Professional Documents
Culture Documents
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas penyisihan amonia
dengan kombinasi proses absorbsi dalam membran dan oksidasi lanjut menggunakan reaktor
hibridaozon plasma. Serta mengetahui pengaruh penambahan proses oksidasi lanjut dalam
reaktor hibrida ozon plasma terhadap proses penyisihan amonia dalam kontaktor membran
menggunakan larutan penyerap asam sulfat (H2SO4). Variabel proses pada proses penyisihan
amonia menggunakan membran adalah laju alir umpan (3, 4, 5 LPM), pH larutan umpan (10,
11, 12), temperatur umpan (20, 30, 40oC) dan jumlah serat membran (50, 60, 70 serat).
Penambahan proses oksidasi lanjut dalam reaktor hibrida ozon plasma dapat meningkatkan
jumlah amonia yang akan disisihkan oleh kontaktor membran. Konfigurasi gabungan absorbsi
dalam membran dan proses oksidasi lanjut dalam RHOP dapat meningkatkan penyisihan
amonia menjadi 81,3% dengan konsentrasi amonia tersisa 149.568 ppm sedangkan pada proses
tunggal membran yang hanya dapat menyisihkan amonia sebesar 63,9 %. Kodisi operasi
optimum dalam penelitian ini diperoleh pada temperatur 400C, pH 11 dan jumlah serat membran
70.
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam proses pemisahan amonia dari air melalui membran, sebagai kontaktor
yang merupakan media tempat berkontak antara larutan penyerap dengan amonia. Dalam
penelitian ini pelarut yang digunakan adalah asam sulfat karena asam sulfat merupakan
senyawa asam yang bersifat reaktif terhadap amonia yang bersifat basa, sehingga
diharapkan amonia yang terpisahkan dari selongsong akan bereaksi dengan asam sulfat
yang berada dalam serat membran membentuk ammonium sulfat yang dapat digunakan
sebagai pereaksi bahan kimia atau penggunaan lainnya.
Salah satu proses untuk tujuan tersebut adalah menggabungkan dengan proses oksidasi
lanjut. Proses oksidasi yang selama ini dikembangkan adalah dengan non thermal plasma (NTP)
menggunakan tegangan tinggi di serat seperti elektroda untuk akan menyebabkan ionisasi gas
menghasilkan sebuah jet plasma yang dapat menghasilkan sinar UV, ozon, dan radikal hidroksil
(Locke, 2006). NTP dianggap sangat efisien karena sedikit energi yang hilang dalam pemanasan
cairan sekitarnya, yang memungkinkan energi akan difokuskan pada eksitasi elektron (Gerrity
dkk., 2009). Proses oksidasi lanjut yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
gabungan teknologi plasma dengan proses ozonasi pada fasa liquid.
Penambahan proses oksidasi lanjut dalam reaktor hibrida ozon plasma dapat
menghasilkan ion OH- yang dapat menggeser reaksi kesetimbangan atau menghasilkan radikal
OH• yang dapat membantu proses degradasi amonia. Reaktor hibrida ozon plasma yang
digunakan untuk proses oksidasi lanjut dirancang untuk menghasilkan plasma berbentuk shell
and tube yang terbuat dari kaca borosilikat dan diluarnya diselubungi dengan elektroda yang
terbuat dari stainless steel berbentuk batang dan kasa.
Pada tinjauan pustaka ini berisi landasan teori umum yang digunakan untuk
menjelaskan masalah yang akan dibahas penulis untuk melakukan penelitian
diantaranya, teori tentang amonia meliputi baku mutu limbah amonia serta
kesetimbangan amonia dalam air, penyisihan amonia dengan teknologi membran,
2.1.1Amonia
Amonia (NH3) adalah gas atau cairan tak berwarna yang memiliki bau yang berbeda.
Amonia merupakan kontaminan yang umum di tanah maupun air limbah. Konsentrasi NH3-N
dapat bervariasi dari 5 sampai 1000mg / L dalam air limbah industri kokas, pupuk kimia,
gasifikasi batubara, pemurnian minyak bumi, farmasi dan industri katalis (AtkinsJr dkk., 1997).
