Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Salsabila Firdausi
41161096100058
Disusun Oleh:
Salsabila Firdausi
NIM: 41161096100058
Penguji
( )
D. Tatalaksana
Non-farmakologi
- Edukasi :
Jangka pendek:
Dijelaskan kembali tentang dampak keterlambatan pemakaian obat yang
benar
Dijelaskan kembali mengenai kemungkinan penyebab penyakit.
Dijelaskan bahwa penyakit scabies merupakan penyakit yang menular
Diajarkan kembali nama, warna, bentuk, dan cara pemakaian obat skabies
Menganjurkan untuk berobat kembali apabila belum sepenuhnya pulih
Menyadarkan pentingnya menjaga higienitas diri sendiri dan lingkungan
Jangka panjang:
Mengedukasi kembali mengenai perjalanan penyakit skabies.
Memberitahu target terapi yang akan dicapai untuk skabies
Mengusahakan untuk sebisa mungkin memisahkan alat pribadi seperti
handuk, selimut, dan pakaian pasein dengan milik anggota keluarga yang
lain.
Menganjurkan untuk merebus pakaian, selimut, dan handuk pasien
Melibatkan keluarga pasien dalam proses edukasi.
- Farmakologi
Permetrin 5 % 30 mg dioleskan di seluruh tubuh kecuali muka, tidak boleh
terkena air selama 8-10 jam.
Chlorfeniramin maleas 3 x 2 mg
Amoxicillin syrup 3 x 250 mg/5 ml
Pengobatan yang dapat diberikan pada Skabies berupa obat topikal dengan syarat obat yang
ideal adalah obat harus efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan
tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai paaian dan mudah
diperoleh serta harganya murah. Jenis obat topikal yang dapat diberkan berupa Sulfur
presipitaturm 4-20%, Emulsi benzyl-benzoas 20-25%, Gama benzene heksa klorida 1%
(gameksan), Krotamin 10% dan Permetrin 5%.1 Pada pasien ini saya meresepkan dua obat, yaitu
Permetrin 5% dan Cetirizine sirup untuk obat gatalnya. Permetrin 5% dipilih pada pasien ini
karena Permetrin 5% kurang toksik dibandingkan gameksan dengan efektivitas yang sama.
Pemakaian Permetrin yang cukup sekali juga sangat cocok diberikan pada pasien ini yang
usianya masih tergolong anak-anak. Selain mempertimbangkan hal tersebut, pemilihan Permetrin
sebagai pilihan terapi adalah karena di Puskesmas hanya tersedia Permetrin sebagai obat untuk
Skabies.
Selain memberikan terapi farmakologis, saya juga memberikan terapi non farmakologis
berupa edukasi mengenai penyakit Skabies yang dapat menular, cara mencegah penularan, pola
hidup bersih dan sehat dan edukasi cara penggunaan obat dan pentingnya pengobatan untuk
seluruh anggota keluarga yang terkena penyakit yang sama.
Tindakan yang saya rasakan masih kurang adalah pada saat anamnesis pasien anak ini,
saya tidak menggali mengenai riwayat penyakit dahulu yang lain, riwayat kehamilan dan
persalinan, tumbuh kembang dan imunisasi. Selain itu, saya juga kurang menggali mengenai
riwayat sosial pasien, terutama mengenai pola hidup pasien yang meliputi penggunaan air bersih,
penggunaan alas kaki, jenis lantai rumah dan ada tidaknya riwayat sering bermain di kebun.
Selain anamnesis mengenai pasien, pada pasien anak juga perlu ditanyakan mengenai identitas
orang tua. Pada hal ini, saya tidak menanyakan kepada orang tua.
Pada bagian pemeriksaan fisik saya merasa masih perlu untuk belajar telaten dan bersabar
dalam menghadapi pasien anak yang hampir keseluruhan selalu menangis saat berobat ke dokter.
Anak biasanya merasa takut terhadap dokter karena adanya trauma pernah disuntik atau terdapat
adanya ketakutan yang ditanamkan oleh orang tua yang sering menakuti anaknya akan disuntik
oleh dokter. Pada hal ini, seharusnya saya juga menasihati orang tua agar tidak menakuti
anaknya dengan dokter yang akan menyuntik anaknya, sehingga anak tidak merasa takut
sebelum berobat.
Saya merasa kurang pada bagian edukasi mengenai penyakit Skabies, saya seharusnya
melengkapi edukasi mengenai penyebab sakit Skabies, cara penularan, komplikasi yang
ditimbulkan dan prognosis penyakit. Hal tersebut tidak saya lakukan karena saya masih belum
terbiasa mengedukasi pasien dan masih merasa terburu-buru karena pasien Puskesmas banyak,
sehingga saya masih harus banyak berlatih untuk melakukan edukasi yang lengkap, tepat dan
tetap efisien dalam memanfaatkan waktu. Selain itu, edukasi yang saya berikan mengenai PHBS
juga belum sempurna karena saya kurang menggali pada anamnesis mengenai riwayat sosial
pasien.
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yaitu mengenai
anamnesis pasien yang kurang komprehensif dan waktu pelayanan pasien yang sangat singkat.
Hal tersebut dikarenakan jumlah pasien puskesmas yang sangat banyak dengan waktu pelayanan
yang singkat. Selain itu, kurangnya penilaian terhadap diagnosis banding yang mungkin pada
kasus ini menyebabkan anamnesis belum lengkap kepada pasien.
Selain itu, fungsi promotif penyakit menular pada komunitas yang masih kurang
menyebabkan pengetahuan masyarakat mengenai Skabies masih belum baik. Hal tersebut
selanjutnya menyebabkan pasien akan sering berkunjung ke puskesmas tanpa disertai adanya
pencegahan terhadap penularan penyakit.
