You are on page 1of 10

Sulahyuningsih et al.

/ Analysis of Patient Safety Management in Committee

Analysis of Patient Safety Management in Committee for Quality


Improvement and Patient Safety at Sumbawa Hospital,
West Nusa Tenggara
Evie Sulahyuningsih1), Didik Tamtomo2), Hermanu Joebagio3)
1)Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret
2)Department of Anatomy, Faculty of Medicine, Universitas Sebelas Maret
3)Faculty of Teaching and Educational Sciences, Universitas Sebelas Maret

ABSTRACT

Background: Patient safety is a crucial issue and a focus of policy standard in internationally
accredited organizations. The specific committee responsible for quality improvement in patient
safety is the committee for quality improvement and patient safety (PMKP). Incidence of
malpractice often occurs but are not reported. It indicates that the committee has not worked
according to required accreditation standard. This study aimed to analyze patient safety
management with the committee for quality improvement and patient safety at Sumbawa Hospital,
West Nusa Tenggara.
Subjects and Method: This was a qualitative study with phenomenology approach. Nine study
participants were selected purposively, consisting of 3 committee members (chairperson, secretary,
and patient safety sub-committee), 3 chiefs of ward (pediatrics, internal medicine, and surgery),
and 4 nurses or midwives (pediatrics, surgery, ICU/ICCU, and obstetrics).
Results: The committee for quality improvement and patient safety has been established at
Sumbawa Hospital, West Nusa Tenggara to meet the requirement of hospital accreditation
standard. It aimed to improve the quality of services and to assure patient safety. However, its work
has not meet the required standard. The lack of knowledge among involving parties, including
hospital management, PMKP member, medical professionals was identified as one important
obstacle for the implementation of patient safety management. This has led to the incidence of
malpractice at the hospital, sub-standard quality of services and patient safety.
Conclusion: PMKP has been established at Sumbawa Hospital, West Nusa Tenggara. However,
their work have not meet the required standard. The lack of knowledge among involving parties,
including hospital management, PMKP, and health professional, has led to the incidence of
malpractice at the hospital, sub-standard quality of services and patient safety.

Keyword: quality improvement, patient safety management, committee

Correspondence:
Evie Sulahyuningsih. Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Jl. Ir. Sutami 36
A, Surakarta 57126, Central Java. Mobile: 08786410495.

LATAR BELAKANG pasien rumah sakit untuk meningkatkan


Keselamatan pasien merupakan persoalan mutu pelayanan pasien dan menjamin
kritis dalam rumah sakit yang sering di keselamatan pasien (Priyoto dan Widyas-
publikasikan dan menjadi fokus internasio- tuti, 2014).
nal. Keselamatan pasien menjadi standar Komite yang berperan dalam kese-
kebijakan dalam organisasi akreditasi inter- lamatan pasien adalah komite peningkatan
nasional (El-Jardali et al., 2011). Komite mutu dan keselamatan pasien (PMKP) yang
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) telah me- menjangkau ke seluruh unit kerja di rumah
nyusun standar keselamatan pasien rumah sakit. Pelaksanaan program kerja komite
sakit dalam instrumen standar keselamatan tidak mudah karena memerlukan koor-

e-ISSN: 2549-0281 (online) 147


Journal of Health Policy and Management (2017), 2(2): 147-156
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2017.02.02.06

