You are on page 1of 31

PENGEMBANGAN PRIBADI KONSELOR

Oleh :
LALU ACHMAD

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


HAMZANWADI
SELONG
2011

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Semoga kesejahteraan
senantiasa dilimpahkan kepada penghulu kami Muhammad SAW beserta
keluarganya dan para sahabatnya, serta kepada semua umatnya yang setia
mengikuti ajarannya.
Syukur alhamdulillah, atas pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan
modul ini yang berjudul “Pengembangan Kepribadian Konselor”.
Untuk itu demi kesempurnaan modul ini kami dengan rendah hati
menerima segala saran kritik atas kekurangan yang ada pada modul ini.

Penulis
Lalu Achmad

ii
MENINGKATKAN KUALITAS
SUMBER DAYA MANUSIA

MENGISI KEMERDEKAAN

MERDEKA ITU
ARTINYA
TIDAK HANYA
TERLEPAS DARI
PEMERINTAHAN
BANGSA LAIN
TETAPI JUGA
KEMAMPUAN UNTUK
BERDIRI SENDIRI

Freedom means not only free from being governed by


other people but also the ability to rule one self
successfully

iii
HAKEKAT PEMBANGUNAN

UPAYA MANUSIA MENGUBAH, MENGOLAH DAN MENGELOLA


LINGKUNGAN HIDUPNYA DENGAN TUJUAN MEMPERBAIKI
/MENINGKATKAN HARKAT KEHIDUPAN DALAM SEGALA
ASPEKNYA

(AHMAD W. PRAKTIKNYA)

MANUSIA

LINGKUNGAN IPTEK

WUJUD PERUBAHAN LINGKUNGAN:


1. PERUBAHAN ARTEFAK (FISKAL)
Mis: jalan, gedung, mobil
2. PERUBAHAN IPSEFAK
Mis: kampung, pasar, RT, negara
3. PERUBAHAN MENTEFAK
Mis: pikiran, gagasan, teori, ilmu, nilai

KETIGA-TIGANYA SALING MEMPENGARUHI. IDEALITAS


PEMBANGUNAN DITUJUKAN OLEH KESEIMBANGAN DAN
SYNKRONISASI PERUBAHAN PADA KETIGA PERINGKAT
TERSEBUT.

1
MOTIVASI KERJA
Tiga komponen motivasi kerja :
1. Energi: motivasi kerja adalah suatu energi yang mendorong bangkitnya
perilaku tertentu dalam situasi kerja
2. Arah : orang akan mengarahkan tindakannya atau usahanya terhadap
situasi tertentu dalam lingkungan kerja.
3. Pemeliharaan : motivasi mengandung unsur pemeliharaan perilaku pada
suatu kegiatan tertentu dalam lingkungan kerja
Definisi motivasi kerja
Motivasi kerja dapat didefinisikan (Steers & Porter) sebagai : kondisi-kondisi
yang mempengaruhi bangkitnya perilaku, arah dari perilaku, serta pemeliharaan
perilaku tertentu yang relevan dalam situasi kerja.
Teori-Teori Motivasi
1. TEORI KEBUTUHAN: dari MASLOW: teori yang menjelaskan ada
berbagai kebutuhan yang mendorong orang untuk menunjukan perilaku
tertentu.
2. TEORI KARAKTERISTIK TUGAS: teori yang menjelaskan
permotivasian melalui rancangan tugas.
3. TEORI PENETAPAN TUJUAN: teori memotivasi melalui tujuan yang di
tetapkan, misalnya MBO
4. TEORI PENGUATAN (REINFIRCEMENT THEORY), memotivasi
dengan jalan memberikan dukungan terhadap perilaku-perilaku yang
dikehendaki oleh manajemen, dan menolak perilaku-perilaku yang tidak
dikehendaki, melalui ganjaran dan hukuman
5. TEORI KEADILAN (EQUTY THEORY), motivasi atas dasar persepsi
seseorang tentang kesesuaian antara usaha dan hasil yang diperoleh oleh
diri sendiri dan oleh orang lain
6. TEORI EKSPETASI : memotivasi atas dasar hubungan antara seberapa
besar usaha dan kinerja seseorang akan mengarah pada hasil yang dapat
memuaskan dirinya.

2
Hirarki kebutuhan dari Maslow, dalam teori dan penerapannya sebagai
motivasi manajerial
 Kebutuhan aktualisasi diri dan pemenuhan diri (self-aktualization needs)
Teoritis : penggunaan potensi diri, pertumbuhan, pengembangan diri
Terapan : menyelesaikan penugasan-penugasan yang bersifat menantang,
melakukan pekerjaan-pekerjaan kreatif, pengembangan
keterampilan.
 Kebutuhan harga diri (esteem needs)
Teoritis : status atau kedudukan, kepercayaan diri, pengakuan, reputasi
dan prestasi, apresiasi, kehormatan diri, penghargaan.
Terapan : kekuasaan, ego, promosi, hadiah, status symbol, pengakuan
jabatan, “strokes”, penghargaan,
 Kebutuhan sosial (social needs)
Teoritis : cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima dalam
kelompok, kekeluargaan,asosiasi
Terapan : kelompok-kelompok kerja formal dan informal, kegiatan-
kegiatan yang di sponsori perusahaan, acara-acara peringatan.
 Kebutuhan keamanan dan rasa aman (safety and security needs)
Teoritis : perlindungan dan stabilitas
Terapan : pengembangan karyawan, kondisi kerja yang aman, rencana-
rencana senioritas, serikat kerja, tabungan, uang pesangon,
jaminan pensiun, asuransi, system penanganan keluhan.
 Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Teoritis : makan, minuman, perumahan, seks, istirahat
Terapan : ruang istirahat, berhenti makan siang, udara bersih untuk
bernafas, air untuk minum, liburan, cuti, balas jasa dan jaminan
sosial, periode istirahat on the job.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Karakteristik individual
 Kebutuhan
 Sikap

3
Karakteristik pekerjaan
 Keragaman keterampilan
 Identitas tugas
 Kebermaknaan tugas
 Otonomi
 Umpan balik
Karakteristik organisasi
 Sistem balas jasa
 Aturan
 Iklim organisasi
 Budaya organisasi

INTERAKSI DENGAN BERBAGAI KEKUATAN YANG MEMPENGARUHI


ORGANISASI MENJELANG ABAD 21- abad advance technology dengan
perubahan yang cepat :
 HUBUNGAN ERAT ANTARA MOTIVASI DENGAN
KEPEMIMPINAN, kepemimpinan yang membangun etika kerja,
membangun system nilai yang menghargai orang lain, membangun
motivasi yang bersifat kolektif, dan menghargai kerja sama
 MEMOTIVASI MELALUI SHARED VISION, SHARE VALUES, DAN
MUTUAL BENEFIT sebagai pengganti dari kontrak psikologik atau
komitmen yang berbentuk uang, hubungan sosial, atau prestasi.