Hal yang dapat dipelajari untuk perbaikan kedepannya adalah saya perlu berlatih lebih
sering untuk meningkatkan kemampuan analisis masalah penyakit yang baik, sehingga dapat
memikirkan kemungkinan berbagai diagnosis banding terhadap suatu penyakit. Saya harus lebih
giat lagi dalam membaca dan mengetahui poin-poin penting pada suatu penyakit. Mempelajari
kembali pedoman pelaksanaan praktik klinis di layanan primer terutama puskesmas sehingga
mengetahui minimal pelayanan yang harus diberikan, tenaga kesehatan yang diperlukan dan
mengetahui mengenai alur pelayanan pasien.
Nilai agama yang dapat saya ambil dari kasus ini adalah saat saya mengedukasi
kepada pasien untuk bersabar dalam menjalani pengobatan hingga diberikan kesembuhan oleh
Allah SWT. Dengan kesabaran beliau yang sangat luar biasa, Allah SWT memujinya dalam Al-
Quran dalam QS. Shaad ayat 44 yaitu:
“Dan ambilah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan
janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang
yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh dia sangat taat (kepada Allah).” (QS.
Shaad: 44)
Saya juga belajar bahwa memiliki bekal ilmu yang mumpuni dalam menghadapi pasien
itu sangat penting, sehingga perilaku rajin dalam belajar dan keingintahuan yang besar sangat
diperlukan di bidang kedokteran. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
Artinya: “Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan.” (H.R. Ibnu Abdil Barr).5
Pada kasus ini saya juga belajar mengenai pentingnya kebersihan diri dan lingkungan,
bahwa salah satu faktor terjadinya penyakit berasal dari kebersihan yang tidak baik. Islam
mengajarkan mengenai kewajiban menjaga kebersihan, sebagaimana Hadit Nabi Muhammad
SAW berikut:
Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT itu suci dan menyukai hal-hal yang suci. Dia Maha bersih
dan menyukai kebersihan. Dia Maha mulia dan menyukai kemuliaan. Dia Maha indah dan
menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu dan jangan meniru orang-orang
Yahudi. (H.R. Tirmidzi).6
Daftar Pustaka :
1. Djuanda, A., et all. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013.
2. Kementerian Kesehatan. 2014. Panduan Parktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
3. Anonim. 2017. Sabar, Dalil dalam Al Quran dan Hadits tentang Sabar.
http://www.berbagaireviewers.com/ diunggah pada tanggal 8 November 2018.
4. Al Quran dan terjemahannya.
5. Al Hafidz, A. 2015. Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu. http://www.dic.or.id/
diunggah pada tanggal 8 November 2018
6. Anonim. 2017. Muslim Harus Mencintai Kebersihan. http://www.suaramuslim.net/
diunggah pada tanggal 8 November 2018.
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :
b. Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan gatal dan timbul bercak kemerahan yang sudah bernanah pada sela jari
tangan, jari kaki, dan ketiak sejak 3 minggu yang lalu.
E. Diagnosis Holistik
- Aspek personal
Pasien mengeluhkan bercak kemerahan gatal di tangan, kaki, dan ketiak 3 minggu
yang lalu.
Pasien berharap keluhannya segera membaik, agar dapat beraktivitas kembali
dengan normal.
Pasien merasa keluhannya ini disebabkan oleh alergi makanan
Selama keluhan muncul pasien sudah pernah berobat namun tidak membaik
- Aspek klinis
Skabies impetigenisata
- Aspek faktor internal
Pasien tidur satu kasur dengan kakaknya yang menderita keluhan serupa
Pasien sering menggunakan barang pribadi bersama, seperti baju
- Aspek faktor eksternal
Riwayat keluarga ada yang mengalami keluhan serupa sebelum pasien, yaitu kakak
pasien
Pasien mandi dengan sabun batang bersama semua anggota rumah
Ketidaktahuan orang tuatentang penularan penyakit
- Aspek skala fungsional
Derajat 1
1.2. TATALAKSANA
Non-farmakologi
- Edukasi :
Jangka pendek:
Dijelaskan kembali tentang dampak keterlambatan pemakaian obat yang
benar
Dijelaskan kembali mengenai kemungkinan penyebab penyakit.
Dijelaskan bahwa penyakit scabies merupakan penyakit yang menular
Diajarkan kembali nama, warna, bentuk, dan cara pemakaian obat skabies
Menganjurkan untuk berobat kembali apabila belum sepenuhnya pulih
Menyadarkan pentingnya menjaga higienitas diri sendiri dan lingkungan
Jangka panjang:
Mengedukasi kembali mengenai perjalanan penyakit skabies.
Memberitahu target terapi yang akan dicapai untuk skabies
Mengusahakan untuk sebisa mungkin memisahkan alat pribadi seperti
handuk, selimut, dan pakaian pasein dengan milik anggota keluarga yang
lain.
Menganjurkan untuk merebus pakaian, selimut, dan handuk pasien
Melibatkan keluarga pasien dalam proses edukasi.
- Farmakologi
Permetrin 5 % dioleskan di seluruh tubuh kecuali muka, tidak boleh terkena air
selama 8-10 jam.
Chlorfeniramin maleas 3 x 2 mg
Amoxicillin syrup 3 x 250 mg/5 ml
R/ Amoxicillin syr 250 mg fl No. I
ʃ 3 dd 1 cth pc (Habiskan)
R/ Permetrin 5 % tube 30 mg No. I
ʃ 1 dd (dioleskan seluruh permkaan kulit kecuali muka, tidak boleh terkena air 8 jam)
R/ Chlorfeniramin maleas 4 mg No.X
ʃ 3 dd tab ½ pc
DOKUMENTASI
LAPORAN KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Selasa kelompok kami tiba di Puskesmas Pasar Kemis pada pukul 08.00
pagi. Saya bertugas di bagian Farmasi. Ruang farmasi berukuran sekitar 3 x 4 meter,
terdapat 2 lemari untuk menyimpan obat, 2 meja besar dan 2 kursi untuk memberikan obat
di bagian loket 1 meja dan kusi sedang untuk tempat menggerus obat. Ventilasi dan
pencahayaan cukup baik karena terdapat jendela yang ukurannya lebih besar untuk
memberikan obat kepada pasien dibanding jendela di poli lainnya. Kebersihan di bagian
farmasi cukup baik. Petugas farmasi disana ada 1 orang, bukan lulusan sarjana farmasi.
