You are on page 1of 21

Proses Pengolahan Minyak Bumi dan Minyak Mentah dan Komposisinya - Proses pengolahan

fosil hewan menjadi minyak melewati beberapa tahap yang cukup panjang. Mula-mula, para ahli
melakukan eksplorasi, yaitu kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi
geologi untuk menemukan dan mendapatkan perkiraan cadangan minyak bumi. Pada umumnya,
mereka membuat peta topografi dengan pemotretan dari udara. Setelah daerah-daerah yang akan
diselidiki ditetapkan, para ahli bumi (geologi) mencari contoh-contoh batu atau lapisan batu yang
muncul dari permukaan karang atau tebing-tebing untuk diperiksa di laboratorium.

Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan penyelidikan geofisika. Caranya dengan


membuat gempa kecil atau getaran-getaran di bawah tanah (kegiatan seismik). Gelombang-
gelombang getaran dari ledakan ini turun ke bawah dan memantul kembali ke permukaan bumi.
Dengan cara ini, lokasi yang mengandung minyak bumi dapat diperkirakan secara ilmiah. Pada
daerah lapisan bawah tanah yang tak berpori tersebut dikenal dengan nama antiklinal atau
cekungan. Daerah cekungan ini terdiri dari beberapa lapisan, lapisan yang paling bawah berupa
air, lapisan di atasnya berisi minyak, sedang di atas minyak bumi tersebut terdapat rongga yang
berisi gas alam. Jika cekungan mengandung minyak bumi dalam jumlah besar, maka pengambilan
dilakukan dengan jalan pengeboran.

Setelah menentukan lokasi yang diperkirakan mengandung minyak bumi, tahapan selanjutnya
adalah melakukan kegiatan eksploitasi. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk menghasilkan minyak bumi. Kegiatan ini terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur,
pembangunan sarana pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan
pemurnian minyak. Pengeboran sumber minyak bumi menghasilkan minyak mentah yang harus
diproses lagi.

Proses pengeboran minyak bumi dan gas alam tersebut digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1. Minyak bumi, gas alam, dan batu bara di dalam lapisan bumi. [1]
Selain minyak mentah, terdapat juga air dan senyawa pengotor lainnya. Zat-zat selain minyak
mentah dipisahkan terlebih dahulu sebelum dilakukan proses selanjutnya. Kandungan utama
minyak mentah hasil pengeboran merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon.
Adapun senyawa lain, seperti sulfur, nitrogen, dan oksigen hanya terdapat dalam jumlah sedikit.
Tabel berikut menunjukkan persentase komposisi senyawa yang terkandung dalam minyak mentah
(crude oil).
Tabel 1. Persentase Komposisi Senyawa dalam Minyak Bumi Mentah

Kelompok Unsur
Karbon 84%
Hidrogen 14%
Sulfur Antara 1 hingga 3%
Nitrogen Kurang dari 1%
Oksigen Kurang dari 1%
Logam Kurang dari 1%
Garam Kurang dari 1%

Campuran hidrokarbon dalam minyak mentah terdiri atas berbagai senyawa hidrokarbon, misalnya
senyawa alkana, aromatik, naftalena, alkena, dan alkuna. Senyawa-senyawa ini memiliki panjang
rantai dan titik didih yang berbeda-beda. Semakin panjang rantai karbon yang dimilikinya,
semakin tinggi titik didihnya. Agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan, komponen-
komponen minyak mentah harus dipisahkan berdasarkan titik didihnya. Metode yang digunakan
adalah distilasi bertingkat. Menurut Anda, adakah metode pemisahan selain distilasi? Gambar
berikut menunjukkan fraksi-fraksi hasil pengolahan menggunakan metode distilasi bertingkat.
Gambar 2. Fraksi-fraksi pengolahan metode distilasi bertingkat pada minyak bumi mentah.
Tahapan Lengkap Pengolahan Minyak Mentah [2]

Minyak mentah (crude oil) yang diperoleh dari hasil pengeboran minyak bumi belum dapat
digunakan atau dimanfaatkan untuk berbagai keperluan secara langsung. Hal itu karena minyak
bumi masih merupakan campuran dari berbagai senyawa hidrokarbon, khususnya komponen
utama hidrokarbon alifatik dari rantai C yang sederhana/pendek sampai ke rantai C yang
banyak/panjang, dan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon.

Untuk menghilangkan senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon, maka pada minyak mentah
ditambahkan asam dan basa.
Minyak mentah yang berupa cairan pada suhu dan tekanan atmosfer biasa, memiliki titik didih
persenyawan-persenyawaan hidrokarbon yang berkisar dari suhu yang sangat rendah sampai suhu
yang sangat tinggi. Dalam hal ini, titik didih hidrokarbon (alkana) meningkat dengan
bertambahnya jumlah atom C dalam molekulnya.

