells), terbukti diinduksi oleh IL-1 dan sedangkan efek inhibisi dengan tanda E(-)11

Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan Terkini 159


I Ketut Siki Kawiyana
Jadi estrogen mempunyai efek terhadap sel berpengaruh pada remodeling tulang dan terjadinya
osteoklas, bisa memberikan pengaruh secara langsung penyerapan tulang berlebihan baik lokal maupun siste-
maupun tidak langsung. Secara tidak langsung estrogen mik.8,19 Sebetulnya tahun 1998 telah dikemukakan
mempengaruhi proses deferensiasi, aktivasi, maupun adanya hubungan antara sitokin, estrogen, dan
apoptosi dari osteoklas. Dalam deferensiasi dan osteoporosis pascamenopause.5
aktivasinya estrogen menekan ekspresi RANK-L, M- Dikatakan terjadi peningkatan kadar dan aktivitas
CSF dari sel stroma osteoblas, dan mencegah terjadinya sitokin proinflamasi (IL-1, IL-6, TNF-α) secara spontan
ikatan kompleks antara RANK-L dan RANK, dengan apabila fungsi ovarium menurun, misalnya pada masa
memproduksi reseptor OPG, yang berkompetisi dengan menopause. 20 Bagaimana mekanisme secara pasti
RANK.11 Begitu juga secara tidak langsung estrogen hubungan penurunan estrogen dengan peningkatan
menghambat produksi sitokin-sitokin yang merangsang sitokin ini belum diketahui secara jelas. Tetapi ini diduga
diferensiasi osteoklas seperti: IL-6, IL-1, TNF-α, IL-11 erat hubungannya dengan interaksi dari reseptor estrogen
dan IL-7.18 Terhadap apoptosis sel osteoklas, secara tidak (ER = Estrogen Receptor) dengan faktor transkripsi,
langsung estrogen merangsang osteoblas untuk modulasi dari aktivitas nitrik-oksid (NO), efek
memproduksi TGF-β, yang selanjutnya TGF-β ini antioksidan, aksi plasma membran, dan perubahan dalam
menginduksi sel osteoklas untuk lebih cepat mengalami fungsi sel imun. Maka pada studi klinis dan
apoptosis.18 eksperimental ditemukan ada hubungannya antara
Sedangkan efek langsung dari estrogen terhadap penurunan massa tulang dengan peningkatan sitokin
osteoklas adalah melalui reseptor estrogen pada sel proinflamasi ini.
osteoklas, yaitu menekan aktivasi c-Jun, sehingga Kemudian ditemukan lagi bahwa, terjadinya
mencegah terjadinya diferensiasi sel prekursor osteoklas diferensiasi turunan sel monosit menjadi sel osteoklas
dan menekan aktivasi sel osteoklas dewasa.18 dewasa/matang dirangsang oleh: tumor necrosis factor-
related factor yang disebut: RANK-L atau dengan nama
2. Faktor Sitokin lain: OPGL atau ODF (Osteoclast Diferentiation
Pada stadium awal dari proses hematopoisis dan Factors).3,8,20-22 Bahkan dikatakan bahwa RANK-L
osteoklastogenesis, melalui suatu jalur yang memerlukan memegang peran yang sangat esensial dalam
suatu mediator berupa sitokin dan faktor koloni-stimu- pembentukan sel osteoklas dan lebih lanjut akan
lator. 8 Diantara group sitokin yang menstimulasi menyebabkan penyerapan tulang.22 Melalui studi gene-
osteoklastogenesis antara lain adalah: IL-1, IL-3, IL-6, tik dan biokemis RANK-L mengatur diferensiasi
Leukemia Inhibitory Factor (LIF), Oncostatin M (OSM), osteoklas, dengan mengaktifkan reseptor RANK,
Ciliary Neurotropic Factor (CNTF), Tumor Necrosis melalui peran dari faktor transkripsi: c-Jun.
Factor (TNF), Granulocyte Macrophage-Colony Sebuah studi dengan menggunakan tikus
Stimulating Factor (GM-CSF), dan Macrophage-Colony mendapatkan bahwa estrogen (E2) menyebabkan
Stimulating Factor (M-CSF). Sedangkan IL-4, IL-10, menurunnya osteoklastogenesis, akibat menurunnya
IL-18, dan interferon-γ, merupakan sitokin yang respons prekursor osteoklas terhadap RANK-L;yang
menghambat osteoklastogenesis. Interleukin-6 lebih lanjut akan menurunkan aktivasi dari ensim Jun
merupakan salah satu yang perlu mendapatkan perhatian, N-terminal kinase 1 (JNK1), yang selanjutnya akan
oleh karena meningkatnya IL-6 terbukti memegang mengakibatkan menurunnya produksi faktor transkripsi
peranan akan terjadinya beberapa penyakit, antaranya osteoklastogenik c-Fos dan c-Jun.21 Dan molekul yang