Selain itu juga dibantu 1 orang asisten lulusan SMK keperawatan.
Sekitar pukul 08.30 WIB, bagian farmasi mulai bekerja beberapa menit setelah poli
umum, poli anak, poli KIA dan poli gigi dimulai. Mulai ada beberapa resep yang masuk ke
dalam loket farmasi. Alur pelayanan di bagian farmasi adalah pertama pasien memasukan
resep dari dokter melalui loket lalu petugas memberikan obatnya dan menjelaskan secara
lisan bagaimana aturan meminum obat tersebut. Lalu pasien harus memasukan koin
kedalam kotak kepuasan pelayanan, setelah itu pasien baru bisa mendapatkan obatnya.
Kemudian saya mengambil satu kasus yang sangat menarik di bagian poli farmasi,
yaitu seorang ibu usia 50 tahun dengan diagnosis herpes zoster. Keluhan diawali dengan
timbul bintil kemerahan pada perut sejak 1 hari yang lalu. Bintil merah dirasakan nyeri,
seperti ditusuk-tusuk. Bintil kemerahan tidak dirasakan gatal. Pasien juga mengeluh
demam sesaat setelah mncul bintil kemerahan. Gatal paling dirasakan saat tidak
beraktifitas dan malam hari. Pasien mengaku saat kecil pernah menderita cacar air. Dan
akhir-akhir ini pasien merasa kelelahan oleh pekerjaan rumah yang dikerjakannya sendiri
karena anak pasien sedang bekerja diluar kota. Dokter memberikan obat-obatan antara lain
asiklovir tablet sebanyak 5 x 800 mg, parasetamol 3 x 500 mg, dan bedak salisil. Pada saat
itu persediaan obat asiklovir tablet sedang kosong, kemudian petugas menyarankan untuk
menggantinya dengan obat amoxicillin yang merupakan obat antibiotik spektrum luas.
Sedangkan yang saya ketahui bahwa herpes zoster adalah salah satu penyakit yang
disebabkan oleh virus. Kemudian saya mencoba menjelaskan kepada beliau bahwa
pemberian antibiotik tidak akan memberikan efek terapi pada herpes zoster tersebut. Pada
akhirnya saya meresepkan kembali untuk pasien agar dapat membeli obat asiklovir di
apotek luar. Saya juga menjelaskan mengenai cara penggunaan bedak salisil yang
digunakan setelah mandi dan setelah kulit dikeringkan dengan handuk tanpa
menggosoknya agar menghindari pecahnya lenting pada perut pasien.
B. Nomor Rekam Medik : 308
C. Diagnosis : Herpes zoster
D. Tatalaksana
Non-farmakologi
Menjaga kebersihan dengan tetap mandi 2 kali sehari
Tidak menggosok lenting saat mengeringkan tubuh dengan handuk
Istirahat cukup, makan dengan teratur.
Jangan menggaruk lesi
Farmakologi
Asiklovir tablet 5 x 800 mg selama 7 hari
Parasetamol tablet 3 x 500 mg bila demam atau nyeri
Bedak salisil 3 x sehari pada lenting.
A. Deskripsi Kegiatan
Setiap hari Selasa, PKM Pasar Kemis mengadakan kegiatan luar puskesmas yaitu
POS GIZI. Saat itu saya ikut serta dalam kegiatan tersebut di Desa Pangadengan. Sekitar
pukul 09.00 WIB, saya dan Bu Sulastri yang merupakan petugas puskesmas bagian gizi
berangkat ke lokasi pos gizi. Bu Sulastri merupakan lulusan Jurusan Gizi. Gedung yang
dipakai untuk pos gizi adalah rumah Bu Lurah Desa Pangadegan. Jarak Pos Gizi saat itu
sekitar 5 km dari Puskesmas Pasar Kemis. Kegiatan Pos Gizi ini selalu dilakukan di
rumah Pejabat desa yang sedang giliran mendapatkan penanganan gizi. Pos Gizi
merupakan kegiatan eksternal yang diadakan oleh Puskesmas Pasar Kemis yang
bertujuan untuk memperbaiki gizi pada anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.
Kegiatan eksternal ini diadakan selama 40 hari pada 1 desa. Sasaran dari kegiatan ini
adalah anak usia 1-5 tahun yang terdiagnosis gizi kurang dan gizi buruk. Kegiatan ini
berisi penyediaan makanan bergizi yang sudah diatur menunya sesuai dengan kebutuhan
gizi masing-masing peserta.
Kegiatan Pos Gizi dimulai dengan penjemputan peserta pos gizi bersama ibunya
di rumahnya masing-masing dengan menggunakan motor roda tiga (pick up) sekitar
pukul 8.30 WIB. Semua peserta Pos Gizi dan ibu akan diantar ke rumah Bu Lurah Desa
Pangadengan dan sampai di lokasi sekitar pukul 9.00 WIB. Di lokasi Pos Gizi, peserta
akan mendapatkan makanan berupa nasi, lauk pauk, snack, minum, dan buah. Makanan
yang disediakan untuk masing-masing peserta harus habis di tempat. Karena makanan
saat itu merupakan menu tambahan selain jadwal makan wajib 3 kali sehari. Sehingga
anak-anak peserta Pos Gizi diwajibkan makan 4 kali sehari selama kegiatan Pos Gizi.
Menu yang diberikan merupakan menu yang sudah ditentukan oleh ahli gizi dan dimasak
oleh para kader desa yang sudah mengikuti pelatihan di pusat.
Pada saat waktu makan, peserta pos gizi terlihat cukup antusias untuk
menghabiskan makanan yang disediakan. Saat itu ada satu peserta yang terlihat kurang
antusias untuk menghabiskan makanannya. Namanya Bambang, usia 3 tahun. Saat itu
saya tertarik untuk menanyakan kondisi Bambang yang terlihat malas makan. Anak
tersebut terlihat hanya duduk-duduk saja, tidak berlari-larian seperti anak yang lain.
