You are on page 1of 3

‫ض َّل‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْهدِه هللا فَال ُم‬،‫ت أ ْع َما ِلنا‬ ِ ‫ َو ِم ْن سيئا‬،‫ور أنفُ ِسنَا‬ ِ ‫ش ُر‬ ُ ‫ ونعوذُ به ِمن‬،ُ‫ونستغفره‬ ُ ،‫ ونستعينُه‬،‫ نَحْ

ُ ،‫ ونستعينُه‬،‫ نَحْ َمدُه‬،‫إن ال َح ْمدَ هلل‬ َّ


ُ‫ فَال هَادِي لَه‬،‫ض ِل ْل‬ ْ ُ‫ ومن ي‬،ُ‫لَه‬
‫سولُه‬ ُ ‫ور‬َ ‫أن ُم َح َّمدًا ع ْبدُه‬ َّ ُ‫ وأشهد‬،ُ‫أن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ دَهُ ال ش َِريكَ لَه‬ ْ ُ‫أ َ ْش َهد‬
‫ص َحابِ ِه َو َم ْن تَبِ َع ُهدًى‬ ْ َ ‫علَى ا َ ِل ِه َوأ‬ َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬َ ‫ص ِلِّى‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
َ‫َّللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َوال ت َ ُموت ُ َّن إِال َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬ َّ ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
‫َّللاَ الَّذِي‬
َّ ‫سا ًء َواتَّقُوا‬ ً ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاال َكث‬
َ ِ‫يرا َون‬ َّ َ‫احدَةٍ َو َخلَقَ ِم ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬ ِ ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬ ُ َّ‫يَاأَيُّ َها الن‬
‫علَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬
َ َ‫َّللاَ َكان‬ َّ ‫ام إِ َّن‬
َ ‫األر َح‬ْ ‫سا َءلُونَ بِ ِه َو‬ َ َ‫ت‬
َ
َ‫سولهُ فَقَدْ فَاز‬
ُ ‫َّللاَ َو َر‬ ُ ُ ُ َ ُ َ َ ُ
َّ ِ‫صلِحْ لك ْم أ ْع َمالك ْم َويَ ْغ ِف ْر لك ْم ذنُوبَك ْم َو َم ْن ي ُِطع‬ َ ْ ُ‫سدِيدًا * ي‬ ُ ُ
َ ‫َّللاَ َوقولوا قَ ْوال‬ َّ ‫يَاأَيُّ َها الذِينَ آ َمنُوا اتقوا‬
ُ َّ َّ
‫ع ِظي ًما‬ َ ‫فَ ْو ًزا‬
Jama’ah shalat jum’ah yang dirahmati Allah SWT

Khatib mewasiatkan kepada seluruh para jama’ah agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kepada
Allah Swt. Salah satunya dengan mengikhlaskan seluruh amal perbuatan, yang tidak mengharapkan
apapun dan ridha siapapun kecuali hanya ridha Allah ‫ﷻ‬. Sehingga amal kita diterima di sisi Allah serta
mendapatkan balasan berupa jannah-Nya yang penuh dengan kenikmatan.

Hadirin sidang jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah SWT

Hari ini kita dihadapkan pada suatu masa, ketika harta, kedudukan, serta pujian manusia menjadi
ukuran kemuliaan dan ketinggian seseorang di hadapan yang lain. Bahwa orang hebat adalah yang
terkenal dan namanya sering disebut di mana-mana, orang sukses adalah orang yang punya kedudukan
serta jabatan tinggi. Orang besar adalah mereka yang selalu bekecukupan harta dan hidup tanpa
kesusahan, serta seabrek indikator-indikator ‘palsu’ dimunculkan untuk merusak pemahaman manusia
tentang makna kesuksesan dan kemuliaan. Supaya manusia tertipu dan lupa pada hakikat ketinggian
dan kemuliaan yang sebenarnya, yakni ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah. “Sesungguhnya yang
paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertaqwa (kepada Allah). Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui Mahateliti”. (QS al-Hujurat: 13)

Akibatnya, banyak orang yang akhirnya beramal hanya demi mencari ridho dan kerelaan manusia,
tanpa peduli lagi pada pahala dan balasan dari Allah. Asal pekerjaan itu disenangi dan dikagumi serta
mulia di mata manusia, syariat Allah rela dijadikan tumbal. Akhirnya, muncullah golongan manusia
yang beramal supaya dilihat dan dipuji oleh orang lain, atau beramal karena riya’. Mereka berebut agar
bisa menjadi objek pujian dan perhatian manusia dalam setiap amal yang mereka kerjakan. Karena
mereka menganggapnya sebagai upaya ‘mengejar kesuksesan’.