dinasi dan komunikasi yang baik antara JCI dan WHO mengeluarkan “Nine Life-
kepala bidang/ divisi medis, keperawatan, Saving Patient Safety Solutions” atau 9
penunjang medis, administrasi, dan lainnya solusi keselamatan pasien. Kenyataannya,
termasuk kepala unit/ departemen/ insta- permasalahan keselamatan pasien masih
lasi pelayanan. Sub Komite Keselamatan banyak terjadi termasuk di Indonesia (JCI,
Pasien merupakan salah satu sub dari 2017).
komite PMKP yang berperan dalam mana- Isu keselamatan pasien di Indonesia
jemen keselamatan pasien meliputi penyu- mulai dibahas pada tahun 2000, diikuti
sunan program dan laporan, monitoring dengan studi pertama di 15 rumah sakit
dan evaluasi, menyusun indikator kesela- dengan 4500 rekam medik. Hasilnya me-
matan pasien, melakukan pendokumentasi- nunjukkan bahwa angka KTD sangat ber-
an, investigasi dan analisis terkait insiden variasi, yaitu 8.0% hingga 98.2% untuk
keselamatan pasien(KARS, 2017). kesalahan diagnosis dan 4.1% hingga 91.6%
Penerapan manajemen keselamatan untuk kesalahan pengobatan. Sejak itu,
pasien di rumah sakit memegang peranan bukti-bukti tentang keselamatan pasien di
yang sangat penting dalam upaya men- Indonesia pun merebak, meskipun belum
cegah atau meminimalkan terjadinya insi- ada studi nasional hingga saat ini (Aranaz-
den keselamatan pasien yang bersifat me- Andrés et al., 2011).
rugikan. Keselamatan pasien merupakan Laporan tersebut mencerminkan
tanggungjawab semua pihak yang berkaitan bahwa manajemen keselamatan pasien
dengan pemberi pelayanan kesehatan. kurang diterapkan, sehingga KTD masih
Stakeholder mempunyai tanggung jawab terjadi. Menanggapi hal ini Indonesia telah
memastikan tidak ada tindakan yang mem- mendirikan KKP-RS (Komite Keselamatan
bahayakan pasien (Kangasniemi et al., Pasien Rumah Sakit) sejak tahun 2005 oleh
2013). Pasien juga memainkan peran lebih PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Indo-
besar dalam mengelolah kesehatan mereka nesia). Sejak tahun 2006 workshop kese-
sehingga dapat menunjang upaya kese- lamatan pasien dan manajemen risiko
lamatan pasien (Bishop dan Macdonald, klinis, telah diikuti hampir 1900 staf RS
2014). (dokter, perawat, dll) dari + 250 Rumah
Faktor yang berkontribusi terhadap Sakit seluruh Indonesia (Kemenkes, 2015).
terjadinya KTD di rumah sakit antara lain Tahun 2008 badan akreditasi nasio-
yang menyatakan bahwa komunikasi nal rumah sakit menjadikan keselamatan
tentang pengobatan dan pembedahan pasien sebagai standar akreditasi melalui
adalah yang paling utama yang mempenga- pembentukan komite PMKP. Undang-
ruhi budaya keselamatan pasien (Smith et undang Nomor 44 tahun 2009 Tentang
al., 2017). Sebuah analisis dari 2.455 Rumah Sakit dan keselamatan pasien wajib
peristiwa sentinel dilaporkan kepada orga- dilaksanakan oleh Rumah Sakit, dan Per-
nisasi komisi akreditasi kesehatan menun- menkes nomor 1691 tahun 2011 tentang
jukkan bahwa 70% dari kasus adalah akibat keselamatan pasien (Kemenkes, 2015).
dari kegagalan dalam komunikasi (El- Mayoritas (84%) profesional layanan kese-
Jardali et al., 2011). hatan dapat merangsang tindakan untuk
Joint Commission International (JCI) memperbaiki budaya keselamatan pasien
dan World Health Organitation (WHO) (Zwijnenberg et al., 2016).
melaporkan beberapa negara terdapat 70% Pelaporan insiden keselamatan pasien
kejadian kesalahan pengobatan meskipun, berdasarkan propinsi pada tahun 2008

148 e-ISSN: 2549-0281 (online)


Sulahyuningsih et al./ Analysis of Patient Safety Management in Committee

ditemukan propinsi DKI Jakarta 37.9%, SUBJEK DAN METODE


Jawa Tengah 15.9%, D.I. Yogyakarta 18.8%, 1. Tempat dan Waktu
Jawa Timur 11.7%, Sumatera Selatan 6.9%, Penelitian ini akan dilaksanakan di RSU
Jawa Barat 2.8%, Bali 1.4%, Aceh 10.7% Daerah Sumbawa, Kabupaten Sumbawa,
dan Sulawesi Selatan 0.7% (KKP-RS, 2008 Nusa Tenggara Barat. Alasan pemilihan
dalam Keles et al., 2015). Kasus yang paling tempat ini, karena peran dari komite PMKP
sering terjadi adalah kesalahan obat yang khususnya sub keselamatan pasien belum
tidak jarang berlanjut menjadi tuntutan berjalan sesuai dengan standar manajemen
hukum dan berakhir di pengadilan. Melihat keselamatan. Penelitian dilakukan pada
fenomena tersebut, program keselamatan bulan Nopember2017.
pasien rumah sakit (hospital patient 2. Rancangan Penelitian
safety) sangatlah penting dan merupakan Penelitian ini adalah kualitatif dengan pen-
peningkatan dari program mutu yang dekatan fenomenology yaitu pendekatan
selama ini dilaksanakan secara konservatif yang memberikan deskripsi, refleksi, inter-
(Kemenkes, 2009). pretasi, dan modus riset yang menyampai-
Peran dari pihak manajemen atau kan intisari dari pengalaman kehidupan
komite PMKP rumah sakit sangatlah individu yang diteliti (Afiyanti dan
penting dalam manajemen keselamatan Rachmawati, 2014).
pasien, mengingat insiden keselamatan Pendekatan fenomenologi adalah
pasien di rumah sakit diharapkan pada pendekatan yang memberikan deskripsi,
nilai zero defect (tingkat insidensi 0%). refleksi, interpretasi, dan modus riset yang
Pelaksanaannya memerlukan koordinasi menyampaikan intisari dari pengalaman
dan komunikasi yang baik antara kepala kehidupan individu yang diteliti (Afiyanti
bidang/ divisi medis, keperawatan, penun- dan Rachmawati, 2014).
jang medis, administrasi, dan lainnya ter- 3. Partisipan
masuk kepala unit/ departemen/ instalasi Partisipan dalam penelitian ini adalah
pelayanan (KARS, 2017). pengurus komite PMKP, kepala ruang dan
Berdasarkan survei pendahuluan di perawat/ bidan pelaksana di ruang rawat
RSU Daerah Sumbawa, komite PMKP baru inap RSUD Sumbawa yang memenuhi
dibentuk pada tahun 2017.Badan akreditasi kriteria penelitian. Pemilihan partisipan
nasional sudah menetapkan standar kese- dengan teknik purposive sampling yaitu
lamatan pasien terkait pembentukan dipilih dengan pertimbangan dan tujuan
komite PMKP sejak tahun 2008.Penerapan tertentu dengan cara partisipan diseleksi
manajemen keselamatan pasien juga belum (Sugiyono, 2015). Jumlah partisipan 9
maksimal dan masih belum sesuai dengan orang yaitu 3 orang pengurus komite
SOP keselamatan pasien yang sudah (ketua, sekretaris, dan sub komite kesela-
ditetapkan. Pengetahuan dan kesadaran matan pasien), 3 orang kepala ruang (anak,
staf masih rendah, sehingga tidak ada penyakit dalam, dan bedah sekaligus sekre-
pelaporan dan dokumentasi insiden kese- taris komite), dan 4 orang perawat/ bidan
lamatan pasien. pelaksana ruang rawat inap (anak, bedah,
Tujuan penelitian ini adalah meng- icu/ iccu, dan kebidanan).
analisis manajemen keselamatan pasien 4. Teknik pengumpulan dan analisa
pada komite PMKP di RSUD Sumbawa. data
Data dikumpulkan dengan in-depth inter-
view, observasi dan studi dokumen.