Amonia hadir dalam konsentrasi rendah dan jumlah debit mungkin rendah. Namun, amonia
yang terlarut dalam air limbah tidak dapat diuapkan karena gas amonia akan menyebabkan
masalah lingkungan yang serius (Bhattacharya, 2011).
Dari OR-OSHA diketahui Permissible Exposure Limit (PEL) untuk NH3 adalah 25 ppm
selama delapan jam untuk Time Weighted Average (TWA). Sedngkan The American Conference
of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) merekomendasikan delapan jam TWA dengan
konsentrasi 25 ppm, batasan ambang batas ini untuk mengendalikan potensi bahaya amonia
terhadap kesehatan. ACGIH juga merekomendasikan Short Term Exposure Limit (STEL) 35
ppm selama rata-rata 15 menit.
Sifat Fisika Amonia Nilai
Massa jenis dan fase 0,6942 g/L, gas
Kelarutan dalam air 89,9 g/100 ml pada 0°C
Titik lebur -77,73 °C (195,42 K)
Temperatur autosolutan 651°C
Titik didih -33,34 °C (239,81 K)
Keasaman (PKa) 9,25
Kebasaan (PKb) 4,75
Teknologi membran tidak menawarkan selektivitas untuk spesies tertentu, tetapi hanya
bertindak sebagai penghalang antara fasa yang terlibat, dengan memungkinkan kontak di antara
mereka. Dua fasa terpisah oleh membran, dimana tidak ada pencampuran dari mereka dan tidak
ada fenomena dispersi. Spesies ditransfer dari satu fasa ke fasa lain hanya dengan difusi saja.
Membran yang digunakan biasanya mikroporous dan simetris, baik hidrofobik maupun
hidrofilik (Drioli dkk., 2006).
Aplikasi teknologi membran tidak meningkatkan transfer massa melainkan
meningkatkan luas area per volume seperti dapat ditemukan dalam serat berongga dan modulus
kapiler, oleh karena itu proses ini menjadi lebih menarik daripada kontaktor fasa terdispersi
konvensional. Sebagai contoh packed and tray coloumn memiliki luas area per volume sekitar
30-300 m2/m3, tetapi dengan kontaktor membran, luas area per volumenya dapat mencapai
1600-6600 m2/m3. Pada kontaktor membran G-L satu fasa adalah gas atau uap dan fasa lainnya
adalah cairan sedangkan pada kontaktor L-L kedua fasanya adalah cairan. Kontaktor G-L dapat
membagi proses dimana gas atau uap yang dipindahkan dari fasa gas ke fasa cair dan uap atau
gas yang dipindahkan dari fasa cair ke fasa gas (Mulder, 2000).
Perbedaan konsentrasi komponen antar fasa dan penurunan tekanan yang diperlukan
untuk menahan interfasa antar fluida yang sangat kecil. Pada proses kontak antar fluida melalui
membran, langkah-langkah yang terjadi adalah (Kartohardjono dkk., 2010):