Tanpa disadari, sebenarnya mereka sedang mengejar kesia-siaan. Mereka lupa, bahwa hidup bukan
hanya sekedar untuk mencari pujian dan kebanggaan palsu. Dan lupa, bahwa esensi dari penciptaan
mereka di dunia ini adalah untuk beribadah ikhlas hanya kepada-Nya. Semua perbuatan kita, baik atau
buruk, besar atau kecil pasti akan mendapatkan balasan yang setimpal. Bagi mereka yang beramal
karena Allah, Allah sendirilah yang telah menjamin pahala dan balasannya. Lalu, bagaimana mereka
yang beramal dengan menjilat manusia?

Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, “Barangsiapa yang mencari keridhaan Allah meskipun ia memperoleh


kebencian dari manusia, maka Allah akan mencukupkan dia dari ketergantungan kepada manusia.
Dan barangsiapa yang mencari keridhaan manusia dengan mendatangkan kemurkaan Allah, maka
Allah akan menyerahkanya kepada manusia.” (HR Tirmidzi).
Imam Muhammad bin Abdurrahman al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi mengatakan,
“Maksudnya, Allah akan menjadikannya berada dibawah kuasa manusia, lalu mereka menyakiti dan
menganiayanya.”

Yang menyedihkan, penyakit haus pujian atau riya’ ini ternyata tidak hanya menyerang kalangan
awam saja. Bahkan banyak pengidapnya justru orang-orang yang faham akan bahaya riya’ itu sendiri.
Mereka yang ahli ibadah, para da’i dan mubaligh, thalibul ilmi, serta para penghafal al-qur’an justru
lebih berpotensi besar terjangkiti virus ini. Kuantitas amal shalih yang mereka kerjakan, ternyata
membuat setan tergiur untuk mengggelincirkan kelompok ini, agar keikhlasan mereka pudar, dan ganti
beramal untuk manusia, pujian, serta kedudukan. Seorang da’i akan di hasut setan agar berbuat riya’
memperbagus dakwahnya demi popularitas dan dikatakan sebagai ‘penguasa panggung’. Para
penghafal Al-Qur’an akan diarahkan supaya beramal demi dianggap sebagai ‘orang yang dekat dengan
Kitabullah’. Sedangkan setan akan menghasut para alim ulama agar mereka beramal supaya dielukan
sebagai orang yang ‘fakih dan faham dalam masalah dien’. Wal ‘iyadzu billah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan tentang definisi riya’, “Riya’ adalah
ibadahnya seseorang kepada Allah, akan tetapi ia melakukan dan membaguskannya supaya di lihat
dan dipuji oleh orang lain, seperti dikatakan sebagai ahli ibadah, orang yang khusyu’ shalatnya, yang
banyak berinfaq dan sebagainya.” Intinya dia ingin agar apa yang dikerjakan mendapat pujian dan
keridhoan manusia. Rasulullah menyebut riya’ dengan “syirik kecil”, karena sejatinya pelaku riya’
tidak mutlak menjadikan amalan tersebut sebagai bentuk ibadah kepada manusia, serta sarana taqarrub
kepadanya. Meskipun begitu, bahayanya tak bisa dianggap sebelah mata.