e-ISSN: 2549-0281 (online) 149


Journal of Health Policy and Management (2017), 2(2): 147-156
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2017.02.02.06

Analisis data dengan menggunakan analisis formulir itu merupakan tugas dari pokja
tematik. Braun dan Clarke (2014) meng- keselamatan pasien, dimana tim tersebut
ungkapkan bahwa analisis tematik merupa- sekaligus sebagai tim sub keselamatan
kan metode untuk mengidentifikasi, meng- pasien. Ini menunjukkan bahwa sistem
analisis tema, dan makna dari suatu data pelaksanaan manajemen belum sesuai
dalam kaitannya dengan pertanyaan penel- standar. Hal ini disebabkan karena keter-
itian atau memberikan deskripsi terhadap batasan pengetahuan terkait peran komite
data secara keseluruhan. PMKP dalam keselamatan pasien.
5. Instrumen Penelitian Sosialisasi kepada tiap unit terkait
Instrumen pengumpulan data adalah pene- peran dari komite PMKP harus dilakukan
liti. Sedangkan alat bantu pengumpulan agar semua petugas khususnya petugas
data adalah kuesioner, pedoman wawan- kesehatan mengetahui apa yang menjadi
cara, lembar observasi (checklist), lembar uraian tugas, wewenang dan tanggung
catatan observasi, lembar catatan studi jawab dari komite. Sebagian partisipan dan
dokumen, tape recorder, dan kamera. juga petugas di tiap unit belum tahu dan
tidak memahami peran dari komite PMKP,
HASIL bahkan belum tahu keberadaan komite ini
1. Peran komite PMKP dalam pers- di rumah sakit.Hal ini disebabkan belum
pektif manajemen keselamatan dilakukan sosialisasi terkait peran komite
pasien PMKP.
Komite PMKP dibentuk dalam upaya 2. Implementasi Manajemen Kesela-
meningkatkan mutu pelayanan pasien dan matan Pasien
menjamin keselamatan pasien.Komite ini Pelaksanaan 6 SKP di RSU Daerah
juga untuk memenuhi standar akreditasi Sumbawa belum berjalan dengan mak-
rumah sakit yang mempunyai kegiatan simal. Hal ini disebabkan karena berbagai
dengan spektrum yang sangat luas. Salah kendala yaitu keterbatasan pengetahuan
satu sub komite yang bertanggung jawab dan kesadaran personal/ petugas dan pihak
terhadap keselamatn pasien adalah Sub manajemen atau rumah sakit serta keter-
komite keselamatan pasien. batasan sarana dan prasarana dalam mela-
Sub Komite ini berperan dalam mana- kukan 6 SKP. Ketidaksesuaian dalam pelak-
jemen keselamatan pasien meliputi penyu- sanaan enam sasaran keselamatan pasien
sunan program dan laporan, monitoring (SKP) meningkatkan insiden keselamatan
dan evaluasi, menyusun indikator kese- pasien (IKP).
lamatan pasien, pendokumentasian invest- Kejadian IKP wajib dilaporkan oleh
tigasi dan analisis terkait insiden kese- petugas yang bersangkutan kepada kepala
lamatan pasien. Program kerja sudah unit yang bertanggung jawab pada unit
disusun oleh komite, namun pelaksanaan- tersebut.Alur pelaporan harus ada standar
nya masih belum bisa dilaksanakan secara bakunya. Kenyataannya, selama ini RSU
keseluruahan karena komite baru ter- Daerah Sumbawa belum memiliki sistem
bentuk. pelaporan terkait IKP. Ketika terjadi IKP
Penetapan SOP terkait program kese- petugas biasanya tidak melaporkan atau
lamatan pasien harus ditetapkan sebagai kadang hanya melaporkan ke kepala unit
dasar atau standar dalam melakukan secara lisan, sehinggatidak ada data atau
sesuatu. Di RSU Daerah Sumbawa, mulai dokumen yang terkait jumlah insiden yang
dari pembuatan dokumen sampai cetak terjadi di rumah sakit.