1. Perpindahan massa komponen dari fluida umpan ke membran.
2. Difusi massa tersebut melewati membran.
3. Perpindahan massa dari membran ke fluida lainnya.
2.2.1 Kontaktor Membran Serat Berongga (Hollow Fiber Membrane Contactor- HMFC)
Serat berongga telah digunakan sejak tahun 1960-an dalam berbagai macam aplikasi
seperti reverse osmosis, ultrafiltrasi, pemisahan gas membran, organ buatan, dan tujuan medis
lainnya (Khulbe, 2008). Fungsi utama membran dalam kontaktor membran serat berongga
adalah untuk menciptakan luas permukaan kontak yang sangat besar di dalam modul sehingga
proses perpindahan massa yang terjadi akan lebih efisien. Selain itu membran serat berongga
juga digunakan untuk membuat fasa kontak gas cair pada pori membran tidak bergerak dengan
kombinasi efek tegangan permukaan dan perbedaan tekanan pada tiap fasa.Perbedaan antara
modul kapiler dan modul serat berongga adalah dalam masalah dimensi, sedangkan konsep
modulnya sama. Modul serat berongga berkonfigurasi dengan densitas packing yang
paling tinggi, yang dapat mencapai nilai 300 m2/m3. Modul ini digunakan jika aliran umpan
relatif
bersih, seperti dalam pemisahan gas dan pervaporasi. Selain itu juga digunakan dalam desalinasi
air laut, dan aliran umpan yang relatif bersih lainnya (Mulder, 2000
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 2.4 Foto SEM Membran Serat Berongga PVC (a) pembesaran 70X (b) pembesaran
200 X (c) pembesaran 800X (d) pembesaran 10000X
PVC dipilih sebagai bahan serat membran karena memiliki struktur asimetris ganda,
yang berarti bahwa serat berongga memiliki permukaan bagian dalam dan luar.
Struktur asimetris ganda ini memberikan sebuah stabilitas mekanik yang lebih
tinggi pada serat dibandingkan dengan membran serat berongga anisotropik
konvensional. Keunggulan selanjutnya adalah tidak ada resiko penyumbatan pori
membran ketika dilakukan backwashing dengan tekanan yang lebih tinggi dari sisi
permeat (Guo 2009). Selain itu PVC juga tahan terhadap asam, basa, dan hampir
semua bahan kimia anorganik. Meskipun PVC larut dalam hidrokarbon aromatik,
keton, dan eter siklik, PVC sulit untuk larut dalam pelarut organik lainnya (Vinyl
dkk., 2012).
2.2.3 Pelarut Asam Sulfat
Pelarut yang digunakan dalam proses pemisahan amonia ini adalah asam sulfat
karena asam sulfat merupakan senyawa asam yang bersifat reaktif terhadap amonia
yang bersifat basa, sehingga diharapkan amonia yang terpisahkan dari selongsong
akan bereaksi dengan asam sulfat yang berada dalam serat membran membentuk
ammonium sulfat yang dapat digunakan sebagai pereaksi bahan kimia atau
penggunaan lainnya. Di samping itu asam sulfat merupakan asam kuat yang dalam air
akan terionisasi sempurna sehingga tidak akan melewati membran dan berpindah ke
selongsong yang mengandung amonia. Di samping itu asam sulfat lebih cocok
digunakan dengan membran PVC dibandingkan asam lainnya karena tidak bersifat
oksidator kuat yang dapat merusak membran PVC.
Pada proses absorbsi pemilihan larutan penyerap akan mempengaruhi proses
absorbsi. dipengaruhi oleh konsentrasi larutan penyerap asam sulfat yang digunakan
(Jiahui,dkk., 2008) pada kondisi laju alir dan jumlah serat yang sama, efisiensi pemisahan
ammonia dapat ditingkatkan dengan meningkatkan konsentrasi larutan penyerap asam
sulfat yang digunakan.
mereka mendesorpsi di sisi shell dan terserap dan bereaksi oleh penyerap tersebut
(Bhattacharya dkk., 2012).
Gambar 2.5 Representasi Skematis dari Transportasi selama Pemisahan NH3 dari Air
(Bhattacharya dkk., 2012)
Proses absorbsi amonia dalam membran kontaktor,ditransfer oleh proses konveksi dan
difusi dari umpan terhadap antarmuka umpan-membran. Pada serat dinding (jari-jari dalam serat
berongga), amonia volatile akan melewati pori-pori membran yang diisi oleh gas. Amonia
kemudian berdifusi pori-pori HFMC, dan ditransfer ke dalam larutan penyerap. Pada antarmuka
shell-membran, amonia segera bereaksi dengan larutan penyerap dan membentuk senyawa
nonvolatil. Di sisi lain, air tidak dapat melalui serat hidrofobik dari HFMC. Prinsip penyisihan
amonia melalui HFMC dapat ditunjukkan pada Gambar 2.6. (Ashrafizadeh dkk., 2012)
Gambar 2.6 Mekanisme Penyisihan Amonia dalam Membran (Ashrafizadeh dkk., 2012)
OH• 2.80
O• 2.42
O3 2.07
H2O2 1.78
O2H• 1.70
Cl2 1.36
Proses oksidasi pada kondisi ringan oleh spesi reaktif seperti radikal hidroksil
yang dihasilkan oleh radiasi ultra violet (UV) dalam reaksi antara oksidan yang ada
yaitu ozon dan hidrogen peroksida, hal ini yang kemudian disebut sebagai Advanced
Oxidation Processes (AOPs). AOPs merupakan teknologi alternatif yang sangat
menarik untuk dipelajari dalam penghancuran kontaminan-kontaminan organik yang
berbahaya (Alnaizy and Akgerman, 2000).
