You are on page 1of 7

Case Report

ELECTION OF OPEN STONE SURGERY (OSS) AS TREATMENT TO


CASE ON STAGHORN STONE
Wenny Eka Fildayanti1, dr. Aristo, Sp.U,2 Muhammad Nasir3

1. Medical Doctor Program Student, Faculty of Medicine, Tadulako University


2. Department Urology, Faculty of Medicine, Tadulako University-Undata Hospital in Palu City
3. Department Infection and Traumatology, Faculty of Medicine, Tadulako University

ABSTRACT
Staghorn stone is a kidney stone starting from the renal pelvis which affect two or more renal calix,
thus forming a picture like a deer horn, prevalence of renal stones in the Central Sulawesi was the 3rd
rank in Indonesia. A 60-year-old man patient was diagnosed with colic pain on right flank from a
year ago. The patient was diagnosed with staghorn right renal stone. The procedure was given by
Open Stone Surgery with nephrolithotomy techniques. Based on the American Urological
Association (AUA) guidelines, PCNL was the main recommended in the case of staghorn stone.
However, if we review the Clearance Rate rate is still low, that’s why, open Stone Surgery will be a
good choice on a such case.
Keywords: Staghorn Stone, Open Stone Surgery, PCNL

ABSTRAK
Staghorn stone adalah batu ginjal yang tercetak mulai dari pelvis renalis sampai mengenai dua atau
lebih kaliks renalis, sehingga membentuk gambaran seperti tanduk rusa, prevalensi batu ginjal di
Sulawesi Tengah menduduki peringkat ke-3 se-Indonesia. Pasien laki-laki 60 tahun masuk dengan
keluhan nyeri kolik pada regio flank dekstra sejak 1 tahun. Pasien tersebut didiagnosis staghorn stone
renal dekstra. Tatalaksana yang diberikan berupa Open Stone Surgery dengan teknik nefrolitotomi.
Berdasarkan pedoman American Urological Association (AUA), tindakan PCNL merupakan
rekomendasi utama pada kasus staghorn stone. Tetapi ketika ditinjau kembali angka Clearance Rate
masih kurang sehingga dipilihlah Open Stone Surgery sebagai tatalaksana pada kasus ini.