160 J Peny Dalam, Volume 10 Nomor 2 Mei 2009


dapat diblokade aktivitasnya oleh OPGdisebut: OPG-
ligand atau ODF atau yang kemudian lebih dikenal
dengan RANK-Ligand, berperan sangat penting sebagai
kunci mediator dalam osteklastogenesis.23 RANK-L dan
osteoprotegerin merupakan suatu parakrin yang
mengatur metabolisme tulang dan fungsi vaskuler.24
RANK-L merupakan suatu mediator yang meningkat-
kan penyerapan tulang pada wanita pascamenopause.25
Malahan terakhir dibuktikan bahwa RANK-L
merupakan salah satu faktor risiko secara biomolekuler
akan terjadinya osteoporosis pada wanita
pascamenopause defisiensi estrogen.19
RANK-L yang merupakan salah satu famili dari
TNF disebut juga: OPG-L, TNF-Releted Activation
Induced Cytokine (TRANCE), ODF dan memiliki Gambar 2. Peranan RANK dan RANK-Ligand dalam
reseptor RANK yang merupakan kunci pengaturan aktivasi sel osteoklas dan peran OPG menghambat
remodeling tulang dan sangat esensial dalam proses tersebut. Keterangannya baca teks 4,28
perkembangan dan aktivasi dari osteoklas. 3,8,26,27
Terjadinya diferensiasi sel osteoklas dari hemopoitik Ketiganya yaitu RANK-L, RANK, dan OPG
progenitor bergantung pada reseptor yang terdapat pada merupakan molekul esensial yang merupakan protein
membran sel osteoklas yang disebut RANK yang superfamili dari TNF-TNFR.3,8 RANK dan RANK-L
terbukti bahwa pengaturan transkripsinya oleh NF- merupakan protein yang menyerupai molekul sitokin
kappaB. 4 Sedangkan sel stroma osteoblastik yang berikatan pada membran (membrane-bound
mengekspresikan pada permukaannya RANK-L.4,28 cytokine-like molecules). Sedangkan OPG yang sangat
Selanjutnya RANK-L berikatan dengan RANK pada poten sebagai penghambat proses osteoklastogenesis dan
permukaan sel osteoklas progenitor untuk merangsang penyerapan tulang baik in vitro maupun in vivo, melalui
diferensiasi sel tersebut. Selain itu sel stroma osteoblas kemampuannya sebagai reseptor umpan (decoy
juga mensekresi suatu substansi yang larut dan receptor) yang dapat berikatan dengan RANK-L,
mengambang, yang berfungsi sebagai reseptor dan dapat sehingga dihambat terjadinya interaksi antara RANK-
juga mengikat RANK-L yang disebut OPG. OPG dapat L dan RANK.8
beraksi sangat poten sebagai penghambat pembentukan Dalam implikasinya RANK-L merangsang
osteoklas dengan cara berikatan dengan RANK-L, terjadinya fusi dari sel prekursor yang mononukler
sehingga mencegah interaksi antara RANK-L dengan menjadi sel multinukler, kemudian memacu untuk
RANK pada progenitor osteoklas (gambar 2). 4,28 berdiferensiasi menjadi sel osteoklas dewasa,
perlengketannya pada permukaan tulang, dan
aktivitasnya menyerap tulang, dan bahkan lebih lanjut
mempertahankan kehidupan osteoklas dengan cara
memperlambat terjadinya apoptosis. 29 RANK-L
diekspresi paling banyak oleh osteoblas dan sel lapisan
Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan Terkini 161
I Ketut Siki Kawiyana
mesenchim. Selain itu diekspresi juga oleh sel periosteal, penonjolan plasma membran (panjang 5 – 30 µm) dalam
kondrosit, sel endotelial, dan juga oleh sel T aktif kanalikuli dapat berkomunikasi dengan osteoblas.32
(gambar 3).29,30 Selanjutnya osteoblas berkomunikasi dengan sel dalam
sumsum tulang dengan memproyeksikan selnya ke sel
endotil di sinusoid, dengan demikian lokasi strategis
osteosit menjadikan sel ini sebagai kandidat sel
mekanosensori untuk deteksi kebutuhan tulang,
menambah atau mengurangi massa tulang selama
adaptasi fungsi skeletal. Osteosit juga mempunyai
kemampuan deteksi perubahan aliran cairan interstisial
dalam kanalikuli yang dihasilkan akibat pembebanan
mekanik dan deteksi perubahan kadar hormon, oleh
karena itu gangguan pada jaringan osteosit
meningkatkan fragilitas tulang (gambar 4).8,33
Gambar 3. Proses pembentukan dan aktivasi sel
osteoklas, atas pengaruh RANK-L beserta faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap ekspresi RANK-L3

3. Pembebanan
Tulang merupakan jaringan dinamik yang
secara konstan melakukan remodeling akibat respon
mekanik dan perubahan hormonal. Remodeling tulang
terjadi dalam suatu unit yang dikenal dengan bone
remodeling unit, yang merupakan keseimbangan
dinamik antara penyerapan tulang oleh osteoklas dan
pembentukan tulang oleh osteoblas. Remodeling ini
dimulai dari perubahan permukaan tulang yang pasif
(quiescent) menjadi perubahan permukaan tulang yang Gambar 4. Sel osteosit yang terletak dalam lakuna dari
mengalami resorpsi. Disini sebetulnya sel osteosit matrik tulang yang mengalami mineralisasi dan
memegang peranan penting dalam menginisiasi berfungsi sebagai sel mekanosensori8
remodeling tulang dengan mengirimkan sinyal lokal
kepada sel osteoblas maupun sel osteoklas di permukaan Pembebanan mekanik pada tulang (skletal load)
tulang melalui sistem kanalikuler.31 menimbulkan stres mekanik dan strain atau resultant tis-
Osteosit adalah sel osteoblas yang terkubur sue deformation yang menimbulkan efek pada jaringan
dalam lakuna dan termineralisasi dalam matriks tulang tulang yaitu membentukan tulang pada permukaan pe-
dengan morfologi stellate, dengan tonjolan dendritic riosteal sehingga memperkuat tulang dan menurunkan
yang merupakan penonjolan plasma membran dan bone turnover yang mengurangi penyerapan tulang.
berfungsi sebagai sistem syaraf. Sel osteosit jumlahnya Dengan demikian pembebanan mekanik dapat
10 kali dari jumlah sel osteoblas.8 Osteosit melalui memperbaiki ukuran, bentuk, dan kekuatan jaringan