150 e-ISSN: 2549-0281 (online)


Sulahyuningsih et al./ Analysis of Patient Safety Management in Committee

Kejadian terkait IKP sering terjadi di Praktik yang paling umum untuk
rumah sakit, namun dalam pelaksanaan memperbaiki budaya keselamatan pasien
sistem pelaporannya ditemukan beberapa yaitu penetapan tujuan dan perencanaan
kendala yaitu pemahaman dan kesadaran tindakan yang kuat untuk peningkatan kua-
dari personal dan adanya budaya litas, penerapan inisiatif dan program
menyalahkan/ blame culture. keselamatan pasien, dan metode adminis-
Pendidikan dan pelatihan terkait trasi survei yang ketat (Campione dan
keselamatan pasien harus diberikan kepada Famolaro, 2017).
semua petugas yang ada di rumah sakit. Di Keterbatasan dalam pemahaman dan
RSU Daerah Sumbawa sudah memprog- adanya ketidaksesuaian peran dari komite
ramkan hal tersebut, hanya saja belum PMKP, terjadi akibat kurangnya keter-
dilaksanakan ke semua petugas atau staf. paparan terhadap informasi. Pendidikan
Pelaksanaan baru di tingkat kepala unit. dan pelatihan terkait peran komite perlu
3. Outcome atau hasil pelaksanaan dilakukan, sehingga pengurus komite
manajemen keselamatan pasien mengerti dan dapat menjalankan perannya
Monitoring dan evaluasi dilakukan sebagai sesuai tugas, tanggung jawab dan
tindak lanjut dari program-program yang wewenang.
sudah dilakukan. Di RSU Daerah Sumbawa Strategi pendidikan dan kepatuhan
belum dapat dilakukan monitoring dan terhadap protokol, pengembangan dan
evaluasi terkait peran komite PMKP dalam penerapan program pelatihan berbasis
manajemen keselamatan pasien. Hal ini simulasi dilakukan untuk peningkatan
disebabkan karena komite PMKP yang baru keterampilan teknis dan non-teknis (Lee et
terbentuk di rumah sakit dan pelaksanaan al., 2014). Komite/ tim PMKP dan juga
SKP masih dalam tahap sosialisasi. penanggung jawab data di unit kerja perlu
mendapat pelatihan terkait manajemen
PEMBAHASAN data rumah sakit, yaitu pengumpulan,
1. Peran komite PMKP dalam pers- analisis, dan rencana perbaikan. Selain itu,
pektif manajemen keselamatan agar komite/ tim PMKP dapat melakukan
pasien koordinasi dan pengorganisasian yang baik
Komite PMKP dibentuk untuk mendukung maka diperlukan pelatihan manajemen
akreditasi, yang berperan dalam peningkat- keselamatan pasien (KARS, 2017).
an mutu dan keselamatan pasien. Program 2. Implementasi Manajemen Kese-
kerja komite terkait keselamatan pasien lamatan Pasien
adalah penetapan indikator 6 SKP dan Di RSU Daerah Sumbawa, manajemen
analisis insiden. Sistem manajemen rumah keselamatan pasien belum berjalan dengan
sakit belum dilaksanakan dengan baik, baik. Fungsi manajemen seperti planning,
sehingga berdampak pada pelaksanaan organizing, actuating, dan controlling
peran komite PMKP dalam manajemen (Gillies, 1994) terkait keselamatan pasien
keselamatan pasien yang belum sesuai masih belum dilaksanakan sesuai dengan
standar. Pelaksanaan program kerja dapat standar.
terlaksana dengan baik, apabila dari pihak Fungsi planning atau perencanaan
manajemen, pengurus komite, kepala unit, merupakan landasan dari pelaksanaan
dan petugas pelaksana atau teknis mema- fungsi manajemen yang lain. Fungsi peren-
hami peran dan program kerja dari komite canaan keselamatan pasien di RSU Daerah
PMKP. Sumbawa dituangkan dalam perumusan

