You are on page 1of 17

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA RUANGAN DENGAN MOTIVASI KERJA

PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. RASIDIN
PADANG TAHUN 2014

Meria Kontesa*

ABSTRAK

RSUD dr. Rasidin Padang merupakan instalasi rawat inap yang memiliki 38 orang perawat
(ruang bedah 12, ruang interne 15 dan ruang anak 11 perawat). Dari pengambilan data
tanggal 19 Februari 2013 melalui wawancara dengan 12 orang perawat di ruangan yang
berbeda, didapatkan 28,6% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya kepemimpinan
demokratis, 33,3% kurang termotivasi dengan gaya partisipatif, dan 50% kurang
termotivasi dengan gaya kepemimpinan otoriter. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat diruang
rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang Tahun 2013. Jenis penelitian ini adalah deskriptif
analitik dengan pendekatan cross sectional study yang dilakukan pada tanggal 6 sampai
11 Januari 2014 di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Rasidin Padang. Jumlah sampel sebanyak
38 orang yang diambil secara total sampling. Data diolah secara univariat dan bivariat
dengan menggunakan chi square.Hasil penelitian didapatkan 20 orang (52,6%) perawat
memiliki motivasi yang tinggi, Gaya kepemimpinan kepala ruangan paling banyak adalah
demokratis yaitu sebanyak 17 orang (44,7%) danterdapat hubungan yang bermakna gaya
kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat Inap RSUD
dr. Rasidin Padang. Peneliti menyarankan kepada perawat di RSUD dr. Rasidin
Padangagar dapat lebih meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam memberikan
asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien pada saat bekerja terutama dalam
hal membutuhkan tantangan untuk bekerja dengan lebih baik dan merasa bangga bila
dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan baik, bagi pimpinan rumah sakit
diharapkan dapat mempertahankan gaya kepemimpinan demokratis yang sesuai dengan
standar prosedur pelayanan sehingga mampu memenuhi dan mendorong staf melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan dengan baik demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Kata Kunci : motivasi, gaya kepemimpinan

Alamat Korespondensi :
*Aida Minropa
Staf Pengajar Program Studi D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi - Siteba
PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu bentuk organisasi pelayanan kesehatanyang


memberikanpelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspekpromotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif bagi seluruh lapisan masyarakat,sering kali mengalami
permasalahan yang menyangkut tentang ketidakpuasanmasyarakat
terhadap mutu pelayanan rumah sakit yang dianggap kurangmemadai atau memuaskan.
Salah satu tantangan terbesar dalam pelayanan dirumah sakit adalah terpenuhinya harapan
masyarakat akan mutu rumah sakit(Kristianawati, 2003).

Perawat merupakan salah satu tim pelayanan kesehatan terbesar


yangdituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit. Dalam
rangkamenjaga dan meningkatkan mutu pelayanan, maka kinerja dari
seluruhperawat pelaksana senantiasa dipacuuntuk ditingkatkan. Mutu pelayanan
dirumah sakit ditinjau dari sisi keperawatan meliputi aspek jumlah dankemampuan
tenaga profesional, motivasi kerja, dana, sarana dan perlengkapanpenunjang
lainnya (Robbins, 2007).

Motivasi kerja merupakan dorongan yang dimulaidengan defisiensi fisiologis ataupun


psikologis yang menggerakan perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk mencapai
tujuan atau insentif sehingga seseorang termotivasi dalam bekerja. Motivasi yang timbul
dari dalam diri seorang perawat itusendiri akan membantu meningkatkan kinerjanya
menjadi lebih baik dan berkualitas, yang pada akhirnya akan meningkatkan citra dari rumah
sakit dimata masyarakat.

Motivasi kerja yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan produktifitas kerja


sehingga bisa menguntungkan semua pihak(Luthans, 2006).
Motivasi pada suatu organisasi bertujuan untuk mendorong semangat kerja para karyawan
agar mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan demi
terwujudnya suatu organisasi. Menurut Suarli dan Bahtiar (2009), ada dua faktor
yang mempengaruhi motivasi kerja yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik yaitu meliputi minat dan sikap positif. Faktor ekstrinsik yaitu meliputi; 1)
upah dan gaji; 2) keamanan kerja; 3) kehormatan dan pengakuan; 4) perlakuan yang
adil; 5) gaya kepemimpinan; 6) suasana kerja.

