You are on page 1of 70

PORTOFOLIO

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

Disusun Oleh:

Salsabila Firdausi

41161096100058

Pembimbing UIN Pembimbing Puskesmas Pasar Kemis

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, dr. Haniarta Gemilang Sari


Ph.D

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERIODE 28 OKTOBER-01 DESEMBER 2018
LEMBAR PENGESAHAN

PORTOFOLIO KEDOKTERAN KOMUNITAS

Diajukan kepada Program Studi Profesi Dokter


Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk Ujian Modul Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

Disusun Oleh:
Salsabila Firdausi
NIM: 41161096100058

Pembimbing UIN Pembimbing Puskesmas Pasar Kemis

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, dr. Haniarta Gemilang Sari


Ph.D

Penguji

( )

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERIODE 28 OKTOBER-01 DESEMBER 2018
LAPORAN KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS
Nama kegiatan : BP Anak
Tempat : Puskesmas Pasar Kemis
Tanggal : 7 November 2018
A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Rabu, tanggal 7 November 2018, pukul 08.00-12.00 kegiatan kami di
Puskesmas Pasar Kemis terbagi tugas masing-masing antara lain di BP Umum, BP Anak,
tugas keliling, dan Depo Farmasi. Pada hari itu saya bertugas di bagian BP anak. Ruang BP
anak berukuran sekitar 2,5 x 2,5 meter, terdapat 1 meja periksa, 1 unit lemari untuk
menyimpan berkas-berkas dan alat medis poli umum, 1 unit timbangan dewasa, 1
timbangan anak, meteran tinggi badan, dan tempat cuci tangan. Setiap harinya sekitar 10-
25 pasien berobat ke BP anak dengan satu dokter sebagai penanggung jawab poli anak.
Namun pada saat saya bertugas hari itu, dokter penanggung jawab poli anak sedang sibuk
mengurus penjaringan puskesmas. Sehingga poli anak hanya saya yang bertugas. Penyakit
yang paling banyak ditemui di poli anak meliputi ISPA, GEA, dan dermatitis. Ventilasi
dan pencahayaan pada ruangan cukup baik.
Poli dimulai tepat pada pukul 08.00 WIB. Datang seorang anak perempuan usia 7
tahun. Saya melakukan anamnesis kepada pasien tersebut. Pasien mengeluhkan gatal dan
timbul bercak kemerahan yang sudah bernanah pada sela jari tangan, jari kaki, dan ketiak
sejak 3 minggu yang lalu. Keluhan awalnya dirasakan di sela-sela jari kaki, kemudian
meluas sampai ke bagian tubuh yang lain seperti sela jari tangan dan ketiak. Keluhan gatal
dirasakan semakin hebat pada malam hari dan menyebabkan pasien sering terbangun
hampir setiap malam. Terkadang untuk mengurangi keluhan, ibu pasien menaburi tubuh
pasien dengan bedak bayi. Keluhan dinyatakan sedikit berkurang. Pasien juga sudah 3 hari
ini mengalami demam. Pasien tinggal dengan orang tuanya di rumah dan riwayat orang
sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yakni kakak
pasien. Kakak pasien merupakan santri di sebuah pesantren. Pasien sebelumnya sudah
pernah berobat di Puskesmas lain dan diberikan salep hidrocortison yang saat itu dibawa.
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal pasien. Riwayat alergi dan penyakit
atopi disangkal. Pasien mandi dua kali sehari dengan menggunakan air PDAM dan sabun
batang yang dipakai besama denagn adik, dan kedua orang tuanya. Pasien menyangkal
menggunakan handuk bergantian, namun pasien tidur satu kasur dengan kakaknya. Pasien
mencuci pakaian dengan deterjen. Riwayat alergi, diabetes mellitus, dan hipertensi dalam
keluarga disangkal. Kemudian saya melakukan pemeriksaan fisik berupa tanda vital dan
status generalis. Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah
120/70 mmHg, Nadi 88x, Suhu 37o C, frekuensi napas 20x/menit, berat badan 21 kg, tinggi
badan 115 cm. Status generalis dalam batas normal. Status dermatologis pasien pada kaki
kanan dan kiri, ketiak dan jari tangan kanan kiri terdapat papul eritematosa multiple,
berbentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran diskrit, disertai erosi dan ekskoriasi,
diantaranya tampak pustule multiple berbentuk bulat, berbatas tegas berukuran lentikuler
yang disertai krusta berwarna kuning. Hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
saya tulis di kertas status pasien dengan format SOAP.
Pemeriksaan status dermatologis pasien seharusnya dibantu dengan menggunakan
sikat dan kaca pembesar, namun alat tersebut tidak tersedia di puskesmas. Sehingga saya
menggunakan senter untuk mencari terowongan tungau.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang saya
mendiagnosis sebagai Skabies dengan infeksi sekunder. Kemudian saya tentukan
tatalaksana yang sesuai dan menuliskan resep obat.
Saya menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang dialaminya yaitu skabies,
perjalanan penyakitnya, hal-hal apa saja yang harus dihindari untuk mencegah timbulnya
komplikasi serta aturan pemakaian obat. Kemudian saya juga memberikan motivasi kepada
pasien agar tetap sabar dalam menjalani pengobatan ini karena masih terdapat
kemungkinan harus mengulang pengobatan apabila belum sepenuhnya pulih.
B. Nomor Rekam Medik : 4021
C. Diagnosis Holistik
- Aspek personal
 Pasien mengeluhkan bercak kemerahan gatal di tangan, kaki, dan ketiak 3
minggu yang lalu.
 Pasien berharap keluhannya segera membaik, agar dapat beraktivitas
kembali dengan normal.
 Pasien merasa keluhannya ini disebabkan oleh alergi makanan
 Selama keluhan muncul pasien sudah pernah berobat namun tidak membaik
- Aspek klinis
Skabies impetigenisata
- Aspek faktor internal
Pasien tidur satu kasur dengan kakaknya yang menderita keluhan serupa
Pasien sering menggunakan barang pribadi bersama, seperti baju
- Aspek faktor eksternal
Riwayat keluarga ada yang mengalami keluhan serupa sebelum pasien, yaitu kakak
pasien
Pasien mandi dengan sabun batang bersama semua anggota rumah
Ketidaktahuan orang tuatentang penularan penyakit
- Aspek skala fungsional
Derajat 1

D. Tatalaksana
Non-farmakologi
- Edukasi :
Jangka pendek:
 Dijelaskan kembali tentang dampak keterlambatan pemakaian obat yang
benar
 Dijelaskan kembali mengenai kemungkinan penyebab penyakit.
 Dijelaskan bahwa penyakit scabies merupakan penyakit yang menular
 Diajarkan kembali nama, warna, bentuk, dan cara pemakaian obat skabies
 Menganjurkan untuk berobat kembali apabila belum sepenuhnya pulih
 Menyadarkan pentingnya menjaga higienitas diri sendiri dan lingkungan

Jangka panjang:
 Mengedukasi kembali mengenai perjalanan penyakit skabies.
 Memberitahu target terapi yang akan dicapai untuk skabies
 Mengusahakan untuk sebisa mungkin memisahkan alat pribadi seperti
handuk, selimut, dan pakaian pasein dengan milik anggota keluarga yang
lain.
 Menganjurkan untuk merebus pakaian, selimut, dan handuk pasien
 Melibatkan keluarga pasien dalam proses edukasi.

- Farmakologi
 Permetrin 5 % 30 mg dioleskan di seluruh tubuh kecuali muka, tidak boleh
terkena air selama 8-10 jam.
 Chlorfeniramin maleas 3 x 2 mg
 Amoxicillin syrup 3 x 250 mg/5 ml

R/ Amoxicillin syr 250 mg fl No. I


ʃ 3 dd 1 cth pc (Habiskan)
R/ Permetrin 5 % tube 30 mg No. I
ʃ 1 dd (dioleskan seluruh permkaan kulit kecuali muka, tidak boleh terkena air 8 jam)
R/ Chlorfeniramin maleas 4 mg No.X
ʃ 3 dd tab ½ pc
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : BP Anak


Tempat : Puskesmas Pasar Kemis
Tanggal : 7 November 2018

A. Refleksikan perbedaan antara teori dan praktek yang dilakukan


Tindakan yang saya lakukan yang menurut saya benar adalah saya telah melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik dengan cukup baik, kemudian saya dapat menegakkan
diagnosis sesuai dengan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut. Pasien perempuan usia
7 tahun, adanya gejala bercak kemrahan pada kaki, tangan dan ketiak.Keluhan gatal dirasakan
lebih heabt di malam hari. Pasien tinggal dengan kakaknya yang mengalami keluahn yang sama,
dan merupakan santri pesantren. Penegakan diagnosis Skabies perlu ditemukan tanda cardinal
penyakit ini, yaitu pruritus nokturnal, terjadi secara kelompok, terdapat lesi berbentuk
terowongan (kunikulus) dan menemukan tungau. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
menemukan dua dari empat tanda cardinal tersebut.1 Diagnosis ditegakkan sesuai teori yang
disebutkan bahwa ditemukannya 2 dari 4 tanda cardinal scabies. Maka diagnosis klinis dapat
ditegakkan. Dimana tanda cardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna dan adanya orang di
sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama.

Pengobatan yang dapat diberikan pada Skabies berupa obat topikal dengan syarat obat yang
ideal adalah obat harus efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan
tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai paaian dan mudah
diperoleh serta harganya murah. Jenis obat topikal yang dapat diberkan berupa Sulfur
presipitaturm 4-20%, Emulsi benzyl-benzoas 20-25%, Gama benzene heksa klorida 1%
(gameksan), Krotamin 10% dan Permetrin 5%.1 Pada pasien ini saya meresepkan dua obat, yaitu
Permetrin 5% dan Cetirizine sirup untuk obat gatalnya. Permetrin 5% dipilih pada pasien ini
karena Permetrin 5% kurang toksik dibandingkan gameksan dengan efektivitas yang sama.
Pemakaian Permetrin yang cukup sekali juga sangat cocok diberikan pada pasien ini yang
usianya masih tergolong anak-anak. Selain mempertimbangkan hal tersebut, pemilihan Permetrin
sebagai pilihan terapi adalah karena di Puskesmas hanya tersedia Permetrin sebagai obat untuk
Skabies.
Selain memberikan terapi farmakologis, saya juga memberikan terapi non farmakologis
berupa edukasi mengenai penyakit Skabies yang dapat menular, cara mencegah penularan, pola
hidup bersih dan sehat dan edukasi cara penggunaan obat dan pentingnya pengobatan untuk
seluruh anggota keluarga yang terkena penyakit yang sama.

Tindakan yang saya rasakan masih kurang adalah pada saat anamnesis pasien anak ini,
saya tidak menggali mengenai riwayat penyakit dahulu yang lain, riwayat kehamilan dan
persalinan, tumbuh kembang dan imunisasi. Selain itu, saya juga kurang menggali mengenai
riwayat sosial pasien, terutama mengenai pola hidup pasien yang meliputi penggunaan air bersih,
penggunaan alas kaki, jenis lantai rumah dan ada tidaknya riwayat sering bermain di kebun.
Selain anamnesis mengenai pasien, pada pasien anak juga perlu ditanyakan mengenai identitas
orang tua. Pada hal ini, saya tidak menanyakan kepada orang tua.