Kata Kunci : Staghorn Stone, Open Stone Surgery, PCNL


1. LATAR BELAKANG uretra. Ketika terbentuk batu pada calyx
minor, calyx mayor maupun pelvis, inilah
Ginjal adalah sepasang organ saluran yang disebut dengan batu ginjal (Richard S.
kemih yang terletak di rongga Snell, 2006).
retroperitoneal bagian atas. Bentuknya
menyerupai kacang dengan sisi cekung- Nefrolitiasis (batu ginjal) merupakan salah
nya menghadap ke medial. Pada sisi ini satu penyakit ginjal akibat terbentuknya
terdapat hilus ginjal yaitu tempat material keras yang menyerupai batu dan
struktur-struktur pembuluh darah, system terdiri dari kristal dan matriks
limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju organik(Fauzi and Marco Manza Adi Putra,
dan meninggalkan ginjal. Saluran ekskresi 2016). Salah satu jenis batu ginjal
ginjal pun dimulai dari calyx minor, calyx berdasarkan letak dan bentuk batunya
mayor, pelvis, ureter, kandung kemih, dan adalah staghorn stone. Staghorn stone
Wenny Eka Fildayanti
1 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
adalah batu ginjal yang tercetak mulai dari 70-80% dari seluruh kemih. Kandungan
pelvis renalis sampai mengenai dua atau batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat,
lebih kaliks renalis, sehingga membentuk kalsium fosfat atau campuran dari kedua
gambaran seperti tanduk rusa (Diri and Diri, unsur itu. 2) Batu struvit, batu struvit
2018). disebut juga batu infeksi, karena
terbentuknya batu ini disebabkan oleh
Berdasarkan penelitian oleh Scales CD et adanya infeksi saluran kemih. 3) Batu asam
all, tahun 2012 tentang “Prevalence of urat, penyakit batu asam urat banyak
Kidney Stones in the United States”, diderita oleh pasien penyakit gout, penyakit
menyatakan prevalensi kejadian batu ginjal mieloproliferatif, pasien yang
di Amerika Serikat sebesar 8,8% dengan mendapatkan terapi antikanker dan banyak
prevalensi pada laki-laki lebih tinggi menggunakan obat urikosurik (thiazide,-
dibandingkan dengan perempuan (Scales et salisilat). 4) Batu jenis lain, berupa batu
al., 2012). Sedangkan di Indonesia, sistin, xanthin, batu triamterene dan batu
berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar silikat (Basuki B Purnomo, 2011).
(Riskesdes) tahun 2013 menyatakan
prevalensi kejadian batu ginjal sebesar 0,6 Keluhan yang disampaikan oleh pasien
% atau 6 dari 1000 penduduk, Sulawesi tergantung pada posisi atau letak batu, besar
Tengah (0,8%) menduduki peringkat ketiga batu dan penyulit yang telah terjadi.
di atas DI Yogyakarta (1,2%) dan Aceh Keluhan yang dirasakan berupa nyeri
(0,9%) (Kemenkes RI, 2013). pinggang, hematuria (urin bercampur
darah), mual dan atau muntah. Pada
Etiologi dari pembentukan batu pada ginjal pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok
masih idiopatik (belum jelas), oleh karena CVA (costo vertebra angle), sedangkan
masih banyak faktor yang terlibat. Tetapi pemeriksaan penunjang yang dianjurkan
berdasarkan beberapa penelitian menduga berupa pemeriksaan sedimen urin,
dua proses yang terlibat erat dalam proses Ultrasonografi (USG), Intra Venous
pembentukan batu pada ginjal yaitu Pielografi (IVP), Foto Polos Abdomen, dan
supersaturasi dan nukleasi. Supersaturasi CT-Scan tanpa kontras, dan yang menjadi
terjadi jika substansi yang menyusun batu Gold Standar adalah IVP (Basuki B
mengalami penurunan berupa volume urin Purnomo, 2011)
dan kimia urin. Sedangkan untuk proses
nukelasi natrium hidrogen urat, asam urat Tatalaksana untuk staghorn stone berupa
dan kristal hidroksipatit membentuk inti. terapi medikamentosa, minimal invasive
Kemudian terjadi perekatan (adhesi) Ion dan operatif. Salah satu dari tatalaksana
kalsium dan oksalat kemudian pada inti operatif adalah dengan bivalve
untuk membentuk campuran batu. Proses nephrolithotomy (Maxwell Meng, 2017).
ini dinamakan nukleasi heterogen(Fauzi
and Marco Manza Adi Putra, 2016). Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus
Berdasarkan studi epidemiologi, ada batu ginjal jika tidak ditangani dengan baik
beberapa faktor yang mempengaruhi dan benar yaitu obstruksi, infeksi saluran
terbentuknya batu ginjal, yaitu faktor kemih dan gagal ginjal yang di akibatkan
intrinsik dan ekstrinsik (Basuki B Purnomo, oleh Hydronephrosis (Maxwell Meng,
2011). 2017).