Dari beberapa faktor tersebut, gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang besar
terhadap motivasi perawat. Kepemimpinan merupakan suatu seni dan proses
untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain supaya mereka memiliki motivasi
untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam situasi tertentu, sehingga akhirnya
harus disadari bahwa peranan kepemimpinan dalam suatu organisasi sangatlah penting
dan sangat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika gaya kepemimpinan baik, maka motivasi kerja karyawan semakin
tinggi, dan sebaliknya jika gaya kepemimpinan kurang baik maka motivasi kerja karyawan
akan semakin rendah. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya
ketergantungan antara motivasi kerja terhadap pimpinan dimana pimpinan dapat
mempengaruhi moral, kepuasan kerja, kualitas kehidupan kerja dalam rangka
meningkatkan motivasi kerja (Sugiyarti, 2008).

Dalam proses kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam


kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi. kepemimpinan mempunyai

kaitan yang erat dengan motivasi, sebab keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat
bergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan
motivasi di dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa motivasi merupakan masalah yang sangat
penting dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerjasama dalam rangka pencapaian
tujuan tertentu. Sehingga dapat dikatakan, bahwa keberhasilan seorang pemimpin dalam
menggerakkan orang lain dapat dilihat bila mampu menciptakan motivasi sesuai dengan
keadaan bawahan dan pekerjaannya (Suyanto, 2008).

Tingkatan kepemimpinan dalam keperawatan pada institusi pelayanan keperawatan,


peran perawat sebagai pengelola atau manajer terdiri dari : top manajer atau
tingkat atas seperti kepala bidang keperawatan, middle manajer atau tingkat menengah seperti
kepala seksi keperawatan atau pengawas, dan first line manajer atau tingkat bawah seperti kepala
ruangan. Kepala Ruangan adalah manajer operasional yang merupakan pimpinan yang secara
langsung mengelola seluruh sumber daya di unit perawatan untuk menghasilkan pelayanan
yang bermutu. Kepala Ruangan merupakan jabatan yang cukup penting dan strategis,
karena secara manajerial kemampuan Kepala Ruangan ikut menentukan keberhasilan
pelayanan keperawatan (Suyanto, 2008).

Sebagai kepala ruangan, pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk memahami


bahwa seseorang memiliki motivasi yang berb eda-beda. Dalam haltersebut,gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh ke pala ruangan diharapkanmampu
membangkitkan motivasi perawat.
Motivasi ini menjadi penting karena dapat meningkatkan kapasitas pekerjaan
karyawannya setelah dilakukan motivasi dari kepala ruanganya. Gaya
kepemimpinan kepala ruangan untuk memimpin karyawan akan mempengaruhi semangat
kerja karyawannya. Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan
yang dapat menyesuaikan dengan kematangan bawahannya sehingga dapat
meningkatkan motivasi kerja dari karyawannya dan mampu mendorong karyawannya
dalam mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada. Tujuan tersebut harus dapat
dicapai dengan sebaik-baiknya jika kepala ruangan dapat bekerjasama dengan
karyawannya (Sugiyarti, 2008).

Gillies (1970, dalam Nursalam 2011) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat
didefinisikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Oleh karenanya para pemimpin
organisasi seharusnya menyadari akan pentingnya penerapan gaya dalam
memimpin suatu organisasi, karena pemimpin merupakan motor penggerak,
bukan saja terhadap alat-alat dan sumber keuangan serta material, tetapi juga manusia
sebagai pegawai. Penerapan gaya kepemimpinan yang tepat dapat memberikan
pengaruh positif terhadap semangat kerja karyawan. Gaya kepemimpinan sebagai salah satu
unsur yang penting didalam menjalankan kegiatan organisasi. Sebab gaya
kepemimpinan merupakan perilaku pemimpin untuk mempengaruhi para
pengikutnya. Oleh karena itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya
kepemimpinan yang digunakan.

