You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULIAN

1.1. Dasar Teori


Batuan kapur atau batuan gamping (limestone) termasuk batuan
sedimen. Batuan sedimen sering pula disebut dengan batuan endapan. Batuan
ini berwarna putih, kelabu, atau warna lain yang terdiri dari kalsium karbonat
(CaCO3). Batuan kapur ini pada dasarnya berasal dari sisa-sisa organisme laut
seperti kerang, siput laut,radiolarit, tumbuhan/binatang karang (koral), dan
yang sebagainya yang telah mati. Berdasarkan hal tersebut, maka batuan kapur
adalah batuan sedimen yang berbasis dari laut. Karena hal itu, batuan kapur
berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya dan tempat batuan kapur itu
diendapkan termasuk klasifikasi batuan sedimen marin. Berdasarkan proses
pengendapannya, batu gamping radiolarit dan batu karang merupakan batuan
sedimen organik. Disamping hal tersebut, batuan kapur (termasuk di dalamnya
stalaktit dan stalakmit yang banyak dijumpai di gua-gua kapur) menurut proses
pengendapannya juga termasuk batuan sedimen kimiawi (sedimen khemis).
Menurut Wardiyatmoko (2006:55) bahwa sedimen pasir gamping kali pertama
terbentuk pada zamam Silur yang berumur antara 360.000.000 - 408.000.000
tahun yang lalu. Binatang karang berkembang biak dengan baik, sehingga
jasad-jasadnya meninggalkan bekas pada lapisan gamping yang tebal. Perlu
diketahui bahwa pada batuan sedimen banyak ditemukan fosil.
1.2. Tujuan
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat
- Mengetahui serta memahami pengertian dari kapur
- Mengetahui jenis-jenis kapur
- Potensi kapur gamping di kab. Blora
- Memahami fungsi kapur dalam dunia konstruksi
- Menambah dan membuka wawasan khususnya dalam materi bahan
bangunan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Kapur adalah istilah umum untuk kalsium yang mengandung bahan
anorganik, dimana karbonat, oksida dan hidroksida mendominasi.Tepatnya
kapur kalsium oksida atau hidroksida kalsium . Itu juga merupakan nama untuk
mineral tunggal (asli kapur) dari komposisi CaO, terjadi sangat jarang. Kata
kapur berasal dengan awal penggunaannya sebagai mortir membangun dan
memiliki arti dari menempel atau melekat. Kapur juga dapat merujuk kepada
suatu zat lengket ( pulut ) dioleskan pada cabang untuk menangkap burung
kecil. Bahan-bahan ini masih digunakan dalam jumlah besar sebagai bahan
bangunan dan rekayasa (termasuk batugamping produk, beton dan mortar ) dan
sebagai bahan kimia bahan baku, antara penggunaan lainnya. Kapur industri
dan penggunaan banyak produk yang dihasilkan dari tanggal prasejarah periode
kedua Dunia Lama dan Dunia Baru.Batuan dan mineral dari mana bahan-bahan
yang diturunkan, biasanya batu gamping atau kapur , yang terutama terdiri
dari kalsium karbonat. Mereka mungkin akan dipotong, dihancurkan atau
ditumbuk dan kimia diubah. Burning ( kalsinasi ) mengkonversi mereka
menjadi yang sangat kaustik bahan kapur (kalsium oksida, CaO) dan, melalui
penambahan berikutnya air, ke dalam kurang tajam (tapi masih
sangat alkali ) kapur atau kapur ( kalsium hidroksida , Ca (OH ), proses yang
disebut slaking kapur. Bila istilah ini ditemukan dalam konteks pertanian,
mungkin mengacu pada kapur pertanian . Jika tidak, paling sering berarti kapur
mati , sebagai bentuk yang lebih berbahaya biasanya digambarkan lebih khusus
sebagai kapur atau dibakar kapur.

2.2. Proses Terbentuknya Kapur


Umumnya kapur terbentuk dari endapan secara organic / kimia yang
terjadi selama ribuan tahun dilaut yang dangkal dan jernih yang banyak
terdapat zat makanan bagi makhluk yang hidup serta tidak bergelombang
besar dimana pengendapan makin lama makin banyak, lapis demi lapis
dengan peristiwa kimia.

