You are on page 1of 34

BAB I

PENDAHULUAN

Presentasi bokong (breech presentation) terjadi ketika bokong janin lebih dahulu

memasuki rongga panggul. Istilah breech (bokong) mungkin berasal dari kata yang sama

dengan britches, yang menggambarkan kain untuk menutupi selangkangan dan paha.

Untuk alasan tertentu, presentasi bokong umumnya terjadi sebelum aterm. Namun yang

paling sering terjadi sebelum proses persalinan dimulai janin berputar spontan sehingga

presentasinya menjadi presentasi kepala. Oleh karena itu presentasi bokong hanya
(1,2)
terjadi pada 3 - 4 % kelahiran tunggal.

Hal ini menunjukkan bahwa secara normal bayi memilih posisi yang paling tepat

sesuai dengan ruang intrauterin yang normal. Maka jika tetap terjadi presentasi bokong,

ini berhubungan dengan adanya kelainan pada janin, volume air ketuban, lokasi plasenta

atau kelainan pada uterus.

Di Indonesia,Program Indonesia Sehat 2010, Angka kematian ibu bersalin dan

angka kematian perinatal merupakan indikator yang paling peka untuk menilai

keberhasilan program kesehatan ibu dan anak. Malpresentasi dapat mengakibatkan

timbulnya penyebab kematian perinatal termasuk diantaranya adalah presentasi bokong.

Kejadian hipoksia dan trauma lahir pada perinatal dapat ditemui pada kasus persalinan

dengan malpresentasi yaitu pada presentasi bokong.

Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan dengan

presentasi bokong sebesar 4-5 kali dibandingkan dengan presentasi kepala. Sebab

kematian yang paling sering pada persalinan dengan presentasi bokong adalah

penanganan persalinan yang kurang sempurna.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Presentasi bokong adalah letak memanjang, dimana bokong sebagai bagian

terendah, sehingga kepala berada di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum

uteri. (1,2,3,4)

2.2. EPIDEMIOLOGI

Presentasi bokong biasanya ditemukan kira-kira 3-4% kelahiran bayi tunggal.

Pada tahun 1990-an ditemukan sekitar 3,5% diantara 136.256 bayi tunggal yang lahir di

AS. Di Belanda, GreenHill melaporkan 2,3% jumlah kasus persalinan dengan presentasi

bokong. Di RS.Hasan Sadikin Bandung sebesar 4,6%, dan di RSUP.H. Adam Malik/

RSUD. Dr. Pirngadi Medan ditemukan 4,4% kasus presentasi bokong.

2.3. ETIOLOGI

Umumnya penyebabnya belum jelas, tetapi ada beberapa faktor predisposisi yaitu ;

a. Kelainan dari Ibu

1. Kelainan Uterus
-
Tumor dari uterus yang mendesak uterus
-
Kelainan bawaan uterus, seperti uterus arkuatus yang dapat mengubah

letak janin
2. Kelainan panggul

Pintu atas panggul yang terlalu luas atau terlalu sempit dapat

mengganggu fiksasi dari kepala janin.

3. Kelainan dari jumlah air ketuban

Hidramnion menyebabkan terlampau bebasnya pergerakkan janin dalam

uterus sehingga fiksasi kepala terganggu dan pada oligohidramnion

gerakan janin terbatas sehingga terhalang versi spontan dari janin.

4. Kelainan implantasi plasenta

Misalnya plasenta previa yang menghalangi turunnya kepala ke pintu atas

panggul.

b. Kelainan dari Janin

1. Bayi prematur

Pada bayi premature ukuran kepala masih kecil, fiksasi kepala tidak

sempurna

2. Kehamilan ganda

Umumnya pada kehamilan kembar, janin menyesuaikan dirinya dalam

rahim.

3. Bayi mati

Presentasi bokong terjadi pada keadaan ini oleh karena gerakan janin

tidak ada lagi.

4. Bayi dengan kelainan bawaan


Kelainan bawaan pada kepala bayi dapat mengganggu fiksasi dari kepala

bayi, misalnya hidrosefalus, ansefalus dan mikrosefalus. (3,4)

2.4. JENIS-JENIS PRESENTASI BOKONG

Ada 3 klasifikasi dari presentasi bokong :

1. Frank breech (Presentasi bokong sempurna)

Dimana ekstremitas bawah fleksi pada paha dan ekstensi pada lutut. Sehingga

kaki terletak dekat dengan kepala. Pada pemeriksaan dalam hanya bokong yang

dijumpai sebagai bagian terbawah.