Adapun macam-macam gaya kepemimpinan kepala ruangan menurut Gillies


(1996) yaitu, gaya otoriter yang menganggap semua kewajiban untuk mengambil
keputusan ada ditangannya, kemudian gaya demokratis yang dalam

mengambil keputusan juga mengikutsertakan bawahan, gaya partisipatif


yang menyampaikan analisa masalah dan kemudian tindakan tersebut kepada bawahan, dan
gaya liberal atau laiseez faire, tugas atau keputusan lebih banyak ditangan bawahan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hutahaen (2009), yang mengidentifikasi


gaya kepemimpinan kepala ruangan dan pengaruh semangat kerja perawat pelaksana di
Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan. Dari hasil yang diperoleh, didapatkan gaya
kepemimpinan yang sering dipakai kepala ruangan adalah demokrasi. Semangat kerja
perawat pelaksana adalah tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Kasir
(2011) tentang hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja
perawat di RSUD Tugurejo Semarang, hasil penelitian didapatkan data gaya
kepemimpinan kepala ruang di RSUD Tugurejo Semarang sebagian besar gaya
kepemimpinan demoktaris. Motivasi kerja perawat pelaksana di RSUD Tugurejo
Semarang sebagian besar motivasi kerja tinggi. Ada hubungan antara gaya kepemimpinan
kepala ruang dengan motivasi kerja perawat di RSUD Tugurejo Semarang.

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang merupakan rumah sakit kelas C di daerah
Padang dengan instalasi rawat inap (IRNA) yang memiliki 38 orang perawat (ruang
bedah 12 perawat, ruang interne 15 perawat dan ruang anak 11 perawat). Dari
pengambilan data pendahuluan tanggal 19 Februari 2013 tentang
gaya kepemimpinan kepala ruangan rawat inap RSUD dr. Rasidin Padang, dari data
yang diambil melalui wawancara dengan 12 orang perawat diruangan yang berbeda,
yaitu ruang bedah 4 orang, ruang interne 4 orang, ruang anak 4 orang, ditemukan dari 3
orang kepala ruangan yang ada di ruang rawat inap RSUD dr.Rasidin Padang kepala ruangan
memiliki kecendrungan gaya demokratis 58,3%, kecendrungan gaya partisipatif 25%,
dan kecendrungan gaya otoriter 16,7%. Dari masing-masing gaya kepemimpinan yang ada
di ruang rawat inap,didapatkan 28,6% mengatakan kurang termotivasi dengan
gaya kepemimpinan demokratis, 33,3% mengatakan kurang termotivasi
dengan gaya partisipatif, dan 50% mengatakan kurang termotivasi dengan gaya
kepemimpinan otoriter.

Berdasarkan wawancara tanggal 5 Maret 2013 terhadap 10 orang perawat tentang


kebutuhan akan keberhasilan, yaitu 100% perawat selalu ingin tampil lebih baik dari
sebelumnya, 40% perawat mengatakan kurang suka terhadap pekerjaan dengan derajat
kesukaran yang rendah karena tidak ada tantangan. Kebutuhan akan afiliasi, yaitu
100% perawat mengatakan butuh akan persahabatan, cinta dan rasa memiliki, dan
kebutuhan akan kekuasaan, yaitu 60% perawat memiliki keinginan untuk mengontrol
dan mempengaruhi orang lain supaya orang lain mau berperilaku dengan cara
yang dikehendaki. Namun, 70% perawat mengatakan pemimpin kurang
memperhatikan kebutuhan perawat, sehingga motivasi perawat terhadap dirinya
kurang dalam memenuhi kebutuhan tersebut.

Berdasarkan fenomena diatas penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan Gaya


Kepemimpinan Kepala Ruangan Rawat Inap dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional study, yaitu untuk mengetahui Hubungan Gaya


Kepemimpinan Kepala Ruangan Rawat Inap dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 sampai dengan 11 Januari 2014 di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang.Populasi penelitian adalah seluruh
perawat pelaksana di instalasi rawat inap RSUD dr. Rasidin berjumlah 38 perawat yang
terdistribusi di ruangan Bedah 12 perawat, ruangan Penyakit Dalam 15 perawat, dan
ruangan Anak 11 perawat. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling
sehingga sampel yang diambil adalah keseluruhan populasi yaitu 38 sampel

Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang terdiri dari : 1) Instrumen (A) berisi
tentang karakteristik responden yang terdiri dari inisial responden, jenis kelamin, umur,
ruangan, lama bekerja, status perkawinan, pelatihan yang pernah diikuti, pendidikan terakhir.
2) Instrumen