Ternyata anak tersebut belum bisa berjalan meskipun usianya sudah 3 tahun. Pasien
belum dapat berjalan hingga saat ini usia 3,2 tahun. Saat ini pasien baru bisa mengesot,
Pasien mampu berdiri sendiri sekitar 15 detik. Namun tidak dapat melangkahkan
kakinya. Keluhan demam, batuk, pilek, disangkal. Riwayat imunisasi pasien lengkap.
Pasien saat ini juga belum dapat berbicara jelas, hanya berupa panggilan mama , papa,
mamam, dan mak. Komunikasi pasien dengan orang tuanyalebih sering dengan
menangis. Saat ini pasien datatang rutin di pos gizi untuk mendapatkan terapi berupa
pemberian nutrisi tambahan setiap pukul 10.00 WIB. Selain itu, pasien sering mengalami
batuk dan pilek. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Pola makan
sehari-hari tidak teratur hanya 1 kali/hari, dengan komposisi makanan nasi dan tempe
saja. Setiap harinya pasien aktif bermain dengan teman sebayanya meskipun dengan cara
megesot. Riwayat kelahirannya, pasien merupakan anak pertama lahir usia kehamilan 8
bulan, BB 2800 gram, ditolong dokter dan sempat harus didorong bagian perutnya ke
bawah oleh dokter spesialis obgyn. Pasien tidak langsung menangis. Pasien juga rutin
selalu ikut imunisasi, yaitu BCG 1 kali, campak 1 kali, DPT 3 kali, Hib 3 kali, polio 4
kali. Pasien selama ini mendapatkan ASI selama 3 tahun dan mulai mendapat MPASI
usia 6 bulan. Pasien tidak mau minum susu formula sampai sekarang. Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan pasien yaitu pasien dapat duduk tanpa pegangan dan
menoleh ke arah suara saat usia 9 bulan. Pasien dapat berdiri tanpa bantuan mulai usia 2
tahun, namun sampai sekarang pasien belum bisa berjalan. Pada saat pemeriksaan
fisik,terlihat perbedaan pada ekstremitas bawahnya, keduanya tampak atrofi dan telapak
kaki yang tampak datar tanpa lengkungan (flat foot).
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik saya mendiagnosis sebagai delay speech,
gangguan perkembangan susp. flat foot dan gizi kurang. Kemudian saya tentukan
pemberian nutrisi yang harus terpenugi dan menyarankan untuk segera ke dokter anak
tumbuh kembang.
Saya menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang mungkin terjadi pada
anak tersebut mengapa belum dapat berjalan dan timbulnya komplikasi apabila tidak
segera dibawa ke dokter anak.
B. Diagnosis Holistik
- Aspek personal
Pasien datang dibawa oleh ibunya untuk rutin terapi gizi di pos gizi. Namun
sampai saat ini pasien belum dapat berjalan dan berbicara jelas hingga usia 3,2
tahun. Ibu pasien khawatir anaknya tidak dapat berjalan saat dewasa. Ibu
berharap anak segera sembuh.
- Aspek klinis
Global delay development
C. Tatalaksana Non-farmakologi
Menu Harian
Nasi
(setengah
Pagi porsi) Sayur bayam & susu 250 cc Telur mata Sapi
(100 kkal) (18 kkal) & (167 kkal) (110 kkal) 395 kkal
Nasi (setengah
Siang porsi) Tumis wortel & papaya Ikan tongkol goreng
(100 kkal) (65 kkal) & (46 kkal) (200 kkal) 411 kkal
Nasi (setengah
Malam porsi) Tumis buncis & Telur rebus
1158 kkal
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS
Hal yang dapat dipelajari untuk perbaikan kedepannya adalah saya harus lebih
banyak berlatih untuk anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis. Selain itu
saya juga harus lebih mempersiapkan diri sebelum saya resmi menjadi dokter nantinya, saya harus
sering membaca dan merangkum sebuah benang merah pada setiap penyakit. Selain itu juga
sebagai petugas penanggujawab pos gizi seharusnya melaporkan apabila da suatu kelainan pada
peserta pos gizi kepada dokter yang ada di puskesmas sehingga dapat ditatalaksana lebih awal.
Hal yang saya pelajari tekait dengan nilai professionalism adalah dokter sebagai
manager. Maksud kata manager pada kasus ini bukan hanya diartikan dokter sebagai pengatur
program atau kebijakan pada instansi layanan kesehatan saja namun juga sebagai seorang
yang dapat mengatur kesistematisan dalam memeriksa pasien agar lebih efektif.
Daftar Pustaka :
BERKAS KELUARGA
Nama Mahasiswa :
Salsabilla Firdausi
Kelompok : 10
Nama Pembimbing : dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D dan dr. Hj. Salwah
I. Identitas Keluarga
Keluarga orang tua usia pertengahan dengan 2 anak tinggal dalam satu rumah. Salah
satu anak sudah memiliki pasangan dan mempunyai 1 anak yang juga tinggal dalam
rumah ini. Seluruh anggota keluarga hidup dengan harmonis.
g. Genogram
II. Keadaan Rumah
Dapur Kamar
Mandi
Ruang
sholat
Kamar
pasien dan
orang tua
Ruang Tamu
dan ruang
keluarga Kamar kakek,
nenek, dan
tante pasien
Teras Rumah
b. Jenis lantai: plesteran semen pada ruang dapur, berubin pada ruang tamu, kamar dan
kamar mandi
e. Apakah dapat membaca dan tulisan/ huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu
listrik pada siang siang hari? bisa
A. Setiap hari
C. 1 minggu sekali
E. 1 bulan sekali
G. Lainnya ….
A. Perintah ayah
B. Perintah ibu
F. Lainnya …
Keluarga ini setiap hari berkumpul di rumah. Mayoritas keluarga tidak bekerja. Ayah
pasien bekerja sebagai tukang bangunan yang dibayar bulannya sekitar Rp 25.000,00
per hari, sedangkan ibu pasien hanya sebagai ibu rumah tangga. Kakek dan nenek
pasien tidak bekerja dan hanya mengandalkan pemasukan dari ayah pasien, Tante
pasien masih bersekolah menengah atas di daerah dekat rumah. Hubungan seluruh
anggota keluarga berjalan dengan baik, hal ini didukung dengan frekuensi komunikasi
antar anggota keluarga yang terjadi setiap hari.