Banyaknya reaksi fisika dan kimia yang dihasilkan oleh proses oksidasi,
membuat teknologi ini dapat menjadi solusi beberapa proses yang dibutuhkan dalam
pengolahan air limbah. Dan yang paling penting dalam proses oksidasi lanjut adalah
banyak dihasilkan spesies aktif seperti OH , O , H , dan H2 O2 yang beberapa
oksidan kuat yang dapat mengoksidasi berbagai senyawa organik sekaligus
membunuh bakteri.
Plasma terbentuk karena adanya ionisasi fluida yang ada di sekitar elektroda dan
adanya perbedaan tegangan yang sangat tinggi antara kedua elektroda. Mekanisme
pembentukkan plasma adalah sebagai berikut:
Atom netral atau molekul dalam media pada perbedaan tegangan yang sangat
tinggi akan terionisasi menghasilkan ion positif dan elektron bebas.
Elektroda akan memisahkan dan mencegah penggabungan ion positif dan elektron
serta menggerakkan elektron menuju elektroda positif
Elektron yang mengumpul pada elektroda akan bergerak dengan kecepatan yang
sangat tinggi dan energi yang sangat besar dan menumbuk atom netral sehingga terjadi
proses ionisasi, disosiasi, dan eksitasi.
Elektron dengan energi yang tinggi ini akan menumbuk dengan cara ionisasi,
disosiasi, dan eksitasi yang kemudian menghasilkan elektron bebas dan akhirnya
terjadi loncatan elektron (avalanche electron) yang disebut dengan streamer
discharge. Elektron bebas (avalanche electron) mempunyai energi 10-15 eV (Gaffar
Ionisasi didefinisikan sebagai proses terlepasnya elektron suatu atom atau molekul dari
ikatannya. Energi yang dibutuhkan untuk melepas satu atau lebih
elektron dari orbitnya pada sebuah atom atau molekul dapat didefinisikan sebagai
Elektron dengan energi yang tinggi ini akan menumbuk dengan cara ionisasi,
disosiasi, dan eksitasi yang kemudian menghasilkan elektron bebas dan akhirnya
terjadi loncatan elektron (avalanche electron) yang disebut dengan streamer
discharge. Elektron bebas (avalanche electron) mempunyai energi 10-15 eV (Gaffar
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.2. berikut ini.
Tabel 3.2. Bahan yang Digunakan dalam Penelitian
Nama Bahan Keterangan
Ammonium sulfat Bahan untuk pembuatan limbah
((NH4)2SO4) sintetik amonia 800 ppm yang bebas
pengotor.
Natrium hidroksida Bahan untuk menyesuaikan pH
(NaOH) limbah sintetik
Aquadest (H2O) Pelarut untuk pembuatan limbah
sintetik dan larutan penyerap asam
sulfat
H2SO4 2 N Bahan untuk pembuatan larutan
(Asam Sulfat) penyerap asam sulfat
Reagen 1 dan Reagen 2 Bahan untuk mengukur konsentrasi
Amoniameter amonia
Larutan KI 0,1 N
Na2S2O3.5H2O 0,005
N Bahan untuk menguji laju
H2SO4 2 N produktivitas ozonator
Indikator kanji
(amilum)
Pada prosedur penelitian, dilakukan uji produktivitas plasma dan ozon, dan
uji perpindahan massa.