4
MOTIVASI
A. Pengertian Motivasi
Menurut Hasibuan (1996:92) : “Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya
mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan
memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan
perusahaan”
Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu,
cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan
berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan
dan keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak
mau bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan dan
keterampilan yang di milikinya.
Dengan demikian motivasi itu penting, karena dengan motivasi ini di
harapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk
mencapai produktivitas kerja yang tinggi.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah kenapa motivasi harus di lakukan
pimpinan terhadap bawahannya? Menurut Hasibuan (1996:93) hal ini disebabkan:
1. Karena pimpinan membagi-bagikan pekerjaannya kepada para
bawahannya untuk dikerjakan dengan baik.
2. Karena ada bawahan yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan,
tetapi ia malah atau kurang bergairah mengerjakannya.
3. Untuk memelihara dan atau meningkatkan kegairahan kerja bawahan
menyelesaikan tugas-tugasnya.
4. Untuk memberikan penghargaan dan kepuasan kerja kepada
bawahannya.
Dari uraian tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa motivasi itu hanya
dapat di berikan kepada orang-orang yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan
tersebut, bagi orang yang tak mampu mengerjakan pekerjaan tersebut lebih baik
tidak perlu di motivasi.

5
B. Tujuan Pemberian Motivasi
Dari pengertian tersebut timbul pertanyaan apa sebenarnya tujuan pemberian
motivasi?
Adapun tujuan pemberian motivasi menurut Hasibuan (1996:97) adalah
sebagai berikut :
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3. Meningkatkan produktivitas karyawan
4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan karyawan perusahaan
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan
6. Mengefektifkan keadaan karyawan
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
8. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan
9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
10. Mempetinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
11. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
12. Dan lain sebagainya
C. Macam-macam Pemberian Motivasi
Dalam pemberian motivasi terhadap karyawan menurut Hasibuan (1996:99),
dapat digolongkan ke dalam:
1. Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi
positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada
umumnya senang menerima yang baik-baik saja.
2. Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahannya dengan
memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik
(prestasi rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan
dalam waktu pendek akan meningkat, karena mereka takut di hukum, tetapi
untuk jangka waktu yang panjang dapat berakibat kurang baik.

6
“Motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang
menggerakkan, mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu
(Gitosudarmo, 1997:28)
Dengan demikian proses timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan
dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan.
Lebih lanjut Gitosudarmo (1997:28) mengemukakan bahwa proses motivasi
terdiri beberapa tahapan proses sebagai berikut:
Pertama, munculnya suatu kebutuhan yang belum terpenuhi menyebabkan
adanya ketidak seimbangan dalam diri seseorang dan berusaha untuk mengurangi
dengan berperilaku tertentu.
Kedua, seseorang kemudian mencari cara-cara untuk memuaskan keinginan
tersebut.
Ketiga, seseorang mengarahkan perilakunya ke arah pencapaian tujuan atau
prestasi dengan cara-cara yaang telah di pilihnya dengan di dukung oleh
kemampuan, keterampilan maupun pengalamannya.
Keempat, penilaian prestasi di lakukan oleh diri sendiri atau orang lain
(atasan) tentang keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Perilaku yang di tujukan
untuk memuaskan kebutuhan akan kebanggaan biasanya di nilai oleh yang
bersangkutan. Sedangkan perilaku yang di tujukan untuk memenuisuatu
kebutuhan finansial atau jabatan, umumnya di lakukan oleh atasan atau pimpinan
organisasi.
Kelima, imbalan atau hukuman yang diterima atau dirasakan tergantung
kepada evaluasi atas prestasi yang di lakukan.
Keenam, akhirnya seseorang menilai sejauh mana perilaku dan imbalan telah
memuaskan kebutuhannya. Jika siklus motivasi tersebut telah memuaskan
kebutuhannya, maka suatu keseimbangan atau kepuasan atas kebutuhan tertentu
dirasakan. Akan tetapi masih ada kebutuhan yang belum terpenuhi, maka akan
terjadi lagi proses pengulangan dari siklus motivasi dengan perilaku yang
berbeda.

7
Disamping itu Gitodarmo (1997:30) mengemukakan bahwa teori motivasi
ada dua yaitu : teori kepuasan (content theories) dan teori proses (process
theories).
Teori kepuasan tentang motivasi berkaitan dengan faktor yang ada dalam diri
seseorang yang memotivasinya. Sedangkan teori proses berkaitan dengan
bagaimana motivasi itu terjadi atau perilaku itu digerakkan.
Pengklasifikasian kedua teori motivasi tersebut di sajikan dalam tabel berikut:
Jenis-jenis teori Motivasi
Jenis Karakter Teori

Teori Berkaitan dengan faktor-faktor yang 1. Teori Hirarki kebutuhan


Kepuasan membangktkan atau memulai 2. Teori ERG
perilaku 3. Teori dua faktor
4. Teori kebutuhan akan
prestasi

Teori Proses Berkaitan dengan bagaimana 1.Teori Penghargaan


perilaku digerakkan, di arahkan, 2. Teori Keadilan
didukung atau dihentikan 3. Teori Penguatan
4. Teori Penetapan Tujuan
Sumber : Gitosudarmo (1997:30)
Sedangkan Maslow (dalam Gitosudarmo, 1997:31) dengan teori hirarki
kebutuhan mengemukakan bahwa “manusia di tempat kerjanya dimotivasi oleh
suatu keinginan untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang ada dalam diri
seseorang”. Selanjutnya atas dasar asumsi diatas, Maslow (dalam Gitosudarmo,
1997:31) mengemukakan bahwa hirarki kebutuhan manusia adalah sebagai
berikut :
1. Kebutuhan Fisiologis (physiological Needs)
kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling
dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makanan,
minuman, perumahan, oksigen, tidur, seks dan lain sebagainya
2 Kebutuhan Rasa Aman (Security Needs)

8
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan maka muncul
kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan rasa
aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan
kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya, dan jaminan akan hari
tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja.
3 Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal
maka akan muncul kebutuhan sosial yaitu kebutuhan untuk persahabatan,
afiliasi dan interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi
akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang
kompak, supervisi yang baik rekerasi bersama dan lain sebagainya.
4 Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk di hormati, di hargai
atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian
seseorang serta efektifitas kerja seseorang.
5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualiation Needs)
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling
tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan akan
potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk
menunjukan kemampuan, keahlian dan potensi yang di miliki seseorang.
Aktualisasi diri merupakan proses yang berlansunng terus menerus dan
tidak pernah terpuaskan. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada
kecenderngan potensinya meningkat karena orang mengaktualisasikan
perilakunya. Seseorang yang didomonasi oleh kebutuhan akan aktualisasi
diri senang akan tugas-tugas yang menantang keahlian dan
kemampuannya.
Menurut Winardi (1984:43) “ motivasi merupakan keinginan yang terdapat
pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan”
Selanjutnya Winardi (1984:43) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi adalah :
1. Kebutuhan-kebutuhan pribadi