V. Kebutuhan Keluarga
Anggota keluarga setiap hari mengonsumsi makanan yang disiapkan oleh ibu dan nenek
pasien, lalu dihidangkan di rumah. Makanan yang dihidangkan cukup memenuhi
kebutuhan kalori tiap anggota keluarga dengan komposisi didominasi karbohidrat, protein,
dan serat, serta jarang mengonsumsi susu dan buah. di keluarga tidak ada yang memiliki
kebiasaan minum alcohol maupun merokok. Seluruh anggota keluarga juga tidak memiliki
waktu khusus untuk berolahraga.
4. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah: Tidak ada
1. Jenis pekerjaan :
Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah : Tidak
tercukupinya kebutuhan keluarga
Suatu keluarga majemuk yang tinggal bersama dalam satu rumah. Area tempat
tinggal cukup bersih dan mudah dijangkau dengan kendaraan. Ayah pasien bekerja tukang
bangunan. Ibu pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, nenek, kakek, dan tante pasien
tidak bekerja.
Stress sosial yang mungkin terjadi pada keluarga ini tidak tercukupinya kebutuhan
sehari-hari dalam keluarga. Keluarga tidak menjadi anggota perkumpulan sosial di
lingkungannya dan dihormati sewajarnya.
Sasaran
No Masalah Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan Cara Pembinaan
Individu
1. Gizi kurang Meningkatkan - Menjelaskan mengenai • Memastikan pasien rutin Seluruh anggota
kesadaran keluarga gizi pasien menghadiri kegiatan pos keluarga
pasien mengenai gizi yang diadakan oleh
pentingnya
- Menjelaskan risiko yang
Puskesmas Pasar Kemis
pemenuhan gizi mungkin terjadi dengan
keadaan pasien seperti ini • Memantau pemberian
cukup pada anak
- Menjelaskan bagaimana makan sehari-hari
pasien
cara mencukupi gizi
pasien • Memantau pertumbuhan
dan perkembangan
pasien dengan
pencatatan di buku KIA
• Memberitahukan jadwal
posyandu, agar pasien
datang
• Evaluasi pemahaman
keluarga pasien
Sasaran
No Masalah Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan Cara Pembinaan
Individu
1. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Kamis tanggal 15 November 2018 Puskesmas Pasar
Kemis mengadakan kegiatan luar puskesmas yaitu Penyuluhan.
Penyuluhan saat itu diadakan di Sebuah Sekolah Yaitu Yayasan MTs. Al-
Mu’awanah. Sekitar pukul 09.00 WIB, saya bersama petugas Puskesmas
yaitu dr Hani da Kak Lili berangkat ke lokasi. Lokasi penyuluhan berjarak
sekitar 4 km dari Puskesmas. Kami menuju lokasi dengan menggunakan
kemdaraan motor dan membawa laptop, sound system, dan proyektor.
Kegiatan penyuluhan ini sudah dilaksanakan hari ke 2 pelaksanaan. Target
sekolah yang menjadi tempat penyuluhan terdapat 8 sekolah yang sudah
dipilih oleh pemegang program, yaitu dr. Hani. Target peserta penyuluhan
saat ini adalah anak sekolah tingkat SMP, karena kegiatan penyuluhan
sebelumnya sudah pernah dilakukan pada anak-anak tingkat SMA.
Kegiatan penyuluhan dimulai tepat pukul 10.30 WIB. Para peserta
yag merupakan murid MTs Al-Mu’awanah dari kelas 1 hingga kelas 3.
Murid-murid dikumpulkan di dalam dua kelas yang disatukan. Dalam
penyuluhan tersebut terdapat 3 materi yang dibawakan, yaitu tentang
Bahaya NAPZA, Anemia, dan Cara Mencegah HIV/AIDS. Materi
penyuluhan yang saya sampaikan adalah tentang anemia. Yaitu berisi
tentang pengertian, gejala dan tanda, dampak pada tubuh, serta apa yang
harus dilakukan oleh murid-murid untuk mencegah terjadinya anemia.
Dalam kegiatan tersebut, murid-murid MTs Al-Muawanah cukup antusias
untuk mendengarkan penyuluhan yang saya sampaikan. Setelah materi
tentang anemia selesai saya sampaikan, dibuka sesi pertanyaan. Ada 2
anak yang bertanya yaitu tentang mengapa kejadian anemia lebih banyak
pada jenis kelamin perempuan dan apa yang harus dilakukan selain makan
makanan tinggi zat besi untuk mencegah anemia.
Saat itu saya menjelaskan, bahwa pada perempuan terdapat masa
menstruasi setiap bulannya yang dapat mengurangi jumlah darah di dalam
tubuh. Sehingga kemungkinan kejadian anemia tinggi pada wanita.
Meskipun seperti itu, murid laki-laki juga harus waspada karena anemia
tidak terjadi pada yang berjenis kelamin perempuan saja. JAwaban untuk
pertanyaan kedua yaitu terdapat larangan yang tidak boleh dilakukan. yaitu
meminum teh dan kopi setelah makan daging-dagingan, Karena dapat
menghambat penyerapan zat besi. Selain itu saya menyarankan setelah
makan makanan yang tinggi zat besi, sebaiknya setelah itu minum es jeruk
atau jus buah yang banyak mengandung vitamin C, yang membantu
penyerapan zat besi sehingga ebutuhan zat besi tubuh tercukupi dan
terhindar dari anemia.
