Professional Documents
Culture Documents
BAB II
TINJAUAN TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH
DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI BIDANG EKONOMI
dan mandat.25
pembentuk wet (wetgever) yang diberikan kepada suatu organ negara, baik
25
Ibid.
26
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981,
hlm. 29.
27
Indroharto, Usaha memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
Pustaka Harapan, 1993, Jakarta , hlm. 90.
27
ada 2 (dua) cara untuk memperoleh wewenang, yaitu atribusi dan delegasi.
menyangkut pelimpahan wewenang yang telah ada (oleh organ yang telah
Dalam hal mandat tidak terjadi perubahan wewenang apapun (dalam arti
28
Ibid, hlm.38.
29
H. D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, Hoofdstukken van Administratief Recht,
Culemborg, Uitgeverij LEMMA BV, 1988, hlm. 56
30
Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, UII Pres, Yogyakarta, 2003, hlm. 74-75.
28
subyek hukum, komponen dasar hukum ialah bahwa wewenang itu harus
organ yang sudah ada maupun yang dibentuk pada kesempatan itu.
31
Philipus M. Hadjon, Fungsi Normatif Hukum Administrasi dalam Mewujudkan
Pemerintahan yang Bersih, Pidato Penerimaan jabatan Guru Besar dalam Ilmu Hukum pada
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 1994, hlm. 7.
32
Philipus M. Hadjon, Penataan Hukum Administrasi, Fakultas Hukum Unair, Surabaya,
1998. hlm.2.
29
itu didasarkan pada amanat suatu konstitusi dan dituangkan dalam sautu
wewenang dari pejabat yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.
wewenang dari badan atau pejabat pemerintahan yang satu kepada badan
yang sama. Wewenang yang diperoleh dari delegasi itu dapat pula di-
berbuat atas nama yang diwakili. Hanya saja mandat, tetap berwenang
33
Heinrich Triepel, dalam Sodjuangon Situmorang, Model Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Provinsi, dan Kabupaten/ Kota. Disertasi, PPS Fisip UI,
Jakarta. 2002. hlm. 104.
31
formal bahwa mandataris pada dasarnya bukan orang lain dari pemberi
mandat.
Pemerintahan Daerah.
tugas pembantuan.
32
a. Kewenangan Pemerintah
Perindustrian.
pemerintah dapat:
1) Menyelenggarakan sendiri;
tugas pembantuan.
yang dipersyaratkan.
b. Kewenangan Daerah
telah ditentukan.
dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait.. dan tata
peraturan perundang-undangan.
Provinsi adalah:
Provinsi.
masyarakat.
provinsi dapat:
bersangkutan.
Kabupaten/Kota.
dan negara;
negara;
warga negara;
yang berki ialifikasi tinggi tetapi sangat diperlukan oleh bangsa dan
pembinaan.
Daerah.
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
daerah yang ada dalam bentuk Provinsi, Kabupaten dan Kota adalah
jelas. Hal ini terlihat adanya kewenangan sama yang dimiliki antara
skalanya.
jelas di dalam rumusan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945, yang menyatakan
republik".
yang menjadi bagian dari wilayahnya tidak dapat disebut sebagai negara
(staat). Hal ini berbeda dengan dengan konsep negara Federal. Di sebuah
dibagi dalam daerah provinsi dan daerah provinsi akan dibagi dalam
beberapa negara, melainkan negara yang bersifat tunggal, yaitu hanya ada
satu negara dan tidak ada negara dalam negara. Prinsip negara Kesatuan
Pasal 1 ayat (1) dan (5) UUD 1945 tersebut Menurut M. Laica
bentuk negara RI secara utuh dibaca dan dipahami dalam makna "Negara
luasnya.35
pemerintah federal yang ditentukan secara definitif dan sisanya yang lebih
35
M. Laica Marzuki, Hakekat Desentralisasi Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia, Jurnal Konstitusi, Majalah Mahkamah Konstitusi RI, Volume 4 Nomor 1 Maret 2007.
36
A. Mukthie Fadjar, dalam Jimly Asshidiqie dan Para Pakar Hukum, Konstitusi dan
Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer, The Biography Institute, Jakarta, 2007, hlm. 268-269.
49
federal dapat pula dibedakan dari aspek kekuasaan. Pada negara kesatuan,
kekuasaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah tidak sama dan tidak
masing bagian dalam negara itu bebas dari campur tangan satu sama lain
Kesatuan.
federal akan tetapi dapat saja suatu negara dalam UUD itu menyebut
kesatuan namun lebih berciri kepada federalism. Oleh karena itu dapat
mengarah kepada negara kesatuan atau quasi federalisme dan akan ada
ketentuan UUD 1945, yaitu Pasal 1 ayat (1) dengan tegas dan pasti adalah
sebagai Negara Kesatuan serta dalam Pasal 37 ayat (5) tentang tidak dapat
dekonsentrasi.
tampak adanya satu ikatan atau kebulatan dalam wadah negara kesatuan
Republik Indonesia.