Pada bagian pemeriksaan fisik saya merasa masih perlu untuk belajar telaten dan bersabar
dalam menghadapi pasien anak yang hampir keseluruhan selalu menangis saat berobat ke dokter.
Anak biasanya merasa takut terhadap dokter karena adanya trauma pernah disuntik atau terdapat
adanya ketakutan yang ditanamkan oleh orang tua yang sering menakuti anaknya akan disuntik
oleh dokter. Pada hal ini, seharusnya saya juga menasihati orang tua agar tidak menakuti
anaknya dengan dokter yang akan menyuntik anaknya, sehingga anak tidak merasa takut
sebelum berobat.

Saya merasa kurang pada bagian edukasi mengenai penyakit Skabies, saya seharusnya
melengkapi edukasi mengenai penyebab sakit Skabies, cara penularan, komplikasi yang
ditimbulkan dan prognosis penyakit. Hal tersebut tidak saya lakukan karena saya masih belum
terbiasa mengedukasi pasien dan masih merasa terburu-buru karena pasien Puskesmas banyak,
sehingga saya masih harus banyak berlatih untuk melakukan edukasi yang lengkap, tepat dan
tetap efisien dalam memanfaatkan waktu. Selain itu, edukasi yang saya berikan mengenai PHBS
juga belum sempurna karena saya kurang menggali pada anamnesis mengenai riwayat sosial
pasien.
Menurut pendapat saya, timbulnya perbedaan antara teori dan fakta yaitu mengenai
anamnesis pasien yang kurang komprehensif dan waktu pelayanan pasien yang sangat singkat.
Hal tersebut dikarenakan jumlah pasien puskesmas yang sangat banyak dengan waktu pelayanan
yang singkat. Selain itu, kurangnya penilaian terhadap diagnosis banding yang mungkin pada
kasus ini menyebabkan anamnesis belum lengkap kepada pasien.

Selain itu, fungsi promotif penyakit menular pada komunitas yang masih kurang
menyebabkan pengetahuan masyarakat mengenai Skabies masih belum baik. Hal tersebut
selanjutnya menyebabkan pasien akan sering berkunjung ke puskesmas tanpa disertai adanya
pencegahan terhadap penularan penyakit.

Hal yang dapat dipelajari untuk perbaikan kedepannya adalah saya perlu berlatih lebih
sering untuk meningkatkan kemampuan analisis masalah penyakit yang baik, sehingga dapat
memikirkan kemungkinan berbagai diagnosis banding terhadap suatu penyakit. Saya harus lebih
giat lagi dalam membaca dan mengetahui poin-poin penting pada suatu penyakit. Mempelajari
kembali pedoman pelaksanaan praktik klinis di layanan primer terutama puskesmas sehingga
mengetahui minimal pelayanan yang harus diberikan, tenaga kesehatan yang diperlukan dan
mengetahui mengenai alur pelayanan pasien.

Nilai agama yang dapat saya ambil dari kasus ini adalah saat saya mengedukasi
kepada pasien untuk bersabar dalam menjalani pengobatan hingga diberikan kesembuhan oleh
Allah SWT. Dengan kesabaran beliau yang sangat luar biasa, Allah SWT memujinya dalam Al-
Quran dalam QS. Shaad ayat 44 yaitu:

“Dan ambilah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan
janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang
yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh dia sangat taat (kepada Allah).” (QS.
Shaad: 44)

Saya juga belajar bahwa memiliki bekal ilmu yang mumpuni dalam menghadapi pasien
itu sangat penting, sehingga perilaku rajin dalam belajar dan keingintahuan yang besar sangat
diperlukan di bidang kedokteran. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:
Artinya: “Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan.” (H.R. Ibnu Abdil Barr).5

Pada kasus ini saya juga belajar mengenai pentingnya kebersihan diri dan lingkungan,
bahwa salah satu faktor terjadinya penyakit berasal dari kebersihan yang tidak baik. Islam
mengajarkan mengenai kewajiban menjaga kebersihan, sebagaimana Hadit Nabi Muhammad
SAW berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Allah SWT itu suci dan menyukai hal-hal yang suci. Dia Maha bersih
dan menyukai kebersihan. Dia Maha mulia dan menyukai kemuliaan. Dia Maha indah dan
menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu dan jangan meniru orang-orang
Yahudi. (H.R. Tirmidzi).6

Daftar Pustaka :
1. Djuanda, A., et all. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013.
2. Kementerian Kesehatan. 2014. Panduan Parktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer.
3. Anonim. 2017. Sabar, Dalil dalam Al Quran dan Hadits tentang Sabar.
http://www.berbagaireviewers.com/ diunggah pada tanggal 8 November 2018.
4. Al Quran dan terjemahannya.
5. Al Hafidz, A. 2015. Hadits tentang Kewajiban Menuntut Ilmu. http://www.dic.or.id/
diunggah pada tanggal 8 November 2018
6. Anonim. 2017. Muslim Harus Mencintai Kebersihan. http://www.suaramuslim.net/
diunggah pada tanggal 8 November 2018.
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Salsabila Firdausi TTD ……………………….

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,


TTD ………………………
Ph.D
Nama Pembimbing
dr. Haniarta Gemilang
TTD ………………………
Sari
LAMPIRAN
Kopi Rekam Medik
a. Identitas
Nama : An. R
Usia : 7 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pangadegan
Agama : Islam

b. Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan gatal dan timbul bercak kemerahan yang sudah bernanah pada sela jari
tangan, jari kaki, dan ketiak sejak 3 minggu yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang :


Keluhan awalnya dirasakan di sela-sela jari kaki, kemudian meluas sampai ke
bagian tubuh yang lain seperti sela jari tangan dan ketiak. Keluhan gatal dirasakan semakin
hebat pada malam hari dan menyebabkan pasien sering terbangun hampir setiap malam.
Terkadang untuk mengurangi keluhan, ibu pasien menaburi tubuh pasien dengan bedak bayi.
Keluhan dinyatakan sedikit berkurang. Pasien juga sudah 3 hari ini mengalami demam.
Pasien tinggal dengan orang tuanya di rumah dan riwayat oraing sekitar yang mengalami
keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien, yakni sepupu pasien yang sering diajak
bermain. Pasien sebelumnya sudah pernah berobat di Puskesmas lain dan diberikan salep
hidrocortison yang saat itu dibawa.

Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal pasien. Riwayat alergi dan penyakit
atopi disangkal.

Riwayat penyakit keluarga :


Riwayat alergi, diabetes mellitus, dan hipertensi dalam keluarga disangkal.
Riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama dibenarkan oleh ibu pasien,
yakni kakak pasien yang merupakan santri sebuah pesantren.
Riwayat sosial ekonomi :
Pasien tinggal dengan orang tuanya di rumah. Pasien mandi dua kali sehari
dengan menggunakan air PDAM dan sabun batang yang dipakai besama denagn adi, dan
kedua orang tuanya. Pasien menyangkal menggunakan handuk bergantian, namun pasien
tidur satu kasur dengan kakaknya. Pasien mencuci pakaian dengan deterjen.

1.1. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran : Compos mentis
KU : Baik
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/ menit
Nafas : 22 x/ menit
Suhu : 36.5 C
BB : 21 Kg
TB : 115 cm

Kepala : Normocephal, rambut hitam sebagian beruban, tidak


mudah dicabut
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Normotia, sekret (-), nyeri tekan tragus (-)
Hidung : Simetris, deviasi (-), sekret (-)
Tenggorokan : Dinding faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, uvula ditengah
Leher : KGB membesar (-), Kelenjar tiroid membesar (-), JVP
(5+1) cmH2O
Paru I : Pergerakan napas simetris, tidak ada pelebaran sela iga
P : Vokal fremitus simetris di kedua lapang paru
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra 1 jari
medial
P : Batas jantung kanan ICS 4 parasternal dextra,
Batas jantung kiri ICS 5 midclavicula sinistra 1 jari
medial
A : BJ I dan II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen I : Tampak membuncit, tidak tampak scar, tidak tampak
caput medusae
A : BU (+) normal 8x/menit
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar, lingkar perut 93 cm
P : Timpani di seluruh lapang perut, shifting dullness (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT < 2 detik
Status Dermatologis : Pada regio pedis bilateral, manus bilateral, dan axila bilateral
terdapat papul eritematosa multiple, berbentuk bulat, berbatas tegas, penyebaran
diskrit, disertai erosi dan ekskoriasi, diantaranya tampak pustule multiple berbentuk
bulat, berbatas tegas berukuran lentikuler yang disertai krusta berwarna kuning.

E. Diagnosis Holistik
- Aspek personal
 Pasien mengeluhkan bercak kemerahan gatal di tangan, kaki, dan ketiak 3 minggu
yang lalu.
 Pasien berharap keluhannya segera membaik, agar dapat beraktivitas kembali
dengan normal.
 Pasien merasa keluhannya ini disebabkan oleh alergi makanan
 Selama keluhan muncul pasien sudah pernah berobat namun tidak membaik
- Aspek klinis
Skabies impetigenisata
- Aspek faktor internal
Pasien tidur satu kasur dengan kakaknya yang menderita keluhan serupa
Pasien sering menggunakan barang pribadi bersama, seperti baju
- Aspek faktor eksternal
Riwayat keluarga ada yang mengalami keluhan serupa sebelum pasien, yaitu kakak
pasien
Pasien mandi dengan sabun batang bersama semua anggota rumah
Ketidaktahuan orang tuatentang penularan penyakit
- Aspek skala fungsional
Derajat 1

1.2. TATALAKSANA
Non-farmakologi
- Edukasi :
Jangka pendek:
 Dijelaskan kembali tentang dampak keterlambatan pemakaian obat yang
benar
 Dijelaskan kembali mengenai kemungkinan penyebab penyakit.
 Dijelaskan bahwa penyakit scabies merupakan penyakit yang menular
 Diajarkan kembali nama, warna, bentuk, dan cara pemakaian obat skabies
 Menganjurkan untuk berobat kembali apabila belum sepenuhnya pulih
 Menyadarkan pentingnya menjaga higienitas diri sendiri dan lingkungan

Jangka panjang:
 Mengedukasi kembali mengenai perjalanan penyakit skabies.
 Memberitahu target terapi yang akan dicapai untuk skabies
 Mengusahakan untuk sebisa mungkin memisahkan alat pribadi seperti
handuk, selimut, dan pakaian pasein dengan milik anggota keluarga yang
lain.
 Menganjurkan untuk merebus pakaian, selimut, dan handuk pasien
 Melibatkan keluarga pasien dalam proses edukasi.