Dengan memperhatikan perbedaan titik didih dari komponen-komponen minyak bumi, maka
dilakukanlah pemisahan minyak mentah menjadi sejumlah fraksi-fraksi melalui proses distilasi
bertingkat. Destilasi bertingkat adalah proses distilasi (penyulingan) dengan menggunakan tahap-
tahap/fraksi-fraksi pendinginan sesuai trayek titik didih campuran yang diinginkan, sehingga
proses pengembunan terjadi pada beberapa tahap/beberapa fraksi tadi. Cara seperti ini disebut
fraksionasi.

Minyak mentah tidak dapat dipisahkan ke dalam komponen-komponen murni (senyawa tunggal).
Hal itu tidak mungkin dilakukan karena tidak praktis, dan mengingat bahwa minyak bumi
mengandung banyak senyawa hidrokarbon maupun senyawa-senyawa yang bukan hidrokarbon.
Dalam hal ini senyawa hidrokarbon memiliki isomerisomer dengan titik didih yang berdekatan.
Oleh karena itu, pemisahan minyak mentah dilakukan dengan proses distilasi bertingkat. Fraksi-
fraksi yang diperoleh dari destilat minyak bumi ialah campuran hidrokarbon yang mendidih pada
trayek suhu tertentu.

a. Pengolahan tahap pertama (primary process)

Pengolahan tahap pertama ini berlangsung melalui proses distilasi bertingkat, yaitu pemisahan
minyak bumi ke dalam fraksi-fraksinya berdasarkan titik didih masing-masing fraksi.

Komponen yang titik didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah,
sedangkan yang titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui
sungkup-sungkup yang disebut menara gelembung. Makin ke atas, suhu dalam menara fraksionasi
itu makin rendah. Hal itu menyebabkan komponen dengan titik didih lebih tinggi akan mengembun
dan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih rendah naik ke bagian yang lebih atas
lagi. Demikian seterusnya, sehingga komponen yang mencapai puncak menara adalah komponen
yang pada suhu kamar berupa gas.

Perhatikan diagram fraksionasi minyak bumi pada gambar 2 di atas.

Hasil-hasil frasionasi minyak bumi yaitu sebagai berikut.

1) Fraksi pertama

Pada fraksi ini dihasilkan gas, yang merupakan fraksi paling ringan. Minyak bumi dengan titik
didih di bawah 30 oC, berarti pada suhu kamar berupa gas. Gas pada kolom ini ialah gas yang
tadinya terlarut dalam minyak mentah, sedangkan gas yang tidak terlarut dipisahkan pada waktu
pengeboran.
Gas yang dihasilkan pada tahap ini yaitu LNG (Liquid Natural Gas) yang mengandung komponen
utama propana (C3H8) dan butana (C4H10), dan LPG (Liquid Petroleum Gas) yang mengandung
metana (CH4)dan etana (C2H6).

2) Fraksi kedua
Pada fraksi ini dihasilkan petroleum eter. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil 90 oC, masih
berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendinginan dengan suhu 30 oC – 90 oC. Pada trayek ini,
petroleum eter (bensin ringan) akan mencair dan keluar ke penampungan petroleum eter.
Petroleum eter merupakan campuran alkana dengan rantai C5H12 – C6H14.

3) Fraksi Ketiga

Pada fraksi ini dihasilkan gasolin (bensin). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 175 oC ,
masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 90 oC – 175 oC. Pada trayek
ini, bensin akan mencair dan keluar ke penampungan bensin. Bensin merupakan campuran alkana
dengan rantai C6H14–C9H20.

4) Fraksi keempat

Pada fraksi ini dihasilkan nafta. Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari 200 oC, masih
berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175 oC - 200 oC. Pada trayek ini,
nafta (bensin berat) akan mencair dan keluar ke penampungan nafta. Nafta merupakan campuran
alkana dengan rantai C9H20–C12H26.

5) Fraksi kelima

Pada fraksi ini dihasilkan kerosin (minyak tanah). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil dari
275 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 175 oC - 275 oC.
Pada trayek ini, kerosin (minyak tanah) akan mencair dan keluar ke penampungan kerosin. Minyak
tanah (kerosin) merupakan campuran alkana dengan rantai C12H26–C15H32.

6) Fraksi keenam

Pada fraksi ini dihasilkan minyak gas (minyak solar). Minyak bumi dengan titik didih lebih kecil
dari 375 oC, masih berupa uap, dan akan masuk ke kolom pendingin dengan suhu 250 oC - 375 oC.
Pada trayek ini minyak gas (minyak solar) akan mencair dan keluar ke penampungan minyak gas
(minyak solar). Minyak solar merupakan campuran alkana dengan rantai C15H32–C16H34.

7) Fraksi ketujuh

Pada fraksi ini dihasilkan residu. Minyak mentah dipanaskan pada suhu tinggi, yaitu di atas 375 oC,
sehingga akan terjadi penguapan.

