Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Temperature, noise and lighting are the most problems faced by industries, especially at
the Coco fiber production company. The objectives of this research were to evaluate the working
environment factors such as temperature, noise, and lighting. This research was conducted at the
Coco fiber production company namely CV Tiga Sehati at Ledokombo, Jember. Questionnaire was
addressed to the workers in the processing area of company to get comments related to the working
area. Discussion with key person was also implemented in this research to reach data. Direct
measurement of working area environment was conducted using several tools such as
thermometer, luxmeter and sound level meter. The average of temperature, humidity, noise and
lighting were achieved at the level of 29.5oC, 62.9%, 88.9 dB and310.26 lux, respectively. Almost
all of these results were higher than standard level. Some of working area improvement were
strongly needed to keep safe, health and convenient of the workers.
91
J Agrotek 5(2) : 91-99
pendengaran. Pencahayaan atau penerangan Pegambilan Data
yang kurang karena hanya memanfaatkan Pengambilan data untuk suhu dan
sinar matahari sehingga mata cepat terasa pencahayaan dilakukan pagi hari mulai
lelah dan berat. Sirkulasi udara yang tidak
pukul 07.00 WIB sampai 12.00 WIB dan
lancar dan banyaknya debu di ruang siang hari mulai pukul 13.00 WIB sampai
produksi, sering menyebabkan gangguan 16.00 WIB yang merupakan waktu
pernafasan dan mata perih. Selain itu terjadi melakukan aktivitas kerja. Untuk menjaga
peningkatan temperatur ruang pada siang keakuratan data, pengukuran dilakukan
hari yang menyebabkan berkurangnya pada 10 titik amatan pada ruang produksi
kenyamanan kerja. Sehingga, perlu
Cocofiber.
dilakukan perbaikan kondisi lingkungan
kerja yang aman dan nyaman yang dapat Analisis data
meningkatkan kenyamanan pekerja dalam
bekerja. Tujuan penelitian ini adalah Dalam penelitian ini diperoleh data
mengevaluasi kondisi lingkungan kerja hasil pengukuran lingkungan kerja meliputi
(temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, temperatur, kelembaban, pencahayaan dan
pencahayaan, dan kebisingan) dari aspek kebisingan. Selanjutnya, data hasil
ergonomi. pengukuran tersebut digunakan untuk
memperoleh nilai rata-rata yang kemudian
dibandingkan dengan standar pada referensi
METODE PENELITIAN yang digunakan. Data dari kuesioner juga
dianalisis sebagai gambaran dampak dari
Lokasi Penelitian kondisi lingkunganterhadap para pekerja.
Penelitian ini dilaksanakan di CV
Tiga Sehati produsen Cocofiber, terletak di HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Lembengan, Kecamatan Ledokombo,
Kabupaten Jember. Pengukuran lingkungan kerja
Alat dan Bahan Berdasarkan pengukuran pencahaya-
an, suhu dan kelembaban, dan kebisingan
Dalam penelitian ini, pengumpulan yang dilakukan selama penelitian, disajikan
data tentang aspek lingkungan pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel Tabel 3,
menggunakan bantuan beberapa peralatan Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7.
yaitu Sound Level Meter, Lux Meter,
Pencahayaan
Thermometer Digital dan Hygrometer. Tabel 1 menunjukkan hasil
Kuesioner dan diskusi juga diterapkan pengukuran pencahayaan yang dilakukan di
dalam penelitian ini untuk memperoleh tempat ruang produksi Cocofiber. Tabel
tanggapan dari perkerja tentang lingkungan tersebut menyajikan pencahayaan di setiap
kerja yaitu pencahayaan, kebisingan, titik amatan dan waktu pengamatan.
temperatur ruang dan kelembaban. Pencahayaan yang digunakan yaitu sinar
matahari yang masuk lewat atap transparan.
92
Aalisis Ergonomis Lingkungan Kerja
Tabel 1. Data pengukuran pencahayaan (Luks) di CV Tiga Sehati
93
J Agrotek 5(2) : 91-99
Tabel 2. Data pengukuran suhu (oC) di CV Tiga Sehati
94
Aalisis Ergonomis Lingkungan Kerja
Tabel 3. Data pengukuran kelembaban (%) di CV Tiga Sehati
95
J Agrotek 5(2) : 91-99
hasil sebesar 84,5 db dan 86,5 dB. Setelah yaitu gangguan terhadap pendengaran dan
dirata-rata didapatkan hasil sebesar 88,9 gangguan non auditory, yaitu gangguan
dB. Tingkat kebisingan ini termasuk komunikasi, ancaman bahaya
kategori suara hiruk pikuk yang bersifat keselamatan, menurunnya produktivitas
kontinyu dan berada diatas nilai ambang kerja, kelelahan dan stres. Penurunan
batas yang diijinkan, yaitu sebesar 85 dB. kemampuan mendengar akan terjadi
Intesitas kebisingan tersebut dapat ketika pekerja beraktivitas dalam suasana
menimbulkan gangguan pendengaran kebisingan selama berjam-jam.