e-ISSN: 2549-0281 (online) 151


Journal of Health Policy and Management (2017), 2(2): 147-156
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2017.02.02.06

program kerja terkait keselamatan pasien. sional dan aspek perilaku akan mempe-
Programnya mencakup perumusan indi- ngaruhi terciptanya budaya keselamatan
kator, penyusunan pedoman kegiatan, pro- pasien. Salah satu strategi intervensi terkait
gram pelatihan dan pengembangan, sosia- keselamatan pasien yang harus dilakukan
lisasi indikator mutu terkait keselamatan misalnya melalui pelatihan keselamatan
pasien, dan analisa keselamatan pasien. pasien (Bandura, 2001).
Program kerja yang sudah ditetapkan Penyelenggaraan training bagi mana-
tentunya membutuhan suatu strategi pen- jer dan semua petugas/ staf sangat penting
dekatan agar bisa terlaksanan sesuai dalam meningkatkan pemahaman, se-
dengan harapan, sehingga dapat mening- hingga kesadaran terkait peran masing-
katkan mutu dan budaya keselamatan masing dapat dijalankan sesuai dengan
pasien. standar keselamatan pasien.
Peningkatan nilai budaya keselamat- Intervensi pelatihan bermanfaat
an pasien melalui penerapan pengukuran dalam meningkatkan persepsi, sikap dan
budaya rutin dengan diseminasi hasil yang kesadaran petugas terkait budaya kese-
luas. Adanya perencanaan tindakan untuk lamatan, sehingga menurunkan jumlah ke-
perbaikan yang mencakup dukungan kepe- jadian yang merugikan dan meningkatkan
mimpinan dan keterlibatan dari semua keselamatan pasien (Xie et al., 2017). Kon-
tingkat staf, dan program keselamatan ferensi pelatihan memberikan manfaat bagi
pasien yang beragam dan juga pendidikan peserta pelatihan dalam menggunakan
(Campione dan Famolaro, 2017). perspektif unik untuk mengidentifikasi
Fungsi organizing merupakan suatu kerentanan sistem, dan mengembangkan
strategi untuk melaksanakan program kese- solusi inovatif (Smith et al., 2017).
lamatan pasien. Dampak beberapa strategi Lembaga harus aktif dalam mem-
peningkatan budaya keselamatan pasien, fasilitasi praktek transparansi terhadap
menunjukkan bahwa bukti kuat yang kejadian yang merugikan pasien, sehingga
mendukung praktek-praktek terbaik dalam kejadian yang merugikan dapat dilaporkan
peningkatan budaya keselamatan (Morello (Bell et al., 2015). Selain itu, pengetahuan
et al., 2013). Pengorganisasian di RSU secara keorganisasian dapat dilakukan
Daerah Sumbawa belum dilakukan dengan melalui pendekatan belajar dalam praktek
baik. Pengalokasian sumber daya, penetap- dan praktek pemerintahan perlu disela-
an tugas dan prosedur masih belum jelas. raskan pada organisasi secara menyeluruh.
Pengurus komite PMKP sebagian besar Strategi diperlukan dalam peran kepemim-
masih belum memahami tugas, tanggung pinan dalam kaitan domain kualitas kese-
jawab, dan wewenang, bahkan belum me- lamatan pasien, interaksi antara pusat
mahami struktur organisasi dalam komite dengan daerah kepemimpinan yang mem-
PMKP. pengaruhi organisasi (Turner et al., 2014).
Pemahaman, kesadaran dan perilaku Belum terciptanya budaya keselamat-
dalam meningkatkan keselamatan pasien an pasien, menunjukkan bahwa sistem
masih kurang, sehingga budaya keselamat- pengorganisasian masih kurang baik. Hal
an pasien di RSU Daerah Sumbawa belum ini menjadi faktor penghambat dalam
tercipta. Sesuai dengan Social Cognitive pelaksanaan manajemen keselamatan
Theory bahwa environmental, personal, pasien dan beresiko meningkatkan insiden
dan behavior merupakan faktor dalam keselamatan pasien.
keselamatan pasien. Aspek kognitif, emo-

152 e-ISSN: 2549-0281 (online)