- Farmakologi
 Permetrin 5 % dioleskan di seluruh tubuh kecuali muka, tidak boleh terkena air
selama 8-10 jam.
 Chlorfeniramin maleas 3 x 2 mg
 Amoxicillin syrup 3 x 250 mg/5 ml
R/ Amoxicillin syr 250 mg fl No. I
ʃ 3 dd 1 cth pc (Habiskan)
R/ Permetrin 5 % tube 30 mg No. I
ʃ 1 dd (dioleskan seluruh permkaan kulit kecuali muka, tidak boleh terkena air 8 jam)
R/ Chlorfeniramin maleas 4 mg No.X
ʃ 3 dd tab ½ pc
DOKUMENTASI
LAPORAN KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Farmasi


Tempat : Puskesmas Pasar Kemis
Tanggal : 6 November 2018

A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Selasa kelompok kami tiba di Puskesmas Pasar Kemis pada pukul 08.00
pagi. Saya bertugas di bagian Farmasi. Ruang farmasi berukuran sekitar 3 x 4 meter,
terdapat 2 lemari untuk menyimpan obat, 2 meja besar dan 2 kursi untuk memberikan obat
di bagian loket 1 meja dan kusi sedang untuk tempat menggerus obat. Ventilasi dan
pencahayaan cukup baik karena terdapat jendela yang ukurannya lebih besar untuk
memberikan obat kepada pasien dibanding jendela di poli lainnya. Kebersihan di bagian
farmasi cukup baik. Petugas farmasi disana ada 1 orang, bukan lulusan sarjana farmasi.
Selain itu juga dibantu 1 orang asisten lulusan SMK keperawatan.
Sekitar pukul 08.30 WIB, bagian farmasi mulai bekerja beberapa menit setelah poli
umum, poli anak, poli KIA dan poli gigi dimulai. Mulai ada beberapa resep yang masuk ke
dalam loket farmasi. Alur pelayanan di bagian farmasi adalah pertama pasien memasukan
resep dari dokter melalui loket lalu petugas memberikan obatnya dan menjelaskan secara
lisan bagaimana aturan meminum obat tersebut. Lalu pasien harus memasukan koin
kedalam kotak kepuasan pelayanan, setelah itu pasien baru bisa mendapatkan obatnya.
Kemudian saya mengambil satu kasus yang sangat menarik di bagian poli farmasi,
yaitu seorang ibu usia 50 tahun dengan diagnosis herpes zoster. Keluhan diawali dengan
timbul bintil kemerahan pada perut sejak 1 hari yang lalu. Bintil merah dirasakan nyeri,
seperti ditusuk-tusuk. Bintil kemerahan tidak dirasakan gatal. Pasien juga mengeluh
demam sesaat setelah mncul bintil kemerahan. Gatal paling dirasakan saat tidak
beraktifitas dan malam hari. Pasien mengaku saat kecil pernah menderita cacar air. Dan
akhir-akhir ini pasien merasa kelelahan oleh pekerjaan rumah yang dikerjakannya sendiri
karena anak pasien sedang bekerja diluar kota. Dokter memberikan obat-obatan antara lain
asiklovir tablet sebanyak 5 x 800 mg, parasetamol 3 x 500 mg, dan bedak salisil. Pada saat
itu persediaan obat asiklovir tablet sedang kosong, kemudian petugas menyarankan untuk
menggantinya dengan obat amoxicillin yang merupakan obat antibiotik spektrum luas.
Sedangkan yang saya ketahui bahwa herpes zoster adalah salah satu penyakit yang
disebabkan oleh virus. Kemudian saya mencoba menjelaskan kepada beliau bahwa
pemberian antibiotik tidak akan memberikan efek terapi pada herpes zoster tersebut. Pada
akhirnya saya meresepkan kembali untuk pasien agar dapat membeli obat asiklovir di
apotek luar. Saya juga menjelaskan mengenai cara penggunaan bedak salisil yang
digunakan setelah mandi dan setelah kulit dikeringkan dengan handuk tanpa
menggosoknya agar menghindari pecahnya lenting pada perut pasien.
B. Nomor Rekam Medik : 308
C. Diagnosis : Herpes zoster
D. Tatalaksana
Non-farmakologi
 Menjaga kebersihan dengan tetap mandi 2 kali sehari
 Tidak menggosok lenting saat mengeringkan tubuh dengan handuk
 Istirahat cukup, makan dengan teratur.
 Jangan menggaruk lesi
Farmakologi
 Asiklovir tablet 5 x 800 mg selama 7 hari
 Parasetamol tablet 3 x 500 mg bila demam atau nyeri
 Bedak salisil 3 x sehari pada lenting.

R/ asiklovir tab 400 mg No. LXX


ʃ 5 dd tab II
R/ parasetamol tab 500 mg No. XV
ʃ 3 dd tab I PRN demam/nyeri
R/ bedak salisyl No. I
ʃ 3 dd ue
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Farmasi


Tempat : Puskesmas Pasar Kemis
Tanggal : 6 November 2018

1. Refleksikan perbedaan antara teori dan praktek yang dilakukan


Tindakan yang saya lakukan yang menurut saya benar adalah saya telah melakukan
pembacaan resep dan menginterpretasikannya secara benar mengingat saat pre-klinik saya sudah
dibekali oleh dosen-dosen saya mengenai cara pembacaan resep dan interpretasinya. Kemudian
saya menjelaskan aturan pemakaian obat-obat kepada pasien dan menuliskan etiket pada
bungkus obat agar pasien tidak lupa cara penggunaan obat tersebut. Terkadang apabila ada
beberapa resep yang penulisannya kurang jelas, saya konfirmasi kembali kepada dokter yang
menuliskan resepnya untuk menghindari kesalahan dalam pemberian serta edukasi penggunaan
obat pada pasien.
Tindakan yang saya rasakan masih kurang antara lain seperti hal nya kasus yang saya
temukan di bagian farmasi yaitu mengganti obat antivirus dengan obat antibiotik pada kasus
herpes zoster, dimana berdasarkan literatur bahwa antibiotik berfungsi sebagai antibakterial
sehingga tidak dapat memberikan efek terapi pada herpes zoster. Kemudian saya mencoba
menjelaskan kepada beliau bahwa pemberian antibiotik tidak akan memberikan efek terapi pada
herpes zoster tersebut. Pada akhirnya saya meresepkan kembali untuk pasien agar dapat membeli
obat asiklovir di apotek luar.
Selain itu yang masih kurang adalah saya tidak menuliskan etiket yang berisikan identitas
dan aturan pemakaian obat topikal dikarenakan tidak ada kertas etiket khusus untuk obat topikal,
namun saya tetap menjelaskan kepada pasien secara lisan. Namun, hal tersebut tidak menutup
kemungkinan pasien akan lupa dengan apa yang telah dijelaskan oleh petugas farmasi.
Terdapat beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan antara lain
pemberian obat pengganti untuk herpes zoster menggunakan obat antibiotik, tidak terdapat staf
apoteker, tidak tersedia etiket untuk obat topikal. Berasarkan peraturan menteri kesehatan no. 30
tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, dimana dikatakan
minimal harus dilaksanakan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kebutuhan. Jumlah
kebutuhan Apoteker di puskesmas dihitung menggunakan rasio kunjungan pasien yaitu satu
apoteker untuk 50 pasien perhari. Adanya perbedaan antara teori dengan fakta yang ditemukan
mungkin terjadi akibat sulitnya mencari tenaga farmasi yang mau ditempatkan di puskesmas.
Sehingga puskesmas harus memaksimalkan sumber daya manusia yang ada untuk mengisi
bagian-bagian yang belum ada penanggungjawabnya.
Hal yang dapat dipelajari untuk perbaikan kedepannya adalah puskesmas harus
memaksimalkan sumber daya manusia yang ada untuk mengisi bagian-bagian yang belum ada
penanggungjawabnya sesuai dengan bidangnya. Dan juga harus bisa membiasakan untuk
mengedukasi mengenai aturan pemberian obat kepada setiap pasien hingga paham untuk
mengurangi angka ketidakpatuhan dan kesalahan dalam mengonsumsi obat yang telah diberikan.
Dengan begitu, bukan suatu kendala yang besar bagi fasilitas pelayanan kesehatan bila tidak
memiliki staf apoteker. Selain itu saya juga belajar untuk lebih kritis dalam membaca resep
mulai dari jenis obat, jumlah obat yang diberikan, dosis yang diberikan dan frekuensi konsumsi
obat setiap harinya. Selain itu juga seharusnya seorang petugas farmasi harus mengonfirmasi
kembali kepada dokter yang memberikan resep apabila obat yang diresepkan tidak tersedia di
apotik. Sehingga tidak sembarangan petugas farmasi mengganti obat seadanya di apotik namun
obat tersebut bukan untuk terapi yang seharunya.
Nilai agama yang dapat saya ambil dari kasus ini adalah saat saya melihat bagaimana
puskesmas dapat memberdayakan sumber daya yang ada secara maksimal, mengangkat orang
yang bukan lulusan apoteker untuk mengisi posisi sebagai bagian farmasi puskesmas. Sebagai
manusia, dimanapun kita ditempatkan harus bisa melaksanakan tugas dengan maksimal dan
sebaik mungkin. Karena sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Sebaik-baik pekerjaan ialah usahanya seseorang pekerja apabila ia berbuat sebaik-baiknya
(propesional).” (HR. Ahmad)
Daftar Pustaka :
1. Bruntnon, K., et all. Goodman and Gilman Manual Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
EGC. 2008.
2. Peraturan Menteri Kesehatan No. 30 Tahun 20104 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas.
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Salsabila Firdausi TTD ……………………….

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,


TTD ………………………
Ph.D
Nama Pembimbing
dr. Haniarta Gemilang
TTD ………………………
Sari
DOKUMENTASI
LAPORAN KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : POS GIZI

Tempat : POS GIZI Desa Pangadegan


Tanggal : 1 November 2018

A. Deskripsi Kegiatan

Setiap hari Selasa, PKM Pasar Kemis mengadakan kegiatan luar puskesmas yaitu
POS GIZI. Saat itu saya ikut serta dalam kegiatan tersebut di Desa Pangadengan. Sekitar
pukul 09.00 WIB, saya dan Bu Sulastri yang merupakan petugas puskesmas bagian gizi
berangkat ke lokasi pos gizi. Bu Sulastri merupakan lulusan Jurusan Gizi. Gedung yang
dipakai untuk pos gizi adalah rumah Bu Lurah Desa Pangadegan. Jarak Pos Gizi saat itu
sekitar 5 km dari Puskesmas Pasar Kemis. Kegiatan Pos Gizi ini selalu dilakukan di
rumah Pejabat desa yang sedang giliran mendapatkan penanganan gizi. Pos Gizi
merupakan kegiatan eksternal yang diadakan oleh Puskesmas Pasar Kemis yang
bertujuan untuk memperbaiki gizi pada anak yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk.
Kegiatan eksternal ini diadakan selama 40 hari pada 1 desa. Sasaran dari kegiatan ini
adalah anak usia 1-5 tahun yang terdiagnosis gizi kurang dan gizi buruk. Kegiatan ini
berisi penyediaan makanan bergizi yang sudah diatur menunya sesuai dengan kebutuhan
gizi masing-masing peserta.

Kegiatan Pos Gizi dimulai dengan penjemputan peserta pos gizi bersama ibunya
di rumahnya masing-masing dengan menggunakan motor roda tiga (pick up) sekitar
pukul 8.30 WIB. Semua peserta Pos Gizi dan ibu akan diantar ke rumah Bu Lurah Desa
Pangadengan dan sampai di lokasi sekitar pukul 9.00 WIB. Di lokasi Pos Gizi, peserta
akan mendapatkan makanan berupa nasi, lauk pauk, snack, minum, dan buah. Makanan
yang disediakan untuk masing-masing peserta harus habis di tempat. Karena makanan
saat itu merupakan menu tambahan selain jadwal makan wajib 3 kali sehari. Sehingga
anak-anak peserta Pos Gizi diwajibkan makan 4 kali sehari selama kegiatan Pos Gizi.
Menu yang diberikan merupakan menu yang sudah ditentukan oleh ahli gizi dan dimasak
oleh para kader desa yang sudah mengikuti pelatihan di pusat.