9
2. Tujuan-tujuan dan persepsi-persepsi orang atau kelompok yang
bersangkutan
3. Cara dengan apa kebutuhan-kebutuhan serta tujuan-tujuan tersebut
akan di realisasikan
Dengan terpenuhinya ketiga faktor tersebut diatas seseorang akan merasa
terdorong dan berkeinginan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan dengan
memberikan yang terbaik dari dirinya dengan cara berpartisipasi dan berprestasi
dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan.
Menurut Robbins (1996:198) “motivasi sebagai kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah tujuan organisasi, yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan
individual”.
Dari uraian tersebut di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pemberian
motivasi kerja adalah proses yang merupakan upaya pimpinan memberikan
dorongan yang menggerakkan pribadi pegawai untuk berperan serta secara aktif
dalam mencapai tujuan, dengan pemenuhan keburuhan dasar, pemenuhan
kebutuhan keamanan, pemenuhan kebutuhan untuk berserikat, pemenuhan
kebutuhan mendapatkan penghargaan dan pemenuhan kebutuhan pemuasan diri.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN ETOS?

Etos berasal dari bahasa yunani (ethos) yang memberikan arti


sikap,kepribadian,watak,karakter serta keyakinan atas sesuatu.Sikap ini tidak saja
dimiliki oleh individu,tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.Etos
dibentuk oleh berbagai kebiasaan,pengaruh budaya,serta sistem nilai yang
diyakininya. Dari kata Etos ini, dikenal pula kata etika, etiket yang hampir
mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-
buruk (moral),sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang
amat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal,lebih baik, dan bahkan
berupaya untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam etos
tersebut, ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan
menghindari segala kerusakan (fasad) sehingga setiap pekerjaannya diarahkan

10
untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil
pekerjaannya (no single defect).

APA YANG DIMAKSUD DENGAN KERJA?

Hampir di setiap sudut kehidupan ,kita akan menyaksikan begitu banyak


orang bekerja. Para salesman yang hilir mudik mendatangi toko dan rumah-
rumah, Para guru yang tekun berdiri didepan kelas, Polisi yang mengatur lalu-
lintas dalam selingan hujan dan panas terik, serta segudang profesi lainnya.
Semuanya melakukan kegiatan (aktivitas), tetapi lihatlah dalam setiap
aktivitasnya itu ada sesuatu yang dikejar, ada tujuan serta usaha (ikhtiar) yang
sangat sungguh-sungguh untuk mewujudkan aktivitasnya tersebut mempunyai
arti.
Walaupun demikian, tidaklah semua aktivitas manusia dapat dikatagorikan
sebagai bentuk pekerjaan karena di dalam makna pekerjaan terkandung dua aspek
yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu sebagai berikut
1. Aktivitasnya dilakukannya karena ada dorongan untuk mewujudkan
sesuatu sehingga tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk
menghasilkan karya atau produk yang berkualitas. Bkerja bukan sekedar
mencari uang, tetapi ingin mengatualisasikannya secara optimal dan
memiliki nilai transedental yang sangat luhur. Baginya, bekerja itu adalah
ibadah, sebuah upaya untuk menunjukan performance hidupnya dihadapan
ilahi.bekerja seoptimal mungkin semata-mata karena merasa ada panggilan
untuk memperoleh ridha ALLAH SWT. Karena itu, sangat mustahil seorang
guru atau konselor yang mengaku dirinya seorang wakil ALLAH
mengabaikan makna keterpanggilannya untuk bekerja dengan sempurna.
2. Apa yang dia lakukan tersebut dilakukan karena kesengajaan, sesuatu yang
direncanakan. Karenanya, terkandung didalamnya suatu gairah, semangat
untuk mengerahkan seluruh potensi yang dimilikinya sehingga apa yang
dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasan dan manfaat. Apa yang
dilakukannya memiliki alasan-alasan untuk mencapai arah dan tujuan yang

11
luhur,yang secara dinamis memberikan makna bagi diri dan lingkungannya
sebagaimana misi dirinya yang harus menjadi rahmat bagi alam semesta.

FALSAFAH GERAK

Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk


memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani), dan di dalam mencapai
tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan
prestasi optimal sebagai bukti pengabdian dirinya kepada ALLAH SWT.
Bekerja dikatakan sebagai aktivitas dinamis, mempunyai makna bahwa
seluruh kegiatan yang dilakukan seorang konselor harus penuh dengan tantangan
(challenging), tidak monoton, dan selalu berupaya untuk mencari terobosan-
terobosan baru (innovative) dan tidak pernah merasa puas dalam berbuat
kebaikan. Ada semacam gedoran dihatinya untuk selalu meningkatkan kualitas
dirinya. Jiwanya gelisah bila berada dalam posisi yang mandek (statis). Jiwanya
merintih apabila stiap waktu tidak ada perubahan yang bermanfaat. Inilah yang
dimaksudkan sebagai semangat perubahan tersebut,the spirit of change.
Ibarat meneguk air laut, kian diteguk terasa kian haus pula rasanya. Islam
adalah agama yang bergerak dinamis penuh energi, tidak pernah mengenal kamus
berhenti dalam berbuat kebaikan, menggapai prestasi ilahiah karena tempat
perhentian sepeti itu hanyalah kelak dipekuburan sepi,dimana diri kita terasa kaku
dan beku terbujur sendirian.
Hidup adalah gerak dan gerak itulah yang menunjukan tanda kebermaknaan
dalam hidup. Seorang pribadi muslim harus mampu menangkap simbol-simbol
(tanda dalam bahasa arab disebut dengan ayat) dari ibadah formal yang
dilakukannya. Lebih dari itu, mereka harus segera mempraktikkan bentuk simbol
atau ibadah formalnya tersebut dalam bentuk yang nyata (aktual),bergerak dan
mengarungi hampir setiap warna kehidupan, sebagaimana firman-Nya, “Apabila
telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di permukaan bumi,dan
carilah karunia Allah.....” (al-jumu’ah:10)
Umat islam bukanlah umat yang terpenjara oleh ibadah ritual, melainkan
sangat terobsesi untuk mewujudkannya dalam bentuk gerak yang memberikan

12
rahmat bagi sekitarnaya. Umat islam harus keluar dari penjara kemandekan
(statis) karena sifat yang statis dan kehilangan ruh untuk berkreasi (ijtihad dalam
bidang amaliah) merupakan tanda-tanda kematian.