Sulahyuningsih et al./ Analysis of Patient Safety Management in Committee

Salah satu cara untuk mendorong insiden keselamatan pasien sering terjadi,
perspektif positif adalah para manajer namun sistem pelaporan dan pendoku-
menciptakan sistem dan lingkungan yang mentasian IKP belum dilaksanakan. Hal ini
memungkinkan perawat untuk secara aktif menyebabkan tidak adanya data terkait
memperbaiki organisasi mereka. Gaya jumlah dan jenis insiden. Tanpa adanya
manajemen yang menghargai peran pe- laporan dan dokumentasi, evaluasi tidak
rawat dalam keselamatan pasien dan men- bisa dilakukan, sehingga tindak lanjut dari
dorong tanggung jawab serta pengendalian IKP dalam upaya peningkatan mutu
keselamatan pasien oleh perawat tam- pelayanan dan keselamatan pasien juga
paknya menimbulkan persepsi keselamatan tidak ada.
pasien yang lebih positif (Mwachofi et al., General System Theory (GST) me-
2011). nyatakan bahwakonsep subsistem memiliki
Fungsi actuating merupakan rangkai- hubungan antar bagian sebagai hubungan
an pelaksanaan program keselamatan sebab akibat. Pelaksanaan program kese-
pasien yang sudah ditetapkan. Peran dari lamatan pasien merupakan suatu rangkaian
pimpinan atau dalam hal ini komite PMKP sistem yang saling mempengaruhi satu
terkait manajemen keselamatan pasien sama lain. Bila pelaporan insiden tidak
sangat dibutuhkan. Seorang pimpinan dilakukan secara tertulis, maka rumah sakit
harus mempunyai kekuatan untuk meng- tidak akan memiliki data terkait jumlah
arahkan, menggerakkan, mendukung serta insiden, sehingga monitoring dan evaluasi
mengatur semua kegiatan, sehingga se- tidak akan bisa dilakukan. Hal ini akan
luruh civitas rumah sakit merasa termo- berdampak pada kualitas pelayanan dan
tivasi untuk melaksanakan program kese- keselamatan pasien (Von Bertalanffy,
lamatan pasien. 1956).
Kepemimpinan transformasional Budaya menyalahkan ketika terjadi
penting untuk meningkatkan keselamatan IKP merupakan salah satu kendala yang
pasien dan meningkatkan kepuasan kerja sering terjadi di rumah sakit. Perasaan
perawat. Pemimpin atau manajer yang takut disalahkan dan takut akan hukuman
terlibat dalam tindakan kepemimpinan dan sanksi menyebabkan pegawai/ petugas
dapat meningkatkan pemberdayaan praktik yang melakukan kesalahan tidak melapor-
professional, sehingga dapat meningkatkan kan diri.
kualitas lingkungan kerja dan mening- Individu tidak harus disalahkan untuk
katkan keselamatan pasien (Boamahet al., suatu kesalahan akibat sistem dalam
2017). Peran manager diharapkan dapat insiden. Menganalisis akar penyebab kesa-
memperbaiki upaya keselamatan pasien lahan dan ditangani bersama merupakan
dikarenakan manajer atau orang yang hal yang harus dilakukan, bukan menyalah-
mempunyai pengaruh dapat berbuat lebih kan individunya (Stewart, 2017). Menyalah-
banyak untuk mendukung budaya kan dapat mempengaruhi kualitas penu-
keselamatan pasien (Danielsson et al., runan pelaporan kesalahan. Pemimpin
2017). dapat mendidik staf cara untuk investigasi
Fungsi pengawasan dan pengendalian atau menyelidiki dan menanyai hasil
(controlling) dilakukan untuk menilai negatif yang ditimbulkan bagi pasien
sejauh mana program kerja yang sudah dengan cara tidak menyalahkan, membu-
dilaksanakan sesuai dengan standar kese- dayakan perbaikan lingkungan kerja dari-
lamatan pasien. Di RSU Daerah Sumbawa pada memberikan hukuman untuk men-

e-ISSN: 2549-0281 (online) 153


Journal of Health Policy and Management (2017), 2(2): 147-156
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2017.02.02.06

cegah Blame-Related Distress (Davidson et kungan kerja, komunikasi, dan organisasi