162 J Peny Dalam, Volume 10 Nomor 2 Mei 2009


tulang dengan memperbaiki densitas jaringan tulang dan densitometer DEXA (Dual Energy X-ray
arsitektur tulang. Tulang melakukan adaptasi mekanik Absorptiometry).
yaitu proses seluler yang memerlukan sistem biologis 2. Pemeriksaan laboratorium berupa parameter
yang dapat mengindera pembebanan mekanik. Informasi biokimiawi untuk bone turnover, terutama mengukur
pembebanan ini harus dikomunikasikan ke sel efektor produk pemecahan kolagen tulang oleh osteoklas.
yang akan membuat tulang baru dan merusak tulang
yang tua.34 Penentuan massa tulang
Pengukuran massa tulang dapat memberi
DIAGNOSIS OSTEOPOROSIS informasi massa tulangnya saat itu, dan terjasdinya risiko
patah tulang di masa yang akan datang. Salah satu
Hingga saat ini deteksi osteoporosis merupakan prediktor terbaik akan terjadinya patah tulang
hal yang sangat sulit dilakukan. Osteoporosis merupakan osteoporosis adalah besarnya massa tulang. Pengukuran
penyakit yang hening (silent), kadang-kadang tidak massa tulang dilakukan oleh karena massa tulang
memberikan tanda-tanda atau gejala sebelum patah berkaitan dengan kekuatan tulang. Ini berarti semakin
tulang terjadi. Diagnose penyakit osteoporosis kadang- banyak massa tulang yang dimiliki, semakin kuat tulang
kadang baru diketahui setelah terjadinya patah tulang tersebut dan semakin besar beban yang dibutuhkan untuk
punggung, tulang pinggul, tulang pergelangan tangan menimbulkan patah tulang. Untuk itu maka pengukuran
atau patah tulang lainnya pada orang tua, baik pria atau massa tulang merupakan salah satu alat diagnose yang
wanita. Biasanya dari waktu ke waktu massa tulangnya sangat penting. Selama 10 tahun terakhir, telah
terus berkurang, dan terjadi secara luas dan tidak dapat ditemukan beberapa tehnik yang non-invasif untuk
diubah kembali. Biasanya massa tulang yang sudah mengukur massa tulang.35
berkurang 30 – 40% baru dapat dideteksi dengan
pemeriksaan X-ray konvensional.35,36 Hambatan lain Pemeriksaan X-ray absorptiometry
yang ada pada pemeriksaan radiologi konvensional Pesawat X-ray absorptiometry menggunakan
untuk diagnose osteoporosis adalah:37 radiasi sinar X yang sangat rendah. Selain itu keuntungan
• Sangat bergantung pada alat radiologi yang lain densitometer X-ray absorptiometry dibandingkan
digunakan. DPA (Dual Photon Absorptiometry) dapat mengukur dari
• Sangat bergantung pada keahlian dan subyektivitas banyak lokasi, misalnya pengukuran vertebral dari an-
pemeriksaan. terior dan lateral, sehingga pengaruh bagian belakang
• Sangat bergantung pada kualitas film dan cara-cara corpus dapat dihindarkan, sehingga presisi pengukuran
pecucian film. lebih tajam.38 Ada dua jenis X-ray absorptiometry yaitu:
SXA (Single X-ray Absorptiometry) dan DEXA (Dual
Karena kurangnya sensitivitas terhadap diagnose Energy X-ray Absorptiometry). Saat ini gold standard
osteoporosis, maka saat ini pemeriksaan dengan pemeriksaan osteoporosis pada laki-laki maupun
radiologi konvensional tidak dianjurkan lagi. osteoporosis pascamenopause pada wanita adalah
Sebetulnya sampai saat ini prosedur diagnostik DEXA, yang digunakan untuk pemeriksaan vertebra,
yang lazim digunakan untuk menentukan adanya collum femur, radius distal, atau seluruh tubuh.37 Tujuan
penyakit tulang metabolik seperti osteoporosis, adalah: dari pengukuran massa tulang:
1. Penentuan massa tulang secara radiologis, dengan 1. Menentukan diagnosis.

Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan Terkini 163


I Ketut Siki Kawiyana
2. Memprediksi terjadinya patah tulang. di bawah rata-rata orang dewasa, tapi tidak lebih dari
3. Menilai perubahan densitas tulang setelah 2,5 selisih pokok di bawah rata-rata orang dewasa,
pengobatan atau senam badan. atau 10 – 25% di bawah rata-rata (T-score antara -1
Bagian tulang seperti tulang punggung SD sampai -2,5 SD).
(vertebralis) dan pinggul (Hip) dikelilingi oleh jaringan 3. Osteoporosis: nilai densitas atau kandungan mineral
lunak yang tebal seperti jaringan lemak, otot, pembuluh tulang lebih dari 2,5 selisih pokok di bawah nilai rata-
darah, dan organ-organ dalam perut. Jaringan-jaringan rata orang dewasa, atau 25% di bawah rata-rata atau
ini membatasi penggunaan SPA (Single Photon kurang (T-score di bawah -2,5 SD).
Absorptiometry) atau SXA, oleh karena dengan sistem 4. Osteoporosis lanjut: nilai densitas atau kandungan
ini tidak dapat menembus jaringan lunak tersebut, akan mineral tulang lebih dari 2,5 selisih pokok di bawah
tetapi hanya dapat digunakan untuk tulang yang berada rata-rata orang dewasa, atau 25% di bawah rata-rata
dekat kulit. DEXA atau absorptiometri X-ray energi ini atau lebih, dan disertai adanya satu atau lebih patah
ganda memungkinkan kita untuk mengukur baik massa tulang osteoporosis (T-score di bawah -2,5 SD dengan
tulang di permukaan maupun bagian yang lebih adanya satu atau lebih patah tulang osteoporosis).
dalam.35,39
Dalam pemeriksaan massa tulang dengan Pemeriksaan DEXA dianjurkan pada:38-40
densitometer DEXA kita akan mendapatkan informasi 1. Wanita lebih dari 65 tahun dengan faktor risiko.
beberapa hal tentang densitas mineral tulang antara 2. Pascamenopause dan usia < 65 tahun dengan mini-
lain:1,37,39-41 Densitas mineral tulang pada area tertentu mal 1 faktor risiko disamping menopause atau dengan
dalam gram/cm2. fraktur.
• Perbandingan kadar rerata densitas mineral tulang 3. Wanita pascamenopause yang kurus (Indek Massa
dibandingkan dengan kadar rerata densitas mineral Tubuh < 19 kg/m2).
tulang dengan orang dewasa etnis yang sama, yang 4. Ada riwayat keluarga dengan fraktur osteoporosis.
disebut dengan T Score dalam %. 5. Mengkonsumsi obat-obatan yang mempercepat
• Perbandingan kadar rerata densitas mineral tulang timbulnya osteoporosis.
dibandingkan dengan kadar rerata densitas mineral 6. Menopause yang cepat (premature menopause).
tulang orang dengan umur yang sama dan etnis yang 7. Amenorrhoea sekunder > 1 tahun.
sama, disebut Z Score dalam %. 8. Kelainan yang menyebabkan osteoporosis seperti:
- Anorexia nervosa
Ada empat kategori diagnosis massa tulang - Malabsorpsi
(densitas tulang) berdasarkan T-score adalah sebagai - Primary hyperparathyroid
berikut: - Post-transplantasi
1. Normal: nilai densitas atau kandungan mineral tulang - Penyakit ginjal kronis
tidak lebih dari 1 selisih pokok di bawah rata-rata - Hyperthyroid
orang dewasa, atau kira-kira 10% di bawah rata-rata - Immobilisasi yang lama
orang dewasa atau lebih tinggi (T-score lebih besar - Cushing syndrom
atau sama dengan -1 SD). 9. Berkurangnya tinggi badan, atau tampak kiphosis.
2. Osteopenia (massa tulang rendah): nilai densitas atau
kandungan mineral tulang lebih dari 1 selisih pokok Setelah menerima diagnosis osteoporosis atau