2. Complete breech (Presentasi bokong lengkap)

Dimana ekstremitas bawah fleksi pada paha dan salah satu atau kedua lutut juga

fleksi. Pada pemeriksaan dalam selain bokong, kaki juga dijumpai disamping

bokong.

3. Incomplete breech (Presentasi bokong tidak lengkap)

Dimana salah satu atau kedua paha tidak fleksi dan salah satu atau kedua kaki

terletak di bawah bokong. Sehingga pada pemeriksaan dalam kaki atau lutut

yang merupakan bagian terbawah.

Terdiri dari :
-
Footling breech → salah satu atau kedua kaki dijumpai dulu, dengan

bokong pada posisi yang tinggi. Ini jarang tetapi relatif umum pada janin

premature.
-
Kneeling breech → janin dalam posisi lutut, dengan salah satu atau kedua

kaki ekstensi di pinggul dan fleksi di lutut. Ini sangat jarang. (2,3,4)
Dari semua persalinan diperoleh 2,5 – 3 % merupakan persalinan presentasi

bokong, diantaranya 75 % presentasi bokong sempurna dan 25 % adalah presentasi

bokong tidak sempurna seperti presentasi kaki dan lutut. (3)

2.5. DIAGNOSIS(1-6)

Disamping presentasi bokong ditegakkan dengan pemeriksaan luar, pemeriksaan

dalam dan pemeriksaan penunjang seperti USG yang dilakukan apabila dengan

pemeriksaan dalam menemui kesulitan seperti pasien dengan berat badan yang lebih,

perut tegang, hidramnion dan lain-lain. Ibu hamil dengan presentasi bokong selalu

mengemukakan gerakan janin yang dirasakan padanya yaitu adanya penekanan pada ulu

hati oleh kepala janin yang diraba pada bagian fundus. (1,3,4)

2.5.1. Inspeksi

Umumnya secara inspeksi tidak dijumpai tanda yang spesifik. Bentuk rahim kadang kala

kelihatan dengan bentuk cekungan yang melintang difundus. (2,3)


2.5.2. Palpasi

Cara palpasi yang dipakai adalah dengan cara LEOPOLD.

Pada Leopold I : Teraba bagian janin yang keras dan bulat serta mudah

digerakkan ( ballottement ) pada fundus uteri. Kepala biasanya terletak di daerah

hypochondrium, disebabkan fleksi tulang panggul. Kadang-kadang kepala teraba di

daerah epigastrium. Jika air ketuban sedikit dan posisi dorso – posterior kepala menjadi

fleksi dan tidak mudah bergerak sehingga ballottement sukar ditemukan, juga jika air

ketuban berlebihan (polihidramnion) sukar untuk meraba kepala. (2,3)

Pada Leopold II : Menunjukkan punggung berada pada satu sisi abdomen dan

bagian-bagian kecil janin pada sisi yang lain.

Pada Leopold III : Teraba bokong janin yang lunak, dan kurang bulat dibandingkan

kepala janin yang teraba pada perasat Leopold I. Bila belum Enggagement, diameter

intertrochanterica dari panggul janin masih dapat digerakkan di atas pintu atas panggul.

Pada Leopold IV : Menunjukkan posisi bokong yang mapan dibawah simfisis.

Seringkali ibu menyatakan bahwa pada kehamilannya ini terasa penuh di bagian

atas abdomen dan menyesak daerah ulu hati dan gerakan terasa lebih banyak di bagian

bawah abdomen.

2.5.3. Auskultasi

Bunyi jantung janin umumnya cenderung terdengar setinggi sekitar umbilicus

atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.. (2,3)


2.5.4. Pemeriksaan Dalam

Sebelum inpartu sedikit yang dapat diperoleh dari pemeriksaan dalam terhadap

presentasi dan posisi janin. Bila telah inpartu pemeriksaan dalam diperlukan untuk

menentukan jenis dan posisi presentasi bokong. Pada presentasi bokong dapat teraba

sacrum, kedua tuberositas ischiadica dengan processus spinosumnya dan anus. Pada

penurunan lebih lanjut, dengan pemeriksaan dalam yang baik, genitalia eksterna dapat

dikenali.

Apabila teraba bagian kecil yakni kaki, maka harus dibedakan dengan tangan.

Pada kaki teraba tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak

sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari tangan kurang lebih sama dengan panjang

telapak tangan janin.