Pada saat waktu makan, peserta pos gizi terlihat cukup antusias untuk
menghabiskan makanan yang disediakan. Saat itu ada satu peserta yang terlihat kurang
antusias untuk menghabiskan makanannya. Namanya Bambang, usia 3 tahun. Saat itu
saya tertarik untuk menanyakan kondisi Bambang yang terlihat malas makan. Anak
tersebut terlihat hanya duduk-duduk saja, tidak berlari-larian seperti anak yang lain.
Ternyata anak tersebut belum bisa berjalan meskipun usianya sudah 3 tahun. Pasien
belum dapat berjalan hingga saat ini usia 3,2 tahun. Saat ini pasien baru bisa mengesot,
Pasien mampu berdiri sendiri sekitar 15 detik. Namun tidak dapat melangkahkan
kakinya. Keluhan demam, batuk, pilek, disangkal. Riwayat imunisasi pasien lengkap.
Pasien saat ini juga belum dapat berbicara jelas, hanya berupa panggilan mama , papa,
mamam, dan mak. Komunikasi pasien dengan orang tuanyalebih sering dengan
menangis. Saat ini pasien datatang rutin di pos gizi untuk mendapatkan terapi berupa
pemberian nutrisi tambahan setiap pukul 10.00 WIB. Selain itu, pasien sering mengalami
batuk dan pilek. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan serupa. Pola makan
sehari-hari tidak teratur hanya 1 kali/hari, dengan komposisi makanan nasi dan tempe
saja. Setiap harinya pasien aktif bermain dengan teman sebayanya meskipun dengan cara
megesot. Riwayat kelahirannya, pasien merupakan anak pertama lahir usia kehamilan 8
bulan, BB 2800 gram, ditolong dokter dan sempat harus didorong bagian perutnya ke
bawah oleh dokter spesialis obgyn. Pasien tidak langsung menangis. Pasien juga rutin
selalu ikut imunisasi, yaitu BCG 1 kali, campak 1 kali, DPT 3 kali, Hib 3 kali, polio 4
kali. Pasien selama ini mendapatkan ASI selama 3 tahun dan mulai mendapat MPASI
usia 6 bulan. Pasien tidak mau minum susu formula sampai sekarang. Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan pasien yaitu pasien dapat duduk tanpa pegangan dan
menoleh ke arah suara saat usia 9 bulan. Pasien dapat berdiri tanpa bantuan mulai usia 2
tahun, namun sampai sekarang pasien belum bisa berjalan. Pada saat pemeriksaan
fisik,terlihat perbedaan pada ekstremitas bawahnya, keduanya tampak atrofi dan telapak
kaki yang tampak datar tanpa lengkungan (flat foot).
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik saya mendiagnosis sebagai delay speech,
gangguan perkembangan susp. flat foot dan gizi kurang. Kemudian saya tentukan
pemberian nutrisi yang harus terpenugi dan menyarankan untuk segera ke dokter anak
tumbuh kembang.

Saya menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang mungkin terjadi pada
anak tersebut mengapa belum dapat berjalan dan timbulnya komplikasi apabila tidak
segera dibawa ke dokter anak.
B. Diagnosis Holistik

- Aspek personal
Pasien datang dibawa oleh ibunya untuk rutin terapi gizi di pos gizi. Namun
sampai saat ini pasien belum dapat berjalan dan berbicara jelas hingga usia 3,2
tahun. Ibu pasien khawatir anaknya tidak dapat berjalan saat dewasa. Ibu
berharap anak segera sembuh.

- Aspek klinis
Global delay development

Gizi kurang , BB sangat kurang, perawakan sangat pendek

- Aspek faktor internal


Pasien lahir kurang bulan, dan tertahan cukup lama saat proses melahirkan. Pasien
tidak nafsu makan.

- Aspek faktor eksternal


Ibu pasien tidak pernah USG selama masa kehamilan. Makan sehari sekali dengan
kompisi yang tidak seimbang,
Ekonomi dan pendidikan orang tua
- Aspek skala fungsional
Skala fungsional derajat 4

C. Tatalaksana Non-farmakologi

o Menyarankan untuk segara ke RS untuk memeriksakan tumbuh kembang


o Edukasi kebutuhan kalori dan komposisi makanan yang seimbang
Target BB- ideal (11,4 kg)= BB-ideal x RDA menurut usia-tinggi
= 11,4 x 100= 1.140 kkal
Terbagi:
karbohidrat: 70% x 1140: 4= 120 gr

lemak: 20% x 1140: 4= 57 gr

protein: 10% x 1140: 4= 28.5 gr

Diberikan melalui oral dengan jenis makanan sesuai dengan menu


keluarga contoh tabel makanan:

Menu Harian

Karbohidrat Lemak & vitamin Protein Total

Nasi

(setengah
Pagi porsi) Sayur bayam & susu 250 cc Telur mata Sapi

(100 kkal) (18 kkal) & (167 kkal) (110 kkal) 395 kkal

Nasi (setengah
Siang porsi) Tumis wortel & papaya Ikan tongkol goreng

(100 kkal) (65 kkal) & (46 kkal) (200 kkal) 411 kkal

Nasi (setengah
Malam porsi) Tumis buncis & Telur rebus

(100 kkal) semangka (115 kkal) 352 kkal

(52 kkal) & (85 kkal)

1158 kkal
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : POS GIZI

Tempat : POS GIZI Desa Pangadegan


Tanggal : 1 November 201

Refleksikan perbedaan antara teori dan praktek yang dilakukan


Pada saat saya melakukan pemeriksaan, yang menurut saya benar adalah
saya sudah melakukan anamnesis secara sistematis untuk menyingkirkan diagnosis
yang mungkin serta menggali faktor risiko yang menjadi penyebab keluhan pasien.
Kemudian saya juga memberikan edukasi terkait penyakit pasien dan memberikan
beberapa saran untuk gaya hidup sehat. Tak lupa saya juga memberi edukasi tentang
nutrisi yang harus diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien. Karena pasien
sedang mengalami gizi kurang. Serta perlunya menambah makanan tambahan untuk
meningkatkan berat badan pasien. Saya juga sudah menyarankan ibu pasien untuk
segera membawa pasien ke dokter spesialis anak bagian tumbuh kembang agar segera
diberikan terapi lanjut untuk keterlambatan perkembangan pasien.

Tindakan yang saya rasakan masih kurang adalah tidak disediakannya


rekam medic untuk setiap pasien. Sehingga tidak ada pencatatan. Selain itu dari
terapi saya juga lupa menanyakan menu apa yang tidak disukai pasien sehingga
dapat memberikan menu alternatif untuk pasien untuk meningkatkan nafsu makan
pasien. Sehingga target berat badan pasien tercapai.

Terdapat beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang


ditemukan adalah tidak adanya dokter yang ikut serta dalam kegiatan pos gizi ini
sebelumnya, sehingga apabila ada penyakit yang ada pada peserta pos gizi tidak
dapat dideteksi lebih awal. Selain itu pada pos gizi pemberian menu juga belum
dapat menambah berat badan pasien, kemungkinan dikarenakan menu yang
diberikan sangat rendah lemak. Para kader desa yang memasak berfikiran bahwa
menu yang diberikan harus sesuai dengan pada saat pelatihan di pusat, sedangkan
saat pelatihan tidak diberikan edukasi bahwa anak-anak sangat membutuhkan lemak sehat
untuk pertumbuhan dan perkembangannya sehingga dapat menambah berat badannya.

Hal yang dapat dipelajari untuk perbaikan kedepannya adalah saya harus lebih
banyak berlatih untuk anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis. Selain itu
saya juga harus lebih mempersiapkan diri sebelum saya resmi menjadi dokter nantinya, saya harus
sering membaca dan merangkum sebuah benang merah pada setiap penyakit. Selain itu juga
sebagai petugas penanggujawab pos gizi seharusnya melaporkan apabila da suatu kelainan pada
peserta pos gizi kepada dokter yang ada di puskesmas sehingga dapat ditatalaksana lebih awal.

Hal yang saya pelajari tekait dengan nilai professionalism adalah dokter sebagai
manager. Maksud kata manager pada kasus ini bukan hanya diartikan dokter sebagai pengatur
program atau kebijakan pada instansi layanan kesehatan saja namun juga sebagai seorang
yang dapat mengatur kesistematisan dalam memeriksa pasien agar lebih efektif.

Daftar Pustaka :

1. Jonathan, Gleadle. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga. 2007


2. Boelen, C., MD. The Five-Stars Doctor: An Asset To Health Care Reform. Geneva: WHO.
2009.
3. Hayati, W. Efektifitas pendekatan positif : pos gizi. Jurnal UINSYAH : 2012
BAB II

BERKAS KELUARGA

Nama Mahasiswa :

Salsabilla Firdausi
Kelompok : 10

Nama Pembimbing : dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, Ph.D dan dr. Hj. Salwah

Tanggal pertemuan : 2 November 2018

TAHAP IDENTIFIKASI MASALAH

I. Identitas Keluarga

a. Nama kepala keluarga : Bp. Ian Supian

b. Alamat rumah : Jl. Dadap Bubulak, Pangadegan, Pasar Kemis

c. Daftar anggota keluarga yang tinggal di rumah:

No Nama Kedudukan Dalam L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Ket.


Keluarga
1 Bp. Saih kakek pasien L 45 th SD Tidak Bekerja

2 Ibu Sarnanih Nenek pasien P 35 th SD Ibu Rumah


Tangga
3 Bp. Ian Kepala Keluarga L 24 th Tidak sekolah Tukang Bangunan
Supian
4 Ibu Nurlaela Istri P 22 th SMP Ibu Rumah
Tangga
5 Bambang Anak L 3 th

6 An. Sinta Tante Pasien P 14 th SMP Sekolah


d. Bentuk keluarga : keluarga majemuk

e. Siklus kehidupan keluarga : keluarga dengan balita

Keluarga orang tua usia pertengahan dengan 2 anak tinggal dalam satu rumah. Salah
satu anak sudah memiliki pasangan dan mempunyai 1 anak yang juga tinggal dalam
rumah ini. Seluruh anggota keluarga hidup dengan harmonis.