Pada trayek ini dihasilkan residu yang tidak menguap dan residu yang menguap. Residu yang tidak
menguap berasal dari minyak yang tidak menguap, seperti aspal dan arang minyak bumi. Adapun
residu yang menguap berasal dari minyak yang menguap, yang masuk ke kolom pendingin dengan
suhu 375 oC. Minyak pelumas (C16H34–C20H42) digunakan untuk pelumas mesin-mesin,
parafin (C21H44–C24H50) untuk membuat lilin, dan aspal (rantai C lebih besar
dari C36H74) digunakan untuk bahan bakar dan pelapis jalan raya.

b. Pengolahan tahap kedua

Pengolahan tahap kedua merupakan pengolahan lanjutan dari hasil-hasil unit pengolahan tahapan
pertama. Pada tahap ini, pengolahan ditujukan untuk mendapatkan dan menghasilkan berbagai
jenis bahan bakar minyak (BBM) dan non bahan bakar minyak (non BBM) dalam jumlah besar
dan mutu yang lebih baik, yang sesuai dengan permintaan konsumen atau pasar.

Pada pengolahan tahap kedua, terjadi perubahan struktur kimia yang dapat berupa pemecahan
molekul (proses cracking), penggabungan molekul (proses polymerisasi, alkilasi), atau perubahan
struktur molekul (proses reforming).

Proses pengolahan lanjutan dapat berupa proses-proses seperti di bawah ini.

1) Konversi struktur kimia

Dalam proses ini, suatu senyawa hidrokarbon diubah menjadi senyawa hidrokarbon lain melalui
proses kimia.

a) Perengkahan (cracking)

Dalam proses ini, molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul hidrokarbon yang lebih
kecil sehingga memiliki titik didih lebih rendah dan stabil.

Caranya dapat dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

• Perengkahan termal; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan suhu dan tekanan tinggi
saja.
• Perengkahan katalitik; yaitu proses perengkahan dengan menggunakan panas dan katalisator
untuk mengubah distilat yang memiliki titik didih tinggi menjadi bensin dan karosin. Proses ini
juga akan menghasilkan butana dan gas lainnya.
• Perengkahan dengan hidrogen (hydro-cracking); yaitu proses perengkahan yang merupakan
kombinasi perengkahan termal dan katalitik dengan "menyuntikkan" hidrogen pada molekul fraksi
hidrokarbon tidak jenuh.

Dengan cara seperti ini, maka dari minyak bumi dapat dihasilkan elpiji, nafta, karosin, avtur, dan
solar. Jumlah yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik dibandingkan dengan
proses perengkahan termal atau perengkahan katalitik saja.

Selain itu, jumlah residunya akan berkurang.

b) Alkilasi
Alkilasi adalah suatu proses penggabungan dua macam hidrokarbon isoparafin secara kimia
menjadi alkilat yang memiliki nilai oktan tinggi. Alkilat ini dapat dijadikan bensin atau avgas.

c) Polimerisasi

Polimerisasi adalah penggabungan dua molekul atau lebih untuk membentuk molekul tunggal
yang disebut polimer. Tujuan polimerisasi ini ialah untuk menggabungkan molekul-molekul
hidrokarbon dalam bentuk gas (etilen, propena) menjadi senyawa nafta ringan.

d) Reformasi

Reformasi adalah proses yang berupa perengkahan termal ringan dari nafta untuk mendapatkan
produk yang lebih mudah menguap seperti olefin dengan angka oktan yang lebih tinggi. Di
samping itu, dapat pula berupa konversi katalitik komponen-komponen nafta untuk menghasilkan
aromatik dengan angka oktan yang lebih tinggi.

e) Isomerisasi

Dalam proses ini, susunan dasar atom dalam molekul diubah tanpa menambah atau mengurangi
bagian asal. Hidrokarbon garis lurus diubah menjadi hidrokarbon garis bercabang yang memiliki
angka oktan lebih tinggi. Dengan proses ini, n-butana dapat diubah menjadi isobutana yang dapat
dijadikan sebagai bahan baku dalam proses alkilasi.

2) Proses ekstraksi

Melalui proses ini, dilakukan pemisahan atas dasar perbedaan daya larut fraksifraksi minyak dalam
bahan pelarut (solvent) seperti SO2, furfural, dan sebagainya. Dengan proses ini, volume produk
yang diperoleh akan lebih banyak dan mutunya lebih baik bila dibandingkan dengan proses
distilasi saja.

3) Proses kristalisasi

Pada proses ini, fraksi-fraksi dipisahkan atas dasar perbedaan titik cair (melting point) masing-
masing. Dari solar yang mengandung banyak parafin, melalui proses pendinginan, penekanan dan
penyaringan, dapat dihasilkan lilin dan minyak filter. Pada hampir setiap proses pengolahan, dapat
diperoleh produk-produk lain sebagai produk tambahan. Produk-produk ini dapat dijadikan bahan
dasar petrokimia yang diperlukan untuk pembuatan bahan plastik, bahan dasar kosmetika, obat
pembasmi serangga, dan berbagai hasil petrokimia lainnya.