3.4.1 Uji Reaktor Hibrida Ozon Plasma
Proses oksidasi lanjut dalam penelitian ini adalah penggabungan teknologi
hibrida antara teknologi plasma dan ozon dalam reaktor dielectric barrier discharge
atau DBD cair (Reaktor Hibrida Ozon-Plasma) yang merupakan sistem reaktor hibrida
Ozon-Plasma hasil rancangan Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA.
ozonasi kalium iodida adalah sebagai berikut (Day dan Underwood, 1991):
O3 + 2I- + H2 O → I2 + O2 + 2OH- (3.1)
Proses oksidasi lanjut yang akan digabungkan dengan absorbsi dalam membran
adalah dengan menggunakan Reaktor Hibrida Ozon Plasma (RHOP). Untuk
mengetahui kemampuan RHOP untuk menyisihkan amonia dalam penelitian ini juga
dilakukan proses tunggal menggunakan RHOP . Dari Gambar 4.1 dapat diketahui
pengaruh pH umpan terhadap penyisihan amonia dalam RHOP, dari gambar tersebut
dapat diketahui kenaikan pH akan berbanding lurus dengan penyisihan amonia. Hasil
dari %R penyisihan amonia tertinggi menggunakan RHOP yaitu sebesar 11,7 %, pada
pH umpan 12. Efisiensi yang rendah dikarenakan reaktor plasma menggunakan
tegangan yang cukup rendah 175 Volt, sehingga produktivitas ozon dan radikal OH●
dengan jumlah yang belum cukup untuk menyisihkan amonia di dalam air limbah.
Dalam RHOP, reaksi yang terjadi adalah proses oksidasi lanjut. Proses oksidasi
lanjut adalah suatu metode yang memanfaatkan keberadaan radikal dan spesi aktif
sebagai oksidator yang sangat kuat untuk menguraikan suatu senyawa yang tidak dapat
dioksidasi dengan oksidator konvensional. Oksidasi lanjut dalam RHOP akan
menghasilkan spesi aktif ozon dan radikal OH•. Ozon terbentuk karena terjadinya
dekomposisi atom oksigen dalam reaktor RHOP. Selanjutnya dalam kondisi basa ozon
akan terdekomposisi menjadi radikal OH• yang sangat reaktif sehingga dapat
menyerang atom atau molekul lainnya menjadi senyawa baru.
Dekomposisi ozon dalam air diawali dengan reaksi ozon dengan ion OH- yang
diikuti pembentukan beberapa spesies radikal lainnya seperti OH●, HO2●, dan HO3●
(Rodríguez A. 2008). Reaksi perubahan ozon membentuk spesies radikal melalui tiga
tahap yaitu inisiasi, propagasi, dan terminasi. Reaksinya adalah sebagai berikut:
Inisiasi :
Inisiasi :
O3 + OH- → O2●- + HO2●
Propagasi :
HO2● ⇄O2●- + H+
O3 + O2●- → 3●- + O2 O3●- + H+ ⇄ HO3● HO3● → HO● + 2
O3 + HO● → HO4● HO4● → HO2● + O2 HO2- + H+ ⇄2 H2O
HO● + H2O2 → HO2● + H2O HO● + HO2- → HO2● + HO-
Terminasi :
HO● + O3 → O3 + HO-
HO4● + HO4● → H2O2● + 2O3
HO4● + HO3● → H2O2● + O2 + O3
Radikal OH● yang terbentuk kEmudian menyerang amonia membentuk hidroksil amin
yang merupakan basa lemah berdasarkan reaksi berikut ini:
HO● + NH3 → NH2● + H2O NH2● + H2 O2 → NHOH● + H2 O NH2● + HO● → (
4
NH2OH
.
1
4
)
(
4
.
1
5
)
(
4
.