terhadap tenaga kerja. Kebisingan yang Untuk mengurangi dampak atau
melebihi nilai ambang batas dapat bahaya kebisingan, perlu dilakukan
menyebabkan berbagai gangguan pengendalian kebisingan. Pengendalian
pendengaran terhadap tenaga kerja, tersebut berupa perhitungan waktu
seperti gangguan fisiologi, gangguan maksimum yang diperbolehkan bagi
psikologi, gangguan komunikasi dan pekerja yang berada ditempat kerja
ketulian. Selain itu dapat juga dengan tingkat kebisingan tidak aman.
digolongkan menjadi gangguan auditory
Tabel 5. Waktu yang diijinkan untuk intensitas bunyi pada masing-masing titik amatan
Waktu yang
Intensitas
Titik Lokasi/ Jenis diijinkan Waktu
kebisingan Keterangan 𝟒𝟖𝟎
amatan Mesin kebisingan kerja
(dB) 𝑻 = 𝑳−𝟖𝟓 𝟑
𝟐
1 M. Pengurai 97,6 Kontinyu >NAB 26,11 Menit 3 jam
2 99,8 Kontinyu >NAB 15,89 Menit 3 jam
3 96,0 Kontinyu >NAB 38,16 Menit 3 jam
4 M. Ayakan 1 92,4 Kontinyu >NAB 1,46 Jam 3 jam
5 87,3 Kontinyu >NAB 4,69 Jam 3 jam
6 M. Ayakan 2 85,9 Kontinyu >NAB 6,54 Jam 3 jam
7 M. Ayakan 3 83,7 Kontinyu <NAB 10,8 jam 3 jam
8 76,4 Kontinyu <NAB 58,4 jam 3 jam
9 M. Pres 84,5 Kontinyu <NAB 8,98 jam 3 jam
10 86,5 Kontinyu >NAB 5,65 Jam 3 jam
(Sumber : Data Primer, 2008)
Table 5 menunjukkan data pekerja bekerja secara kontinyu selama 8
intensitas kebisingan dan waktu yang jam. Beban waktu bekerja pekerja
diperbolehkan untuk para pekerja tidaklah seimbang dengan tingkat
beraktivitas. Hampir semua lokasi mesin kebisingan yang diterimanya. Oleh karena
memiliki intensitas kebisingan yang itu, perlu dilakukan pengaturan jam kerja
melebihi nilai ambang batas (NAB), dan rotasi pekerjaan, khususnya operator
terutama pada bagian penguraian mesin pengurai sabut. Pemakaian alat
bahan.Hanya pada mesin ayakan yang pelindung telinga juga merupakan
masih dalam NAB. Table 5 terlihat bahwa pengendalian kebisingan yang lebih
dengan intensitas sebesar 97,6 dB pada praktis. Namun demikian ada beberapa
titik amatan 1 (pemasukan bahan baku), faktor yang harus dipertimbangkan dalam
maka seharusnya pekerja diijinkan pengunaan alat pelindung telinga, yaitu
bekerja hanya selama 26,11 menit agar dapat melindungi pendengaran dari
terhindar dari resiko gangguan bising yang berlebih, ringan dan nyaman
pendengaran. Namun setiap hari para dipakai (ergonomis), menarik dan tidak
96
Aalisis Ergonomis Lingkungan Kerja
mahal, tidak memberikan efek samping Alat pelindung diri (APD)
dan tidak mudah rusak (tahan lama). Persepsi responden terhadap alat
Beberapa hal lain yang dapat pelindung diri sangat rendah. Hal ini
dilakukan berkaitan dengan kebisingan
ditunjukkan dalam Tabel 6, yaitu hanya 4
adalah mengurangi sumber suara dari responden (19,40%) yang mengetahui dan
mesin. Hal ini bisa dilakukan dengan bisa menjelaskan pengertian dan fungsi alat
perawatan mesin yang baik atau dengan pelindung diri. Sedangkan 5 responden
menutup sumber suara pada mesin. (21,74%) mengatakan pernah mendengar
Alternatif lain adalah mengatur jarak istilah alat pelindung diri, tapi kurang
mesin dengan tempat bekerja atau dengan
mengerti dan kurang dapat menjelaskan
pengaturan ulang ruang kerja yang bising dengan benar pengertian dan fungsi alat
dan yang tenang (Dul, 2008). pelindung diri, dan 14 responden (60,86%)
lain tidak tahu dan tidak mengerti tentang alat
pelindung diri.