4) Membersihkan produk dari kontaminasi (treating)

Hasil-hasil minyak yang telah diperoleh melalui proses pengolahan tahap pertama dan proses
pengolahan lanjutan sering mengalami kontaminasi dengan zat-zat yang merugikan seperti
persenyawaan yang korosif atau yang berbau tidak sedap. Kontaminan ini harus dibersihkan
misalnya dengan menggunakan caustic soda, tanah liat, atau proses hidrogenasi.
Proses pengolahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksi minyak bumi yang bermanfaat dilakukan
di kilang minyak (oil refinery). Di Indonesia terdapat sejumlah kilang minyak, antara lain:

1. kilang minyak Cilacap, Jawa Tengah (Kapasitas 350 ribu barel/hari);


2. kilang minyak Balongan, Jawa Tengah (Kapasitas 125 ribu barel/hari);
3. kilang minyak Balikpapan, Kalimantan Timur (Kapasitas 240 ribu barel/hari);
4. kilang minyak Dumai, Riau;
5. kilang minyak Plaju, Sumatra Selatan;
6. kilang minyak Pangkalan Brandan, Sumatra Utara; dan
7. kilang minyak Sorong, Papua.

Tokoh Kimia
Thomas Hancock

Thomas Hancock. [3]


Thomas Hancock (1786–1865) dan Charles Macintosh (1766–1843) menggunakan nafta dari hasil
distilasi
bertingkat minyak bumi untuk melarutkan karet. Tanpa kenal menyerah, ia terus melakukan
penelitian sampai
mendapatkan suatu larutan karet. Larutan karet ini kemudian digunakan untuk menghasilkan kain
tahan air. Kain ini digunakan dalam pembuatan mantel yang terkenal dengan nama
macintosh. Sumber: Jendela IPTEK, 1997

Anda sekarang sudah mengetahui Pengolahan Minyak Bumi. Terima kasih anda sudah
berkunjung ke Perpustakaan Cyber.

Referensi :

Rahayu, I. 2009. Praktis Belajar Kimia, Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p 210.
Referensi Lainnya :

[1] Utami, B. A. N. Catur Saputro, L. Mahardiani, dan S. Yamtinah, Bakti Mulyani.2009. Kimia :
Untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 250.

[2] Permana, I. 2009. Memahami Kimia 1 : SMA/MA untuk Kelas Semester 1 dan 2. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 175.

[3] http://www.pslc.ws/macrog/exp/rubber/bepisode/coat/hancock.htm
Pseudomonas berasal dari bahasa yunani yaitu pseudo berarti palsu dan monas berarti
satu unit. Pseudomonas sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu
mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi
lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang
mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp. dengan senyawa hidrokarbon.
Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam
menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp.
berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran
hidrokarbon.
Genus pseudomonas terdiri dari sejumlah kuman batang gram negatif yang tidak
meragi karbohidrat, hidup aerob di tanah dan di air.
Dalam habitat alam tersebar luas dan memegang peranan penting dalam pembusukan
zat organik. Bergerak dengan flagel polar, satu atau lebih. Beberapa diantaranya adalah
fakultatif khemoliotrof, dapat memakai H2 atau CO sebagai sumber karbon katalase
positif.
Ada yang patogen bagi binatang atau tanaman dan ada yang patogen bagi kedua-
duanya. Kebanyakan spesies pseudomonas tidak menyebabkan infeksi pada manusia,
tetapi kuman ini penting karena bersifat oportunis patogen, dapat menyebabkan infeksi
pada individu dengan ketahanan tubuh yang menurun.
Infeksi biasanya gawat, sulit diobati dan biasanya merupakan infeksi nosokomial.
Genus pseudomonas mempunyai spesies paling sedikit 10-12 yang penting dalam klinik.
Klasifikasi pseudomonas berdasar pada homologi rRNA atau DNA dan sifat
pertumbuhannya.
Spesies-spesies pseudomonas :
Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas flouresen
Pseudomonas putida
Pseudomonas stutzeri
Pseudomonas mendocina
Pseudomonas aeruginosa
A. Gambaran umum
Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen utama bagi manusia. Bakteri ini
kadang-kadang mengkoloni pada manusia dan menimbulkan infeksi apabila fungsi
pertahanan inang abnormal. Oleh karena itu, P.aeruginosa disebut patogen oportunistik,
yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu
infeksi. Bakteri ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai
saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Tetapi, infeksi P.aeruginosa menjadi
problema serius pada pasien rumah sakit yang menderita kanker, fibrosis kistik dan luka
bakar. Angka fatalitas pasien-pasien tersebut mencapai 50 %. P. aeruginosa termasuk
dalam genus Pseudomonas, bakteri gram negatif, berbentuk tangkai, polar dan berflagel.

B. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gamma Proteobacteria
Order : Pseudomonadales
Family : Pseudomonadaceae
Genus : Pseudomonas
Species : Pseudomonas aeruginosa

C. Morfologi dan Identifikasi


Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 μm.
Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk
rantai yang pendek. P. aeruginosa termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini bersifat
aerob, katalase positif, oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat
mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung
(sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu
bergerak.
Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan
adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42o C.
P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan
nutrisinya sangat sederhana. Di laboratorium, medium paling sederhana untuk
pertumbuhannya digunakan asetat (untuk karbon) dan ammonium sulfat (untuk
nitrogen).
Pembiakan dari spesimen klinik biasanya menghasilkan satu atau dua tipe koloni yang
halus :
a. Koloni besar dan halus dengan permukaan rata dan meninggi.
b. Koloni halus dan mukoid sebagai hasil produksi berbahan dari alignat. Tipe ini sering
didapat dari sekresi saluran pernafasan dan saluran kemih.
Alignat merupakan suatu eksopolisakarida yang merupakan polimer dari
glucoronic acid dan mannuronic acid, berbentuk gel kental disekeliling bakteri. Alignat ini
memungkinkan bakteri untuk membentuk biofilm, yaitu kumpulan koloni sel-sel mikroba
yang menempel pada suatu permukaan misalnya kateter intravena atau jaringan paru.
Alignat dapat melindungi bakteri dari pertahanan tubuh inang, seperti limfosit, fagosit,
silia, di saluran pernafasan, antibodi, dan komplemen. P. aeruginosa membentuk biofilm
untuk membantu kelangsungan hidupnya saat membentuk koloni pada paru-paru
manusia.
Terkadang menghasilkan bau yang manis dan menyerupai anggur. Koloni yang
dibentuk halus bulat dengan warna fluoresensi yang kehijau-hijauan. Bakteri ini
menghasilkan pigmen yang tak berfluoresensi kehijauan (plosianin). Strain P. aeruginosa
menghasilkan pigmen yang berfluoresensi antara lain: piooverdin (warna hijau), piorubin
(warna merah gelap), piomelanin (hitam). P. aeruginosa yang berasal dari koloni yang
berbeda mempunyai aktivitas biokimia, enzimatik dan kepekaan antimikroba yang
berbeda.
Pili (fimbriae) menjulur dari permukaan sel dan membantu pelekatan pada sel
epitel inang. Lipopolisakarida yang terdapat dalam banyak imunotipe merupakan salah
satu faktor virulensi dan juga melindungi sel dari pertahanan tubuh inang. P. aeruginosa
dapat digolongkan berdasarkan imunotipe lipopolisakarida dan kepekaannya terhadap
piosin (bakteriosin). Produk ekstraseluler yang dihasilkan berupa enzim-enzim, yaitu
elastase protease dan dua hemolisin, fosfolipase C yang tidak tahan panas dan
rhamnolipid.
P. aeruginosa resisten terhadap konsentrasi tinggi garam dan zat pewarna,
antiseptik, dan banyak antibodi yang sering digunakan. Suatu studi intensif menyatakan
bakteri ini mempunyai gen untuk resistensi terhadap merkuri, disebut gen mer yang
berada dalam plasmid.
Kemampuan P. aeruginosa menyerang jaringan bergantung pada reproduksi
enzim-enzim dan toksin-toksin, yang merusak barier tubuh dan sel-sel inang. P.
aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain, misalnya endotoksin
menyebabkan gejala sepsis dan syok septik, eksotoksin A menyebabkan nekrosis
jaringan, enzim-enzim ekstra seluler bersifat histotoksik dan mempermudah infasi
kedalam pembuluh darah.
D. Siklus Hidup