164 J Peny Dalam, Volume 10 Nomor 2 Mei 2009


massa tulang yang rendah, kita harus memonitor massa tulang pada wanita pascamenopause, untuk
tulang yang berkurang atau bertambah seiring dengan memperkirakan kejadian fraktur osteoporosis dan untuk
waktu. Pengukuran massa tulang ini penting secara klinis memantau efikasi pengobatan.44,45
untuk mendiagnosis dan mengendalikan osteoporosis. Parameter yang mempunyai nilai untuk ujisaring,
Di Amerika National Osteoporosis Foundation diagnosis dan pemantauan osteoporosis harus mewakili
menganjurkan pemberian pengobatan pencegahan pada unsur yang mempunyai peran pada pembentukan tulang,
penderita: aktivitas sel yang bertanggung jawab terhadap bone
• T-score kurang dari -1,5 SD dengan ada faktor risiko turnover dan pengaturannya, atau produk dari
osteoporosis. penguraian tulang. Penelitian-penelitian sekarang
• T-score kurang dari -2,0 SD tanpa ada faktor risiko difokuskan pada parameter yang dapat dipakai untuk
osteoporosis. ujisaring terhadap penurunan massa tulang atau adanya
• Pada wanita pascamenopause dengan adanya fraktur. percepatan kehilangan tulang, dan pemantauan terapi
• Pengobatan harus dilakukan pada T-score kurang dari untuk meningkatkan massa tulang maupun
-2,5 SD. memperlambat atau mengurangi kehilangan tulang.
Petanda resorpsi tulang akibat aktivitas osteoklas
Dalam pengobatan dan pengendalian osteoporosis meningkat, saat ini merupakan metode pilihan untuk
pemeriksaan ulangan massa tulang dengan DEXA dapat memperkirakan akan terjadinya osteoporosis, atau untuk
dikerjakan dalam kurun waktu 1 – 2 tahun.35 memantau terapi pada pasien yang diberi obat
antiresorpsi oral. Penentuan Crosslink Telopeptida C-
Pemeriksaan laboratorium berupa parameter biokimiawi Terminal (CTx) dalam serum merupakan indikator yang
Penentuan massa tulang secara radiologis penting baik untuk resorpsi tulang. CTx merupakan hasil
untuk menentukan diagnosis osteoporosis, akan tetapi dekomposisi awal dan stabil dari kolagen tipe-1 spesifik
tidak memberikan gambaran tentang proses dinamis tulang, oleh karena itu menggambarkan proses pada
penyerapan dan pembentukan tulang, yang dapat tulang secara relatif langsung. Karena tulang yang
menunjukkan derajat kecepatan kehilangan tulang. matang terutama terdiri dari β-isomerisasi telopeptida,
Biopsi tulang dan parameter biokimiawi dapat pengukuran CTx terutama cocok digunakan untuk
memberikan gambaran ini dengan jelas, tetapi biopsi mendeteksi kejadian pada tulang osteoporosis yang tua.
tulang merupakan prosedur yang invasif, sehingga sulit CTx merupakan penanda resorpsi tulang pertama dalam
untuk dilaksanakan secara rutin, baik untuk ujisaring serum yang dapat diperiksa dengan alat otomatisasi. CTx
maupun untuk pemantauan pengobatan. Sehingga satu- dapat diukur dalam serum dan plasma, yang tidak
satunya pilihan untuk menentukan bone turnover adalah memerlukan pengukuran tambahan kreatinin seperti
parameter atau penanda biokimiawi.42 Perkembangan yang diperlukan pada pengukuran penanda tulang dalam
terbaru mengenai petanda biokimia yang spesifik dan urin. Selain itu, pemeriksaan CTx juga meniadakan
sensitif yang menggambarkan keseluruhan kecepatan kebutuhan untuk menentukan sempel urin ideal (urin
pembentukan dan penyerapan tulang, telah sangat pertama atau kedua pada pagi hari, atau urin yang
memperbaiki pemeriksaan bone turnover invasif pada dikumpulkan selama 24 jam).
beberapa penyakit metabolisme tulang, terutama untuk Penelitian akhir-akhir ini membuktikan bahwa
osteoporosis.43 Pada osteoporosis, petanda bone turnover kadar interleukin-6 dan RANK-ligand yang tinggi dalam
dapat digunakan untuk memperkirakan kehilangan serum merupakan faktor risiko terhadap kejadian osteo-
Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan Terkini 165
I Ketut Siki Kawiyana
porosis pada wanita pascamenopause defisiensi estrogen dengan progesteron akan menurunkan risiko
estrogen.19 Akan tetapi sayangnya pemeriksaan dari kanker endometrium dan harus diberikan pada setiap
kedua komponen tersebut belum dapat dilakukan secara wanita yang mendapatkan TSH, kecuali yang telah
rutin di laboratorium. menjalani histerektomi.
Saat ini pemakaian fitoestrogen (isoflavon)
PENANGANAN TERKINI sebagai suplemen mulai digalakkan pemakaiannya
sebagai TSH. Beberapa penelitian menyatakan
Secara teoritis osteoporosis dapat diobati dengan memberikan hasil yang baik untuk keluhan defisiensi
cara menghambat kerja osteoklas dan atau meningkatkan estrogen, atau mencegah osteoporosis.34 Fitoestrogen
kerja osteoblas. Akan tetapi saat ini obat-obat yang terdapat banyak dalam kacang kedelai, daun semanggi.47
beredar pada umumnya bersifat anti resorpsi. Yang Ada golongan preparat yang mempunyai efek
termasuk obat antiresorpsi misalnya: estrogen, seperti estrogen yaitu golongan Raloksifen yang disebut
kalsitonin, bisfosfonat. Sedangkan Kalsium dan Vitamin juga Selective Estrogen Receptor Modulators (SERM).
D tidak mempunyai efek antiresorpsi maupun stimulator Golongan ini bekerja pada reseptor estrogen-β sehingga
tulang, tetapi diperlukan untuk optimalisasi meneralisasi tidak menyebabkan perdarahan dan kejadian keganasan
osteoid setelah proses pembentukan tulang oleh sel payudara.37 Mekanisme kerja Raloksifen terhadap tulang
osteoblas.46 diduga melibatkan TGF yang dihasilkan oleh osteoblas
yang berfungsi menghambat diferensiasi sel osteoklas.46
Estrogen
Mekanisme estrogen sebagai antiresorpsi, Bisfosfonat
mempengaruhi aktivitas sel osteoblas maupun sel Bisfosfonat merupakan obat yang digunakan
osteoklas, telah dibicarakan diatas. Pemberian terapi untuk pengobatan osteoporosis. Bifosfonat merupakan
estrogen dalam pencegahan dan pengobatan osteoporosis analog pirofosfat yang terdiri dari 2 asam fosfonat yang
dikenal sebagai Terapi Sulih Hormon (TSH). Estrogen diikat satu sama lain oleh atom karbon. Bisfosfonat dapat
sangat baik diabsorbsi melalui kulit, mukosa vagina, dan mengurangi resorpsi tulang oleh sel osteoklas dengan
saluran cerna. Efek samping estrogen meliputi nyeri cara berikatan dengan permukaan tulang dan
payudara (mastalgia), retensi cairan, peningkatan berat menghambat kerja osteoklas dengan cara mengurangi
badan, tromboembolisme, dan pada pemakaian jangka produksi proton dan enzim lisosomal di bawah
panjang dapat meningkatkan risiko kanker payudara. osteoklas.46
Kontraindikasi absolut penggunaan estrogen adalah: Pemberian bisfosfonat secara oral akan diabsorpsi
kanker payudara, kanker endometrium, hiperplasi di usus halus dan absorpsinya sangat buruk (kurang dari
endometrium, perdarahan uterus disfungsional, 55 dari dosis yang diminum). Absorpsi juga akan
hipertensi, penyakit tromboembolik, karsinoma ovarium, terhambat bila diberikan bersama-sama dengan kalsium,
dan penyakit hait yang berat.35,46 kation divalen lainnya, dan berbagai minuman lain
Beberapa preparat estrogen yang dapat dipakai kecuali air. Idealnya diminum pada pagi hari dalam
dengan dosis untuk anti resorpsi, adalah estrogen keadaan perut kosong. Setelah itu penderita tidak
terkonyugasi 0,625 mg/hari, 17-estradiol oral 1 – 2mg/ diperkenankan makan apapun minimal selama 30 menit,
hari, 17-estradiol perkutan 1,5 mg/hari, dan 17-estradiol dan selama itu penderita harus dalam posisi tegak, tidak
subkutan 25 – 50 mg setiap 6 bulan.46 Kombinasi boleh berbaring. Sekitar 20 – 50% bisfosfonat yang