al., 2015). dan manajemen. Faktor eksternal yaitu
Sistem adalah kunci untuk mening- segala sesuatu yang berasal dari luar rumah
katkan keselamatan pasien. Sistem yang sakit misalnya kebijakan pemerintah atau
mendorong input data, analisis data, dan politik, hukum dan perundang-undangan,
umpan balik tanpa rasa takut akan hokum- ekonomi dan sosial budaya (Tague, 2005).
an dapat mendorong untuk pelaporan Berdasarkan uraian di atas dapat
kesalahan yang lebih banyak dan mem- disimpulkan bahwa komite PMKP dibentuk
bentuk proses yang menghilangkan konse- untuk mendukung akreditasi, dimana
kuensi atas kesalahan (Radhakrishna, peran komite dalam manajemen keselamat-
2015). an pasien merupakan kunci dalam penge-
3. Outcome atau hasil pelaksanaan lolaan program peningkatan mutu dan
manajemen keselamatan pasien keselamatan pasien.
Sistem monitoring dan evaluasi Implementasi manajemen keselama-
sangat penting untuk menilai sejauhmana tan pasienyang belum sesuai standar dapat
keberhasilan dari program yang sudah meningkatkan kejadian IKP. Hal ini
dijalankan. Monitoring dan evaluasi ini disebabkan karena manajemen keselamat-
harusnya dilakukan secara berkala untuk an pasien merupakan rangkaian sistem
mengetahui kendala apa saja yang dijumpai yang saling mempengaruhi yang ber-
pada saat proses berlangsung. RSU Daerah dampak (impact) terhadap mutu pelayanan
Sumbawa belum melakukan monitoring dan keselamatan pasien.
dan evaluasi terkait peran komite PMKP Monitoring dan evaluasi dilakukan
dalam manajemen keselamatan pasien, se- untuk menilai keberhasilan dan kegagalan
hingga keberhasilan dari pelaksanaan terhadap pelaksanaan program keselamat-
program keselamatan pasien belum dapat an pasien. Bila hasil tidak sesuai dengan
ketahui. harapan, maka pihak manajemen dapat
Attribution Theory dapat diaplikasi- mengembangkan lingkungan kerja yang
kan dalam manajemen keselamatan pasien positif untuk menjamin keselamatan
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pasien.
dari sistem tersebut. Monitoring dan eva-
luasi terhadap pelaksanaan program kese- DAFTAR PUSTAKA
lamatan pasien sangat penting untuk Afiyanti Y, Rachmawati IN (2014). Meto-
dilakukan. Bila hasil tidak sesuai dengan dologi Penelitian Kualitatif Dalam
apa yang diharapkan, maka pihak manaje- Riset Keperawatan. Jakarta: PT Raja
men dapat mengembangkan lingkungan Grafindo Persada.
kerja yang positif untuk menjamin kese- Aranaz-Andrés JM, Aibar-Remón C,
lamatan pasien (Weiner, 1935). Limón-Ramírez R, Amarilla A, Res-
Selain itu, fishbone diagram yang trepo FR, Urroz O, Larizgoitia I
dikemukakan oleh Ishikawa dapat diapli- (2011). Prevalence of adverse events
kasikan ketika ingin mengidentifikasi in the hospitals of five Latin American
kemungkinan penyebab masalah kesela- countries: Results of the “Iberoame-
matan pasien. Faktor-faktor yang diiden- rican study of adverse events”
tifikasi mencakup faktor eksternal maupun (IBEAS). BMJ Quality and Safety,
faktor internal rumah sakit. Faktor internal 20(12): 1043–1051. https://doi.org/-
yaitu faktor tim, tugas, staf, pasien, ling- 10.1136/bmjqs.2011.051284.

154 e-ISSN: 2549-0281 (online)


Sulahyuningsih et al./ Analysis of Patient Safety Management in Committee

Bandura A (2001). Social Cognitive Theory: hospitals. BMC Health Services Re-
An Agentic Perspective. Annual Re- search, 11(1): 45. https://doi.org/-
view of Psychology, 52(1): 1–26. 10.1186/1472-6963-11-45
https://doi.org/10.1146/annurev.psyc JCI (2017). JCI Accreditation Standards for
h.52.1.1 Hospitals, 6th Edition. Joint Commis-
Bell SK, White AA, Yi JC, Yi-Frazier JP, sion International. Retrieved January
Gallagher TH (2015). Transparency 3, 2018, from https://www.jointcom-
When Things Go Wrong: Physician missioninternational.org/jci-accredi-
Attitudes About Reporting Medical tation-standards-for-hospitals-6th-
Errors to Patients, Peers, and Insti- edition/.
tutions. Journal of Patient Safety, 1– Kangasniemi M, Vaismoradi M, Jasper M
6. https://doi.org/10.1097/PTS.000- (2013). Ethical issues in patient safe-
0000000000153 ty: Implications for nursing manage-
Bishop AC, Macdonald M (2014). Patient ment, 20(8): 904–916.
Involvement in Patient Safety- A Qua- KARS (2017). Efektif 1 Januari 2018, 421.
litative Study of Nursing Staff and Pa- Keles A (2015). Analisis pelaksanaan stan-
tient Perceptions. J Patient Saf, 1–6. dar sasaran keselamatan pasien di
Boamah SA, Spence-Laschinger HK, Wong Unit Gawat Darurat RSUD Dr. Sam
C, Clarke S (2017). Effect of transfor- Ratulangi Tondano sesuai dengan
mational leadership on job satisfact- akreditasi rumah sakit versi 2012.
ion and patient safety outcomes. Jikmu, 5(3): 250–259.
Nursing Outlook, 1–10. https://doi.- Kemenkes (2009). Standar Perlindungan
org/10.1016/j.outlook.2017.10.004. Pasien Perlu Disosialisasikan ke Se-
Braun V, Clarke V (2014). Successful Qua- luruh Rumah Sakit. Retrieved Janu-
litative Research. https://doi.org/- ary 4, 2018, from http://www.dep-
9781847875815 kes.go.id/article/view/407/standar-
Campione J, Famolaro T (2017). Promising perlindungan-pasien-perlu-disosia-
Practices for Improving Hospital Pa- lisasikan-ke-seluruh-rumah-sakit.-
tient Safety Culture. Joint Commis- html.
sion Journal on Quality and Patient Kemenkes (2015). Pedoman Pelaporan
Safety, (62). https://doi.org/10.1016/- Insiden Keselamatan Pasien; Kemen-
j.jcjq.2017.09.001. kes 2015.pdf. Retrieved January 3,
Danielsson M, Nilsen P, Rutberg H, 2018, from https://www.scribd.com/-
Årestedt K (2017). A National Study of document/364248247/Pedoman-
Patient Safety Culture in Hospitals in Pelaporan-Insiden-Keselamatan-
Sweden, 1–6. Pasien-Kemenkes-2015-pdf
Davidson JE, Agan DL, Chakedis S, Skrobik Lee A, Mills PD, Neily J, Hemphill RR
Y (2015). Workplace blame and rela- (2014). Root Cause Analysis of Se-
ted concepts: An analysis of three case rious Adverse Events Among Older
studies. Chest, 148(2): 543–549. Patients in the Veterans Health Admi-
https://doi.org/10.1378/chest.15-03- nistration. The Joint Commission
32. Journal on Quality and Patient Safety,
El-Jardali F, Dimassi H, Jamal D, Jaafar M, 40(6): 253–262. https://doi.org/10.-
Hemadeh N (2011). Predictors and 1016/S1553-7250(14)40034-5.
outcomes of patient safety culture in Morello RT, Lowthian JA, Barker AL,