Kemudian saya bertanya menu makanan setiap harinya pada
beberapa anak. Dari 5 anak yang menjawab, ternyata ada 1 anak yang
tidak menyukai daging-dagingan. Saat itu saya menyarankan untuk tetap
mengkonsumsi kacang-kacangan, bayam dan kedelai dan memberitahu
bahwa kandungan zat besi dalam makanan tersebut tidak setinggi pada
daging-dagingan sehingga harus mengkonsumsi lebih banyak jumlah
sayuran untuk mencapai jumlah zat besi yang dibutuhkan.
Selain materi tentang anemia, pada penyampaian tentang NAPZA
dan penyakit HIV/AIDS murid-murid juga cukup antusias, meskipun ada
beberapa yang mengobrol satu sama lain. Namun, pada saat ditampilkan
video tentang bahaya narkoba, semua murid terlihat sangat tertarik dan
sangat menyimak videonya. Kegiatan penyuluhan ini selesai pukul 11.30
WIB diakhiri dengan sesi bersalaman dan foto bersama.
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS
Daftar Pustaka :
1. Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku
Penyuluhan. Jakarta: 2012.
2. Effendy. Skripsi : Identifikasi masalah pada penyuluhan kesehatan.
Repository usu : 2013
3. Amanah, S. Makna penyuluhan dan Transformasi perilaku manusia. Jurnal
Penyuluhan, Maret 2007, Vol 3, No.1 : Jakarta
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Sabtu 10 November 2018, kami berada di Pondok
Pesantren Darul Muttaqin di Desa Pangadegan. Saya dan teman-teman
mendapat kesempatan untuk melakukan penyuluhan ke pesantren tersebut
atas rekomentasi dari puskesmas Pasar Kemis karena masih dalam
jangkauan puskesmas Pasar Kemis dan cukup mudah birokrasi dengan
pengurus pesantren untuk melakukan penyuluhan ini. Penyuluhan ini
merupakan salah satu tugas wajib di dalam modul Ilmu Kedokteran
Komunitas. Pondok Pesantren Darul Muttaqin berjarak sekitar 3 km dari
Puskesmas dengan jumlah santri dan santriwati ± 1400 anak. Kegiatan
belajar mengajar di pesantren dari hari Senin hingga Sabtu dimulai dari
pukul 07.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB dan libur di hari Minggu.
Sebelum penyuluhan, kami melakukan survey terlebih dahulu ke pondok
Pesantren tersebut. Saya dan teman satu kelompok mendatangi pesantren
untuk bertemu dengan pengurus dan membicarakan mengenai perizinan
serta teknis untuk acara penyuluhan yang akan kami selenggarakan. Kami
bertemu dengan guru kemahasiswaan yaitu Pak Ali. Beliau sangat terbuka
dan senang dengan keberadaan kami untuk memberikan sedikit wawasan
baru bagi santri dan satriwati di pesantren ini. Dalam diskusi kami
membicarakan masalah kesehatan yang utama di pesantren ini agar kami
tahu materi yang akan kami bawakan saat penyuluhan. Kemudian setelah
perizinan kegiatan kami sudah disampaikan oleh Pak Ali kepada pimpinan
pesantren, kami diperbolehkan menyampaikan materi kami. Peserta
penyuluhan saat itu hanyalah santri tingkat SMP kelas 1-3 yang berjumlah
sekitar 800 santri.
Pada hari Sabtu, 17 November 2018, hari dimana kami
melaksanakan penyuluhan di pesantren Darul Muttaqin. Kami tiba di
lokasi pada pukul 09.00 WIB. Kami menunggu waktu istirahat santri yaitu
pukul 10.00 sambil berdiskusi susunan acara penyuluhan dengan guru
kemahasiswaan di kantor. Pada saat itu, Pak Ali menyampaikan bahwa
pemimpin pesantren menitipkan amanah kepada kami untuk membahas
mengenai bahaya LGBT. Sehingga terdapat materi tambahan yang kami
sampaikan dengan persiapan mendadak. Kemudian kami langsung menuju
aula pesantren yang sudah dispersiapkan alat bantu seperti proyektor dan
microphone, dan speaker oleh OSIS. Lima menit kemudian, acara dimulai
dan dibuka oleh MC yaitu teman saya yang bernama Zata Yuda Amaniko.
Acara di buka oleh MC, diawali dengan membaca surat alfatihah
bersama-sama dengan para santri. Kemudian MC menyampaikan susunan
acara yang terdiri dari 3 materi. Materi yang pertama tentang scabies oleh
saya, kemudian dilanjutkan materi kedua yaitu tentang bahaya LGBT dan
HIV. Sebelum masuk pada materi, MC memberikan yel-yel kepada para
santri agar tercipta suasana yang antusias dan semangat.
Sebelum dimulai materi pertama, dilaksanakan pretest tentang
scabies yang dipandu oleh teman saya, Syabila dan dibantu oleh Herlin
dan Iqbal. Kemudian saya lanjutkan dengan penyampaian materi tentang
scabies. Materi yang saya bawakan diawali dengan pengertian apa itu
scabies, gejala scabies, dan cara penularannya. Kemudian saya lanjutkan
tentang bagaimana jika sudah terkena scabies, apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Di akhir sesi saya mencoba
mencairkan suasana bersama santri dan santriwati dengan cara
memberikan kesempatan bertanya kepada mereka, namun yang
menjawabnya adalah temannya sendiri. Setelah itu saya juga tetap
menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut Para santri cukup antusias
untuk bertanya. Ada sekitar 5 anak yang bertanya dan kami sudah
menyiapkan hadiah berupa permen cokelat untuk yang aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan.
Lalu, dilanjutkan dengan materi kedua yaitu tentang bahaya LGBT
dan HIV/AIDS yang disampaikan oleh teman saya Zata. Lalu dilanjutkan
pelaksanaan post test. Kemudian penyuluhan diakhiri dengan doa bersama
dan sesi foto bersama.
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
Daftar Pustaka :
1. Notoadmojo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta. 2007.
2. Ann, M C., Daniel J. How to give good presentations. Harvard Unversity.
2015.