97
J Agrotek 5(2) : 91-99
responden mengatakan kadang-kadang dikarenakan sirkulasi udara tidak lancar,
memakai dan 5 responden lain tidak pernah sinar matahari langsung, dan banyaknya
menggunakan sepatu. Jenis sepatu yang tumpukan coco fiber hasil produksi.
digunakan adalah sepatu kain dan boots 2. Pencahayaan yang digunakan adalah
atau karet. Sepatu keselamatan kerja sinar matahari langsung, dengan rata-rata
(safety shoes) berfungsi untuk melindungi intensitas sebesar 310 luks. Penerangan
kaki dari bahaya kejatuhan benda-benda sebesar ini, kurang dari batas yang
berat, percikan cairan atau larutan asam dianjurkan, terutama ketika cuaca
atau alkali yang korosif, atau cairan yang mendung atau hujan.
panas, tertusuk benda-benda tajam, dan 3. Intenstitas kebisingan di tempat kerja di atas
kemungkinan tersandung atau tergelincir nilai ambang batas, yaitu rata-rata sebesar
(Anonim, 1996). 88,9 dB yang bersumber dari mesin produksi
Responden yang menggunakan topi terutama mesin pengurai sabut.Kebisingan
pada waktu bekerja sebanyak 20 orang berdampak pada gangguan pendengaran
terhadap tenaga kerja.
(86,96%), 2 responden (8,69%) mengatakan
kadang-kadang memakai dan 1 responden
(4,35%) menyatakan tidak pernah memakai
topi saat bekerja. Topi yang digunakan oleh DAFTAR PUSTAKA
pekerja adalah topi yang berbahan kain.
Braun TL and Parsons KC (2008). Human
Sebanyak 21 responden (91,3%)
Thermal Response in Crowds,
tidak pernah memakai penutup telinga
Contemporary Ergonomic, CRC Press,
ketika bekerja, hanya 2 responden yang
New York, USA.
menyatakan memakai penutup telinga.
Walaupun tidak menggunakan penutup
Dul, Jean and Weerdmeester B (2008).
telinga responden tidak merasa terganggu
Ergonomics for Beginners-A Quick
oleh suara mesin produksi sebanyak 18
Reference Guide, CRC Press, Now
orang (78,26%), dan hanya 5 orang
York, USA.
(21,74%) menyatakan terganggu.
Hasil penelitian menunjukkan
Keputusan Menteri Kesehatan No.
bahwa berhubungan dengan lingkungan
261/MENKES/SK/II/1998 (1998).
kerja beberapa hal yang perlu diterapkan
Tentang Persyaratan Kesehatan
adalah penggunaan pelindung diri dan
Lingkungan Kerja.
pengembangan fasilitas kenyamanan kerja
sehingga kinerja dapat dimaksimalkan.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.
Selain itu pemahaman terhadap keamanan
KEP.51/MEN/1999 (1999). Tentang
dan kenyamanan kerja juga harus diberikan
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
kepada pekerja didukung oleh kesediaan
Tempat Kerja.
perusahaan dalam penyediaan fasilitas.
Letho, Mark R and Buck JR (2005). Human
Factors and Ergonomics for Engineers,
KESIMPULAN
Lawrence Earlbaum Associates, New
York, USA.
Berdasarkan hasil pengamatan dan
analisis dari penelitian dapat diambil
Nurmianto E (2003). Ergonomi, Konsep
kesimpulan berikut:
Dasar dan Aplikasinya. Surabaya :
1. Temperatur dan kelembaban di tempat
Guna Widya
kerja sebesar 29,5oC dan 62,9%.
Keadaan tersebut melebihi nilai ambang
batas, sehingga tidak efektif untuk Suma’mur PK (1996). Higene Perusahaan
dan Kesehatan Kerja. Jakrta : Gunung
kenyamanan kerja. Hal tersebut
Agung
98
Aalisis Ergonomis Lingkungan Kerja
Suma’mur PK (1995). Ergonomi untuk Wignjosoebroto S (2003). Ergonomi:
Produktivitas Kerja. Jakarta : CV. Haji Studi Gerak dan Waktu.Edisi Pertama.
Masagung Cetakan Ketiga.Surabaya : Guna
Sutalaksana Iftikar, Anggawisastra dan Widya
Tjakraatmadja (1979). Teknik Tata Yani, Ristya Widi Endah (2004). Diktat :
Cara Kerja.Bandung : Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Teknik Bandung Jember : Universitas Jember
99