1
6
)
(Li
Huang
, 2008)
Untuk mempercepat dekomposisi ozon menjadi radikal OH● dapat dilakukan dengan
meningkatkan pH (Enjarlis, 2006). Dengan pH umpan yang semakin tinggi maka akan memberikan
persen penyisihan amonia yang lebih baik (Zhu dkk., 2005). Radikal ozon yang hanya memiliki potensial
oksidasi sebesar 2,07 eV sedangkan radikal OH● memiliki potensial oksidasi lebih besar yaitu 2,80 eV
(Ikehata K. dkk. 2006). Dalam larutan asam, mekanisme reaksi yang mendominasi adalah serangan
langsung dari ozon pada molekul lainnya, sedangkan pada kondisi basa mekanisme yang dominan adalah
serangan radikal bebas (misalnya radikal OH●, radikal H02●) (Channing, 1979).
4.1.1 Proses Penyisihan dalam RHOP-Ozon
Penggabungan RHOP dan Ozon dilakukan untuk meningkatkan poduktiftas RHOP. Dalam
proses ini, yaitu udara yang berasal dari kompresor sebelum masuk dalam RHOP dialirkan
menuju ozonator, dalam ozonator udara akan dikonversi menjadi ozon yang kemudian
diinjeksikan ke dalam injektor-mixer. Ozon akan bercampur dengan air limbah dalam
injektor-mixer dan kemudian mengalir ke dalam reaktor hibrida ozon plasma. .
Ozon tidak reaktif terhadap amonia, hal ini dikarenakan molekul amonia
memiliki sepasang elektron bebas yang cenderung menolak ozon. Berikut ini
merupakan reaksi antara amonia dengan ozon yang akan membentu ammonium nitrat :
2NH3 + 4O3 → NH4NO3 + 4O2 + H2 O (4.17)
Pada pH basa, lifetime ozon semakin menurun dan ozon akan terdekomposisi
menjadi radikal OH●. Penambahan injeksi ozon ini diharapkan dapat meningkatkan
pembentukan radikal OH●, sehingga proses oksidasi lanjut dalam RHOP semakin
efektif. Oleh karena itu peningkatan pH dan penambahan ozonator akan secara
simultan meningkatkan persen penyisihan amonia.
Dari Gambar 4.2 dapat diketahui terjadi peningkatan %R bila dibandingkan
dengan proses RHOP. Hasil dari %R penyisihan amonia tertinggi menggunakan
RHOP yaitu sebesar 11,7 % sedangkan pada gabungan proses RHOP-ozon sebesar
18,3 % terjadi kenaikan sebesar +7 %, pada pH umpan 12. Gabungan proses RHOP
dan ozon meningkatkan jumlah spesi aktif ozon dan radikal OH● serta dapat
membantu memperlama life radikal OH● yang akan mengoksidasi NH3 dan ion
hidroksil (OH-) yang menggeser kesetimbangan amonia sehingga penyisihan amonia
menggunakan proses gabungan RHOP, dan ozon berlangsung lebih efektif.
Gambar 4.3 Persen Penyisihan Amonia dengan Membran Variasi Laju Alir Umpan
1.. Proses Penyisihan dalam Membran-RHOP dan Gabungan Membran-
RHOP-Ozon
Dalam penelitian sebelumya diketahui bahwa dalam membran hanya
molekul amonia volatil yang dapat disisihkan melalui membran, sedangkan ion
amonia NH4+ tertahan dalam membran (Ashrafizadeh dan Khorasani, 2010)
(Hasanoaglu dkk., 2010). Untuk meningkatkan persen penyisihan amonia
dilakukan penggabungan proses membran dengan proses oksidasi lanjut
dalam RHOP dan RHOP-Ozon.
Mekanisme penyisihan amonia dalam air limbah menggunakan gabungan membran
dan RHOP serta ozon dapat dilihat pada gambar 4.5. Dalam penelitian ini akan
dipelajari pengaruh variasi temperatur larutan umpan, pH larutan umpan dan serat
membran terhadap proses penyisihan amonia.