3. Cipolla R. How to prepare and deliver a presentation. Department of
Engineering University of Cambrigde. 2016.
DOKUMENTASI
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :
TTD
Nama Mahasiswa Salsabila Firdausi
……………………….
dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,
TTD ………………………
Nama Ph.D
Pembimbing dr. Haniarta Gemilang
TTD ………………………
Sari
LAPORAN KEGIATAN
MINI CEX KPKM
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Rabu tanggal 12 November 2018, saya dan kelompok
saya dijadwalkan kegiatan mini cex di KPKM Reni Jaya dengan penguji
dr. Marita Fadhilah, PhD. Namun, karena beliau berhalangan hadir
kemudian digantikan oleh dr Mutia selaku dokter umum yang bertugas di
KPKM Renijaya. Kami melakukan kegiatan mini cex di salah satu ruang
poli di KPKM. Saya mendapatkan urutan ketiga dalam ujian mini cex.
Saya diberi rekam medis oleh penguji kemudian saya memeriksakan
pasien di depan dr. Mutia sebagai penguji.
Saat itu saya mendapatkan pasien seorang perempuan berusia 62
tahun. Saya mempersilahkan pasien masuk, memberi salam dan
memperkenalkan diri sebagai dokter muda. Kemudian saya melakukan
anamnesis mulai dari keluhan utama hingga riwayat sosial dan kebiasaan.
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 minggu yang lalu.
Nyeri kepala dirasakan berdenyut di seluruh bagian kepala. Keluhan
dirasakan hilang timbul dan berkurang saat istirahat. Keluhan sering
muncul saat pasien selesai mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci
piring dan mencuci baju.Terkadang nyeri kepala disertai rasa pusing
berputar. Keluhan mual dan muntah disangkal. Keluhan nyeri dada
disangkal. Keluhan cepat lelah saat berjalan disangkal. Pasien riwayat
darah tinggi 20 tahun dan rutin berobat di klinik dan teratur minum obat
darah tinggi, keluhan berkurang dan membaik setelah minum obat. Pasien
juga memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun dan rutin minum
obat metformin 3 x 500 mg. Pasien juga mengeluhkan gangguan
penglihatan pada kedua matanya. Kedua mata pasien dirasakan seperti
tertutup awan, dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan kotoran mata
yang banyak pada saat bangun tidur, nyeri, dan gatal pada mata disangkal.
Keluhan batuk lama, demam, dan nafsu makan menurun juga disangkal.
Riwayat stroke, kolesterol, dan asam urat disangkal. Riwayat asma dan
alergi disangkal.Pada keluarga terdapat riwayat diabetes mellitus yaitu
ayah pasien. Pasien juga mengeluhkan sering BAK di makam hari, yaitu 2-
3 kali diantara waktu tidur pasien, sehingga menggangu waktu tidur
pasien. Keluhan sering lapar dan sering haus disangkal.
Pasien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Pasien dulu jarang
berolahraga, namun sudah 1 tahun terakhir berolahraga jalan pagi 1 kali
seminggu selama 20 menit. Kebiasaan merokok, minum alkohol,
penggunaan obat-obatan terlarang disangkal. Pasien suka makanan
bersantan dan gorengan.
Kemudian saya melakukan pemeriksaan fisik berupa tanda vital
dan status generalis. Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 160/90 mmHg, Nadi 80x, Suhu 36,9o C, frekuensi
napas 18x/menit, berat badan 69 kg, tinggi badan 153 cm. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan kekeruhan lensa di kedua mata, shadow test
positif pada mata kanan. Hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
pasien saya tulis di kertas status pasien.
Kemudian saya menyarankan pasien untuk melakukan
pemeriksaan gula darah. Namun karena pasien saat datang ke KPKM tidak
dalam keadaan puasa, pasien mengatakan terakhir makan saat jam 07.00,
maka saya sarankan untuk dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu.
Saat hasil gula darah sewaktu keluar, hasil yang didapatkan adalah 298
g/dl.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang saya mendiagnosis sebagai cephalgia ec. Hipertensi grade 2,
diabetes mellitus tipe 2, obesitas grade I, gula darah belum terkontrol obat
dan suspek Katarak senilis imatur OD, katarak senilis matur OS.
Kemudian saya tentukan tatalaksana yang sesuai dan menuliskan resep
obat.
Saya menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang
dialaminya, perjalanan penyakitnya, hal-hal apa saja yang harus dihindari
untuk mencegah timbulnya komplikasi serta aturan minum obat.
Kemudian saya juga memberikan motivasi kepada pasien agar tetap sabar
dalam menjalani pengobatan ini karena membutuhkan waktu yang cukup
lama dan keteraturan minum obat agar gula darah dan tensinya terkontrol
sehingga dapat mencegah terjadi komplikasi.
G. Diagnosis Holistik
- Aspek personal
Pasien mengeluhkan nyeri kepala, pasien juga sering
mengeluh terganggu tidurnya karena sering BAK pada
malam hari.
Pasien berharap keluhannya segera membaik, agar dapat
beraktivitas kembali dengan normal dan tidur lebih nyenyak.
Pasien merasa keluhannya ini disebabkan oleh komplikasi
dari darah tinggi dan gula darahnya yang tinggi
- Aspek klinis
Cephalgia ec Hipertensi gr 2
Diabetes mellitus tipe 2, obesitas, gula darah belum terkonrol.
Suspek Katarak senilis imatur OD, katarak senilis matur OS
- Aspek faktor internal
Riwayat keluarga menderita diabetes mellitus yaitu ayah pasien.
- Aspek faktor eksternal
Pasien dulu jarang berolahraga dan suka makanan bersantan dan
gorengan.
- Aspek skala fungsional
Derajat 1
H. Tatalaksana
Non-farmakologi
- Edukasi :
Jangka pendek:
Dijelaskan kembali tentang dampak keterlambatan/
ketidakteraturan minum obat.