Adanya rangsangan dari lingkungan (luar tubuh) akan memicu pengaturan yang
memberikan sinyal kepada system penginderaan berupa sinyal mikroba. Kemudian
bakteri ini akan membenrtuk sel planktonik yang kemudian membuat formasi biofilm.
Pembentukan biofilm dimulai dengan terangkatnya mikroorganisme bebas-mengambang
ke permukaan. Koloni pertama menuju ke permukaan secara perlahan (gaya van der
Waals yang reversible). Jika koloni tidak segera dipisahkan dari permukaan, mereka dapat
membuat diri mereka lebih permanen dengan menggunakan struktur sel adhesi seperti
pili. Koloni pertama memfasilitasi kedatangan sel lain dengan menyediakan situs adhesi
lebih beragam dan mulai membangun matriks yang memegang biofilm bersama-sama.
Tahap akhir pembentukan biofilm dikenal sebagai pembangunan, dan tahap di mana
biofilm didirikan dan hanya dapat berubah dalam bentuk dan ukuran. Perkembangan
biofilm memungkinkan untuk koloni sel agregat (ies) menjadi semakin resisten
antibiotik. Formasi biofilm ini akan mengirimkan sinyal ke sel inang. Setelah proses
pembentukkan biofilm, sel inang mengirimkan sinyal sitokinesis kepada bakteri ini yang
kemudian menghasilkan sinyal adanya molekul metabolit sekunder.
Pseudomonas aeruginosa akan keluar dari sumbernya, mengalami penyebaran
dan mempunyai gerbang masuk bagi inang yang rentan. Pseudomonas aeruginosa akan
keluar dari saluran yang telah diinfeksinya. Apabila menginfeksi pada saluran pernapasan
maka akan meninggalkan saluran tersebut dan berpindah pada inang rentan yang lain.
Mengingat Pseudomonas aeruginosa merupakan patogen nosokomial, cara
pemindahsebarannya dapat melalui penanganan dan penggunaan alat yang tidak steril.
Kemudian akan menginfeksi inang lain yang rentan pada bagian tertentu misalnya saluran
kencing. Inang rentan ini biasanya pasien bedah, pasien yang terluka atau luka bakar,
pasien yang menjalani pengobatan radiasi, juga pasien dengan peralatan yang
menembus tubuh.

E. Reaksi biokimia
Kuman ini dapat mencairkan gelatin dan tidak membentuk H2S. Indol (-) dan
kadang-kadang terjadi false indol (+). Hal ini, terjadi bila dipakai reagensia Erlich dan
sebaiknya memakai reagensia dari Kovac. Tidak memecah urea.
P. aerugonisa merupakan organisme yang sangat mudah beradaptasi dan dapat memakai
80 gugus organik yang berbeda untuk pertumbuhannya dan amonia sebagai sumber
nitrogen.
Dapat tumbuh pada perbenihan yang dipakai untuk isolasi kuman
Enterobacteriaceae dan mempunyai kemampuan untuk menolerir keadaan alkalis, jiuga
dapat tumbuh pada perbenihan untuk kuman fibrio. Meskipun, pseudomonas merupakan
organisme aerob, tetapi ia dapat mempergunakan nitrat dan arginin sebagai aseptor
elektron dan tumbuh secara an aerob.
Suhu pertumbuhan optimum ialah 35⁰C tetapi dapat juga tumbuh 42⁰C. Hasil isolasi
bahan klinik sering memberikan beta hemolisis pada agar darah.
P. aerugonisa adalah satu-satunya spesies yang menghasilkan:
1. piosianin, suatu pigmen yang larut dalam kloroform. Strain lainnya menghasilkan
pigmen fenazin.
2. fluorezen, suatu pigmen yang larut dalam air. Beberapa strain menghasilkan pigmen
darah.

F. Epidemiologi
P. aerugonisa terdapat di tanah dan air, dan pada 10% orang merupakan flora
normal di kolon (usus besar). Dapat dijumpai pada daerah lembab di kulit dan dapat
membentuk koloni pada saluran pernapasan bagian atas pasien-pasien rumah sakit.
P. aerugonisa dapat dijumpai di banyak tempat di rumah sakit, disinfektan, alat
bantu pernapasan, makanan, saluran pembuangan air, dan kain pel merupakan beberapa
contoh resevoir. Selain itu, dapat juga lewat hewan (lalat, nyamuk, dsb) yang telah
tercemar. Pseudomonas aeruginosa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan
anestesi dan terapi pernafasan, cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan.
Suatu penelitian di unit perawatan intensif neonatus menyatakan bahwa P.
aerugonisa paling sering membentuk koloni di saluran pernapasan dan saluran cerna.
Hal ini terutama dijumpai pada bayi prematur oleh karena pH lambung sering tinggi
sehingga mendukung pertumbuhan bakteri. Penyebaran terjadi dari pasien ke pasien
lewat tangan karyawan rumah sakit, melalui kontak langsung dengan reservoir, atau
lewat pencernaan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
P. aerugonisa menyebabkan kontaminasi pada perlengkapan anestesi dan terapi
pernapasan , cairan intravena, bahkan air hasil proses penyulingan. Endoskopi, termasuk
bronkoskopi adalah alat-alat medik yang paling sering dihubungkan dengan berjangkitnya
infeksi nosokomial. Suatu penelitian di AS membuktikan bawa dari 414 pasien yang
menjalani prosedur bronkoskopi didapati 9,4% infeksi saluran napas atas dan bawah
serta infeksi lewat aliran darah, dan pada 66,7% dari infeksi tersebut didapati P.
aerugonisa sesudah dilakukan kultur.
Karena merupakan patogen nosokomial maka metode untuk mengendalikan infeksi
ini mirip dengan metode untuk patogen nosokomial lainnya. Kemampuannya untuk
tumbuh subur dalam lingkungan yang basah menuntut perhatian khusus pada bak cuci,
bak air, pancuran, bak air panas, dan daerah basah yang lain. Untuk mencegah
terkontaminasinya kolam renang umum, dilakukan klorinasi terhadap air kolam renang,
menghindari lantai kolam renang yang kasar untuk mengurangi gesekan pada kulit, dan
membersihkan lantai kolam renang beserta saluran air menggunakan senyawa
ammonium quaternium diikuti penggunaan ozone untuk memecah biofilm.
Untuk tujuan epidemiologi, strain dapat ditentukan tipenya berdasarkan kepekaan
terhadap piosin dan imunotipe lipopolisakaridanya. Vaksin dari jenis yang tepat yang
diberikan pada penderita dengan risiko tinggi akan memberikan perlindungan sebagian
terhadap spesies Pseudomonas. Terapi semacam itu telah digunakan secara ekperimental
pada penderita leukimia, luka bakar, fibrosis kistik, dan imunosupresi.