f. Deskripsi identitas keluarga:

g. Genogram
II. Keadaan Rumah

a. Gambar denah bangunan rumah

Dapur Kamar
Mandi

Ruang
sholat

Kamar
pasien dan
orang tua

Ruang Tamu
dan ruang
keluarga Kamar kakek,
nenek, dan
tante pasien

Teras Rumah

b. Jenis lantai: plesteran semen pada ruang dapur, berubin pada ruang tamu, kamar dan
kamar mandi

c. Jenis atap: genteng

d. Jenis dinding: tembok (batu bata)

e. Apakah dapat membaca dan tulisan/ huruf di dalam rumah tanpa bantuan sinar lampu
listrik pada siang siang hari? bisa

f. Perbandingan luas jendela/lantai di ruang tidur >10%

Perbandingan luas jendela/ lantai di ruang keluarga <20%

g. Deskripsi mengenai keadaan rumah

III. Keadaan Keluarga


a. Perencanaan Keluarga

Dalam keluarga tidak ada yang menggunakan KB

1. Apakah pasangan anak di keluarga melakukan perencanaan dalam berkeluarga? Tidak

2. Pengambil keputusan perencanaan keluarga adalah: diskusi ayah dan ibu

3. Apakah menggunakan kontrasepsi KB? Tidak

b. Hubungan anggota keluarga

1. Gambar hubungan anggota keluarga

2. Frekuensi berkumpulnya anggota keluarga

A. Setiap hari

B. 2-3 kali seminggu

C. 1 minggu sekali

D. 2-3 kali sebulan

E. 1 bulan sekali

F. 2-3 kali setahun

G. Lainnya ….

3. Keputusan dalam keluarga berdasarkan:

A. Perintah ayah

B. Perintah ibu

C. Diskusi ayah dan ibu

D. Diskusi ayah - ibu - anak

E. Keputusan keluarga besar

F. Lainnya …
Keluarga ini setiap hari berkumpul di rumah. Mayoritas keluarga tidak bekerja. Ayah
pasien bekerja sebagai tukang bangunan yang dibayar bulannya sekitar Rp 25.000,00
per hari, sedangkan ibu pasien hanya sebagai ibu rumah tangga. Kakek dan nenek
pasien tidak bekerja dan hanya mengandalkan pemasukan dari ayah pasien, Tante
pasien masih bersekolah menengah atas di daerah dekat rumah. Hubungan seluruh
anggota keluarga berjalan dengan baik, hal ini didukung dengan frekuensi komunikasi
antar anggota keluarga yang terjadi setiap hari.

c. Deskripsi mengenai Keadaan Keluarga

IV. Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

a. Kebutuhan ekonomi : Kebutuhan Sekunder


b. Kebutuhan pendidikan : Kebutuhan pendidikan dasar 6 tahun
c. Kebutuhan spiritual : Kegiatan ibadah dilakukan bersama setiap hari
d. Kebutuhan kesehatan : Tidak ada perencanaan mengenai kesehatan
e. Deskripsi mengenai pemenuhan kebutuhan keluarga
Kebutuhan keluarga ini telah mencapai tahap pemenuhan kebutuhan sekunder, seperti sepeda
motor dan handphone. Sumber pemenuhan keluarga ini didapatkan dari hasil pesangon yang
didapatkan ayah pasien. Ibu pasien tamat SMP, sedangkan ayah pasien tidak bersekolah. Pasien
dan keluarga tidak pernah datang ke Puskesmas walaupun ada keluhan sakit. Pasien mengalami
masalah gizi kurang, dan selama ini ikut kegiatan Pos Gizi yang diadakan oleh Puskesmas Pasar
Kemis untuk memperbaiki masalah gizi-Nya. Kegiatan keagamaan dilakukan secara bersama-
sama.

V. Kebutuhan Keluarga

a. Kebiasaan makan dalam keluarga:

1. Sumber : Makanan disiapakan dan dihidangkan di rumah

2. Jenis : Tidak menentu, menu makanan didominasi karbohidrat, protein,


dan serat

3. Jumlah : Sesuai dengan kebutuhan kalori setiap anggota keluarga

b. Kebiasaan berolahraga : Tidak pernah berolahraga

c. Kebiasaan minum alkohol : Tidak ada

d. Kebiasaan merokok : Tidak ada

e. Deskripsi mengenai gaya hidup keluarga:

Anggota keluarga setiap hari mengonsumsi makanan yang disiapkan oleh ibu dan nenek
pasien, lalu dihidangkan di rumah. Makanan yang dihidangkan cukup memenuhi
kebutuhan kalori tiap anggota keluarga dengan komposisi didominasi karbohidrat, protein,
dan serat, serta jarang mengonsumsi susu dan buah. di keluarga tidak ada yang memiliki
kebiasaan minum alcohol maupun merokok. Seluruh anggota keluarga juga tidak memiliki
waktu khusus untuk berolahraga.

VI. Lingkungan Hidup Keluarga

a. Lingkungan perumahan keluarga


1. Jenis perumahan : Area tempat tinggal permanen

2. Higiene lingkungan rumah : Cukup bersih

3. Keamanan lingkungan perumahan: Kurang aman

4. Paparan zat / partikel yang mungkin terjadi di lingkungan rumah adalah: Tidak ada

b. Lingkungan pekerjaan anggota keluarga

1. Jenis pekerjaan :

Kepala keluarga bekerja sebagai tukang bangunan

Ibu pasien tidak bekerja

Kakek pasien tidak bekerja

Nenek pasien tidak bekerja

Tante pasien masih bersekolah

2. Risiko pekerjaan yang dapat terjadi sesuai dengan pekerjaannya adalah:

Ayah pasien : Hernia Nucleous Pulposus

Ibu pasien : Tidak ada

Kakek pasien : Tidak ada

Nenek pasien : Tidak ada

Tante pasien : Tidak ada

3. Paparan zat/ partikel yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan adalah:

Ayah pasien : Zat kimia cat bangunan

Ibu pasien : Tidak ada

Kakek pasien : Tidak ada

Nenek pasien : Tidak ada

Tante pasien : Tidak ada

c. Lingkungan sosial keluarga:

Keluarga menjadi anggota perkumpulan sosial di lingkungannya: Tidak


Kedudukan keluarga di tengah lingkungan sosialnya : Dihormati sewajarnya

Paparan stress sosial yang mungkin terjadi di lingkungan sosial adalah : Tidak
tercukupinya kebutuhan keluarga

Suatu keluarga majemuk yang tinggal bersama dalam satu rumah. Area tempat
tinggal cukup bersih dan mudah dijangkau dengan kendaraan. Ayah pasien bekerja tukang
bangunan. Ibu pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, nenek, kakek, dan tante pasien
tidak bekerja.

Stress sosial yang mungkin terjadi pada keluarga ini tidak tercukupinya kebutuhan
sehari-hari dalam keluarga. Keluarga tidak menjadi anggota perkumpulan sosial di
lingkungannya dan dihormati sewajarnya.

d. Deskripsi mengenai lingkungan hidup keluarga:

VII. Masalah kesehatan yang ada dalam keluarga

1. Anak pasien memiliki gizi kurang

2. Anak mengalami global delay development

VIII. Rencana Pemeliharaan Kesehatan Pada Keluarga

Sasaran
No Masalah Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan Cara Pembinaan
Individu

1. Gizi kurang Meningkatkan - Menjelaskan mengenai • Memastikan pasien rutin Seluruh anggota
kesadaran keluarga gizi pasien menghadiri kegiatan pos keluarga
pasien mengenai gizi yang diadakan oleh
pentingnya
- Menjelaskan risiko yang
Puskesmas Pasar Kemis
pemenuhan gizi mungkin terjadi dengan
keadaan pasien seperti ini • Memantau pemberian
cukup pada anak
- Menjelaskan bagaimana makan sehari-hari
pasien
cara mencukupi gizi
pasien • Memantau pertumbuhan
dan perkembangan
pasien dengan
pencatatan di buku KIA
• Memberitahukan jadwal
posyandu, agar pasien
datang
• Evaluasi pemahaman
keluarga pasien
Sasaran
No Masalah Tujuan Kegiatan Materi Kegiatan Cara Pembinaan
Individu

2 Global delay Meningkatkan - Menjelaskan mengenai • Memantau pertumbuhan Seluruh anggota


development kesadaran keluarga global delay development dan perkembangan keluarga
pasien mengenai pasien dengan
masalah oleh pasien
- Menjelaskan risiko yang
pencatatan di buku KIA
sehigga pasien harus mungkin terjadi dengan
keadaan pasien seperti ini • Memberitahukan jadwal
dipantau dan dilatih
- Menjelaskan bahawa posyandu, agar pasien
perkembangannya.
datang
Dan diperlukannya pasien ini perlu dibawa ke
terapi oleh spesialis tumbuh kembang • Evaluasi pemahaman
tumbuh kembang. keluarga pasien
LAMPIRAN
LAPORAN KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Penyuluhan


Tempat : Yayasan Mts Al- Mu’awanah
Tanggal : 15 November 2018

1. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Kamis tanggal 15 November 2018 Puskesmas Pasar
Kemis mengadakan kegiatan luar puskesmas yaitu Penyuluhan.
Penyuluhan saat itu diadakan di Sebuah Sekolah Yaitu Yayasan MTs. Al-
Mu’awanah. Sekitar pukul 09.00 WIB, saya bersama petugas Puskesmas
yaitu dr Hani da Kak Lili berangkat ke lokasi. Lokasi penyuluhan berjarak
sekitar 4 km dari Puskesmas. Kami menuju lokasi dengan menggunakan
kemdaraan motor dan membawa laptop, sound system, dan proyektor.
Kegiatan penyuluhan ini sudah dilaksanakan hari ke 2 pelaksanaan. Target
sekolah yang menjadi tempat penyuluhan terdapat 8 sekolah yang sudah
dipilih oleh pemegang program, yaitu dr. Hani. Target peserta penyuluhan
saat ini adalah anak sekolah tingkat SMP, karena kegiatan penyuluhan
sebelumnya sudah pernah dilakukan pada anak-anak tingkat SMA.
Kegiatan penyuluhan dimulai tepat pukul 10.30 WIB. Para peserta
yag merupakan murid MTs Al-Mu’awanah dari kelas 1 hingga kelas 3.
Murid-murid dikumpulkan di dalam dua kelas yang disatukan. Dalam
penyuluhan tersebut terdapat 3 materi yang dibawakan, yaitu tentang
Bahaya NAPZA, Anemia, dan Cara Mencegah HIV/AIDS. Materi
penyuluhan yang saya sampaikan adalah tentang anemia. Yaitu berisi
tentang pengertian, gejala dan tanda, dampak pada tubuh, serta apa yang
harus dilakukan oleh murid-murid untuk mencegah terjadinya anemia.
Dalam kegiatan tersebut, murid-murid MTs Al-Muawanah cukup antusias
untuk mendengarkan penyuluhan yang saya sampaikan. Setelah materi
tentang anemia selesai saya sampaikan, dibuka sesi pertanyaan. Ada 2
anak yang bertanya yaitu tentang mengapa kejadian anemia lebih banyak
pada jenis kelamin perempuan dan apa yang harus dilakukan selain makan
makanan tinggi zat besi untuk mencegah anemia.
Saat itu saya menjelaskan, bahwa pada perempuan terdapat masa
menstruasi setiap bulannya yang dapat mengurangi jumlah darah di dalam
tubuh. Sehingga kemungkinan kejadian anemia tinggi pada wanita.
Meskipun seperti itu, murid laki-laki juga harus waspada karena anemia
tidak terjadi pada yang berjenis kelamin perempuan saja. JAwaban untuk
pertanyaan kedua yaitu terdapat larangan yang tidak boleh dilakukan. yaitu
meminum teh dan kopi setelah makan daging-dagingan, Karena dapat
menghambat penyerapan zat besi. Selain itu saya menyarankan setelah
makan makanan yang tinggi zat besi, sebaiknya setelah itu minum es jeruk
atau jus buah yang banyak mengandung vitamin C, yang membantu
penyerapan zat besi sehingga ebutuhan zat besi tubuh tercukupi dan
terhindar dari anemia.
Kemudian saya bertanya menu makanan setiap harinya pada
beberapa anak. Dari 5 anak yang menjawab, ternyata ada 1 anak yang
tidak menyukai daging-dagingan. Saat itu saya menyarankan untuk tetap
mengkonsumsi kacang-kacangan, bayam dan kedelai dan memberitahu
bahwa kandungan zat besi dalam makanan tersebut tidak setinggi pada
daging-dagingan sehingga harus mengkonsumsi lebih banyak jumlah
sayuran untuk mencapai jumlah zat besi yang dibutuhkan.
Selain materi tentang anemia, pada penyampaian tentang NAPZA
dan penyakit HIV/AIDS murid-murid juga cukup antusias, meskipun ada
beberapa yang mengobrol satu sama lain. Namun, pada saat ditampilkan
video tentang bahaya narkoba, semua murid terlihat sangat tertarik dan
sangat menyimak videonya. Kegiatan penyuluhan ini selesai pukul 11.30
WIB diakhiri dengan sesi bersalaman dan foto bersama.
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA EKSTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Penyuluhan