Dijelaskan kembali mengenai asupan makanan serta diet
makan pada pasien DM dan hipertensi
Dijelaskan kembali mengenai berat badan yang ideal.
Dijelaskan kembali komplikasi akut DM dan hipertensi
Diajarkan kembali nama, warna, bentuk, dan cara pemakaian
OHO dan obat hipertensi
Menganjurkan setiap kali kontrol ditemani keluarga/ orang
terdekat.
Jangka panjang:
Mengedukasi kembali mengenai perjalanan penyakit DM
dan hipertensi
Memberitahu target terapi yang akan dicapai untuk DM dan
hipertensi.
Mengusahakan untuk memiliki alat cek gula darah sendiri
dirumah atau mengakses ke apotek atau puskesmas terdekat.
Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM dan
hipertensi.
Kondisi khusus yang dihadapi: puasa atau sakit.
Melibatkan keluarga pasien dalam proses edukasi.
- Terapi Nutrisi :
Diet dengan kebutuhan kalori:
Dengan makanan penukar:
pagi : nasi putih ± 6 sendok makan, sayur-sayuran, ayam ,
susu
siang: nasi putih ± 6 sendok makan, sayur/tumis, telur mata
sapi
sore: nasi putih ± 6 sendok makan, sayur/lalapan, lauk 1
potong daging tanpa lemak
malam atau cemilan diantara pagi atau sore: buah 1-2
potong
Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari yang setara dengan 1000-
3000 mg Na/hari
Farmakologi
Parasetamol 3 x 500 mg
Amlodipin 1 x 10 mg
Metformin 3 x 500 mg
d. Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Nyeri kepala dirasakan berdenyut di seluruh bagian kepala. Keluhan dirasakan
hilang timbul dan berkurang saat istirahat. Keluhan sering muncul saat pasien selesai
mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan mencuci baju.Terkadang
nyeri kepala disertai rasa pusing berputar. Keluhan mual dan muntah disangkal.
Keluhan nyeri dada disangkal. Keluhan cepat lelah saat berjalan disangkal. Pasien
riwayat darah tinggi 20 tahun dan rutin berobat di klinik dan teratur minum obat
darah tinggi, keluhan berkurang dan membaik setelah minum obat. Pasien juga
memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun dan rutin minum obat metformin 3
x 500 mg. Pasien juga mengeluhkan gangguan penglihatan pada kedua matanya.
Kedua mata pasien dirasakan seperti tertutup awan, dirasakan sejak 1 tahun yang
lalu. Keluhan kotoran mata yang banyak pada saat bangun tidur, nyeri, dan gatal
pada mata disangkal. Keluhan batuk lama, demam, dan nafsu makan menurun juga
disangkal. Riwayat stroke, kolesterol, dan asam urat disangkal.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien riwayat darah tinggi 20 tahun dan rutin berobat di klinik dan
teratur minum obat darah tinggi, keluhan berkurang dan membaik setelah minum
obat. Pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun dan rutin minum
obat metformin 3 x 500 mg. Riwayat stroke, kolesterol, dan asam urat disangkal.
Riwayat asma dan alergi disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat diabetes melitus pada keluarga didapatkan, yaitu ayah
pasien. Penyakit hipertensi, jantung, dan stroke pada keluarga disangkal.
Riwayat alergi pada keluarga disangkal.
I. Diagnosis Holistik
- Aspek personal
Pasien mengeluhkan nyeri kepala, pasien juga sering
mengeluh terganggu tidurnya karena sering BAK pada
malam hari.
Pasien berharap keluhannya segera membaik, agar dapat
beraktivitas kembali dengan normal dan tidur lebih nyenyak.
Pasien merasa keluhannya ini disebabkan oleh komplikasi
dari darah tinggi dan gula darahnya yang tinggi
- Aspek klinis
Cephalgia ec Hipertensi gr 2
Diabetes mellitus tipe 2, obesitas, gula darah belum terkonrol.
Suspek Katarak senilis imatur OD, katarak senilis matur OS
- Aspek faktor internal
Riwayat keluarga menderita diabetes mellitus yaitu ayah pasien.
- Aspek faktor eksternal
Pasien dulu jarang berolahraga dan suka makanan bersantan dan
gorengan.
- Aspek skala fungsional
Derajat 1
1.4. TATALAKSANA
Non-farmakologi
- Edukasi :
Jangka pendek:
Dijelaskan kembali tentang dampak keterlambatan/
ketidakteraturan minum obat.
Dijelaskan kembali mengenai asupan makanan serta diet
makan pada pasien DM dan hipertensi
Dijelaskan kembali mengenai berat badan yang ideal.
Dijelaskan kembali komplikasi akut DM dan hipertensi
Diajarkan kembali nama, warna, bentuk, dan cara pemakaian
OHO dan obat hipertensi
Menganjurkan setiap kali kontrol ditemani keluarga/ orang
terdekat.
Jangka panjang:
Mengedukasi kembali mengenai perjalanan penyakit DM
dan hipertensi
Memberitahu target terapi yang akan dicapai untuk DM dan
hipertensi.
Mengusahakan untuk memiliki alat cek gula darah sendiri
dirumah atau mengakses ke apotek atau puskesmas terdekat.
Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM dan
hipertensi.
Kondisi khusus yang dihadapi: puasa atau sakit.
Melibatkan keluarga pasien dalam proses edukasi.
- Terapi Nutrisi :
Diet dengan kebutuhan kalori:
Dengan makanan penukar:
pagi : nasi putih ± 6 sendok makan, sayur-sayuran, ayam ,
susu
siang: nasi putih ± 6 sendok makan, sayur/tumis, telur mata
sapi
sore: nasi putih ± 6 sendok makan, sayur/lalapan, lauk 1
potong daging tanpa lemak
malam atau cemilan diantara pagi atau sore: buah 1-2
potong
Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari yang setara dengan 1000-
3000 mg Na/hari
Farmakologi
Parasetamol 3 x 500 mg
Amlodipin 1 x 10 mg
Metformin 3 x 500 mg