Batu saluran kemih pada umumnya 2. LAPORAN KASUS


mengandung unsur kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium Pasien masuk rumah sakit RSUD Undata
ammonium fosfat (MAP), xanthyn, sistin pada bulan januari 2018 dengan keluhan
dan silikat. 1) Batu kalsium, batu jenis ini nyeri pada pinggang kanan, yang dirasakan
paling banyak dijumpai yaitu kurang lebih sejak kurang lebih setahun yang lalu, nyeri
Wenny Eka Fildayanti
2 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
yang dirasakan bersifat hilang timbul, tetapi kaliks kemih pada ren dekstra
beberapa bulan belakangan, keluhan nyeri (Hydronephrosis Grade III).
pasien semakin memberat. Pasien juga
mengeluhkan mual, keluhan lain disangkal
berupa, demam, muntah, batuk, dan sesak.
BAB biasa. BAK lancar. Riwayat penyakit
sebelumnya, pasien pernah mengalami
kencing bercampur darah beberapa bulan
yang lalu dan pasien mengaku pernah
mengalami keluhan serupa sekitar 1 tahun
yang lalu. DM (-), hipertensi (-), tidak ada
keluarga yang memiliki keluhan yang Gambar 2. Potongan aksial pada CT-Scan
serupa. abdomen tanpa kontras, nampak
radiopaque pada Ren Dekstra.
Pemeriksaan fisik didapatkan karnofsky
score 80, kesadaran composmentis, tanda
tanda vital dalam batas normal. pada
pemeriksaan kepala, leher, thorax dan
ekstremitas tidak didapatkan kelainan,
tetapi pada abdomen didapatkan
ballotement (+) dan nyeri ketok CVA.

Pada pemeriksaan laboratorium, urinalisis


didapatkan protein (+2), leukosit (+3), dan
sedimen urin didapatkan leukosit (penuh),
eritrosit (11). Pada pemeriksaan darah Gambar 3. Potongan coronal pada CT-
didapatkan leukositosis. Pada pemeriksaan Scan abdomen tanpa kontras, nampak
ultrasonografi didapatkan kesan radiopaque pada ren dekstra.
hydronefrosis desktra grade 3,dan
nefrolithiasis desktra uk. 2,04 cm, [Gambar
1]. Pada pemeriksaan ct-scan tanpa kontras
didapatkan kesan staghorn stone renal
dekstra dan spondylosis lumbalis [gambar
2,3, dan 4]. Pada pemeriksaan tambahan
lainnya didapatkan peningkatan creatinin.

A Gambar 4. Nampak batu pada ginjal


kanan yang menyerupai Staghorn
Stone/menyerupai tanduk rusa.
Penegakan diagnostik ditegakkan dengan
Gambar 1. Pada pemeriksaan USG melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,
didapatkan A. Pelebaran system pelviko- serta pemeriksaan penunjang, berdasar-
Wenny Eka Fildayanti
3 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
kan data di atas dapat disimpulkan bahwa  Diet: diet banyak purin, oksalat, dan
diagnosis primer adalah staghorn stone kalsium mempermudah terjadinya
ren dekstra, diagnosis sekunder yaitu penyakit batu saluran kemih
flank pain, dan diagnosis komplikasi yaitu  Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai
hydronephrosis renal dekstra. Pada kasus pada orang yang pekerjaannya banyak
ini dilakukan tindakan pengang-katan batu duduk atau kurang aktivitas atau
dengan metode nephrolitho-tomy renal sedentary life.
dekstra.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
3. DISKUSI pemeriksaan penunjang, didapatkan pada
kasus ini, didiagnosis nefrolithiasis renal
Staghorn stone adalah batu yang bentuknya dekstra berbentuk staghorn stone bahkan
menyerupai tanduk, dan mempunyai telah timbul komplikasi berupa hydrone-
cabang-cabang. Batu jenis ini dapat phrosis.
berukuran kecil atau besar tergantung dari
ukuran ginjalnya (Diri and Diri, 2018). Pasien mengeluhkan adanya nyeri yang
awalnya besifat kolik dan lama kelamaan
Secara epidemiologis terdapat beberapa menjadi menetap. Nyeri kolik yang
faktor yang mempermudah terjadinya batu dihasilkan akibat aktivitas otot polos sistem
saluran kemih pada seseorang, yaitu faktor kaliks maupun ureter meningkat dalam
intrinsik dan faktor ekstrinsik (Basuki B usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran
Purnomo, 2011). kemih, sehingga menyebabkan
Faktor Intrinsik: meningkatnya tekanan intraluminal yang
berakibat terjadinya peregangan saraf
 Herediter (keturunan): penyakit ini terminal dan memberikan sensasi nyeri.
diduga diturunkan dari orang tua Nyeri yang menetap disebut juga nyeri non-
 Umur: paling sering didapatkan pada kolik, nyeri ini terjadi akibat peregangan
usia 30-50 tahun kapsul ginjal karena terjadi komplikasi
 Jenis kelamin: jumlah pasien laki-laki berupa hydronephrosis. Dari keluhan
tiga kali lebih banyak dibandingkan pasien, hal ini telah sesuai dengan teori
dengan pasien perempuan (Basuki B Purnomo, 2011).