Tempat : Yayasan Mts Al- Mu’awanah
Tanggal : 15 November 2018

Refleksikan perbedaan antara teori dan praktek yang dilakukan


Tindakan yang saya lakukan yang menurut saya benar yaitu saya
sudah membuka penyampaian materi dengan sesi tepuk 5 L untuk memberikan
semangat kepada murid-murid, sehingga merak tidak mengantuk dan cukup
memperhatikan apa yang saya sampaikan. Selain itu saya juga mencoba
menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dipahami karena disampaiakan
kepada murid-murid MTs. Saya juga mencoba berjalan arah peseta di urutan
belakang agar tidak monoton di depan dan lebih interaktif. Selain itu, saya juga
mencoba lebih interaktif dengan menanyakan menu makan sehari-hari pada
beberapa murid secara random. Saya juga sudah membuka sesi pertanyaan pada
saat selesai meyampaikan materi untuk memberikan kesempatan murid yang
mungkin belum paham dengan apa yang saya sampaikan.
Tindakan yang saya rasakan masih kurang antara lain saya tidak
menampilkan video tentang anemia, yang ternyatamurid- murid di MTs tersebut
lebih tertarik dengan video. Selain itu saya juga tidak mereview materi yang saya
sampaikan di akhir setelah sesi pertanyaan, yang seharusnya dilakukan untuk
memastikan pemahaman materi murid- murid sebagai peserta penyuluhan. Syaa
juga seharusnya menyiapkan beberapa hadia untuk peserta yang mau bertanya dan
menjawab pada saat kegiatan penyuluhan tersebut, dikarenakan antusias untuk
bertanya sangat kurang yang kemungkinan besar diakrenakan rasa malu yang
mungkin dapat ditingkatkan antusiasnya dengan memberikan hadiah kepada
murid yang aktif.
Terdapat beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang
ditemukan yaitu pada penyuluhan seharusnya diidentifikasi terlebih dahulu apa
yang dibutuhkan dalam suatu kelompok, sehingga kita mengetahuia masalah yang
sedang terjadi. Dengan itu materi penyuluhan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan kelompok tersebut. Selian pemilihan materi, pemilihan media dan alat
bantu juga harusnya disesuaikan dengan peserta, yang saat itu berusia sekitar 12-
15 tahun. Pada beberapa survey, dinyatakan bahwa remaja usia 12-18 tahun lebih
tertarik dengan media video sebagai media yang diapakai untuk pemberi
informasi. Pada saat pelaksanaan, kami hanya menyiapkan 1 video dikarenakan
kurang mempertimbangkan hal tersebut.

Hal yang dapat dipelajari untuk perbaikan kedepannya adalah


mempersiapkan strategi untuk penyuluhan selanjutnya dengan mengidentifikasi
terlebih dahulu dari lokasi dan peserta penyuluhan. Dengan penyesuaian materi,
media, dan metode yang disampaikan, diharapkan materi dapat diserap dengan
baik dan bermanfaat bagi kedepannya.

Daftar Pustaka :
1. Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku
Penyuluhan. Jakarta: 2012.
2. Effendy. Skripsi : Identifikasi masalah pada penyuluhan kesehatan.
Repository usu : 2013
3. Amanah, S. Makna penyuluhan dan Transformasi perilaku manusia. Jurnal
Penyuluhan, Maret 2007, Vol 3, No.1 : Jakarta
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Salsabila Firdausi TTD ……………………….

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,


TTD ………………………
Ph.D
Nama Pembimbing
dr. Haniarta Gemilang
TTD ………………………
Sari
DOKUMENTASI
LAPORAN KEGIATAN

Nama kegiatan : Penyuluhan Pesantren


Tempat : Pesantren Darul Muttaqin
Tanggal : 17 November 2018

A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Sabtu 10 November 2018, kami berada di Pondok
Pesantren Darul Muttaqin di Desa Pangadegan. Saya dan teman-teman
mendapat kesempatan untuk melakukan penyuluhan ke pesantren tersebut
atas rekomentasi dari puskesmas Pasar Kemis karena masih dalam
jangkauan puskesmas Pasar Kemis dan cukup mudah birokrasi dengan
pengurus pesantren untuk melakukan penyuluhan ini. Penyuluhan ini
merupakan salah satu tugas wajib di dalam modul Ilmu Kedokteran
Komunitas. Pondok Pesantren Darul Muttaqin berjarak sekitar 3 km dari
Puskesmas dengan jumlah santri dan santriwati ± 1400 anak. Kegiatan
belajar mengajar di pesantren dari hari Senin hingga Sabtu dimulai dari
pukul 07.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB dan libur di hari Minggu.
Sebelum penyuluhan, kami melakukan survey terlebih dahulu ke pondok
Pesantren tersebut. Saya dan teman satu kelompok mendatangi pesantren
untuk bertemu dengan pengurus dan membicarakan mengenai perizinan
serta teknis untuk acara penyuluhan yang akan kami selenggarakan. Kami
bertemu dengan guru kemahasiswaan yaitu Pak Ali. Beliau sangat terbuka
dan senang dengan keberadaan kami untuk memberikan sedikit wawasan
baru bagi santri dan satriwati di pesantren ini. Dalam diskusi kami
membicarakan masalah kesehatan yang utama di pesantren ini agar kami
tahu materi yang akan kami bawakan saat penyuluhan. Kemudian setelah
perizinan kegiatan kami sudah disampaikan oleh Pak Ali kepada pimpinan
pesantren, kami diperbolehkan menyampaikan materi kami. Peserta
penyuluhan saat itu hanyalah santri tingkat SMP kelas 1-3 yang berjumlah
sekitar 800 santri.
Pada hari Sabtu, 17 November 2018, hari dimana kami
melaksanakan penyuluhan di pesantren Darul Muttaqin. Kami tiba di
lokasi pada pukul 09.00 WIB. Kami menunggu waktu istirahat santri yaitu
pukul 10.00 sambil berdiskusi susunan acara penyuluhan dengan guru
kemahasiswaan di kantor. Pada saat itu, Pak Ali menyampaikan bahwa
pemimpin pesantren menitipkan amanah kepada kami untuk membahas
mengenai bahaya LGBT. Sehingga terdapat materi tambahan yang kami
sampaikan dengan persiapan mendadak. Kemudian kami langsung menuju
aula pesantren yang sudah dispersiapkan alat bantu seperti proyektor dan
microphone, dan speaker oleh OSIS. Lima menit kemudian, acara dimulai
dan dibuka oleh MC yaitu teman saya yang bernama Zata Yuda Amaniko.
Acara di buka oleh MC, diawali dengan membaca surat alfatihah
bersama-sama dengan para santri. Kemudian MC menyampaikan susunan
acara yang terdiri dari 3 materi. Materi yang pertama tentang scabies oleh
saya, kemudian dilanjutkan materi kedua yaitu tentang bahaya LGBT dan
HIV. Sebelum masuk pada materi, MC memberikan yel-yel kepada para
santri agar tercipta suasana yang antusias dan semangat.
Sebelum dimulai materi pertama, dilaksanakan pretest tentang
scabies yang dipandu oleh teman saya, Syabila dan dibantu oleh Herlin
dan Iqbal. Kemudian saya lanjutkan dengan penyampaian materi tentang
scabies. Materi yang saya bawakan diawali dengan pengertian apa itu
scabies, gejala scabies, dan cara penularannya. Kemudian saya lanjutkan
tentang bagaimana jika sudah terkena scabies, apa yang harus dilakukan
dan apa yang tidak boleh dilakukan. Di akhir sesi saya mencoba
mencairkan suasana bersama santri dan santriwati dengan cara
memberikan kesempatan bertanya kepada mereka, namun yang
menjawabnya adalah temannya sendiri. Setelah itu saya juga tetap
menjelaskan jawaban dari pertanyaan tersebut Para santri cukup antusias
untuk bertanya. Ada sekitar 5 anak yang bertanya dan kami sudah
menyiapkan hadiah berupa permen cokelat untuk yang aktif bertanya dan
menjawab pertanyaan.
Lalu, dilanjutkan dengan materi kedua yaitu tentang bahaya LGBT
dan HIV/AIDS yang disampaikan oleh teman saya Zata. Lalu dilanjutkan
pelaksanaan post test. Kemudian penyuluhan diakhiri dengan doa bersama
dan sesi foto bersama.
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Penyuluhan Pesantren


Tempat : Pesantren Darul Muttaqin
Tanggal : 17 November 2018

B. Refleksikan perbedaan antara teori dan praktek yang dilakukan


Tindakan yang saya lakukan yang menurut saya benar adalah
penentuan materi yang dipilih sudah melalui cara yang tepat yaitu berdasarkan
evaluasi data dari pemimpin pesantren. Sehingga pemilihan materi diharapkan
sudah sesuai dengan masalah yang banyak timbul di lingkungan pesantren yang
saya datangi. Selain itu saya dan teman-teman juga menyiapkan slide presentasi
yang cukup menarik, menjelaskan materi dengan bahasa yang mudah dipahami,
melakukan simulasi di setiap materinya. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori
bahwa dalam memberikan informasi harus dituangkan dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh sasaran agar tujuan pemberian infromasi dapat tercapai.
Kami juga sudah melakukan pre dan post test untuk menilai apakah
infromasi yang kami berikan dapat dipahami oleh peserta atau tidak. Hal ini
membuat kami mengetahui apakah mereka memahami materi yang diberikan
untuk mengetahui tercapainya tujuan penyuluhan adalah dengan melakukan
evaluasi.
Tindakan yang saya rasakan masih kurang adalah beberapa feedback
mengatakan bahwa saat menyampaikan materi terlalu cepat sehingga ada
beberapa materi yang tidak dipahami. Hal tersebut terjadi dikarenakan durasi yang
diberikan terlalu sempit dan materi yang dibawakan cukup banyak sehingga saya
berbicara agak cepat berusaha untuk tidak melebihi durasi yang telah diberikan.
Kecepatan yang digunakan sebaiknya 1-2 menit tiap slide, agar tidak lebih dari
waktu yang ditentukan presentan diharapkan membuat naskah berisikan
rangkuman dan hal penting untuk disampaikan disetiap slide nya. Waktu yang
efektif dalam memberikan presentasi adalah 15-30 menit.
Selain itu, seharusnya materi ini juga disampaikan pada santri yang tingkat
SMA, karena mereka juga harus bersama-sama menjaga pesantren untuk bebas
dari scabies. Media penyuluhan tidak hanya dengan cara menyampaikan materi
secara lisan namun bisa juga melalui berbagai macam media lainnya, salah
satunya media cetak. Dimana media cetak ini lebih mengutamakan pesan-pesan
visual seperti gambar atau foto. Media cetak ini antara lain adalah booklet, leaflet,
flyer, flip chart atau tulisan pada surat kabar. Kelebihan penyampaian suatu
informasi menggunakan media cetak adalah dapat mencakup banyak orang, dapat
diberikan dimanapun dan tahan lama, namun media ini juga memiliki kekurangan
antara lain multitafsir dan mudah hilang. Kami sudah menyiapkan poster sejumlah
8 lembar untuk ditempatkan di dinding pesantren. Namun seharusnya poster juga
diberikan untuk kalangan santri SMA agar mereka juga ikut serta dalam upaya
gerakan bebas scabies.
Terdapat beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang
ditemukan adalah terlalu cepat dalam penyampaian materi sehingga informasi
yang didapat kurang maksimal. Kecepatan yang digunakan sebaiknya 1-2 menit
tiap slide, agar tidak lebih dari waktu yang ditentukan presentan diharapkan
membuat naskah berisikan rangkuman dan hal penting untuk disampaikan disetiap
slide nya. Waktu yang efektif dalam memberikan presentasi adalah 15-30 menit.
Untuk pembuatan slide sendiri terdapat beberapa kaidah yang ditetapkan, sebagai
berikut:

 Mudah dibaca, yaitu dengan menggunakan huruf yang sesuai


yaitu arial atau times new roman dengan ukuran 16-20 dan
dalam 1 slide hanya terdiri dari 8 baris
 Background yang sederhana dan dibuat kontras antara tulisan
dan background
 Judul yang jelas pada setiap slide
 Menggunakan grafik atau diagram
 Slide presentasi jangan terlalu banyak, dan tuliskan inti-
intinya2.3
Sedangkan, kami tidak menyediakan media cetak untuk santri SMA,
dimana dengan adanya media cetak dapat membantu selain peserta untuk
mengingat dan sedikit memahami materi yang telah disampaikan kapanpun dan
dimanapun.

Hal yang dapat dipelajari untuk perbaikan kedepannya adalah


sebelum melakukan penyuluhan harus mempersiapkan diri dengan maksimal
dimulai dari latihan untuk menyampaikan materi hingga hal-hal yang diperlukan
dalam penyuluhan dengan cara membuat checklist keperluan apa saja yang
biasanya diperlukan untuk penyuluhan. Hal tersebut dilakukan agar kedepannya
tidak ada lagi hal-hal yang kurang.
Hal yang saya pelajari dari kegiatan penyuluhan pesantren ini salah
satunya mengenai nilai profesionalisme dokter yaitu sebagai care provider.
Dimana sebagai seorang yang melayani masyarakat di bidang kesehatan, tentu
saja dokter tidak berfungsi sebagai pemberi obat agar pasien sembuh, namun
dokter juga harus mampu memberikan edukasi penyakit melalui pendekatan
promotif dan preventif. Sehingga sebagai seorang calon dokter diharuskan sering
belajar dan berlatih bagaimana cara mengedukasi yang baik agar kedepannya
dapat terbiasa melakukan edukasi.

Daftar Pustaka :
1. Notoadmojo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta. 2007.
2. Ann, M C., Daniel J. How to give good presentations. Harvard Unversity.
2015.
3. Cipolla R. How to prepare and deliver a presentation. Department of
Engineering University of Cambrigde. 2016.
DOKUMENTASI
Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

TTD
Nama Mahasiswa Salsabila Firdausi
……………………….
dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,
TTD ………………………
Nama Ph.D
Pembimbing dr. Haniarta Gemilang
TTD ………………………
Sari
LAPORAN KEGIATAN
MINI CEX KPKM

Nama kegiatan : Mini CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise)


Tempat : KPKM Reni Jaya
Tanggal : 12 November 2018

A. Deskripsi Kegiatan
Pada hari Rabu tanggal 12 November 2018, saya dan kelompok
saya dijadwalkan kegiatan mini cex di KPKM Reni Jaya dengan penguji
dr. Marita Fadhilah, PhD. Namun, karena beliau berhalangan hadir
kemudian digantikan oleh dr Mutia selaku dokter umum yang bertugas di
KPKM Renijaya. Kami melakukan kegiatan mini cex di salah satu ruang
poli di KPKM. Saya mendapatkan urutan ketiga dalam ujian mini cex.
Saya diberi rekam medis oleh penguji kemudian saya memeriksakan
pasien di depan dr. Mutia sebagai penguji.
Saat itu saya mendapatkan pasien seorang perempuan berusia 62
tahun. Saya mempersilahkan pasien masuk, memberi salam dan
memperkenalkan diri sebagai dokter muda. Kemudian saya melakukan
anamnesis mulai dari keluhan utama hingga riwayat sosial dan kebiasaan.
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 minggu yang lalu.
Nyeri kepala dirasakan berdenyut di seluruh bagian kepala. Keluhan
dirasakan hilang timbul dan berkurang saat istirahat. Keluhan sering
muncul saat pasien selesai mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci
piring dan mencuci baju.Terkadang nyeri kepala disertai rasa pusing
berputar. Keluhan mual dan muntah disangkal. Keluhan nyeri dada
disangkal. Keluhan cepat lelah saat berjalan disangkal. Pasien riwayat
darah tinggi 20 tahun dan rutin berobat di klinik dan teratur minum obat
darah tinggi, keluhan berkurang dan membaik setelah minum obat. Pasien
juga memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun dan rutin minum
obat metformin 3 x 500 mg. Pasien juga mengeluhkan gangguan
penglihatan pada kedua matanya. Kedua mata pasien dirasakan seperti
tertutup awan, dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan kotoran mata
yang banyak pada saat bangun tidur, nyeri, dan gatal pada mata disangkal.
Keluhan batuk lama, demam, dan nafsu makan menurun juga disangkal.
Riwayat stroke, kolesterol, dan asam urat disangkal. Riwayat asma dan
alergi disangkal.Pada keluarga terdapat riwayat diabetes mellitus yaitu
ayah pasien. Pasien juga mengeluhkan sering BAK di makam hari, yaitu 2-
3 kali diantara waktu tidur pasien, sehingga menggangu waktu tidur
pasien. Keluhan sering lapar dan sering haus disangkal.
Pasien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Pasien dulu jarang
berolahraga, namun sudah 1 tahun terakhir berolahraga jalan pagi 1 kali
seminggu selama 20 menit. Kebiasaan merokok, minum alkohol,
penggunaan obat-obatan terlarang disangkal. Pasien suka makanan
bersantan dan gorengan.
Kemudian saya melakukan pemeriksaan fisik berupa tanda vital
dan status generalis. Keadaan umum pasien baik, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 160/90 mmHg, Nadi 80x, Suhu 36,9o C, frekuensi
napas 18x/menit, berat badan 69 kg, tinggi badan 153 cm. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan kekeruhan lensa di kedua mata, shadow test
positif pada mata kanan. Hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
pasien saya tulis di kertas status pasien.
Kemudian saya menyarankan pasien untuk melakukan
pemeriksaan gula darah. Namun karena pasien saat datang ke KPKM tidak
dalam keadaan puasa, pasien mengatakan terakhir makan saat jam 07.00,
maka saya sarankan untuk dilakukan pemeriksaan gula darah sewaktu.
Saat hasil gula darah sewaktu keluar, hasil yang didapatkan adalah 298
g/dl.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang saya mendiagnosis sebagai cephalgia ec. Hipertensi grade 2,
diabetes mellitus tipe 2, obesitas grade I, gula darah belum terkontrol obat
dan suspek Katarak senilis imatur OD, katarak senilis matur OS.
Kemudian saya tentukan tatalaksana yang sesuai dan menuliskan resep
obat.
Saya menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang
dialaminya, perjalanan penyakitnya, hal-hal apa saja yang harus dihindari
untuk mencegah timbulnya komplikasi serta aturan minum obat.
Kemudian saya juga memberikan motivasi kepada pasien agar tetap sabar
dalam menjalani pengobatan ini karena membutuhkan waktu yang cukup
lama dan keteraturan minum obat agar gula darah dan tensinya terkontrol
sehingga dapat mencegah terjadi komplikasi.

F. Nomor Rekam Medik : 8072

G. Diagnosis Holistik

- Aspek personal
 Pasien mengeluhkan nyeri kepala, pasien juga sering
mengeluh terganggu tidurnya karena sering BAK pada
malam hari.
 Pasien berharap keluhannya segera membaik, agar dapat
beraktivitas kembali dengan normal dan tidur lebih nyenyak.
 Pasien merasa keluhannya ini disebabkan oleh komplikasi
dari darah tinggi dan gula darahnya yang tinggi
- Aspek klinis
Cephalgia ec Hipertensi gr 2
Diabetes mellitus tipe 2, obesitas, gula darah belum terkonrol.
Suspek Katarak senilis imatur OD, katarak senilis matur OS
- Aspek faktor internal
Riwayat keluarga menderita diabetes mellitus yaitu ayah pasien.
- Aspek faktor eksternal
Pasien dulu jarang berolahraga dan suka makanan bersantan dan
gorengan.
- Aspek skala fungsional
Derajat 1

H. Tatalaksana
Non-farmakologi
- Edukasi :
Jangka pendek:
 Dijelaskan kembali tentang dampak keterlambatan/
ketidakteraturan minum obat.
 Dijelaskan kembali mengenai asupan makanan serta diet
makan pada pasien DM dan hipertensi
 Dijelaskan kembali mengenai berat badan yang ideal.
 Dijelaskan kembali komplikasi akut DM dan hipertensi
 Diajarkan kembali nama, warna, bentuk, dan cara pemakaian
OHO dan obat hipertensi
 Menganjurkan setiap kali kontrol ditemani keluarga/ orang
terdekat.

Jangka panjang:
 Mengedukasi kembali mengenai perjalanan penyakit DM
dan hipertensi
 Memberitahu target terapi yang akan dicapai untuk DM dan
hipertensi.
 Mengusahakan untuk memiliki alat cek gula darah sendiri
dirumah atau mengakses ke apotek atau puskesmas terdekat.
 Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM dan
hipertensi.
 Kondisi khusus yang dihadapi: puasa atau sakit.
 Melibatkan keluarga pasien dalam proses edukasi.