JIWA YANG MERDEKA

Semangat tauhid melahirkan pribadi-pribadi yang mandiri, berdaya saing dan


bertanggung jawab. Mereka bersungguh-sungguh dalam kehidupannya karena
mereka sadar apa yang dilakukannya merupakan amanah dan sekaligus sebagai
keterpanggilan dirinya untuk membuktikan rasa cintanya kepada Allah SWT.
Jiwanya menjadi merdeka karena tidak ada sesuatu bentuk apapun yang akan
menghambat atau membelenggu dirinya. Hanya kepada Allah SWT, dia
mengabdi. Cara dirinya mengabdi itu dia buktikan dengan memberikan pelayanan
dan menjadikan dirinya sebagai sosok manusia yang bermanfaat karena
Rasulullah bersabda, “sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling
bermanfaat bagi manusia yang lainnya.” Dia tidak ingin menjadi manusia yang
tidak berharga karena sikap seperti ini merupakan pelecehan terhadap keyakinan
dirinya sebagai hamba yang mengemban misi Ilahiah menebarkan kedamaian dan
rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil‟ alamin).
Seorang konselor yang mendapatkan amanah sbagai karyawan atau guru
disebuaah sekolah akan menunjukan jati dirinya bahwa dia bukan benalu, bukan
manusia penambah jumlah tanpa arti. Dengan jiwanya yang merdeka dia terus
mencari upaya untuk menjadikan dirinya mempunyai arti bagi sekolah dan teman
sejawatnya. Dia ingin menjadi manusia teladan yang dirindukan karena
profesionalisme dan kualitas akhlaknya yang mulia.

MEREKA MEMILIKI MORALITAS YANG BERSIH (IKHLAS)

Karenanya , ikhlas merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang, dan
pelayanan tanpa ikatan. Cinta yang putih adalah bentuk keikhlasan yang tidak
ingin menjadi rusak karena tercampur hal lain selain terpenuhinya dahaga cinta.
Mereka takut bahwa sesuatu pekerjaan yang dilatarbelakangi motivasi atau pamrih
selain melaksanakan amanah, walaupun atas nama “ikhlas dan cinta” , akan

13
berubah menjadi komoditas semata-mata. Keikhlasan hanya menjadi label atau
simbol dari pengesaha dirinya untuk berbuat munafik.
Mukhlis adalah mereka yang memandang sesuatu secara telanjang atau
memang demikian seharusnya (as it as). Mereka memandang tugasnya sebagai
pengabdian, sebuah keterpanggilan untuk menunaikan tugas-tugas sebagai salah
satu bentuk amanah yang seharusnya demikian mereka lakukan. Seorang pelayan
publik berbuat sesuatu karena memang demikianlah uraian tugas (job description)
yang dia terima.Segala sesuatu yang akan mengotori tugas dirinya berarti
mengkhianati cinta dan karenanya berubah menjadi sebuah pengkhianatan
terhadap amanah. Karenanya, mereka menjadi manusia yang bebas untuk
memenuhi tugasnya tanpa beban atau motivasi lain yang akan menodai kemurnian
pandangannya terhadap tugas terssebut.

MEREKA KECANDUAN KEJUJURAN

Perilaku yang jujur adalah perilaku yang di ikuti oleh sikap tanggung jawab
atas apa yang diperbuatnya tersebut atau integritas. Kejujuran dan integritas
bagaikan dua sisi mata uang. Seseorang tidak cukup hanya memiliki keikhlasan
dan kejujuran, tetapi dibutuhkan pula nilai pendorong lainnya, yaitu integritas.
Akibatnya, mereka siap menghadapi resiko dan seluruh akibatnya dia hadapi
dengan gagah berani, kebanggaan, dan penuh sukacita, dan tidak pernah
terpikirkan untuk melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain. Hal ini
karena sikap tidak betanggung jawab merupakan pelecehan paling asasi terhadap
orang lain dan sekaligus penghinaan terhadap dirinya sendiri dan Tuhan.

JUJUR TERHADAP DIRI SENDIRI

Untuk itu, orang yang berpihak kepada kebenaran, ia selalu berkeinginan


untuk memberikan makna terhadap tujuan, prinsip-prinsip serta mengambil peran
yang jelas dalam keberadaan dirinya ditengah-tengah pergaulan sosial yang
merupakan awal dari ungkapan kejujuran pada dirinya.
Jujur pada diri berarti dia memulai dengan sikap disiplin, taat dan berani
untuk mengakui kemampuannya sendiri. Dia mampu mengendalikan diri dan

14
tidak ingin memaksakan kehendak, apabila keinginannya tidak sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Tidak terlintas untuk melakukan kepalsuan atau
kebohongan karena hanya karena alasan “gengsi” atau “prestise”. Hal ini karena
kejujuran berarti juga keberanian untuk mengatasi dirinya sendiri, berani untuk
berkonfrontasi dengan segala kebatilan yang bertentangan dengan suara kalbunya.
Dia bahkan merasa ada kenikmatan yang sangat luar biasa apabila mampu
berpihak pada nuraninya, mampu mempertahankan kebenaran, dan dengan penuh
disiplin mengabdikan pada prinsip-prinsip yang diyakininya, betapapun resiko
atau situasi yang terburuk harus menerpa dirinya.
Seorang filsuf memujji para pemberani yang mau mempertahankan jati
dirinya , “Brave is who knows fear but conquers fear, who sees the abyss,but with
pride” keberanian adalah mereka yang tahu ketakutan, tetapi mampu menaklukan
apa yang ditakutinya, mereka yang melihat jurang yang dalam , tetap merasa
bangga.
Jujur pada diri sendiri berarti keterbukaan jiwa yang sangat transparan,
bagaikan kaca-kaca bening yang tidak noktah sedikit pun. Tidak ada yang
tersembunyi dari kesadaran nuraninya. Dengan gagah berani, dia akui kelemahan
dirinya sendiri dan dengan gagh berani pula dia mampu menolak segala hal yang
bertentangan dengan prinsip moral yang di yakininya.

ISTIQOMAH, KUAT PENDIRIAN

Pribadi muslim yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten


(dari bahasa latin consistere; harmony of conduct or practice with profession;
ability to be asserted together without contadiction), yaitu kemampuan untuk
bersikap secara taat asas , pantang menyerah, dan mampu mempertahankan
prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko yang
membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola
emosinya secara efektif. Tetap teguh pada komitmen, positif, dan tidak
rapuhkendati berhadapan dengan situasi yang menekan. Sikap konsisten telah
melahirkan keprcayaan diri yang kuat dan memiliki integritas serta mampu
mengelola stres dengan tetap penuh gairah.