Faktor Ekstrinsik: Batu ginjal dapat disebabkan oleh


peningkatan pH urine (misalnya batu
 Geografi: pada beberapa daerah kalsium bikarbonat) atau penurunan pH
menunjukkan angka kejadian batu urine (misalnya batu asam urat).
saluran kemih yang lebih tinggi Konsentrasi bahan-bahan pembentuk batu
daripada daerah lain sehingga dikenal yang tinggi di dalam darah dan urine serta
sebagai daerah stone belt (sabuk batu), kebiasaan makan atau obat-obatan tertentu
sedangkan daerah Bantu di Afrika juga dapat merangsang pembentukan batu.
Selatan hampir tidak dijumpai penyakit Makanan yang dimaksud adalah bayam,
batu saluran kemih. kangkung, kacang panjang, daun sawi hijau,
 Iklim dan temperature: pada daerah buncis dan daun singkong. Obat yang
yang temperaturnya lebih tinggi dimaksud adalah loop diuretics; carbonic
memberikan prevalensi pembentukan anhydrase inhibitors; and laxatives . Segala
batu ginjal lebih banyak. sesuatu yang meng-hambat aliran urine dan
 Asupan air: kurangnya asupan air dan menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan)
tingginya kadar mineral kalsium pada urine meningkatkan pembentukan batu
air yang dikonsumsi, dapat (Basuki B Purnomo, 2011) (Trisnawati and
meningkatkan insiden batu saluran Jumenah, 2018) (Matlaga et al., 2003).
kemih.
Wenny Eka Fildayanti
4 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
Tujuan utama tatalaksana pada pasien batu melihat keadaan ureter atau sistem
ginjal adalah mengatasi nyeri, pielo kaliks ginjal. Dengan
menghilangkan batu yang sudah ada, dan memakai energi tertentu, batu
mencegah terjadinya pembentukan batu yang berada di dalam ureter
yang berulang. maupun sistem pelvikaliks dapat
dipecah dengan bantuan
1. Terapi Medikamentosa ureteroskopi atau ureterorenosko-
Terapi medika mentosa yang diberikan pi ini (Fauzi and Marco Manza Adi
bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri. Putra, 2016).
Pada pasien dengan kemungkinan
pengeluaran batu secara spontan, dapat 4. Open Stone Surgery (OSS)
diberikan regimen MET (medical OSS merupakan suatu tindakan
expulsive therapy) berupa calcium pembedahan terbuka berupa
channel blocker untuk relaksasi otot pielolitotomi atau nefrolitotomi.
polos uretra dan alpha blocker yang Tindakan ini dilakukan dengan
juga bermanfaat untuk merelaksasikan melakukan insisi pada kulit lalu
otot polos uretra dan saluran urinari mengekspos ginjal sehingga
bagian bawah. Sehingga dengan memudahkan untuk proses