(B) untuk mengukur variabel gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan


menggunakan kuesioner baku yang dikembangkan oleh Gillies (1996, dalam Nursalam
2011) yang terdiri dari 11 pertanyaan yang terdiri dari gaya kepemimpinan
otoriter, demokratis, partisipatif, liberal. 3) Instrumen (C) untuk mengukur variabel motivasi
kerja perawat dengan menggunakan kuesioner baku yang dikembangkan oleh Mc.
Clelland (dalam Suyanto, 2008) yang terdiri dari 16 pernyataan yang terdiri dari kebutuhan
keberhasilan, kebutuhan kekuasaan/ kemenangan, kebutuhan berafiliasi.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan langkahediting, koding, entry


data, dan cleaning. Selanjutnya data dianalisa secara univariat untuk melihat distribusi
frekuensi dari masing-masing variabel,baik variabel independen maupun variabel
dependen dan secara bivariat untuk mengetahui adanya hubungan antara
varibabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji Chy-square

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Motivasi Kerja Perawat

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Motivasi Kerja Di Ruang Rawat


Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014

Motivasi Kerja Perawat

Rendah Tinggi Jumlah

Frekuensi ( f )

18 20 38

Persentase (%)

47,4 52,6 100

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan lebih dari separuh (52,6%) perawatdi Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014 memiliki
motivasi yang tinggi. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Kasir (2011) di RSUD
Tugurejo Semarang tentang hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan
dengan motivasi kerja perawat,

diperoleh motivasi kerja tinggi sebanyak (38,9%). Hal ini disebabkan oleh tempat penelitian
yang dilakukan berbeda serta instrumen yang digunakan juga berbeda yaitu tidak
menggunakan instrumen baku yang disusun oleh Suyanto (2008).

Menurut Nursalam (2011) bahwa motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang
memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi juga segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi merupakan
perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau
menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku.
Menurut Suyanto (2008), motivasi kerja adalah dorongan dan keinginan sehingga staf
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan dengan baik demi mencapai tujuan
yang diinginkan. Pemahaman serupa menyatakan bahwa sebagai konsep
manajemen dalam kaitannya dengan kehidupan organisasi, motivasi kerja adalah
dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai
tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Sutrisno (2009), motivasi untuk bekerja ini sangat penting bagi tinggi
rendahnya produktivitas perusahaan. Tanpa adanya motivasi dari para karyawan untuk
bekerja sama bagi kepentingan perusahaan, maka tujuan yang telah ditetapkan tidak
akan tercapai. Sebaliknya, apabila terdapat motivasi yang tinggi dari para karyawan, maka hal
ini merupakan suatu jaminan atas keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Motivasi pada perawat yang tinggi menunjukkan bahwa adanya dorongan dan
keinginan yang tinggi dari dalam diri perawat sehingga dapat melakukan suatu kegiatan
atau pekerjaan yang sesuai dengan tujuan. Hal ini terbukti dari hasil kuesioner yang
menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang responden (81,6%) perawat menyatakan
setuju atas pernyataan bahwa membutuhkan tantangan untuk bekerja dengan
lebih baik dan sebanyak 24 orang responden (63,2%) sangat setuju dengan pernyataan
bahwa seharusnya merasa bangga bila dapat memberikan pelayanan kepada pasien
dengan baik.

2. Gaya Kepemimpinan

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perawat Berdasarkan Gaya Kepemimpinan Kepala


Ruangan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin
Padang Tahun 2014

Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan

Otoriter Demokratis Partisipatif Liberal Jumlah

Frekuensi ( f )
13 17 7 1 38

Persentase (%)

34,2 44,7 18,4 2,6 100

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 44,7% perawat di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Rasidin Padang berpendapat bawa gaya kepemimpinan kepala ruangan adalah
demokratis. Hasil penelitian ini hampir

sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutahaen (2009) tentang Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruangan dan Pengaruh Semangat Kerja Perawat
Pelaksana di RSUP Adam Malik Medan diperoleh gaya kepemimpinan demokratis (49%). Hal
ini disebabkan oleh persamaan dari variabel yang diteliti yaitu demokratis, partisipatif, otoriter dan
liberal.

