Professional Documents
Culture Documents
Wa0006
Wa0006
Hadirin rahimakumullah,
Ibarat seorang pedagang yang baru selesai dari perniagaannya, tentu dia
akan menghitung berapa keuntungan atau kerugiannya. Begitu pula
yang semestinya dilakukan oleh orang yang beriman dengan hari akhir
ketika keluar dari bulan Ramadhan. Bulan yang Allah Subhanahu wa
Ta’ala telah berjanji akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu bagi
orang yang berpuasa dan shalat tarawih karena iman dan mengharapkan
balasan dari-Nya. Dan pada bulan tersebut, Allah Subhanahu wa
Ta’ala bebaskan orang-orang yang berhak mendapatkan siksa neraka,
sehingga benar-benar bebas darinya. Yaitu bagi mereka yang
memanfaatkan bulan tersebut untuk bertobat kepada-Nya dengan tobat
yang sebenar-benarnya.
Oleh karena itu, orang yang mau berpikir tentu akan melihat pada
dirinya. Apa yang telah dilakukan selama bulan Ramadhan? Sudahkah
dia memanfaatkannya untuk bertobat dengan sebenar-benarnya?
Ataukah kemaksiatan yang dilakukan sebelum Ramadhan masih
berlanjut meskipun bertemu dengan bulan yang penuh ampunan
tersebut? Jika demikian halnya, dia terancam dengan sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
سلَ َخ قَ ْب َل أ َ ْن
َ ان ث ُ َّم ا ْن
ُ ضَ علَ ْي ِه َر َم ُ َو َر ِغ َم أ َ ْن
َ ف َر ُج ٍل َد َخ َل
ُيُ ْغفَ َر لَه
“Dan rugilah orang yang bertemu dengan bulan Ramadhan, namun
belum mendapatkan ampunan ketika berpisah dengannya.” (H.R.
Ahmad dan At-Tirmidzi, beliau mengatakan hadits hasan gharib)
Namun demikian, bukan berarti sudah tidak ada lagi kesempatan bagi
dirinya untuk memperbaiki diri. Karena kesempatan bertobat tidaklah
hanya di bulan Ramadhan. Bahkan selama ajal belum sampai ke
tenggorokan, kesempatan masih terbuka lebar. Meskipun, bukan berarti
pula seseorang boleh menunda-nundanya. Bahkan, semestinya dia
segera melakukannya. Karena, kematian bisa datang dengan tiba-tiba
dalam waktu yang tidak disangka-sangka. Dan seandainya seseorang
mengetahui kapan datangnya kematian, maka harus dipahami pula
bahwa tobat adalah pertolongan dan taufiq dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sehingga, tidak bisa seseorang memastikan bahwa dirinya pasti
akan bertobat sebelum ajal mendatanginya. Bahkan Abu Thalib, paman
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, pada akhir hayatnya tidak
bisa bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Padahal, yang
mengingatkannya adalah orang terbaik dari kalangan manusia, yaitu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun, ketika
Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan taufiq dan pertolongan-
Nya, maka tidak akan ada seorang pun yang mampu memberikannya.
Oleh karena itu, sudah seharusnya setiap orang segera bertobat dari
seluruh dosanya. Sehingga dia akan mendapat ampunan dan menjadi
orang yang tidak lagi memiliki dosa. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman,
سو َء ِب َج َهالَ ٍة ث ُ َّم ُّ ون ال َ ُين يَ ْع َملَ علَى هللاِ ِللَّ ِذ َ ُِإنَّ َما الت َّ ْوبَة
َ علَ ْي ِه ْم َوك
َان َ ُوب هللا ُ ُ ب فَأ ُ ْوالَئِ َك يَت ٍ ون ِمن قَ ِري َ ُيَتُوب
َ ت الت َّ ْوبَةُ ِللَّ ِذ
ين ِ سَ } َولَ ْي17{ ع ِلي ًما َح ِكي ًما َ ُهللا
ض َر أ َ َح َد ُه ُم ا ْل َم ْوتُ قَا َلَ ت َحتَّى ِإذَا َح ِ س ِيِّئَا َ ُيَ ْع َمل
َّ ون ال
ار أ ُ ْوالَئِ َك
ٌ َّون َو ُه ْم ُكف
َ ُ ين يَ ُموت َ َ ِإ ِنِّي ت ُ ْبتُ ا ْلئ
َ ان َوالَالَّ ِذ
عذَابًا أ َ ِلي ًما
َ } أ َ ْعت َ ْدنَا لَ ُه ْم18{
“Sesungguhnya Allah hanyalah akan menerima tobat bagi orang-orang
yang mengerjakan kejahatan, karena ketidakhati-hatiannya dan
kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang
Allah terima tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang
mengerjakan kejahatan, sehingga apabila datang ajal kepada seseorang
di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya
bertobat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima tobat) orang-orang yang
mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi mereka itu telah Kami
siapkan siksa yang pedih.” (An-Nisa`: 17-18)
ون َمآ َءات َ ْوا َوقُلُوبُ ُه ْم َو ِجلَةٌ أَنَّ ُه ْم ِإلَى َ َوالَّ ِذ
َ ُ ين يُ ْؤت
َ ُاجع
ون ِ َر ِبِّ ِه ْم َر
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut (tidak akan diterima). (Mereka tahu bahwa)
sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (Al-
Mu`minun: 60)
Hadirin rahimakumullah,
َونَفَعَنِ ْي َوإِيَّا ُك ْم،آن ا ْلعَ ِظ ْي ِم ِ ار َك هللاُ ِل ْي َولَ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر َ َب
س َمعُ ْو َن ْ َ أَقُ ْو ُل َما ت.ت َوال ِذِّ ْك ِر ا ْل َح ِك ْي ِمِ ِب َما فِ ْي ِه ِم َن اْآليَا
ٍ س ِل ِم ْي َن ِم ْن ُك ِ ِّل ذَ ْن
،ب ْ سا ِئ ِر ا ْل ُم ْ َ َوأ
َ ست َ ْغ ِف ُر هللاَ ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل
ع َملَنَا َ ُ تَقَبَّ َل هللا.الر ِح ْي ُمَّ ست َ ْغ ِف ُر ْوهُ ِإنَّهُ ُه َو اْلغَفُ ْو ُر ْ فَا
ِإنَّهُ َو ِل ُّي ذَ ِل َك،سنَاتِنَاَ ان َح ِ ع َملَ ُك ْم َو َجعَلَ َها فِي ِم ْي َز َ َو
َ َوا ْلقَا ِد ُر
علَ ْي ِه