- Pembentukkan kapur secara umum


Bahan dasar kapur adalah batu kapur. Batu kapur mengandung kalsium
karbonat (CaCO3). Dengan pemanasan (kira-kira 980o c) karbon oksidanya
kelua, dan tinggal kapurnya saja (CaO). Susunan kimin maupu sifat bahan
dasar yang mengandung kapur ini berbeda dari satu tempat ke tempat yang
lain. Bahkan dalam saatu tempatpun belumtentu sama. Kalsium oksida
yang diperoleh biasa disebut quicklime. Kapur dari hasil pembakaran ini
bila ditambahkan air mengambang dan retak-retak. Banyak panas yang
dikeluarkan (seperti mendidih )selama proses ini, dan hasilnya ialah
kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Air yang dipakai untuk proses ini secara
teoritis diperlukan dan sebagainya kadang-kadang air yang diperlukan
sampai 2 atau 3 kalivolume kapur. Poses ini disebutslaking. Adapun
sebagai hasilnya yaitu kalsium hidroksida disebut slakedlime atau hydrated
lime. Bila kalsium hidrat ini kemudian dicampur air akan diperoleh mortel
kapur. Mortel ini di udara terbuka menyerap karbon dioksida (CaO2) dan
dengan proses kimia menghasilkan CaCO3 yang bersifat keras dan tidak
larut dalam air.

2.3. Sifat-Sifat Kapur


1. mempunyai sifat plastis yang baik (tidak getas)
2. sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok
3. dapat mengeras dengan mudah dan cepat
4. mudah dikerjakan
5. mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata
6. hidrolis
Hydraulicity adalah kemampuan kapur untuk mengatur di bawah air. Kapur
hidrolis dihasilkan dengan memanaskan kalsinasi kapur yang
mengandung tanah liat dan kotoran lainnya. Kalsium bereaksi dalam kiln
dengan mineral tanah liat untuk menghasilkan silikat yang memungkinkan
kapur untuk mengatur tanpa paparan udara. Setiap kalsium bereaksi adalah
dipuaskan dengan kalsium hidroksida . Kapur hidrolis digunakan untuk
menyediakan satu set awal lebih cepat daripada kapur biasa dalam kondisi
ekstrim lebih (termasuk bawah air).Penggunaan dalam konstruksi,kapur
hidrolis adalah bahan bangunan yang berguna untuk alasan berikut:
- Ia memiliki modulus elastisitas yang rendah.
- Tidak ada kebutuhan untuk ekspansi (gerakan) sendi.
- Hal ini memungkinkan bangunan untuk "bernapas", dan tidak kelembaban
perangkap di dinding.
- kapur memiliki suhu pembakaran lebih rendah dari semen Portland , dan
dengan demikian kurang polusi.
- Batu dan batu bata terikat dengan kapur lebih mudah untuk digunakan
kembali.
- Kapur dalam hal ini lebih lemah dan hancur lebih mudah daripada batu,
sehingga menghemat batu lemah seperti pasir dan batu gamping dari efek
berbahaya dari ekspansi temperatur dan membeku mortir.
- kapur kurang padat dari semen, sehingga kurang dingin bridging.
- Kapur kembali menyerap karbon dioksida (CO 2) yang dipancarkan oleh
kalsinasi nya (pembakaran), sehingga sebagian mengimbangi jumlah besar
yang dipancarkan selama pembuatannya.Semakin hidrolik jeruk nipis,
semakin sedikit CO 2 yang diserap selama mengatur, misalnya, 50% dari
CO 2 yang diserap oleh NHL 3,5 selama mengatur, dibandingkan dengan
100% dari CO 2yang diserap oleh murni kalsium hidroksida (kapur dempul
lemak).

2.4. Jenis – Jenis Kapur


1. Kapur tohor(CaO) : Hasil pembakaran batu alam yang komposisinua
sebagian besar berupa kalsiu karbonat
2. Kapur padam (Ca(OH)2 : Hasil pemadama kapur tohor dengan air dan
membentuk hidrat
3. Kapur udara : kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa
waktu dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida.
4. Kapur hidrolis : kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah
beberapa waktu dapat mengeras baik di dalam air atau di udara

2.5. Kegunakan

1. sebagai perekat ( mortar, plesteran, dll )


2. sebagai flokulan (ind. gula, dll)
3. untuk hidrolisasi ( ind. Sabun, dll )
4. sebagai fluk (pembuatan keramik, dll)
5. bahan absorbsi ( bahan pemutih, dll )
6. sebagai pelumas (pembuat kawat, dll)
7. pelarut / solvent (ind. Cat casein, dll )
8. bahan koustik (ind. pulp sulfat, dll)
9. bahan dihidrasi (pengering udara, dll)
10. untuk netralisasi (pemurnian air, dll)
sedangkan, kegunaan kapur pada bidang konstruksi
- Memudahkan pengolahan pada adukan (mortar) semen
- Mengikat kapur bebas, yang timbul pada ikatan semen
- Perekat dan digunakan untuk plesteran
- Sebagai bahan ikat pada beton. Bila dipakai bersama-sama semen Portland,
sifatnya menjadi lebih baik dan dapat mengurangi kebutuhan semen
Portland.
- Sebagai bahan pemutih
- Sebagai batuan jika berbentuk batu kapur
- Dan lain sebagainya
-
A. Pangaplikasian kapur
Kapur di dalam dunia Konstruksi dapat digunakan untuk berbagai
kebutuhan dan kegunaan yang bermacam- macam, karena itulah kapur amat
penting bagi perindustrian sipil
Contoh beberapa pengaplikasian kapur:

1. Sebagai perekat mortar


2. Gambar kapur/ batu kapur sebagai dinding penghias

3. Kapur sebagai dinding bangunan zaman dulu

4. Dan lain sebagainya.

2.6. Potensi Gamping di Blora


Batu gamping di Kabupaten Blora ini cukup banyak, merata hampir di setiap
wilayah. Model geologi dan sebarannya sangat dikontrol oleh lingkungan
pengendapan. Ketika batuan-batuan tersebut diendapkan, proses tektonik yang
mengontrol pengendapan tersebut sehingga menyebabkan batuan tersebut
terlipat dan tersesarkan serta mengalami pelapukan yang intens.
Dari survey di lapangan, didapatkan beberapa wilayah potensi batu gamping
diseluruh Kabupaten Blora,lokasi tersebut diantaranya :

a. Kecamatan Blora
Singkapan batugamping yang berada di Kecamatan Blora tersebar di
beberapa desa diantaranya Desa Sendangharjo dan Desa Ngampel. Pada
lokasi kedua desa ini telah dilakukan penambangan oleh penduduk dan
masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan peralatan sederhana.
Secara petrologi batugamping yang dilapangan mempunyai ciri fisik
berwarna kuning kecoklatan, kompak, keras, banyak mengandung
forminifera, cangkang, orbitoid, perlapisan dan berbentuk flaten, serta
banyak mineral kalsit dan banyak mineral karbonat lainnya dengan
ketebalan batugamping ± 8 m. Pada desa Sendangharjo, penambangan
dilakukan di belakang makam cina, sedangkan di desa Ngampel berada
disekitar ladang penduduk. Luas potensi batugamping yang ada diseluruh
Kecamatan Blora mencapai 1195,4 ha. Berdasarkan informasi penambang,
harga batugamping dilokasi penambangan ini berkisar antara Rp. 80.000,-
/truk, sedangakan apabila bak truk diisi dengan muatan penuh, maka
harganya menjadi Rp. 150.000,- sampai Rp. 180.000,-.

b. Kecamatan Tunjungan
Singkapan batu gamping yang berada di Kecamatan Tunjungan tersebar
di beberapa desa diantaranya Desa Nglangitan, Desa Kedungrejo, dan Desa
Sitirejo. Pada Desa Kedungrejo dan Desa Sitirejo telah dilakukan
penambangan oleh penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional
menggunakan peralatan sederhana. Secara petrologi batu gamping yang
dijumpai dilapangan mempunyai ciri fisik berwarna putih kekuningan,
kompak, keras, banyak mengandung forminifera, banyak mineral kalsit dan
banyak mineral karbonat lainnya. Ketebalan batugamping dikedua lokasi
berkisar ± 15 m dengan luas potensi 581,3 ha. Lokasi ini berada di lereng
gunung Lamping yang merupakan perbatasan dengan Kabupaten Rembang.
Penambangan pada lokasi ini berdasarkan informasi belum lama beroperasi,
baru berjalan sekitar 8 bulan. Batugamping digunakan oleh penduduk
Kecamatan Tunjungan sendiri sebagai pengeras jalan dan pondasi rumah.
Harga per truk yaitu Rp. 50.000,- dengan kondisi muatan bak truk tidak
penuh.

c. Kecamatan Jepon
Singkapan batugamping yang berada di Kecamatan Jepon tersebar di
beberapa desa, antara lain Desa Waru, Desa Karangasem dan Desa Soko.
Sebagian besar, potensi batugamping yang berada di Kecamatan Jepon ini
belum dilakukan penambangan, yang dilakukan penambangan baru di Desa
Soko saja. Untuk wilayah Desa Waru dan Desa Karangasem, belum
dilakukan penambangan. Secara petrologi batugamping yang dijumpai
dilapangan mempunyai ciri fisik berwarna kuning kecoklatan, kompak,
keras, banyak mengandung forminifera, pecahan cangkang, mineral kalsit
dan mineral karbonat lainnya. Ketebalan potensi batugamping di kecamatan
ini berkisar ± 10 - 15 m dengan luas potensi 378,5 ha. Pada penambangan
rakyat di desa Soko, harga batugamping berkisar antara Rp. 80.000,- s/d Rp.
150.000,-/truk, tergantung dengan jumlah muatan yang akan diangkut.
Berdasar informasi penambang, batugamping dari lokasi ini dipergunakan
sebagai bahan pondasi dan pengeras jalan.