demikian batu dapat keluar dengan pengangkatan batu ginjal, terutama
mudah (85% batu yang berukuran staghorn stone (Zhang et al., 2017).
kurang dari 5 mm dapat keluar
spontan) (Chamberlin and Clayman, Berdasarkan pedoman American
2015). Urological Association (AUA), tindakan
PCNL merupakan rekomendasi utama pada
2. ESWL (Extracorporeal Shockwave kasus staghorn stone. Hal ini diakibatkan
Lithotripsy) karena kondisi postoperative pasien yang
Pada tahun 1980 penemu alat ini telah menjalani operasi sangat minim
bernama Caussy menggunakan komplikasi. [diri] pada sebagian kasus
gelombang kejut lalu ditembakkan dari staghorn stone dilakukan tindakan PCNL
luar tubuh untuk menghancurkan batu mendapatkan clearance rates (CR) 98,5%
yang terdapat di dalam tubuh, ketika dan 71% pada staghorn stone sebagian atau
batu tersebut hancur, maka pecahannya sempurna. Komplikasi postoperative pada
akan dikeluarkan melalui saluran tindakan ini terjadi penurunan mencapai
kemih (Fauzi and Marco Manza Adi 4%(Diri and Diri, 2018).
Putra, 2016).
Karena CR pada kasus staghorn stone
3. Minimal Invasif sempurna hanya mendapat 71%, hal ini
a. PCNL (Percutaneus Nephro ditunjang oleh penelitian yang dilakukan
Lithotomy) oleh Zhang FBY dkk, pada tahun 2017
Teknik ini mengeluarkan batu membandingkan komplikasi setelah operasi
yang berada pada saluran ginjal pada pasien staghorn stone antara PCNL
dengan cara menginsisi kulit lalu dengan OSS. Hasil penilitian ini
memasukkan alat endoskopi pada menganjurkan untuk lebih memilih OSS
sistem kaliks ginjal. Batu untuk menangani kasus staghorn stone
kemudian dikeluarkan atau sempurna walaupun lama rawat inap pada
dipecah terlebih dahulu menjadi OSS lebih lama dibandingkan dengan
fragmen- fragmen kecil (Diri and PCNL (10,3 vs 6,2), hal ini didasari oleh
Diri, 2018). sisa batu yang tertinggal setelah operasi
b. Ureteroskopi atau uretero OSS lebih sedikit dibandingkan dengan
renoskopi yaitu memasukkan alat PCNL (CR 97,5% vs 76,1%) (Zhang et al.,
ureteroskopi per uretra guna 2017).
Wenny Eka Fildayanti
5 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
kembali lagi ke ginjal, menekan bagian
Pada kasus ini dilakukan tindakan OSS dalam ginjal dan mempengaruhi aliran
dengan teknik nefrolitotomi dengan darah keginjal, sehingga dapat
indikasi batu yang tercetak telah memenuhi menimbulkan kerusakan pada organ
pelvis dan kaliks, sehingga tatalaksan telah tersebut.
sesuai dengan teori. (Basuki B Purnomo, 2011)