Pada partus tak maju, bokong bisa terjadi edema, sehingga dapat meragukan

diagnosa presentasi muka. Anus teraba seperti mulut dan tuberositas ischiadica seperti

rahang atas. Dengan perabaan hati – hati, telunjuk yang masuk ke dalam anus terasa

tegangan otot – otot spinter ani dan bila tangan dikeluarkan terdapat meconium pada

sarung tangan.

Posisi presentasi bokong ditentukan berdasarkan letak sakrum janin terhadap

panggul ibu. Sakrum kiri depan yang terbanyak 45%, menyusul sakrum kanan depan

30%.(2,3)

Pada Presentasi bokong sempurna (Complete Brecch), kedua kaki dapat diraba

disamping bokong. Sedangkan pada Incomplete Breech , hanya teraba satu kaki

disamping bokong. Dan pada Frank Breech tidak teraba kaki disamping bokong.
2.5.5. Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi atau USG dapat dipergunakan untuk menentukan lokasi kepala

janin, memastikan perkiraan klinis presentasi bokong dan untuk menentukan usia

kehamilan serta kesejahteraan janin. (1,2,3)

Apabila dipertimbangkan untuk persalinan pervaginam, tipe presentasi bokong

merupakan hal yang penting diperhatikan, serta ada tidaknya fleksi dari kepala janin.

Peran Pelvimetri radiologik dalam menentukan tindakan persalinan sungsang masih

menjadi kontroversial.

2.6. TATALAKSANA PENANGANAN PRESENTASI BOKONG

2.6.1. Penanganan dalam kehamilan, dapat dibagi :(1-5)

a. Knee Chest Position ( KCP )

Greenhill menyatakan bahwa versi spontan adalah hasil yang diharapkan setelah

melakukan KCP ini. Dilakukan 2 – 3 kali sehari selama 10 – 15 menit.

Diharapkan bokong janin yang telah turun bebas kembali sehingga terjadi versi

spontan. Usia kehamilan yang dianjurkan untuk melakukan KCP adalah pada usia

kehamilan 30 – 32 minggu.

b. Versi Luar

Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan diatas 32 minggu. Pada

primigravida 32 – 34 minggu dan pada multigravida 34 – 36 minggu. Sedangkan


setelah 38 minggu versi luar sulit dilakukan karena janin sudah cukup besar,

jumlah air ketuban sudah berkurang.

Syarat-syarat versi luar :

1. Janin diharapkan dapat dilahirkan pervaginam

2. Bagian terendah janin masih dapat digerakkan di atas pintu atas panggul

3. Ibu tidak gemuk, agar penolong dapat meraba bagian-bagian janin

4. Selaput ketuban masih utuh

5. Pada keadaan yang inpartu, dilatasi serviks < 4 cm

Kontraindikasi untuk melakukan versi luar adalah :


-
Panggul sempit
-
Perdarahan antepartum
-
Hipertensi
-
Hamil kembar
-
Kelainan uerus

Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak dan presentasi janin harus pasti,

dan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Versi luar harus dengan

kekuatan ringan tanpa paksaan. Penggunaan narkosis dalam versi luar masih

kontroversial, mengingat penderita tidak merasakan sakit sehingga tenaga


penolong berlebihan melakukan versi luar, dapat menyebakan terjadinya solusio

plasenta. Perlu alat ultrasonografi untuk memandu reposisi janin pada versi luar.

2.6.2. Penanganan dalam persalinan

Penanganan pada masa persalinan secara garis besar ada dua cara persalinan

presentasi bokong yaitu pervaginam dan perabdominal ( seksio sesaria ). (2,3,4)

1. Persalinan Pervaginam

Syarat – syarat persalinan pervaginam :

1. Panggul adekuat

2. Presentasi bokong sempurna (Frank breech)

3. Berat badan janin < 3500 gram,

4. Kehamilan aterm

5. Kepala janin fleksi

6. Pemeriksaan USG untuk mengestimasi berat badan janin, fleksi kepala janin dan

kelainan kongenital

7. Tidak ada lilitan tali pusat di leher janin (1,2,3)

Syarat Pimpinan Meneran Kala II Pada Persalinan Letak Sungsang :

1. Pembukaan lengkap

2. Bokong di Hodge III atau lebih

3. Ketuban ditunggu pecah sendiri, atau dipecahkan bila pembukaan lengkap


4. Hati-hati prolaps tali pusat

5. Hati-hati "aftercoming head

6. Tersedia forcep (cunam) Piper

7. Operator yang kompeten dalam menolong persalinan sungsang dan dapat melakukan

penanganan komplikasi.