15
Dari sebuah penelitian, ditemukan bahwa mereka yang mampu mengelola
stres dengan tabah dan keuletan, memandang tekanan bukan sebagai
beban,melainkan tantangan yang menyenangkan, dan memandang perubahan
sebagai kesempatan untuk berkembang, ternyata mereka lebih mampu mengatasi
kesulitan, lebih adaptif, dan berhasil.
Seorang yang istiqamah tidak mudah berbelok arah betapapun godaan untuk
mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat semula. Ucapan insya
Allah yang sering dijadikan hiasan bibir kita, seharusnya diberikan makna yang
lebih menggigit dan lebih membumi. Saya tidak akan mundur untuk menapaki apa
yang saya yakini walaupun langit runtuh, insyaAllah saya tidak akan berhenti
belajar mengejar prestasi untuk menanam deposito masa depan walaupun harus
putus pacar, insyaAllah. Sikap istiqamah, konsisten, merupakan sikap untuk
menunjukan keyakinan yang berhadapan dengan tantangan.

MEREKA KECANDUAN DISIPLIN

Erat kaitannya dengan konsisten adalah sikap berdisiplin (Latin : disciple,


discipulus,murid mengikuti dengan taat), yaitu kemampuan untuk mengendalikan
diri dengan tenang dan tetap taat walaupun dalam situasi yang sanagt menekan
(calm controlled behavior: the ability to behave in a controlled and calm way
even in a difficult or stressful situation).
Pribadi yang berdisiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan serta
penuh tanggung jawab memenuhi kewajibannya. Mata hati dan profesinya terarah
pada hasil yang akan diraih (achievments) sehingga mampu menyesuaikan diri
dalam situasi yang menantang. Mereka pun mempunyai daya adaptabilitas atau
keluwesan untuk menerima inovasi atau gagasan baru. Daya adaptabilitasnya
sangat luwes dalam cara dirinya menangani berbagai perubahan yang menekan.
Karena sikapnya yang konsisten itu pula, mereka tidak tertutup terhadap gagasan-
gagasan baru yang bersifat inovatif.
Disiplin adalah masalah kebiasaan. Satiap tindakan yang berulang pada waktu
dan tempat yang sama. Kebiasaan positif yang harus dipupuk dan terus
ditingkatkan dari waktu ke waktu. Disiplin yang sejati tidak dibentuk dalam waktu

16
satu-dua tahun, tetapi merupakan bentukan kebiasaan sejak kita kecil, kemudian
perilaku tersebut dipertahankan pada waktu remaja dan dihayati maknanya di
waktu dewasa dan dipetik hasilnnya.

KONSEKUEN DAN BERANI MENGHADAPI TANTANGAN


(CHALLENGE)

Ciri lain dari pribadi muslim yang memiliki budaya kerja adalah
keberaniannya menerima konsekuensi dari keputusannya. Bagi mereka, hidup
adalah pilihan (life is choice) dan setiap pilihan merupakan tanggung jawab
pribadinya. Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun karena pada
akhirnya semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendiri. Rasa tanggung jawabnya
mendorong perilakunya yang bergerak dinamis, seakan-akan di dalam dadanya
ada “nyala api”, sebuah motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan dan menjaga
apa yang telah menjadi keputusan atau pilihannya. Orang yang konsekuen
mempunyai kemampuan untuk melakukan pengendalian dan mengelola emosinya
menjadi daya penggerak positif untuk tetap semangat menapaki keyakinannya.
Secara harfiah, kata motif dan emosi mempunyai akar kata yang sama dari
bahasa latin. Movere berarti yang menggerakkan. Secara harfah, emosi berarti
yang menggerakkan kita untuk meraih sasaran;emosi menjadi bahan bakar untuk
motivasi kita dan pada gilirannya menggerakkan persepsi dan membentuk
tindakan-tindakan kita. Karya besar dimulai dari perasaan yang bergelora.
Kapal yang baik bukanlah kapal yang hanya tertambat dipelabuhan,
melainkan kapal yang mampu mengarungi samudra dan sampai ke tempat tujuan.
Mereka melihat tantangan bukan sebagai hambatan atau kendala, melainkan
sebuah persyaratan untuk mencapai kemuliaan. No pain no gain. Tidak ada
keberhasilan kecuali dengan usaha yang sungguh-sungguh walaupun terkadang
menyakitkan.

MEREKA MEMILIKI SIKAP PERCAYA DIRI

Pribadi muslim yang percaya diri tampil bagaikan lampu yang benderang,
memancarkan raut wajah yang cerah dan berkharisma. Orang yang berada

17
disekitarnya merasa tercerahkan, optimis, tentrem, dan muthma’innah. Penelitian
Boyatzis membuktikan bahwa para penyelia, manajer, dan eksekutif yang percaya
diri lebih berprestasi dari orang yang biasa-biasa saja.
Percaya diri melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas dalam bersikap.
Berani mengambil keputusan yang sulit walaupun harus membawa konsekuensi
berupa tantangan atau penolakan. Dia bukan manusia kardus yang mudah rapuh
karena terpaan air. Orang yang percaya diri, tangkas mengambil keputusan tanpa
tampak arogan atau defensif dan mereka teguh mempertahankan pendiriannya.
Orang yang percaya diri telah memenangkan setengah dari permainan. Adapun
orang yang ragu-ragu, dia telah kalah sebelum bertanding.
Sikap percaya diri dapat kita lihat dari beberapa ciri kepribadiannyayang
antara lain sebagai berikut :
 Mereka berani untuk menyatakan pendapat atau gagasannya sendiri walaupun
hal tersebut beresiko tinggi, misalnya menjadi orang yang tidak populer atau
malah dikucilkan.
 Mereka mampu menguasai emosinya; ada semacam self regulation yang
menyebabkan dia tetap tenang dan berpikir jernih walaupun dalam tekanan
yang berat (working under pressure).
 Mereka memiliki independensi yang sangat kuat sehingga tidak mudah
terpengaruh oleh sikap orang lain walaupun pihak lain adalah mayoritas.
Baginya, kebenaran tidak selalu dicerminkan oleh kelompok yang banyak.

MEREKA ORANG YANG KREATIF

Pribadi muslim yang kreatif selalu ingin mencoba metode atau gagasan baru
dan asli (new and original: using or showing use of the imagination to create new
ideas or things) sehingga diharapkannya hasil kinerja dapat dilaksanakan secara
efisien, tetapi efektif. Mereka yang beragama islam sangat memahami ayat
pertama yang diterima Rasulullah saw, yaitu kata iqra’ yang berarti tidak hanya
dalam pengertian membaca, tetapi juga mengumpulkan dan merangkum data
menjadi satu data (membaca juga merupakn sebuah proses pengumpulan dan
penyusunan huruf-huruf sehingga menjadi satu kata atau kalimat yang berarti).