d. Kecamatan Bogorejo
Singkapan batugamping yang berada di Kecamatan Bogorejo tersebar
di beberapa desa diantaranya Desa Nglengkir, Desa Jurangjero, Desa
Tempurejo dan Desa Gandu. Pada Kecamatan Bogorejo ini yang sudah
dilakukan penambangan di Desa Jurangjero oleh penduduk dan masyarakat
sekitar secara tradisional menggunakan peralatan sederhana. Secara
petrologi batugamping yang dijumpai dilapangan mempunyai ciri fisik
berwarna putih kekuningan, kompak, keras, banyak mengandung
forminifera, cangkang, algae dan fosil lainnya, banyak mineral kalsit dan
mineral karbonat lainnya. Ketebalan batugamping dari singkapan yang
dijumpai berkisar ±10 - 15 m, sedangkan untuk potensi batugamping pada
kecamatan ini luasnya mencapai 973,3 ha. Hasil penambangan dari
kecamatan ini digunakan hampir diseluruh masyarakat Blora sebagai bahan
pondasi rumah dan sebagai pembangunan pengeras jalan di desa-desa.

e. Kecamatan Todanan
Singkapan batugamping yang berada di Kecamatan Todanan tersebar di
beberapa desa diantaranya Desa Gunungan, Desa Kajengan, Desa Dringo
dan Desa Cokrowati. Pada lokasi didesa ini telah dilakukan penambangan
oleh penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan
peralatan sederhana. Batugamping hasil penambangan dari Kecamatan
Todanan ini sebagian besar digunakan oleh masyarakat Blora sebagai
pondasi rumah dan pengeras jalan. Secara petrologi batugamping yang
dijumpai dilapangan mempunyai ciri fisik berwarna kuning kecoklatan,
kompak, keras, banyak mengandung forminifera, cangkang, orbitoid,
perlapisan dan berbentuk flaten, serta banyak mineral kalsit dan mineral
karbonat lainnya dengan ketebalan batugamping ± 10 - 15 m. Luas potensi
batugamping pada Kecamatan Todanan mencapai 1189,3 ha. Pada
Kecamatan Todanan ini singkapan yang paling banyak dijumpai di Desa
Kajengan, dan sudah dilakukan penambangan sejak tahun 1980. Untuk harga
batugamping di Kecamatan Todanan ini tidak berbeda jauh dengan
kecamatan lainnya, yaitu Rp. 80.000,-/truk, apabila dimuat sampai kondisi
bak truk penuh menjadi Rp. 160.000,- s/d Rp.200.000,-/truk. Sebagian besar
masyarakat di Kecamatan Todanan ini bekerja sebagai penambang
batugamping. Bahan galian batugamping dari lokasi ini ada juga yang
dikirim hingga ke Kabupaten Pati dan Rembang sebagai pengeras jalan dan
pondasi rumah.

f. Kecamaatan Kradenan
Singkapan batugamping yang berada di Kecamatan Kradenan berada di
Desa Mendenrejo. Pada lokasi ini telah dilakukan penambangan oleh
penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan peralatan
sederhana. Berdasarkan informasi telah dilakukan penambangan sejak tahun
1980. Batugamping hasil penambangan dari lokasi ini sebagian besar
digunakan oleh masyarakat Blora sebagai pondasi rumah dan pengeras jalan.
Secara petrologi batugamping yang dijumpai dilapangan mempunyai ciri
fisik berwarna putih kekuningan, kompak, keras, fragmental, banyak
mengandung forminifera, cangkang, banyak mineral kalsit dan karbonat
lainnya dengan ketebalan batugamping ± 12 m. Luas potensi batugamping
pada Desa Mendenrejo mencapai 262,6 ha.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Batuan kapur atau batuan gamping(limestone) termasuk batuan sedimen. Batuan
sedimen sering pula disebut dengan batuan endapan. Batuan ini berwarna putih, kelabu,
atau warna lain yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3). Berdasarkan proses
pengendapannya, batu gamping radiolarit dan batu karang merupakan batuan sedimen
organik. Disamping hal tersebut, batuan kapur (termasuk di dalamnya stalaktit dan
stalakmit yang banyak dijumpai di gua-gua kapur) menurut proses pengendapannya
juga termasuk batuan sedimen kimiawi (sedimen khemis).
Kapur adalah istilah umum untuk kalsium yang mengandung anorganik bahan, di
mana karbonat , oksida dan hidroksida mendominasi. Tepatnya, kapurkalsium oksida
atau hidroksida kalsium.
Kapur merupakan bahan bangunan penting bagi kostruksi karena berfungsi
sebagai bahan perekat dasar serta bahan dasar untuk pembuatan semen Portland.
TUGAS TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

“ GAMPING “

NAMA : IRWAN ADHI SANJAYA


NIM : 21010112140047

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017

You might also like