G. Patogenesis
Faktor sifat yang memungkinkan organisme mengatasi pertahanan tubuh normal dan
menimbulkan penyakit ialah : pili, yang melekat dan merusak membran basalis sel;
polisakarida simpai, yang meningkatkan perlekatan pada jaringan tetapi tidak menekan
fagositosis; suatu hemolisin yang memiliki aktivitas fosfolipasa; kolagenasa dan elastasa
dan flagel untuk membantu pergerakan.
Sedangkan faktor yang menentukan daya patogen adalah LPS mirip dengan yang
ada pada Enterobacteriaceae; eksotoksin A, suatu transferasa ADP-ribosa mirip dengan
toksin difteri yang menghentikan sintesis protein dan menyebabkan nekrosis di dalam
hati; eksotoksin S yang juga merupakan transferasa ADP-ribosa yang mampu
menghambat sintesis protein eukariota.
Produksi enzim-enzim dan toksin-toksin yang merusak barrier tubuh dan sel-sel inang
menentukan kemampuan Pseudomonas aeruginosa menyerang jaringan. Endotoksin P.
aeruginosa seperti yang dihasilkan bakteri Gram-negatif lain menyebabkan gejala sepsis
dan syok septik. Eksotoksin A menghambat sintesis protein eukariotik dengan cara kerja
yang sama dengan cara kerja toksin difteria (walaupun struktur kedua toksin ini tidak
sama) yaitu katalisis pemindahan sebagian ADP-ribosil dari NAD kepada EF-2. Hasil dari
kompleks ADP-ribosil-EF-2 adalah inaktivasi sintesis protein sehingga mengacaukan
fungsi fisiologik sel normal. Enzim-enzim ekstraseluler, seperti elastase dan protease
mempunyai efek hidrotoksik dan mempermudah invasi organisme ini ke dalam pembuluh
darah.
Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam beberapa serum manusia,
termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi yang berat. Psiosianin merusak
silia dan sel mukosa pada saluran pernafasan. Lipopolisakarida mempunyai peranan
penting sebagai penyebab timbulnya demam, syok, oliguria, leukositosis, dan leukopenia,
koagulasi intravaskular diseminata, dan sindroma gagal pernafasan pada orang dewasa.
Strain Pseudomonas aeruginosa yang punya sistem sekresi tipe III, secara signifikan lebih
virulen dibandingkan dengan yang tidak punya sistem sekresi tersebut. Sistem sekresi
tipe III adalah sistem yang dijumpai pada bakteri gram negatif, terdiri dari sekitar 30
protein yang terbentang dari bagian dalam hingga luar membran sel bakteri, berfungsi
seperti jarum suntik yang menginjeksi toksin-toksin secara langsung ke dalam sel inang
sehingga memungkinkan toksin mencegah netralisasi antibodi.
Pseudomonas aeruginosa menimbulkan berbagai penyakit diantaranya yaitu :
 Infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan nanah hijau kebiruan
 Infeksi saluran kemih.
 Infeksi pada saluran napas mengakibatkan pneumonia yang disertai nekrosis.
 Otitis eksterna ringan pada perenang.
 Infeksi mata.

H. Gejala Klinik
Gejalanya tergantung bagian tubuh yang terkena, tetapi infeksi ini cenderung berat:
a. Infeksi pada luka atau luka bakar, ditandai dengan nanah biru-hijau dan bau manis seperti
anggur. Infeksi ini sering menyebabkan daerah ruam berwarna hitam keunguan dengan
diameter sekitar 1 cm, dengan koreng di tengahnya yang dikelilingi daerah kemerahan
dan pembengkakan. Ruam ini sering timbul di ketiak dan lipat paha. Hal ini dapat juga
dialami oleh penderita kanker.
b. Infeksi saluran kemih, biasanya kronis dan terjadi pada orang yang sudah tua.
c. Pneumonia, pada fibrosis kistik mungkin terjadi kolonisasi kuman strain yang berlendir
pada paru-paru. Infeksi paru-paru pada penderita bila menghirup Pseudomonas
aeruginosa dalam jumlah besar pada alat bantu pernafasan yang tercemar. Sering
menyebabkan gangguan mental, renjatan septik gram negatif dan sianosis yang semakin
berat.
d. Otitis eksterna maligna, suatu infeksi telinga, bisa menyebabkan nyeri telinga hebat dan
kerusakan saraf dan sering terjadi pada penderita kencing manis.
e. Infeksi mata, Pseudomonas aeruginosa bisa menyebabkan koreng pada mata, mencemari
lensa mata dan cairan lensa.