18
Seorang yang kreatif pun bekerja dengan informasi, data, dan mengolahnya
sedemikian rupa sehingga memberikan hasil atau manfaat yang besar. Hidup
bagaikan kanvas lukisan yang mendorong dan memanggil nuraninya untuk
melukiskan gambar-gambarnyang paling indah. Setiap adalah sebuah kegairahan
untuk menjadikan dirinya memtik manfaat.
Dia memiliki kemampuan dini untuk merasakan permasalahan, kesenjangan
informasi, dan sesuatu yang di anggap menyimpang dari standar. Mampu
membuat formulasi dan rencana-rencana untuk mengatasi penyimpangan dan
melakukan pembuktian serta penilaian secara objektif dan bertanggung jawab.
Mereka juga termasuk tipe orang yang proaktif dan spontan. Memberikan respons
secara positif terhadap lingkungan kerjanya. Penuh antusiasme dan terbuka.
Kesadaran mereka terhadap berbagai hal sangat kuat karena mereka sadar bahwa
lebih banyak informasi akan mendorong dirinya lebih adaptif (kemampuan
menyesuaikan diri) dengan segala gagasan dan tantangan baru.

MEREKA TIPE ORANG YANG BERTANGGUNG JAWAB

Senapas dengan kata amanah adalah iman yang terambil dari kata amnun
yang berarti keamanan atau ketenteraman, sebagai lawan kata dari “khawatir,
cemas atau takut”. Sesuatu yang merupakan milik orang lain dan berada di tangan
anda di sebut amanah karena keberadaannya di tangan anda tidak membuat
khawatir, cemas atau takut bagi pemilik barang tersebut; ia merasa tentram bahwa
anda akan memeliharanya dan bila di minta, anda rela menyerahkannya.
Dengan demikian, untuk menumbuhkembangkan para guru/konselor yang
amanah, dibutuhkan paradigma, sikap mental, serta cara berpikir yang benar-
benar menghujam ke dalam kalbunya. Sikap tersebut kita kenal dengan kata
takwa, sebuah kata yang telah menjadi kosakata di lingkungan kita.
Takwa merupakan bentuk tanggung jawab yang di laksanakan dengan penuh
rasa cinta dengan menunjukan amal prestatif di bawah semangat pengharapan
ridha Allah, sehingga sadarlah kita bahwa dengan bertakwa berarti ada semacam
nyala api di dalam kalbu yang mendorong pembuktian atau menunaikan amanah

19
sebagai rasa tanggung jawab yang mendalam atas kewjiban-kewajiban kita
sebagai hamba Allah.
Tanggung jawab = menanggung dan memberi jawaban, sebagaimana di
dalam bahasa inggris, kita mengenal responsibility = able to response. Dengan
demikian, pengertian takwa yang kita tafsirkan sebagai tindakan bertanggung
jawab (yang ternyata lebih dalam dari responsibility) dapat didefinisikan sebagai
sikap dan tindakan seseorang di dalam menerima sesuatu sebagai amanah;
dengan penuh rasa cinta, ia ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan
yang melahirkan amal prestatif.
Amanah adalah titipan yang menjadi tanggungan, bentuk kewajiban atau
utang yang harus kita bayar dengan cara melunasinya sehingga kita merasa aman
atau terbebas dari segala tuntutan.
Harta, jabatan, bahkan hidup itu sendiri harus kita persepsi sebagai amanah
karena di dalamnya ada muatan tanggung jawab untuk meningkatkan dan
mengembangkannya lebih baik dan lebih baik lagi.
Stephen R. Covey mengakui bahwa hati nurani harus senantiasa di latih
secara sungguh-sungguh dengan cara “membaca dan merenungkan literatur
tentang kebijaksanaan, mengamati pengalaman orang lain, meluangkan waktu
untuk tenang, dan mendengarkan suara kedalaman batin kita dan menanggapi
suara tersebut. Tidaklah cukup hanya mendengarkan hati nurani, kita juga harus
menanggapinya.
Mereka mempersepsi pekerjaannya sebagai amanah yang harus di tunaikan
dengan penuh kesungguhan, yang kemudian melahirkan keyakinan yang
mendalam bahwa :
Bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah
Sikap amanah sangat erat kaitannya dengan cara dirinya mempertahankan
prinsip dan kemudian bertanggung jawab untuk melaksanakan prinsip-prinsipnya
tersebut dengan tetap menjaga keseimbangan dan melahirkan nilai manfaat yang
berkesesuaian (saleh). Prinsip merupakan fitrah paling mendasar bagi harga diri
manusia. Menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya merupakan ciri seorang
profesional. Mereka yang melanggar prinsip dan menodai hati nurani merupakan

20
dosa kemanusiaan yang paling ironis, sebagaimana Mahatma Gandhi membuat
daftar tujuh dosa orang-orang yang menodai prinsip atau mengkhianati nuraninya,
yaitu :
Tujuh Dosa
1. Kekayaan tanpa kerja (wealth without work)
2. Kenikmatan tanpa suara hati (pleasure without conscience)
3. Pengetahuan tanpa karakter (knowledge without character)
4. Perdagangan tanpa etika / moralitas (commerce without morality)
5. Ilmi pengetahuan tanpa kemanusiaan (science without humanity)
6. Agama tanpa pengorbanan (religion without sacrifice)
7. Politic tanpa prinsip (politic without principle)

MEREKA BAHAGIA KARENA MELAYANI

Melayani dengan cinta, bukan karena tugas atau pengruh dari luar, melainkan
benar-benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa aku bahagia karena
melayani.
Melayani atau menolong seseorang merupakan bentuk kesadaran dan
kepeduliannya terhadap nilai kemanusiaan. Memberi pelayanah dan pertolongan
merupakan investasi yang kelak akan di petik keuntungannya, tidak hanya di
akhirat, tetapi di dunia pun mereka sudah merasakannya. Lihatlah teladan yang di
contohkan Rasulullah saw. Betapa besar perhatian beliau terhadap manusia,
bahkan mahkluk lainnya.
Dengan mengambil keteladanan Rasulullah, seharusnya setiap pribadi
guru/konselor sangat bangga untuk melayani. Baginya, melayani adalah
keterpanggilan dan sekaligus merupakan salah satu citra diri umat islam.
Di antara prinsip-prinsip pelayanan tersebut, antara lain sebagai berikut :
 Melayani itu ibadah dan karenya harus ada rasa cinta dan semangat yang
membara di dalam hati pada setiap tindakan pelayanan anda.
 Memberi dahulu dan anda akan menerima ROSE (Return On Service
Excellent)
 Mengerti orang lain terlebih dahulu sebelum ingin di mengerti.