166 J Peny Dalam, Volume 10 Nomor 2 Mei 2009


diabsorpsi, akan melekat pada permukaan tulang setelah Monoklonal antibodi RANK-Ligand
12 – 24 jam. Setelah berikatan dengan tulang dan beraksi Seperti diketahu terjadinya osteoporosis akibat
terhadap osteoklas, bisfosfonat akan tetap berada di dari jumlah dan aktivitas sel osteoklas menyerap tulang.
dalam tulang selama berbulan-bulan bahkan bertahun- Dalam hal ini secara biomolekuler RANK-L sangat
tahun, tetapi tidak aktif lagi. Bisfosfonat yang tidak berperan. RANK-L akan bereaksi dengan reseptor
melekat pada tulang, tidak akan mengalami metabolisme RANK pada osteoklas dan membentuk RANK- RANK-
di dalam tubuh dan akan diekresikan dalam bentuk utuh L kompleks, yang lebih lanjut akan mengakibatkan
melalui ginjal, sehingga harus hati-hati pemberiannya meningkatnya deferensiasi dan aktivitas osteoklas.
pada penderita gagal ginjal. Untuk mencegah terjadinya reaksi tersebut digunakanlah
monoklonal antibodi (MAbs) dari RANK-L yang dikenal
Generasi Bisfosfonat adalah sebagai berikut: dengan: denosumab.49,50 Besarnya dosis yang diguna-
Generasi I: - Etidronat kan adalah 60 mg dalam 3 atau 6 bulan.
- Klodronat
Generasi II: - Tiludronat RINGKASAN
- Pamidronat
- Alendronat Osteoporosis merupakan satu penyakit metabolik
Generasi III: - Risedronat tulang yang ditandai oleh menurunnya massa tulang,
- Ibandronat oleh karena berkurangnya matriks dan mineral tulang
- Zoledronat disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan
tulang, dengan akibat menurunnya kekuatan tulang,
Latihan pembebanan (olahraga) sehingga terjadi kecendrungan tulang mudah patah. Sel
Olahraga merupakan bagian yang sangat pen- yang bertanggung jawab untuk pembentukan tulang
ting pada pencegahan maupun pengobatan osteoporosis. disebut osteoblas (osteoblast), sedangkan osteoklas
Program olahraga bagi penderita osteoporosis sangat (osteoclast) bertanggung jawab untuk penyerapan
berbeda dengan olahraga untuk pencegahan osteopor- tulang. Pada osteoporosis akan terjadi abnormalitas bone
osis. Gerakan-gerakan tertentu yang dapat meningkatkan turnover, yaitu terjadinya proses penyerapan tulang
risiko patah tulang harus dihindari.48 Jenis olahraga yang (bone resorption) lebih banyak dari pada proses
baik adalah dengan pembebanan dan ditambah latihan- pembentukan tulang (bone formation). Jadi yang
latihan kekuatan otot yang disesuaikan dengan usia dan berperan dalam terjadinya osteoporosis secara langsung
keadaan individu masing-masing. Dosis olahraga harus adalah jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk
tepat karena terlalu ringan kurang bermanfaat, sedangkan menyerap tulang, yang dipengaruhi oleh mediator-
terlalu berat pada wanita dapat menimbulkan gangguan mediator, yang mana timbulnya mediator-mediator ini
pola haid yang justru akan menurunkan densitas tulang.48 dipengaruhi oleh kadar estrogen. Terjadinya osteopor-
Jadi olahraga sebagai bagian dari pola hidup sehat dapat osis secara seluler disebabkan oleh karena jumlah dan
menghambat kehilangan mineral tulang, membantu aktivitas sel osteoklas melebihi dari jumlah dan aktivi-
mempertahankan postur tubuh dan meningkatkan tas sel osteoblas (sel pembentuk tulang). Keadaan ini
kebugaran secara umum untuk mengurangi risiko jatuh. mengakibatkan penurunan massa tulang.
Telah dibicarakan patogenesis terjadinya
osteoporosis, dengan memunculkan beberapa teori

Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan Terkini 167


I Ketut Siki Kawiyana
terkini yang menyebabkan peningkatan deferensiasi dan the pathogenesis and treatment of osteoporosis.
aktivitas sel osteoklas yaitu atas pengaruh: defisiensi Endocrine Reviews 2000;21(2):115-37.
hormon estrogen, faktor sitokin, dan pembebanan aksial. 9. Waters KM, Rickard DJ, Gebhart JB, et al. Po-
Begitu juga telah dibicarakan beberapa macam cara tential roles of estrogen reseptor-α and -β in the
mendiagnosis adanya risiko dan terjadinya osteoporosis, regulation of human oteoblast functions and gene
pengobatan dan penanganan terkini terhadap expression. The menopause at the millenium. The
osteoporosis sesuai dengan pathogenesisnya. Proceding of the 9th International Menopause
Society World Congress on Menopause. 1999
DAFTAR RUJUKAN October 17-21; Yokohama, Japan.
10. Monroe DG, Secreto FJ, Spelsberg TC. Overview
of estrogen action in osteoblasts: Role of the
1. WHO. Assesssment of fracture risk and its
ligand the receptor and the co-regulators. J
application to Screening for postmenopausal
Musculoskel Neuron Interact 2003;3(4):357-62.
osteoporosis. Geneva: World Health organization;
1994. Technical Report Series 843. 11. Bell, Norman H. RANK ligand and the regula-
tion of skletal remodeling. J Clin Invest
2. Mundy GR. Bone remodeling and its disorders.
2003;(111):1120-22.
Philadelphia: Martin Dunitz Ltd; 1995.p.172-
207. 12. Stout RD, Suttles J. T cell signaling of macroph-
age function in inflammatory disease. Frontiers
3. Jones DH, Kong YY, Penninger JM. Role of
in Bioscience 1997;(2):197-206.
RANKL and RANK in bone loss and arthritis.
Ann Rheum Dis 2002;2:1132-9. 13. Astawa Putu. Makrofag pengekspresi IL-1β serta
respons inflamasi sistemik pada fiksasi interna
4. Jilka L. Cell biology of osteoclast and osteoblast
dini fraktur femur tertutup lebih rendah
and the hormones and cytokines that control their
dibandingkan dengan yang terbuka. Doktoral
development and activity. The 1st Joint Meeting
(Disertasi). Denpasar: Program Doktor Program
of the International Bone and Mineral Society and
Studi Ilmu Kedokteran Program Pascasarjana:
the European Calcified Tissue Society; 2001 June
Universitas Udayana; 2007.
1-5; Madrid, Spain.
14. Hofbauer LC, Khosla S, Dunstan CR, et al.
5. Pacifici R. Cytokines estrogen and postmeno-
Estrogen stimulate gene expression and protein
pausal osteoporosis, the second decade. Endo-
production of osteoprotegerin in human
crinology 1998;139(6):2656-61.
osteoblastic cell. Endocrinology 1999;140 (9) :
6. Manolagas SC, Kousteni S, Jilka RL. Sex ste- 4367-8.
roids and bone. The Endocrine Society 2002.
15. Quaedackers ME, Van Den Brink CE, Wissink S,
7. Manolagas SC, Jilka RL. Bone marrow cytokines et al. 4-hydroxytamoxipen trans-represses nuclear
and bone remodeling emerging insights into the factor-kb activity in human oasteoblastic U2-OS
pathophysiology of osteoporosis. N Eng J Med cells through estrogen receptor (ER) α and not
1995;332(5):305-10.
through Erβ. Endocrinology 2001;142:3.
8. Manolagas SC. Birth and death of bone cells ba-
16. Bonnelye E, KungV, Laplace C, et al. Estrogen
sic regulatory mechanisms and implications for
receptor-related receptor α impinges on the es-