- Terapi Nutrisi :
Diet dengan kebutuhan kalori:
Dengan makanan penukar:
 pagi : nasi putih ± 6 sendok makan, sayur-sayuran, ayam ,
susu
 siang: nasi putih ± 6 sendok makan, sayur/tumis, telur mata
sapi
 sore: nasi putih ± 6 sendok makan, sayur/lalapan, lauk 1
potong daging tanpa lemak
 malam atau cemilan diantara pagi atau sore: buah 1-2
potong
 Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari yang setara dengan 1000-
3000 mg Na/hari
Farmakologi
 Parasetamol 3 x 500 mg
 Amlodipin 1 x 10 mg
 Metformin 3 x 500 mg

R/ Parasetamol tab 500 mg No. X


ʃ 3 dd tab 1
R/ Amlodipin tab 10 mg No. X
ʃ 1 dd tab 1
R/ Metformin tab 500 mg No. XXX
ʃ 3 dd tab 1
FORM REFLEKSI KEGIATAN
KINERJA INTERNAL PUSKESMAS

Nama kegiatan : Mini CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise)


Tempat : KPKM Reni Jaya
Tanggal : 12 November 2018

Refleksikan perbedaan antara teori dan praktek yang dilakukan


Pada saat saya melakukan mini cex, yang menurut saya benar adalah
saya sudah melakukan anamnesis secara sistematis untuk menyingkirkan
diagnosis yang mungkin serta menggali faktor risiko yang menjadi penyebab
keluhan pasien. Saya juga sudah melakukan pemeriksaan fisik yang tepat terkait
keluhan pasien mulai dari antropometri, tanda vital, pemeriksaan fisik hidung,
mulut, thoraks dan abdomen. Kemudian saya juga memberikan edukasi terkait
penyakit pasien dan memberikan beberapa saran untuk gaya hidup sehat. Tak lupa
saja juga memberi edukasi mengenai tata cara minum obat.
Tindakan yang saya rasakan masih kurang saat melakukan Mini CEX
adalah saya cukup banyak menghabiskan waktu saat anamnesis. Namun, saya
menyadari bahwa saya masih kurang baik dalam hal manajemen waktu saat
bertemu dengan pasien. Bila kita lihat berdasarkan teori, anamnesis merupakan
salah satu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat media lisan atau percakapan
antara dokter dengan pasiennya langsung atau dengan orang lain yang mengetahui
kondisi pasien untuk mendapatkan data serta informasi mengenai penyakitnya.
Untuk mendapatkan informasi yang akurat, anamnesis sebaiknya dilakukan secara
sistematis, yaitu: data pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat kebiasaan dan sosial,
anamnesis sistem.
Pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan HbA1c, sedangkan dalam
konsensus PERKENI 2015 disebutkan bahwa algoritma pemberian terapi
farmakologi dilihat dari hasil pemeriksaan HbA1c tersebut, namun oleh karena
fasilitas laboraturium di KPKM Renijaya tidak tersedia sehingga tidak
memungkinkan untuk pasien dilakukan pemeriksaan tersebut.
Terdapat beberapa perbedaan antara teori dengan fakta yang
ditemukan adalah terlalu lama dalam menggali riwayat penyakit. Hal tersebut
terjadi karena kurangnya keterampilan saya dalam menentukan garis merah suatu
penyakit sehingga manajemen waktu saat bertemu pasien kurang. Kemudian,
keterampilan pemeriksaan fisik saya masih kurang baik karena tidak sesuai
dengan urutan yang berlaku. Hal ini terjadi karena durasi yang tersisa tinggal
sedikit sehingga membuat saya menjadi agak panik. Selainitu pasien ini tidak
dilakukan pemeriksaan HbA1c, sedangkan dalam konsensus PERKENI 2015
disebutkan bahwa algoritma pemberian terapi farmakologi dilihat dari hasil
pemeriksaan HbA1c tersebut, namun oleh karena fasilitas laboraturium di KPKM
Renijaya tidak tersedia sehingga tidak memungkinkan untuk pasien dilakukan
pemeriksaan tersebut. Kemudian saya tidak melakukan pemeriksaan fisik yang
berkaitan dengan skrining ada tidaknya komplikasi diabetes mellitus pada pasien.
Hal yang dapat dipelajari untuk perbaikan kedepannya adalah saya
harus lebih banyak berlatih untuk anamnesis dan melakukan pemeriksaan fisik
secara sistematis. Selain itu saya juga harus lebih mempersiapkan diri sebelum
saya resmi menjadi dokter nantinya, saya harus sering membaca dan merangkum
sebuah benang merah pada setiap penyakit. Sehingga pada saat bertemu pasien
tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menggali informasi mengenai
penyakitnya.
Hal yang saya pelajari tekait dengan nilai professionalism adalah
dokter sebagai manager. Maksud kata manager pada kasus ini bukan diartikan
dokter sebagai pengatur program atau kebijakan pada instansi layanan kesehatan
saja namun sebagai seorang yang dapat mengatur waktu dan kesistematisan dalam
memeriksa pasien agar lebih efektif. 3
Daftar Pustaka :
1. Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indomesia. Konsensus
pengelolaan dan pencegahan dibates melitus tipe 2 di Indonesia.
PERKENI. 2015
2. Jonathan, Gleadle. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.
2007.
3. Bickley, L., et all. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat
Kesehatan Edisi 8. Jakarta: EGC. 2009.
4. Boelen, C., MD. The Five-Stars Doctor: An Asset To Health Care Reform.
Geneva: WHO. 2009.
DOKUMENTASI
LAMPIRAN
Kopi Rekam Medik
c. Identitas
Nama : Ny M
Usia : 62 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pamulang
Agama : Islam

d. Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Nyeri kepala dirasakan berdenyut di seluruh bagian kepala. Keluhan dirasakan
hilang timbul dan berkurang saat istirahat. Keluhan sering muncul saat pasien selesai
mengerjakan pekerjaan rumah seperti mencuci piring dan mencuci baju.Terkadang
nyeri kepala disertai rasa pusing berputar. Keluhan mual dan muntah disangkal.
Keluhan nyeri dada disangkal. Keluhan cepat lelah saat berjalan disangkal. Pasien
riwayat darah tinggi 20 tahun dan rutin berobat di klinik dan teratur minum obat
darah tinggi, keluhan berkurang dan membaik setelah minum obat. Pasien juga
memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun dan rutin minum obat metformin 3
x 500 mg. Pasien juga mengeluhkan gangguan penglihatan pada kedua matanya.
Kedua mata pasien dirasakan seperti tertutup awan, dirasakan sejak 1 tahun yang
lalu. Keluhan kotoran mata yang banyak pada saat bangun tidur, nyeri, dan gatal
pada mata disangkal. Keluhan batuk lama, demam, dan nafsu makan menurun juga
disangkal. Riwayat stroke, kolesterol, dan asam urat disangkal.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien riwayat darah tinggi 20 tahun dan rutin berobat di klinik dan
teratur minum obat darah tinggi, keluhan berkurang dan membaik setelah minum
obat. Pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 5 tahun dan rutin minum
obat metformin 3 x 500 mg. Riwayat stroke, kolesterol, dan asam urat disangkal.
Riwayat asma dan alergi disangkal.
Riwayat penyakit keluarga :
Riwayat diabetes melitus pada keluarga didapatkan, yaitu ayah
pasien. Penyakit hipertensi, jantung, dan stroke pada keluarga disangkal.
Riwayat alergi pada keluarga disangkal.

Riwayat sosial ekonomi :


Pasien sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Pasien dulu jarang
berolahraga, namun sudah 1 tahun terakhir berolahraga jalan pagi 1 kali seminggu
selama 20 menit. Kebiasaan merokok, minum alkohol, penggunaan obat-obatan
terlarang disangkal. Pasien suka makanan bersantan dan gorengan.

1.3. PEMERIKSAAN FISIK


Kesadaran : Compos mentis
KU : Baik
TD : 160/90 mmHg
Nadi : 80 x/ menit
Nafas : 18 x/ menit
Suhu : 36.9 C
BB : 69 Kg
TB : 153 cm
IMT : 29,4 (obessitas I)

Kepala : Normocephal, rambut hitam sebagian beruban, tidak


mudah dicabut
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/- lensa keruh +/+,
shadow test +/-
Telinga : Normotia, sekret (-), nyeri tekan tragus (-)
Hidung : Simetris, deviasi (-), sekret (-)
Tenggorokan : Dinding faring hiperemis (-), tonsil T1/T1, uvula ditengah
Leher : KGB membesar (-), Kelenjar tiroid membesar (-), JVP
(5+1) cmH2O
Paru I : Pergerakan napas simetris, tidak ada pelebaran sela iga
P : Vokal fremitus simetris di kedua lapang paru
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra 1 jari
medial
P : Batas jantung kanan ICS 4 parasternal dextra,
Batas jantung kiri ICS 5 midclavicula sinistra 1 jari
medial
A : BJ I dan II normal, reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen I : Tampak membuncit, tidak tampak scar, tidak tampak
caput medusae
A : BU (+) normal 8x/menit
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
membesar
P : Timpani di seluruh lapang perut, shifting dullness (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-), CRT < 2 detik, palmar
erithem (-).

I. Diagnosis Holistik
- Aspek personal
 Pasien mengeluhkan nyeri kepala, pasien juga sering
mengeluh terganggu tidurnya karena sering BAK pada
malam hari.
 Pasien berharap keluhannya segera membaik, agar dapat
beraktivitas kembali dengan normal dan tidur lebih nyenyak.
 Pasien merasa keluhannya ini disebabkan oleh komplikasi
dari darah tinggi dan gula darahnya yang tinggi
- Aspek klinis
Cephalgia ec Hipertensi gr 2
Diabetes mellitus tipe 2, obesitas, gula darah belum terkonrol.
Suspek Katarak senilis imatur OD, katarak senilis matur OS
- Aspek faktor internal
Riwayat keluarga menderita diabetes mellitus yaitu ayah pasien.
- Aspek faktor eksternal
Pasien dulu jarang berolahraga dan suka makanan bersantan dan
gorengan.
- Aspek skala fungsional
Derajat 1

1.4. TATALAKSANA
Non-farmakologi
- Edukasi :
Jangka pendek:
 Dijelaskan kembali tentang dampak keterlambatan/
ketidakteraturan minum obat.
 Dijelaskan kembali mengenai asupan makanan serta diet
makan pada pasien DM dan hipertensi
 Dijelaskan kembali mengenai berat badan yang ideal.
 Dijelaskan kembali komplikasi akut DM dan hipertensi
 Diajarkan kembali nama, warna, bentuk, dan cara pemakaian
OHO dan obat hipertensi
 Menganjurkan setiap kali kontrol ditemani keluarga/ orang
terdekat.

Jangka panjang:
 Mengedukasi kembali mengenai perjalanan penyakit DM
dan hipertensi
 Memberitahu target terapi yang akan dicapai untuk DM dan
hipertensi.
 Mengusahakan untuk memiliki alat cek gula darah sendiri
dirumah atau mengakses ke apotek atau puskesmas terdekat.
 Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM dan
hipertensi.
 Kondisi khusus yang dihadapi: puasa atau sakit.
 Melibatkan keluarga pasien dalam proses edukasi.

- Terapi Nutrisi :
Diet dengan kebutuhan kalori:
Dengan makanan penukar:
 pagi : nasi putih ± 6 sendok makan, sayur-sayuran, ayam ,
susu
 siang: nasi putih ± 6 sendok makan, sayur/tumis, telur mata
sapi
 sore: nasi putih ± 6 sendok makan, sayur/lalapan, lauk 1
potong daging tanpa lemak
 malam atau cemilan diantara pagi atau sore: buah 1-2
potong
 Pembatasan garam berkisar 2,5-7,6 g/hari yang setara dengan 1000-
3000 mg Na/hari
Farmakologi
 Parasetamol 3 x 500 mg
 Amlodipin 1 x 10 mg
 Metformin 3 x 500 mg

R/ Parasetamol tab 500 mg No. X


ʃ 3 dd tab 1
R/ Amlodipin tab 10 mg No. X
ʃ 1 dd tab 1
R/ Metformin tab 500 mg No. XXX
ʃ 3 dd tab 1

Feedback dari Pembimbing Puskesmas :

Feedback dari Pembimbing Kampus :

Nama Mahasiswa Salsabila Firdausi TTD ……………………….

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh,


TTD ………………………
Ph.D
Nama Pembimbing
dr. Haniarta Gemilang
TTD ………………………
Sari

You might also like