21
 Bahagiakanlah orang lain terlebih dahulu; kelak, anda akan menerima
kebahagiaan melebihi dari apa yang anda harapkan.
 Menghargai orang lain sebagaimana diri anda ingin di hargai
(sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Tidaklah engkau disebut beriman
kecuali engkau mencintai orang lain sebagaimana engkau mencintai
dirimu”).
 Lakukanlah empati yang sangat mendalam dan tumbuhkan sinergi.

MEREKA MEMILIKI HARGA DIRI

Aparat yang profesional dan berakhlak akan berpikir dalam format tiga
dimensi, yaitu konsep diri, citra diri dan harga diri. Konsep diri merupakan
rujukan utama bagi hidup seseorang. Sebagaimana asal kata konsep (bahasa latin:
concepere ‘gambaran’ atau ‘kesan’), para aparat pemerintah yang profesional dan
berakhlak itu mempunyai konsep diri yang jelas, memiliki nilai dan arah
bertindak. Adapun yang di maksudkan dngan citra diri (imago,image,kesan)
adalah penilaian atas dirinya sendiri, sejauh mana perasaan terhadap dirinya
sendiri, bagaimana penilaian dirinya di hadapan orang lain, peran dan kesan apa
yang ingin dia ciptakanatau dia harapkan dari orang lain. Format berpikir yang
ketiga adalah harga diri (dignity, self esteem), yaitu penilaian menyeluruh
mengenai diri sendiri, bagaimana ia menyukai pribadinya, harga diri
memengaruhi kreativitasnya, dan bahkan apakah ia akan menjadi seorang
pemimpin atau pengikut. Sikapnya terhadap dirinya sendiri mempunyai pengaruh
langsung terhadap bagaimana ia menghayati setiap bagian hidupnya. Harga
dirinya menjadi berbinar ketika dia ingin menyebarkan nilai manfaat. Hidupnya
penuh dengan gairah untuk menjadikan manusia yang dirindukan karena dirinya
identik dengan sosok manusia yang senantiasa memberikan pelayanan kepada
orang lain.

MEREKA MEMILIKI SEMNGAT PERUBAHAN (SPIRIT OF CHANGE)


Pribadi yang memiliki etos kerja sangat sadar bahwa tidak akan ada satu
makhluk pun di muka bumi ini yang mampu mengubah dirinya kecuali dirinya

22
sendiri! Betapapun hebatnya seseorang untuk memberikan motivasi, hal itu
hanyalah sebuah kesia-siaan belaka, bila pada diri orang tersebut tidak ada
keinginan untuk dimotivasi, tidak ada elan api yang menyala-nyala untuk
mengubah diri. Benarlah apa yang difirmankan Allah SWT, “....sesungguhnya
Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah
keadaan diri mereka sendiri....”(ar-Ra’d:11) Ayat ini mengajak kita untuk
memainkan peran, mengubah nasib dan menempatkan diri dalam posisi yang
mulia ataukah yang hina. Allah sangat demokratis, segalanya bergantung pada diri
kita. Hidup bergantung pada cara kita memilih atau mengambil keputusan. Anda
tidak bisa tidak kecuali memilih. Betapapun anda berkata, “saya tidak akan
memilih”, sebenarnya ucapan anda itu pun telah menentukan pilihan yaitu
memilih untuk tidak memilih. Memutuskan untuk tidak mengambil keputusan.
Hidup adalah soal pilihan (life is a choice).

TANTANGAN BUDAYA GLOBAL

Cepat atau lambat, dunia akan berubah bagaikan sebuah bumi perkemahan
global. Setiap kemah terbuat dari kaca-kaca yang sangat bening dan transparan.
Para penghununya tidak mungkun mampu bersembunyi atau menghindar dari
pandangan penghuni kemah yang lain. Kemajuan ilmu pengetahuan dan utamanya
teknologi di bidang informasi telah menggiring umat manusia menjadi satu-
kesatuan, satu pemerintahan (one goverment), satu kewarganegaraan (the world
citizen), satu mata uang (one curency), dan bisa jadi suatu saat tumbuh satu agama
pula (one world religion). Saat ini, dengan sangat gencar, sedang di upayakan
untuk saling mengenal di antara orang yang beragama (interfaith), bahkan konon
sudah ada organisasinya, seperti: interfaith organization, Universalist, dan lain-
lain. Semuanya menjadi satu, sebagaimana dilambangkan dalam mata uang
Amerika one dolar, Wallahu „alam.
Mereka yang memiliki kekuatan dan menguasai “ilmu pengetahuan dan
teknologi” akan segera menguasai kemah-kemah lain. Kekuatan melahirkan
kekuasaan dan kekuasaan dapat memaksakan kehendak. Kekuasaan yang sangat
besar, apalagi tanpa pengawasan dan kendali dapat membutatulikan hati nurani,

23
apalagi dalam dunia politik yang tidak bermoral; ada kecenderungan kekuasaan
dapat membeli hukum. Kekuasaan yang sangat besar mampu mendominasi siapa
saja yang lemah. Ini sudah merupakan hukum alam. Siapa yang kuat, dia akan
menguasai yang lemah. Kuncinya hanya terletak kepada “siapa yang
mengendalikan kekuasaan tersebut”. Kekuasaan tanpa moral adalah tirani. Moral
tanpa kekuasaan adalah banci. Kekuasaan akan menjadi surga bagi umat manusia
bila berada di tangan orang yang bermoral. Sebaliknya, dia akan menjadi neraka
bila dikendalikan oleh orang yang tidak memiliki moral.
Begitu juga dengan dominasi sebuah budaya. Budaya yang di dukung oleh
kekuatan dan kekuasaan akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
budaya lainnya. Kita menyaksikan fakta sejarah. Begitu banyak budaya melemah
dikarenakan domonasi budaya barumyang relatif lebih kuat (di samping mungkin
dikarenakan faktor alam, cuaca, gempa, dan lain-lain). Dari waktu ke waktu,
peradaban dan budaya manusia bagaikan mengikuti lingkaran hidup (life cycle).
Tumbuh, berkembang, kemudian hilang. Selanjutnya kita hanya menemukan
fosil-fosil serta situs sejarah yang menjadi objek wisata para turis untuk
mengenang bahwa di tempat ini pernah ada sebuah kehidupan. Seperti kita
mengenal peninggalan peradaban di mesir dengan bangunan piramidanya,
kehidupan agama hindu dan budha yang meninggalkan Candi Borobudur dan
prambanan, dan islam di India hanya di kenang lewat Taj Mahal.
Memang tidak ada budaya yang murni di muka bumi ini. Satu sama lain akan
saling memberikan sumbangannya. Hidup atau peradaban manusia merupakan
mata rantai dari masa lalu, sekarang, dan kemudian. Hakikat modern yang berarti
novelty—sesuatu yang baru terlahir karena yang lama. Dengan kata lain, sesuatu
yang baru itu merupakan hasil akumulasi dari penemuan, pengalaman, serta
penghidupan yang sebelumnya.