168 J Peny Dalam, Volume 10 Nomor 2 Mei 2009


trogen axis in bone potential function in os- Arterioscler Thromb Vasc Biol 2002;56:456-9.
teoporosis. Endocrinology 2002;143(9):3658-70.
25. Fatourechi GE, Khosla S, Sanyal A, Boyle WJ, et
17. Rifas L, Kenney JS, Marcelli M, Pacifici R, Cheng al. Role of RANK ligand in mediating increased
Su-Li, Dawson LL, et al. Production of bone resorption in early postmenopausal women.
interleukin-6 in human osteoblast and human bone The Journal of Clinical Investigation
marrow stromal cells evidence that induction by 2003;111(8):1221-30.
interleukine-1 and tumor necrosis factor-α is not 26. Boyle WJ, Scott, Simonet W, Lacey DL. Osteo-
regulated by ovarian steroids. Endocrinology clast differentiation and activation. Nature
1995;136:9. 2003;(423):337-42.
18. Oursler MJ. Direct and indirect effects of estro-
27. Teitelbaum, Steven L. Review Osteoclast culprits
gen on osteoclast. J Musculoskel Neuron Interact
in inflammatory osteolysis. BioMed Central Ltd.
2003;3(4):363-6.
Available from: Acessed” http://www.arthritis-
19. Siki Kawiyana. Interleukin-6 dan RANK-ligand research.com/content/8/1/201. Acessed on: Sept
yang tinggi sebagai faktor risiko terhadap kejadian 12th 2008
osteoporosis pada wanita pascamenopause
28. Aubin JE, Bonnelye E. Osteoprotegerin and its
defisiensi estrogen. Doktoral (Disertasi).
ligand a new paradigm for regulation of osteo-
Denpasar: Program Doktor Program Studi Ilmu
genesis and bone resorption. Available from: http:/
Kedokteran Program Pascasarjana Universitas
/www. medscape.com/viewarticle/408911. .com/
Udayana; 2009.
content/8/1/201. Acessed” Acessed on: Sept 12th
20. Pfeilschifter J, Koditz R, Pfohl M, Schatz H. 2008
Changes in inflammatory cytokine activity after
29. Kearns AE, Khosla S, Kostenuik PJ. Receptor
menopause. Endocrine Reviews 2002;23(1):90-
activator of nuclear factor κB ligand and
119.
osteoprotegerin regulation of bone remodeling in
21. Srivastava S, Taraldo G, Weitzmann MN, et al.
health and disease. Endocrine Reviews
Estrogen decreases osteoclast formation by down-
2008:29(2):155-92.
regulating receptor activator of NF-kB ligand
30. Findlay D, Chehade M, Tsangari H, et al. Circu-
(RANKL)-induced JNK activation. The Journal
lating RANK-L is inversely related to RANK-L
of Biological Chemistry 2001;34:234-45.
mRNA levels in bone in osteoarthritic males. Ar-
22. Ikeda F, Nishimura R, Matsubara T, et al. Critical
thritis Research & Therapy 2008;34:267-9.
role of c-Jun signaling in regulation of NFAT
31. Vega D, Maalouf NM, Sakhaee K. Clinical review
family and RANKL-regulated osteoclast
differentiation. The Journal of Clinical Investi- the role of receptor activator of nuclear factor-κB
gation. 2004;114:4. (RANK)/RANK ligand/osteoprotegerin clinical
implications. The Journal of Clinical Endocrinol-
23. Khosla S. Minireview the OPG/RANKL/RANK
ogy & Methabolism 2007;92(12):4514-21.
system. Endocrinology 2001;142(12):5050-5.
32. Klein-Nulend J, Vatsa A, Bacabac RG, Djien Tan
24. Schoppet M, Preissner KT, Hofbauer LC. RANK
S, Smit T. The role of osteocytes in bone
Ligand and osteoprotegerin paracrine regulators
mechanotransduction. Curr Opin Orthop
of bone metabolism and vascular function.
2005;(16):316-24.
Osteoporosis Patogenesis Diagnosis dan Penanganan Terkini
I Ketut Siki Kawiyana
169
33. Plotkin LI, Weinstein RS, Michael PA, Roberson 41. Siki Kawiyana K. Profil densitometri pada wanita
PK, Manolagas SC, Bellido T. Prevention of os- pasca menopause: suatu studi pendahuluan.
teocyte and osteoblast apoptosis by Majalah Kedokteran Udayana 2006;37:133-7.
bisphosphonates and calcitonin. The Journal of
42. Andi Wijaya. Parameter biokimiawi untuk uji
Clinical Investigation 1999;104(10):1363-74.
saring dan pemantauan osteoporosis. Forum
34. Liswati H. Kombinasi latihan fisik dan pemberian Diagnostikum Prodia 1995;(6):1-12.
daun semanggi menghambat peningkatan
43. Kaniawati M, Moeliandari F. Penanda Biokimia
ketidakseimbangan proses remodeling tulang
untuk osteoporosis. Forum Diagnosticum Prodia
perempuan pascamenopause melalui peran
2003;1:435-9
reseptor estrogen α sel. Surabaya: Doktoral
(Disertasi). Program Doktor Program Studi Ilmu 44. Yu SL, Ho LM, Lim BC, Sim ML. Urinary
Kedokteran Program Pascasarjana: Universitas deoxypyridinoline is a useful biochemical bone
Airlangga; 2007. marker for the management of postmenopausal
osteoporosis. Ann Acad Med 1998;27:48-52.
35. Lane, Nancy E. Lebih lengkap tentang osteoporo-
sis. Jakarta: Divisi Buku Sport PT Rajagrafindo 45. Rosen CJ, Tenenhouse A. Biochemical marker of
Persada; 2001.p.23-35. bone turnover: a look at laboratory tests that re-
flect bone status. Postgraduate Medicine
36. Kusumawidjaya K. Pemeriksaan radiologis pada
1998;104:493-7.
osteoporosis. Osteoporosis. Edisi 1. Jakarta:
Perhimpunan Osteoporosis Indonesia, CV 46. Setiyohadi, Bambang. Perkembangan terbaru
Infomedika; 2006.p.17-23. dalam penatalaksanaan osteoporosis. Osteoporo-
sis. Edisi 1. Jakarta: Perhimpunan Osteoporosis
37. Rachman IA. Osteoporosis primer (post meno-
Indonesia - CV Infomedika; 2006.p.61-73.
pause osteoporosis). Osteoporosis. Edisi 1.
47. Suherman, Suhartati K. Tinjauan farmakologi
Jakarta: Perhimpunan Osteoporosis Indonesia -
klinik fitoestrogen untuk osteoporosis. Osteoporo-
CV Infomedika; 2006.p.1-16.
sis. Edisi 1. Jakarta: Perhimpunan Osteoporosis
38. Khamas R. Aspek radiologi osteoporosis. Naskah Indonesia - CV Infomedika; 2006.p.47-50.
Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional I -
48. Rotikan, Tanya TM. Peranan olahraga dalam
Perhimpunan Osteoporosis Indonesia. 2003 Mei
mengatasi masalah osteoporosis. Osteoporosis.
17-18; Hotel Bumiminang, Padang.
Edisi 1. Jakarta: Perhimpunan Osteoporosis In-
39. Blake, Glen M, Wahner, Heinz W, Fogelman I. donesia - CV Infomedika; 2006.p.29-35.
The evaluation of osteoporosis dual energy x-ray
49. Stolina M, Kostenuik PJ, Dougall WC, et al.
absorptiometry and ultrasound in clinical prac-
RANK-L inhibition from mice to men (and
tice. 2nd ed.Philadelphia: Martin Dunitz Ltd; women). In: Yogwon C, editor.
1999.p.457-67. Osteoimmunology. New York: Springer;
40. McClung. Michael R. Bone densitometry in os- 2007.p.143-49.
teoporosis car. In: Orwoll ES, editor. Atlas of os- 50. Shoback, Dolores. Update in osteoporosis and
teoporosis. 2nd ed. Philadelpia: Current Medicine metabolic bone disorders. The Journal of Endo-
Inc; 2000.p.673-8. crinology & Metabolism 2007;92(3):747-53.

170 J Peny Dalam, Volume 10 Nomor 2 Mei 2009

You might also like