Persalinan pervaginam dibagi atas :

1. Persalinan spontan (Spontaneus Breech)

Yang dimaksud persalinan spontan adalah lahirnya janin seluruhnya dengan

tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara BRACHT.

 Tahap Pertama : Fase Lambat, lahirnya bokong sampai dengan umbilikus

 Tahap Kedua : Fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut bayi, dimana

harus dilahirkan cepat karena umbilikus dapat terjepit.

 Tahap Ketiga : Fase lambat, lahirnya mulut sampai seluruh kepala.

Setelah bokong lahir, umbilikus dikendorkan terlebih dahulu, kemudian bokong

dicengkeram dan melakukan hiperlordosis pada punggung janin guna mengikuti

gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu. Penolong

hanya mengarahkan gerakan tanpa melakukan tarikan pada bayi.

2. Ekstraksi Parsial (Partial Breech Extraction/Assisted Breech

Delivery/Manual Aid )
adalah lahirnya anak secara spontan sampai batas umbilikus ( pasif ). Kemudian

seluruh tubuh bayi dilahirkan dengan pertolongan aktif. Pada fase pasif kita

harus menunggu dengan sabar sampai lahir tubuh bayi sebatas umbilikus.

A. Cara melahirkan bahu dan lengan ada beberapa cara :

Cara Klasik (Deventer)

Adalah melahirkan bahu dan lengan belakang lebih dahulu, karena lengan

belakang berada di ruangan yang lebih luas (sakrum), baru kemudian melahirkan

lengan depan yang berada dibawah simfisis.

Cara Lovset

Setelah sumbu bayi berada dalam ukuran muka belakang, tubuh bayi ditarik ke

bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan belakang, setelah itu bayi diputar 900

sehingga bahu depan menjadi bahu belakang, lalu dilahirkan.

Cara Muller

Tarik bayi vertikal ke bawah lalu dilahirkan bahu dan lengan depan. Cara

melahirkan bahu-lengan depan bisa spontan atau dikait dengan satu jari menyapu

muka. Lahirkan bahu belakang dengan menarik kaki ke atas, lalu bahu-lengan

belakang dikait dengan menyapu muka.

B. Cara Melahirkan Kepala

Cara Mauriceau (Veit Smellie)


Masukka jari-jari penolong ke dalam mulut bayi (muka mengarah ke kiri

gunakan jari kiri, mengarah ke kanan gunakan jari kanan). Kegunaan jari

dalam mulut untuk menambah fleksi kepala bayi. Selanjutnya, Letakkan tubuh

bayi dengan menunggang pada lengan penolong, sementara tangan lain

memegang pada tengkuk bayi sambil menundukkan kepala bayi agar tetap fleksi

Cara Naujoks

Satu tangan memegang leher bayi dari depan, tangan lain memegang leher dari

belakang pada bahu, tarik bayi ke bawah dengan bantuan penolong lain menekan

dari atas simfisis.

Cara Prague terbalik

Cara ini dipakai bila ubun-ubun kecil berada di belakang dekat sakrum dan

muka bayi menghadap simfisis. Satu tangan memegang bahu bayi dari

belakang/bawah dan punggung bayi diletakkan pada telapak tangan penolong.

Tangan lain memegang kedua pergelangan kaki, lalu menarik bayi ke arah atas

bersamaan dengan tarikan paada bahu bayi. Sehingga perut bayi mendekati perut

ibu. Dalam hal ini laring sebagai sumbu (hipomoclion).

3. Ekstraksi Totalis (Total Breech Extraction )


Dilakukan dimana seluruh badan anak masih berada di dalam jalan lahir. Hampir

seluruh ahli kebidanan menyetujui bahwa tindakan ini hanya dilakukan bila ada

indikasi darurat. Misalnya indikasi untuk anak adalah gawat janin.

Sedangkan indikasi untuk ibu adalah penyakit – penyakit ibu yang tidak boleh

mengedan. Mortalitas anak dengan tindakan ini sangat tinggi, oleh karena itu

semua ahli sependapat untuk melakukan seksio sesaria dari pada melakukan

ekstraksi totalis. Ada 2 cara melakukan Ekstraksi Totalis, yaitu :

a. Ekstraksi kaki (Perasat Pinard)

Jika kaki yang turun maka dilakukan tarikan dengan memegang kaki

yang turun

b. Ekstraksi bokong

Dilakukan jika bokong telah turun memasuki rongga panggul. (1,2,3,4)

Cara Reposisi Lengan Menunjuk (Nuchal Arms)

Lengan menunjuk adalah bila salah satu lengan janin melingkar di belakang

leher dan menunjuk ke suatu arah. Cara reposisinya adalah sebagai berikut :

1. Satu tangan menunjuk

Janin diputar 900 ke arah mana tangan menunjuk, sehingga tangan akan

terlepas dengan gerakan menyapu kepala.