Tingkatan penyakit ini akan kembali lagi 4. KESIMPULAN


sangat tinggi (recurrent), tergantung
bagaimana kita megelola hidup ketika Pada kasus batu ginjal terutama staghorn
setelah pengankatan dari batu tersebut. stone, pasien akan mengeluhkan nyeri pada
Setelah batu dikeluarkan dari saluran area pingganh yang telah lama dan bersifat
kemih, maka perlu dilakukan pencegahan. hilang timbul, keluhan lain yang menyertai
Pencegahan yang dilakukan dapat berupa: kondisi ini berupa mual maupun muntah.
1) Menghindari dehidrasi dengan minum Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan
cukup dan diusahakan produksi urin pada palpasi regio hipokondrium
sebanyak 2-3 liter perhari; 2) Diet untuk (ballotment +) dan nyeri ketok CVA, serta
mengurangi kadar zat- zat komponen di tunjang dengan pemeriksaan penunjang
pembentuk batu; 3) Olahraga yang cukup yang memperlihatkan adanya struktur batu
dan 4) Pemberian medikamentosa (Basuki pada ginjal yang tercetak pada pelvis dan
B Purnomo, 2011). lebih dari dua kaliks. Penatalaksanaan kasus
berikut tergantung dari besar dan luas batu
Selain hal-hal yang perlu dilakukan diatas, tersebut, jika terbentuk staghorn stone
adapun beberapa diet yang perlu dianjurkan sempurna maka disarankan untuk
kepada pasien untuk menekan tingkat melakukan tindakan open stone surgery
kekambuhan terkait penyakit ini, (OSS).
diantaranya : 1). Rendah protein, karena
protein akan memacu ekskresi kalsium urin 5. PERSETUJUAN
dan menyebabkan suasana urin menjadi Penulis telah menerima persetujuan dari
lebih asam; 2) Rendah oksalat; 3) Rendah pasien dalam bentuk informed consent.
garam karena natriuresis akan memacu
timbulnya hiperkalsiuri; dan 4). Rendah 6. UCAPAN TERIMAKASIH
purin (Basuki B Purnomo, 2011). Penulis mengucapkan terimakasih banyak
kepada seluruh seluruh unit terkait dalam
Ketika kondisi ini berjalan terus tanpa proses penyusunan laporan kasus ini.
dilakukan pengobatan yang tepat maka,
banyak komplikasi yang dapat terjadi 7. KONFLIK KEPENTINGAN
terutama komplikasi yang berhubungan Penulis menyatakan bahwa tidak terdapat
langsung dengan fungsi ginjal, berikut konflik kepentingan yang terdapat pada
komplikasi yang terseing didapatkan pada tulisan ini.
pasien batu ginjal yang tidak melakukan
pengobatan tidak tepat dan tidak tuntas: 8. REFERENSI
a) Obstruksi, karena aliran urin terhambat
oleh batu. Basuki B Purnomo, 2011. Anatomi Sistem
b) Infeksi saluran kemih Urogenital dalam Dasar-Dasar
Infeksi dapat terjadi karena batu Urologi, 3rd ed. Sagung Seto, Jakarta.
menimbulkan inflamasi saluran kemih Chamberlin, J.D., Clayman, R.V., 2015.
dan terhambatnya aliran urin. Medical Treatment of a Staghorn
c) Gagal ginjal akut Calculus: The Ultimate Noninvasive
Gagal ginjal akut dapat terjadi karena Therapy. J. Endourol. Case Rep. 1,
urin yang tidak dapat mengalir, akan 21–23.

Wenny Eka Fildayanti


6 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
https://doi.org/10.1089/cren.2015.290
03.jdc
Diri, A., Diri, B., 2018. Management of
staghorn renal stones. Ren. Fail. 40,
357–362.
https://doi.org/10.1080/0886022X.201
8.1459306
Fauzi, A., Marco Manza Adi Putra, 2016.
Nefrolitiasis. Major. FK Univ.
Lampung 5, 69–73.
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Matlaga, B.R., Shah, O.D., Assimos, D.G.,
2003. Drug-induced urinary calculi.
Rev. Urol. 5, 227–231.
Maxwell Meng, 2017. Struvite and Staghorn
Calculi.
Richard S. Snell, 2006. Anatomi Klinis
Berdasarkan Sistem, 6th ed. EGC,
Jakarta.
Scales, C.D., Smith, A.C., Hanley, J.M.,
Saigal, C.S., 2012. Prevalence of
Kidney Stones in the United States.
Eur. Urol. 62, 160–165.
https://doi.org/10.1016/j.eururo.2012.0
3.052
Trisnawati, E., Jumenah, J., 2018. Konsumsi
Makanan yang Berisiko terhadap
Kejadian Batu Saluran Kemih. J.
Vokasi Kesehat. 4, 46.
https://doi.org/10.30602/jvk.v4i1.10
Zhang, F.B.-Y., Lin, W.-R., Yang, S., Hsu, J.-
M., Chang, H.-K., Chen, M., Chiu,
A.W., Lin, W.-C., 2017. Outcomes of
percutaneous nephrolithotomy versus
open stone surgery for patients with
staghorn calculi. Urol. Sci. 28, 97–
100.
https://doi.org/10.1016/j.urols.2017.02
.001

Wenny Eka Fildayanti


7 Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

You might also like