Menurut Bachtiar (2009), gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang
dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai
suatu tujuan. Hal yang sama juga disampaikan oleh Nursalam (2011), gaya kepemimpinan
merupakan perilaku pemimpin untuk mempengaruhi para pengikutnya. Oleh karena
itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
digunakan.

Menurut Nursalam (2011), gaya kepemimpinan demokratis merupakan kemampuan


dalam mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan serta kemampuan menghargai sifat dan

kemampuan setiap staf. Menurut Kuntoro (2010), gaya kepemimpinan demokratis biasanya
melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan dan memberikan tanggungjawab pada
para karyawannya.

Dari penelitian terlihat bahwa kepala ruangan sudah mampu menghargai


karakteristik dan kemampuan yang ada pada karyawannya serta mampu
menggunakan jabatannya untuk menarik ide-ide para karyawannya agar pelayanan
keperawatan setiap ruangan dapat meningkat. Hal ini terbukti dari hasil
kuesioner yang menunjukkan bahwa (71,1%) perawat menyatakan pemimpin
melibatkan diri dalam interaksi bersahabat, tetapi terus berusaha
memastikan bahwa semua anggota menyadari tanggungjawab dan standar
pelayanan dan (52,6%) pemimpin bekerja dengan para perawat dan bersama-sama terlibat
dalam pemecahan masalah. Gaya kepemimpinan demokratis sebagai salah satu unsur
yang penting didalam menjalankan kegiatan organisasi, sebab perilaku pemimpin akan
mempengaruhi kerja para pengikutnya.

3. Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Perawat

Tabel 3 Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang


Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014

Motivasi Kerja Perawat

Total
Gaya Kepemimpinan Rendah Tinggi
f % Otoriter 10 76,9

f % 23,1 13 100
Demokratis Partisipatif Total

7 41,2 10 1 12,5
18 47,4 20
58,8 17 100 87,5 100 52,6 38 100
pValue = 0,032

Tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang memiliki pendapat kapala ruangan dengan
gaya kepemimpinan demokratis memiliki motivasi kerja lebih tinggi
dibandingkan dengan responden yang memiliki pendapat gaya kepemimpinan otoriter.
Hasil uji statistic (chy-square) diperoleh nilai p = 0,032 (ρ < 0,05) yang berarti Ho ditolak
dan Ha diterima, jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan gaya
kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala


ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Rasidin Padang Tahun 2014.Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kristianawati (2003) tentang hubungan gaya kepemimpina kepala ruangan dengan
motivasi kerja perawat di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja perawat (nilai p = 0,007
dengan alfa 0,05). Angka koefisien korelasi antara gaya kepemimpinan dengan
motivasi kerja sebesar 0,421 menunjukkan adanya tingkat hubungan yang sedang antara
gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja.

Menurut Sugiyarti (2008) bahwa sebagai kepala ruangan, pemimpin harus


mempunyai kemampuan untuk memaha mi bahwa seseorang memiliki motivasi yang
berbeda-beda. Dalam hal tersebut, gaya kepemimpinan yang diterapkanoleh
kep ala ruangan diharapkan mampu membangkitkan motivasi perawat.
Motivasi ini menjadi penting karena dapat meningkatkan kapasitas pekerjaan karyawannya
setelah dilakukan motivasi dari kepala ruanganya. Gaya
kepemimpinan kepala ruangan untuk memimpin karyawan akan mempengaruhi semangat
kerja karyawannya. Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya
kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan kematangan bawahannya sehingga
dapat meningkatkan motivasi kerja dari karyawannya dan mampu mendorong
karyawannya dalam mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada. Tujuan tersebut
harus dapat dicapai dengan sebaik-baiknya jika kepala ruangan dapat
bekerjasama dengan karyawannya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Suyanto (2008), bahwa dalam proses
kepemimpinan, motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam
kepemimpinan, karena memimpin adalah memotivasi. Kepemimpinan mempunyai kaitan
yang erat dengan motivasi, sebab keberhasialan seorang pemimpin dalam menggerakkan
orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat bergantung
kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu didalam menciptakan motivasi di
dalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri.