Jama’ah shalat jum’at yang dirahmati Allah SWT

Jauh-jauh hari Rasulullah sudah memperingatkan kita tentang betapa bahayanya “syirik kecil” ini.
Beliau bersabda,

‫ع َّز َو َج َّل لَ ُه ْم‬ َّ ‫الريَا ُء يَقُو ُل‬


َ ُ‫َّللا‬ ِّ ِ ‫َّللاِ قَا َل‬
َّ ‫سو َل‬ ُ ‫صغ َُر يَا َر‬ ْ َ ‫ش ِْركُ ْاأل‬ ِّ ‫صغ َُر قَالُوا َو َما ال‬ ْ َ ‫ش ِْركُ ْاأل‬ ِّ ‫علَ ْي ُك ْم ال‬ ُ ‫ف َما أَخ‬
َ ‫َاف‬ َ ‫إِ َّن أ َ ْخ َو‬
‫ظ ُروا ه َْل ت َِجدُونَ ِع ْندَ ُه ْم َجزَ ا ًء‬ ُ ‫اس بِأ َ ْع َما ِل ِه ْم ا ْذ َهبُوا إِلَى الَّذِينَ ُك ْنت ُ ْم ت ُ َرا ُءونَ فِي الدُّ ْنيَا فَا ْن‬
ُ َّ‫ي الن‬ َ ‫يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة إِذَا ُج ِز‬
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil.” Mereka bertanya: Apa
itu syirik kecil wahai Rasulullah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Riya’, Allah
‘azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat semua manusia diberi balasan atas
amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihatkan amalmu kepada mereka di
dunia, lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi mereka?” (HR Ahmad)

Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadush Shalihin, dalam bab Tahriimur Riya’ (pengharaman riya’)
menyebutkan sebuah hadist yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurairah. Dalam hadist tersebut
Rasulullah bersabda tentang tiga orang yang pertama kali di hisab pada hari kiamat. Mereka adalah
orang yang mati syahid dalam pertempuran, seseorang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya,
serta orang yang selalu berinfaq di jalan Allah. Setelah mereka dipanggil, maka ditunjukkan kepada
mereka kenikmatan dan pahala yang banyak karena amal shalih yang telah mereka kerjakan. Namun
ternyata pahala mereka musnah, dan ketiganya justru menjadi penghuni neraka, karena ternyata amal
kebaikan yang mereka kerjakan di dunia hanya bertujuan mendapatkan pengakuan dan pujian dari
manusia. Mereka menjual pahala dan kenikmatan akhirat demi manisnya ucapan dan indahnya
pandangan orang lain. Na’udzu billahi min dzalik.

Bagaimana cara kita menjauhi virus yang satu ini? Solusinya adalah dengan berusaha untuk ikhlas di
setiap amal yang kita kerjakan, dan selalu berupaya protektif menjaganya. Karena setan tak akan
pernah menyerah untuk memberikan bisikan-bisikannya demi menggoyahkan dan merusak keikhlasan
seseorang. Agar manusia menjadi budak sesamanya, beramal untuk kepuasan semu, serta
mencampuradukkan tujuan hakiki amal shalih dengan tujuan bathil.

Rasulullah pernah mengajarkan sebuah doa yang dapat kita jadikan perisai dari perbuatan syirik kecil
(Riya’). Beliau bersabda dalam sebuah hadist, “Takutlah kalian terhadap syirik karena dia lebih halus
dari langkah semut.” Kemudian seseorang bertanya, “Wahai Rasulallah, bagaimana kami harus
menghindarinya, sementara dia lebih halus dari langkah semut?” Maka beliau menjawab:
“Berdo’alah dengan membaca:

َ َ‫اللَّ ُه َّم إِنَّا نَعُوذ ُ بِكَ ِم ْن أ َ ْن نُ ْش ِركَ ِبك‬


‫ش ْيئًا َن ْعلَ ُمهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُركَ ِل َما َال َن ْعلَ ُم‬

(Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dengan sesuatu yang
kami ketahui dan kami meminta ampun kepada-Mu terhadap apa yang tidak kami ketahui).” (HR
Ahmad)

Sayyid Muhammad Nuh dalam kitabnya at-Taujihaad an-Nabawiyyah memberikan penjelasan,