INTERAKSI ANTAR BUDAYA

Dunia yang mengglobal membawa konsekuensi interaksi antarbangsa dan


budaya semakin intens, sehingga tidak mungkin ada tempat untuk

24
meyembunyikan diri atau memasang tembok berlin atau tirai besi, sebagaimana
pada saat perang dingin antarnegara adikuasa (Amerika versus Rusia dan Cina).
Bila kita ingin masuk dalam gelanggang pertandingan global, tidak ada rumus
yang paling jitu kecuali “memasuki kancah pergaulan global”. Justru di sinilah
kesempatan umat islam untuk menunjukkan jati dirinya agar dapat di
perhitungkan di antara bangsa-bangsa yang ada.
Etos kerja pribadi muslim harus mampu mewujudkan isyarat atau ayat-ayat
Al-Qur‟an sebagai sumber inspirasi dan motivasi besar untuk berinteraksi, bahkan
bersaing dalam format atau skala global dengan tujuan atau tema sentral rahmatan
lil alamin.
Allah telah memberikan isyarat agar kita melakukan interaksi lintas budaya,
sebagai firman=Nya,
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
maha mengetahui. “ (al-Hujurat: 13).

PENGUASAAN TEKNOLOGI (UTAMANYA TEKNOLOGI INFORMASI)

Bila anda memasuki sebuah kantor, bahkan rumah-rumah tertentu, anda pasti
akan menemukan komputer. Hal ini memberikan motivasi kepada kita agar segera
memasuki dunia teknologi informasi. Betapa pentingnya teknologi informasi ini,
sehingga pada tahun 2000, pemerintah Australia—yang sangat ketat dengan
keimigrasian—membuka pintu bagi mereka yang ingin berimigrasi ke Australia
dengan syarat memiliki kemampuan atau kompetensi dalam dunia teknologi
informasi, khususnya penguasaan software. Begitu juga dengan kanada. Mereka
menerima para imigran yang memiliki kompetensi dalam dunia software atau
teknologi informasi ini. Kita harus mendidik putra-putri kita untuk mulai
mengenal komputer, internet, web site, bahkan penguasaan bagaimana cara
mengolah perangkat lunaknya, sehingga mereka menjadi generasi yang antusias
dengan teknologi.

25
PENGUASAAN BAHASA DAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI

Tidak bisa di pungkiri lagi bahwa dunia telah dipersatukan dengan lebih
banyak memakai bahasa inggris sebagai bahasa pengantarnya. Orang jepang yang
pada periode lalu masih berprinsip untuk hanya memakai bahasanya sendiri,
akhirnya harus segera mengirim para generasi mudanya ke negeri Amerika dan
Eropa untuk mempelajari bahasa.
Globalisasi berarti pula interaksi antarbudaya yang semakin intens. Wacana
serta paradigma berpikir kita pun harus menyesuaikan diri dengan kondisi budaya
yang semakin transparan. Dalam hal ini kemampuan komunikasi antar bangsa
menjadi sebuah tuntutan atau keharusan. Para pemimpin tidak lagi hanya
berorientasi pada kebangsaan yang bersifat nasionalistik, tetapi sudah mulai
berpikir secara lintas budaya, bahkan lintas agama. Setiap orang harus mampu
menyelami keberadaan orang lain. Memahami agama dan budaya orang lain untuk
kemudian kembali pada masing-masing identitasnya. Sehingga tidak ada lagi
identitas yang bersifat parsial, melainkan identitas bangsa yang berwawasan
multibudaya. Menyelam untuk timbul agar kita tidak terpenjara oleh fanatisme
apalagi cauvinisme yang telah usang.
Secara simplistik, kemampuan berkomunikasi mempersyaratkan untuk
mampu menguasai bahasa sebagai medianya. Bagaimana kita akan dapat
mempengaruhi kebijaksanaan perekonomian internasional apabila kita tidak
mampu berkomunikasi dengan term atau istilah-istilah yang di sepakati secara
internasional.

KORUPTOR ITU BINATANG

Karena budaya berarti mengaktualisasikan potensi diri secara positif, setiap


penyimpangan dari nilai-nilai adalah sebuah tindakan kriminal, melawan norma
dan kesepakatan sosial, bahkan merusak akidah atau keyakinan yang merupakan
prinsip hidup manusia.
Akan tetapi, dalam kenyataannya, kita menyaksikan kesenjangan antara nilai
dan fakta; antara teori dan praktik, dan antara ritual dan nilai aktual.

26
Sungguh sangat menyedihkan laporan hasil penelitian Transparency
international (T I) dimana peringkat Indonesia dalam Corruption perceptionI
Index (C P I) tidak pernah menunjukan perbaikan dan tak kunjung membaik.
Bahkan hasil penelitian paling terakhir dari lembaga riset internasional yang
berkedudukan di Hongkong, yaitu PERC (Political and Ekonomic Risk
Consultancy) telah menempatkan Indonesia sebagai juara terkorup di Asia dengan
tingkat skor 9,92 (dari skala 1-10) disusul India pada skor 9,17. Sedangkan negara
paling bersih dari korupsi adalah Singapura menduduki posisi paling kecil, yaitu
berada pada skore 0,90 disusul jepang (3,25) dan Hongkong (3,33).
Dengan fakta terakhir ini, kita pun tidak habis pikir, mengapa korupsi tidak
serta merta ikut tumbang pada saat reformasi dilakukan. Bahkan lebih parah lagi,
ada semacam sinisme yang bilang proses reformasi politik telah berubah menjadi
demokratisasi korupsi pada tingkat nasional dan desentralisasi korupsi yang di
kirim ke daerah. Kita pun sangat khawatir, jangan-jangan lembaga atau orang
yang berkoar anti korupsi, justru memiliki potensi untuk korupsi lebih hebat dari
sebelumnya. Mereka berani berpidato anti korupsi, bisa jadi karena belum ada
kesempatan untuk korupsi. Mungkin saja seseorang berani berkata sesuatu, karena
belum di uji. Siapakah yang akan mengawasi pengawas?

27
DAFTAR PUSTAKA

Atmosoeprapto, Kisdarto. 2000. Menuju SDM Berdaya. PT. Elex Media


Komputindo : Jakarta.
Goleman, Daniel. 2000. Kecerdasan Emosi. PT. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.
Khalil, Moenawar. 2000. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Gema
Insani Press : Jakarta.
Mathis, Robert L. 2001. Manajemen SDM. Edisi ke 9.
Tasmara, Toto. 2001. Kecerdasan Ruhaniah. Gema Insani Press : Jakarta.

28

You might also like