Gaya kepemimpinan memiliki pengaruh yang besar terhadap motivasi perawat, karena
kepemimpinan merupakan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain
supaya mereka memiliki motivasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam
situasi tertentu, sehingga akhirnya harus disadari bahwa peranan kepemimpinan dalam
suatu organisasi sangatlah penting dan sangat menentukan dalam usaha
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika gaya kepemimpinan baik,
maka motivasi kerja karyawan semakin tinggi, dan sebaliknya jika gaya kepemimpinan
kurang baik maka motivasi kerja akan semakin rendah, sehingga ada

ketergantungan antara motivasi kerja terhadap pimpinan dimana pimpinan dapat


mempengaruhi moral, kepuasan kerja dan kualitas kehidupan kerja dalam rangka
meningkatkan motivasi kerja. Sehingga dapat dikatakan bahwa
keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dapat dilihat bila mampu
menciptakan motivasi sesuai dengan keadaan bawahan dan pekerjaannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tentangHubungan Gaya Kepemimpinan Kepala


Ruangan dengan Motivasi Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Rasidin Padang Tahun 2014, maka dapat disimpulkan lebih dari separuh (52,6%)perawat
memiliki motivasi yang tinggi, hampir separuh (44,7%) perawat berpendapat
gaya kepeminpinana kepala ruangan adala demokratis, dan terdapat hubungan antara
gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di Ruang Rawat
Inap Rumah Sakit Umum Daerah dr. Rasidin Padang Tahun 2014. Saran yang dapat
diberikan pada pimpinan rumah sakit diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan
gaya kepemimpinan yang demokratis terutama dalam hal melibatkan diri dalam interaksi
bersahabat, tetapi terus berusaha memastikan bahwa semua anggota menyadari
tanggung jawab dan standar pelayanan serta bersama-sama terlibat dalam pemecahan
masalah. Dan diharapkan bagi pimpinan rumah sakit mampu memberikan
pembinaan, pengembangan maupun seminar pada perawat dalam meningkatkan
gaya kepemimpinan demokratis yang sesuai dengan standar prosedur pelayanan
sehingga mampu memenuhi mendorong staf melakukan suatu kegiatan atau
pekerjaan dengan baik demi mencapai tujuan yang diinginkan

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Kasir. 2011. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan


Motivasi Kerja Perawat di RSUD Tugurejo Semarang
2011.http://repository.upi.edu/oper ator/upload/s_pkr_0703849_chapte r2.pdfdiakses 23
Desember 2012.

Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Arwani. 2005. Manejemen Bangsal Keperawatan. Jakarta : EGC.

Bahtiar, Y. & Suali, S. 2009. Manejemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktis. Jakarta :
Erlangga.

Dahlan, M. P. 2011. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Hardy, G. 2012. Hubungan Motivasi Perawat dalam Pelaksanaan Proses Asuhan


Keperawatan dengan Dokumentasi Keperawatan 2012.
http://novafaletehan.blogspot.com diakses 26 Desember 2012.

Hidayat, A. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.

Hutahaen. 2009. Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dan Pengaruh Semangat Kerja
Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan
2009.http://repository.upi.edu/oper

ator/upload/s_pkr_0703849_chapte r2.pdf diakses 24 Desember 2012.

Kristianawati, I.S. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Kerja
Perawat di Instalasi Gawat Darurat RS Dr Sardjito Yogyakarta2003.
http://repository.upi.edu/operator/ upload/s_pkr_0703849_chapter2.pd f diakses 24
Desember 2012.

Kuntoro, A.2010. Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi sepuluh. Yogyakarta : Penerbit Andi.

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan, Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika.

Robbins, S.P. 2007. Perilaku Organisasi. Edisi 12. Jakarta : PT Salemba Medika.

Sugiyarti, I. 2008. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Karyawan


pada PT.Future Computer 2008. http://
isjd.pdii.lipi.go.id/
admin/jurnal/41072733.pdf diakses 31 januari 2013.

Sukarja. 2001. Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan


Kinerja Perawat Ruang Rawat Inap dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2001.http://www.scribd.com diakses 2
Februari 2013.

Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Kencana.

Suyanto. 2008. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit.


Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Walgito, B. 2004. Psikologi Sosial (Suatu


Pengantar). Yogyakarta : Andi.

You might also like