“Agama Islam melarang dan melawan segala bentuk kesyirikan, sebagaimana yang disebutkan dalam
banyak ayat Al-Qur’an-yang di antaranya adalah syirik kecil-dengan memberikan ancaman dan
peringatan, karena melihat banyaknya manusia yang lalai darinya, meremehkannya, terperosok
kedalamnya, dan terlumuri oleh kenajisan syirik kecil ini. Hadits ini berisikan do’a agar kita terlepas
dari penyakit syirik kecil yang sering menyelinap ke dalam hati tanpa kita sadari dan kemudian
merusaknya. Sebagaimana seorang pencuri yang menyelinap ke rumah korbannya, kemudian
mengambil barang-barang yang dimiliki, sedang pemiliknya sedang terlelap dalam tidur.”

Semoga Allah senantiasa menjaga keikhlasan hati kita dan menjauhkan kita dari beramal karena pujian
dan penglihatan manusia karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui semua yang kita sembunyikan
dalam hati. Dan Allah hanya akan menerima amalan yang ditujukan untuk mencari ridha-Nya semata.

َّ ‫ إِنَّهُ ه َُو ْالغَفُ ْو ُر‬،ُ‫ فَا ْستَ ْغ ِف ُر ْوه‬. َ‫سائِ ِر ْال ُم ْس ِل ِميْن‬
‫الر ِح ْي ُم‬ َ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي َهذَا َوأ َ ْست َ ْغ ِف ُر هللاَ ْالعَ ِظي َْم ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل‬

Khutbah kedua

ُ‫س ْولُه‬ َ ‫ أ َ ْش َهدُ أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ دَهُ الَ ش َِريْكَ لَهُ َوأ َ ْش َهدُ أ َ َّن ُم َح ِ ِّمدًا‬.‫ ا َ ْل َح ْمدُ ِ َّّلِلِ َح ْمدًا َكثِي ًْرا َك َما أ َ َم َر‬,ِ‫ا َ ْل َح ْمدُ ِ َّّلِل‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬
‫ فَاتَّقُوا هللاَ َح َّق‬،ِ‫َّاي بِت َ ْق َوى هللا‬ َ ‫ص ْي ُك ْم َو ِإي‬ِ ‫ أ ُ ْو‬،ِ‫ أ َ َّما بَ ْعدُ؛ ِعبَادَ هللا‬،‫ان ِإلَى يَ ْو ِم ال ِدِّي ِْن‬ ٍ ‫س‬ َ ْ‫ص َحابِ ِه َو َم ْن تَبِعَ ُه ْم بِإِح‬ ْ َ ‫علَى آ ِل ِه َوأ‬ َ ‫َو‬
َ َّ
َ‫تُقَاتِ ِه َوالَ ت َ ُم ْوت ُ َّن ِإال َوأنت ُ ْم ُّم ْس ِل ُم ْون‬
‫إن هللا ومالئكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما‬
‫علَى ُم َح َّم ٍد‬َ ‫ار ْك‬ ِ َ‫ َوب‬.ٌ‫ ِإنَّكَ َح ِم ْيدٌ َم ِج ْيد‬،‫علَى آ ِل إِب َْرا ِهي َْم‬ َ ‫علَى إِب َْرا ِهي َْم َو‬ َ َ‫صلَّيْت‬ َ ‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫ص ِِّل‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬
.ٌ‫ ِإنَّكَ َح ِم ْيدٌ َم ِج ْيد‬،‫علَى آ ِل ِإب َْرا ِهي َْم‬ َ ‫علَى ِإب َْرا ِهي َْم َو‬ َ َ‫ار ْكت‬ َ َ‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما ب‬ َ ‫َو‬
‫اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات األحياء منهم واألموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات‬
َ َ‫اللَّ ُه َّم ِإنَّا نَعُوذُ ِبكَ ِم ْن أ َ ْن نُ ْش ِركَ ِبك‬
‫ش ْيئًا نَ ْعلَ ُمهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُركَ ِل َما َال نَ ْعلَ ُم‬
‫ربنا اتنا فى الدنيا حسنة وفى االخرة حسنة وقنا عذاب النار‬
‫سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسالم على المرسلين والحمد هلل رب العالمين‬

You might also like