I. Diagnosis
Biakan merupakan tes spesifik untuk diagnosis infeksi Pseudomonas aeruginosa.
Bakteri batang gram negatif nonfermenter mudah tumbuh pada media isolasi primer rutin
dan mudah diisolasidari spesimen klinik atau lingkungan rumah sakit. Biasanya diisolasi
pada media agar pepton dengan atau tanpa penambahan 5% darah domba atau kelinci,
meskipun media yang diperkaya darah tidak menjadi dasar untuk isolasi bakteri ini. Selain
agar darah, untuk isolasi primer digunakan salah satu media diferensial, misalnya agar
MacConkey atau eosinmetlrylene blue. Pada media diferensial tersebut Pseudomonas
aeruginosa tumbuh sebagai koloni yang tidak memfermentasi laktosa (tidak berwarna).
Media isolasi primer biasanya diinkubasi pada 35 C atau 37C. Media mengandung
cetrimide, irgasan, C-390, sodium lauroyl sarcosine, atau senyawa yang sama, digunakan
untuk isolasi selektif.
Prosedur skrining untuk membedakan Pseudomonas aeruginosa dari genus yang
sama dan spesies nonfermenter lainnya adalah bau, pigmentasi, morfologi koloni, reaksi
pada pewarnaan Gram,morfologi fagel, bentuk penggunaan glukosa, produksihidrogen
sulfida, arginin dihidrolase clan indofenol oksidase, pertumbuhan pada 42C, clan proses
oksidasi glukosa, xylosa, laktosa, dan maltosa pada media basal oxidative fermentative
(OF).
Lebih kurang 15% dari seluruh gram negatif yang diisolasi dari spesimen klinik
adalah nonfermenter, dan lebih kurang 70% dari isolat tersebut adalah Pseudomonas
aeruginosa piosianogenik. Untuk membedakan dari isolat lainnya, diperlukan metode
identifikasi tambahan. Uji serologik, bactertophage, pola bakteriosin, profil plasmid, dan
profil enzim telah digunakan sebagai penanda epidemiologik atau sarana penelitisn untuk
identifikasi Pseudomonas aeruginosa. Antibodi monoklonaldan hibridisasi DNA juga telah
digunakan untuk identifikasi.
I. Pengobatan dan Pencegahan
Pseudomonas aeruginosa meningkat secara klinik karena resisten terhadap
berbagai antimikroba dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan tingkat Multi
Drug Resistance (MDR) yang tinggi. Definisi dari MDR-PA (Multi Drug Resistance-
Pseudomonas aeruginosa) adalah resisten paling tidak terhadap 3-antimikroba yaitu kelas
β-laktam, carbapenem, aminoglikosida, dan fluoroquinon. Pseudomonas aeruginosa tidak
boleh diobati dengan terapi obat tunggal karena tingkat keberhasilan rendah dan bakteri
dengan cepat jadi resisten. Pola kepekaan bakteri ini bervariasi secara geografik. Maka,
diperlukan tes kepekaan sebagai pedoman untuk pemilihan terapi antimikroba. Penisillin
bekerja aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa antara lain: tikarsilin, mezlosilin, dan
pipeasilin digunakan dengan dikombinasikan bersama aminoglikosida biasanya
gentamisin, tobramisin/ amikasin. Obat lain yang aktif terhadap Pseudomonas aeruginosa
antara lain aztreonam; imipinem; kuinolon baru, termasuk siprofloksasin.
Sefalosporin generasi baru, seftazidim dan sefoperakson aktif melawan
Pseudomonas aeruginosa. Seftazidim digunakan secara primer pada terapi infeksi
Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa sering kali merupakan flora normal yang melekat pada
tubuh kita dan tidak akan menimbulkan penyakit selama pertahanan tubuh normal.
Karena itu, upaya pencegahan yang paling baik adalah dengan menjaga daya tahan
tubuh agar tetap tinggi. Upaya pencegahan penularan penyakit pada pasien yang
dirawat di rumah sakit dilakukan dengan cara kerja steril atau aseptis yang dilakukan
oleh setiap personil rumah sakit (medis dan paramedis) dengan penuh rasa tanggung
jawab.

Sumber:
Dwidjoseputro,D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Dan dari
berbagai sumber lain.

You might also like