e-ISSN: 2549-0281 (online) 155


Journal of Health Policy and Management (2017), 2(2): 147-156
https://doi.org/10.26911/thejhpm.2017.02.02.06

McGinnes R, Dunt D, Brand C (2013). D. Bandung: Alfabeta.


Strategies for improving patient safety Tague NR (2005). Fishbone Diagram (Ishi-
culture in hospitals: a systematic kawa) - Cause & Effect Diagram. The
review. BMJ Quality & Safety, 22(1), Quality Toolbox. Retrieved from
11–18. https://doi.org/10.1136/bmjq- http://asq.org/learn-about-quality/-
s-2011-000582. cause-analysis-tools/overview/fish-
Mwachofi A, Walston SL, Al-Omar BA bone.html.
(2011). Factors affecting nurses’ per- Turner S, Higginson J, Oborne CA, Thomas
ceptions of patient safety. Internatio- RE, Ramsay AIG, Fulop NJ (2014).
nal Journal of Health Care Quality Codifying knowledge to improve
Assurance, 24(4): 274–283. https://- patient safety: A qualitative study of
doi.org/10.1108/09526861111125589. practice-based interventions. Social
Priyoto, Widyastuti T (2014). Kebutuhan Science and Medicine, 113: 169–176.
Dasar Keselamatan Pasien. Yogya- https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2
karta: Graha Ilmu. 014.05.031.
Radhakrishna S (2015). Culture of blame in Von-Bertalanffy L (1956). General System
the National Health Service; Conse- Theory. General Systems: Yearbook
quences and solutions. British Jour- for the Society for the Advancement of
nal of Anaesthesia, 115(5): 653–655. General Systems Theory.
https://doi.org/10.1093/bja/aev152 Weiner (1935). Attribution Theory (Weiner)
Smith A, Hatoun J, Moses J (2017). Incre- - Learning Theories. Retrieved Janua-
asing Trainee Reporting of Adverse ry 3, 2018, from https://www.learn-
Events With Monthly Trainee-Direct- ing-theories.com/weiners-attribution-
ed Review of Adverse Events. Aca- theory.html.
demic Pediatrics, 17(8): 902–906. Xie J, fei, Ding, S. qing, Zhong, Z. qing,
https://doi.org/10.1016/j.acap.2017.0 Zeng, S. nan, Qin, C. xiang, Yi, Q.
1.004 feng, Zhou J (2017). A safety culture
Smith SA, Yount N, Sorra J (2017). Explor- training program enhanced the
ing relationships between hospital perceptions of patient safety culture
patient safety culture and Consumer of nurse managers. Nurse Education
Reports safety scores. BMC Health in Practice, 27: 128–133. https://doi.-
Services Research, 17(1): 1–10. https:- org/10.1016/j.nepr.2017.08.003.
//doi.org/10.1186/s12913-017-2078- Zwijnenberg NC, Hendriks M, Hooger-
6. vorst-Schilp J, Wagner C (2016).
Stewart KR (2017). SBAR, Communication, Healthcare professionals’ views on
and Patient Safety: An Integrated feedback of a patient safety culture
Literature Review. MEDSURG Nurs- assessment. BMC Health Services
ing, 26(5): 297–305. Sugiyono (2015). Research, 16(1): 1–11. https://doi.-
Metode Penelitian Pendidikan Pende- org/10.1186/s12913-016-1404-8.
katan Kualitatif, Kuantitatif, dan R &

156 e-ISSN: 2549-0281 (online)

You might also like