Professional Documents
Culture Documents
SERANGGA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan. Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan
hewan. Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan
subtropis. Mengingat masih sering terjadi keracunan akibat gigitan ular maka untuk dapat
menambah pengetahuan masyarakat kami menyampaikan informasi mengenai bahaya dan
pertolongan terhadap gigitan ular berbisa. Selain kasus gigitan serangga dan binatang berbisa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu:
1. Apa yang dimaksud kegawatdaruratan pada gigitan serangga dan binatang berbisa?
2. Apa saja penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa?
3. Bagaimana penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan serangga dan binatang berbisa
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan serangga dan binatang berbisa
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan serangga dan binatang berbisa
BAB II
PEMBAHASAN
PENGKAJIAN
Pada sengatan serangga mungkin ditemukan :
~ Mendesah
~ Sesak nafas
~ Tenggorokan sakit atau susah berbicara
~ Pingsan atau lemah
~ Infeksi
~ Kemerahan
~ Bengkak
~ Nyeri
~ Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
• Syok berhubungan dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
• Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi
• Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
• Hipertermia berhubungan dengan efek langsung endotoksin pada hipotalamus
• Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
INTERVENSI
Nyeri berhubungan dengan proses toksikasi
Tujuan : Meredakan nyeri
Intervensi
1. Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
R/ : mengeluarkan sengat serangga yang masih tertinggal
2. Berikan kompres dingin
R/ : meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
3. Lakukan tehnik distraksi relaksasi
R/ : mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin seperti diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk
krim/salep atau pil, losion Calamine
R/ : mengurangi gatal – gatal
Rasa gatal, bengkak dan bintik – bintik merah berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan : Mencegah peradangan akut
Intervensi
1. Pasang tourniket pada daerah di atas gigitan
R/: Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh
2. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel
yang terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk).
R/: Untuk menghindari terkontaminasi lebih lanjut pada luka
3. Kolaborasi dalam pemberian antihistamin dan serum Anti Bisa Ular (ABU) polivalen i.v
dan disekitar luka. ATS dan penisilin procain 900.000 IU
R/: Mencegah terjadinya infeksi
Gangguan Jalan napas tidak efektif berhubungan dengan reaksi endotoksin
Intervensi
1. Auskultasi bunyi nafas
2. Pantau frekuensi pernapasan
3. Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
4. Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam
5. Observasi warna kulit dan adanya sianosis
6. Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
7. Batasi pengunjung klien
8. Pantau seri GDA
9. Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
10. Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tak adekuat
Intervensi
1. Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah aktivitas terhadap klien
3. Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
4. Batasi penggunaan alat atau prosedur infasive jika memungkinkan
5. Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
6. Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
7. Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau antisipasi dari kontak
langsung dengan ekskresi atau sekresi
8. Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
9. Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
10. Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)
Konsep Kegawatdaruratan pada Korban Tenggelam
2) Hampir Tenggelam
Yaitu suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.
Kesimpulan
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah pernapasan dan
kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong kehidupan jantung dasar
dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari luar melalui resusitasi, dan mencegah
insufisiensi.
Korban dikatakan hampir tenggelam apabila korban dapat bertahan hidup dalam 24 jam
pertama. Apabila tidak dilakukan penanganan segera maka sebagian besar pasien mengalami
kerusakan organ yang multipel dimana otak merupakan organ yang sangat peka dalam hal ini.
Patofisiologi korban hampir tenggelam sangat tergantung kepada jumlah dan sifat cairan
yang terhisap serta lamanya hipoksemia terjadi. Oleh sebab itu, tindakan di luar rumah sakit
atau di tempat kejadian tenggelam menentukan hasil tindakan di rumah sakit dan prognosa
selanjutnya.
Untuk pengelolaan, korban hampir tenggelam dikategorikan berdasarkan status neurologis.
Kategori A dan B biasanya membutuhkan perawatan medis supportif sedangkan penderita
yang termasuk dalam kategori C membutuhkan tindakan untuk mempertahankan kehidupan
dan perawatan intensif. Juga harus dicari dan ditangani trauma yang timbul, seperti masalah
kejang.