undang, yaitu :
dan desa (kota kecil) negeri dan warga dan sebagainya. Serta bentuk
daerah otonom lain Daerah Istimewa yang mempunyai hak asal usul
Tahun 1948 tentang pemerintahan Daerah yang memuat dua hal pokok,
yaitu : pada daerah-daerah (besar dan kecil) hanya akan ada satu bentuk
daerah.
bertumpu pada ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang sudah pasti
ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945, maka dapat dikemukakan beberapa
a. Daerah Indonesia dibagi atas daerah besar dan kecil yang akan diatur
Kesatuan. Daerah besar dan kesil ada yang bersifat otonom dan ada
yang mempunyai hak asal usul yang bersifat istimewa tersebut; dan
konsisten. Salah satu sendi pokok adalah negara kesatuan, maka dalam
pasal 18 ayat (2) dan (5) telah dirumuskan "Pemerintah daerah provinsi,
komprehensif.
adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan
otonomi daerah dan prinsip desentralisasi yang mencakup 3 (tiga) hal yaitu
daerah (empowering).41
40
M. Solly Lubis, Reformasi Politik dan Hukum, Mandar Madju, Bandung, 2000,
hlm.87.
41
Muchsan, dalam M. Arief Nasution, dkk, Demokrasi dan Problema Otonomi Daerah,
Mandar Madju, Bandung, 2000, ha1.78
58
42
Ibid, hlm.79.
59
dan agama;
pemerintahan desa;
atas, maka dapat diketahui beberapa hal penting yang berkenaan dengan
Daerah sebagai urusan pusat, maka sisa atau selebihnya merupakan urusan
apa saja selain enam urusan tersebut, sepanjang daerah yang bersangkutan
otonomi.
kuasa dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang harus disertai
perundang-undangan".44
tersebut".45
daerah mempertanggungjawabkannya.
44
Ibid, hlm.62.
45
Ibid, hlm.20.
63
untuk memenuhi tuntutan zaman yang bergerak cepat ini. Dengan adanya
paradigma baru ini, tentunya mengubah pemahaman yang selama ini ada
diantara negara-negara.
Hal ini disebabkan karena negara-negara yang baru merdeka tersebut baru
tersebut. Karena itu dalam konsiderans Deklarasi TEIB, para anggota PBB
bertekad untuk membina suatu tata ekonomi baru yang didasarkan atas
politik atau militer. Hal ini penting karena dari segi hukum internasional
48
Sayid Fadhil, Makalah “ Kerjasama Luar Negeri Oleh daerah Dalam Rangka
Kerjasama Sister City dan Kerjasama Ekonomi Sub-Regional Indonesia-Malaysia-Thailand
Growth Triangle (KESR IMT-GT), disampaikan pada Lokakarya “Aktualisasi Tata Cara Hubungan
Luar Negeri Oleh Pemerintah Daerah”, 14 Juli 2007, hlm.3.
67
bersangkutan.49
paksaan baik ekonomi maupun politik (terutama dari negara maju kepada
negara berkembang).
49
I Wayan Pathiana, Beberapa Masalah Dalam Hukum Internasional Dan Hukum
Nasional Indonesia , Bina Cipta, Bandung, 1987, hlm. 11.
50
Ibid. hlm.5.
68
sebagai suatu pasar global dan merupakan satu planet yang dihuni manusia
antar kota. Hal ini penting karena peran kota-kota disetiap negara sebagai
tersebut.
51
Ibid, hlm.6.
69
Pemerintah Daerah
budaya dapat menimbulkan aliran barang, jasa dan hubungan sosial yang
suatu kerjasama ekonomi internasional yang dalam hal ini dilakukan oleh
sebagai berikut : 52
Negeri;
Internasional ;
Daerah.
tersebut, berlaku pula bagi pemerintahan daerah yang ingin bekerja sama
Menteri”.
tentang Pemerintah Daerah yang lama secara implisit dan eksplisit tidak
(Sister City) dan Antar Propinsi (Sister Province) Dalam dan Luar
tentang Pemerintahan Daerah, terkait dengan kerja sama luar negeri lebih
55
Ibid, hlm.14.
74
Daerah
sumber-sumber dana lainnya seperti dana yang bersumber dari luar negeri.
Keberadaan sumber dana yang berasal dari luar negeri tidak dapat
kerjasama luar negeri dalam bidang kerjasama teknik antara lain dalam
Hubungan luar negeri Indonesia dilandasi prnsip politik luar negeri bebas
Aspek internal dari kerjasama antar daerah bagi Indonesia adalah dalam
58
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
59
Podji Koentarso, Kebijaksanaan Kerjasama Teknik dan Sister City Cooperation
Majalah Kota, No.3, Tahun II, Nopember-Desember 1990, hlm. 15.
60
Hulman Panjaitan & Anner Mangatur Sianipar, Hukum Penanaman Modal Asing,
Indhill Co, Jakarta, 2008), hlm. 37-39.
77
berkeunggulan kompetitif;
memiliki bentang alam yang luas dan kekayaan sumber daya alam
nelayan;