2. Kedua tangan menunjuk

Untuk tangan pertama seperti diatas, dan untuk tangan kedua diputar

berlawanan arah 1800

Cara Melahirkan Lengan Menjungkit


Lengan menjungkit adalah lengan dalam posisi lurus keatas di samping kepala.

Cara terbaik untuk melahirkan lengan menjungkit adalah dengan cara Lovset.

Cara melahirkan kepala yang sulit lahir (After Coming Head)

1. Bila janin masih hidup, lahirkan kepala dengan ekstraksi forcep (Cunam

Piper). Cunam Piper memiliki lengkung kepala dan lengkung panggul yang

sesuai dan panjang, dapat dipergunakan untuk melahirkan kepala pada

keadaan After Coming Head. Langkah 1 : Tubuh janin disanggah keatas

menggunakan kain/handuk yang hangat. Langkah 2 : dilakukan pemasangan

cunam piper pada kepala janin yang after coming head. Langkah 3 :

dilakukan tarikan kepala searah sumbu lahir dan ke arah atas, sementara

penolong lain memegang kain/ handuk yang menyanggah tubuh bayi

mengikuti arah tarikan kepala oleh cunam piper yang dilakukan penolong

pertama. Indikasi Cunam Piper ini setara dengan pertolongan pengeluaran

kepala cara Mauriceau.

2. Bila janin sudah meninggal, dilakukan embriotomi

2.6.3.Penyulit atau komplikasi yang mungkin terjadi

1. Sufokasi : aspirasi darah, lendir, mekonium, air ketuban terhisap ke jalan napas

2. Prolaps tali pusat

3. Asfiksia

4. Kerusakan jaringan otak


5. Fraktur pada tulang-tulang bayi : humerus, klavikula, femur, dislokasi bahu,

tulang kepala

6. Cedera pleksus brakialis, hematoma otot-otot. (1,3)

II. Persalinan Per-abdominal

Pritchard menganjurkan untuk memperkecil morbiditas dan mortalitas pada bayi, seksio

sesaria dilakukan dalam keadaan-keadaan berikut (1)

1. Presentasi bokong dengan bayi besar > 4000 gram

2. Presentasi bokong dengan bayi besar dengan panggul sempit serta beberapa

kelainan bentuk panggul

3. Presentasi bokong dengan kepala hiperekstensi

4. Presentasi bokong belum inpartu dan keadaan Ketuban pecah dini.

5. Presentasi bokong dengan disfungsi uterus

6. Presentasi kaki atau Incomplete Breech

7. Janin Prematur yang Viable

8. Severe IUGR

9. Presentasi bokong dengan kematian perinatal sebelumnya atau riwayat trauma

lahir pada persalinan sebelumnya dan nilai sosial anak yang tinggi (anak sangat

berharga). (2,3)

10. Permintaan untuk sterilisasi

11. Penolong yang kurang kompeten


Gambar :

Gambar: melahirkan bayi perabdominal dengan persentasi bokong


2.7. Zatuchni dan Andros Scoring

Zatuchni dan Andros telah melakukan suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat

apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam atau perabdominal, sebagai berikut :

Kriteria Skor 0 Skor 1 Skor 2


Paritas Primigravida Multigravida
Umur Kehamilan >39 minggu <38 minggu
Taksiran Berat Janin >3650 gr 3176 - 3649 gr <3176 gr
Riwayat letak sungsang Tidak ada 1 kali >2 kali
Pembukaan Serviks <2 cm 3 cm >4cm
-1 atau lebih
Station <-3 -2
rendah

Skor : < 3 : Persalinan per abdominal

4 : Evaluasi kembali secara cermat, khususnya taksiran berat janin, bila tidak

yakin/alat diagnosa penunjang tidak ada, dapat dilakukan persalinan per

abdominal.

5 : Dilahirkan pervaginam

2.8. PROGNOSIS

Resiko persalinan pervaginam pada presentasi bokong lebih tinggi dibandingkan dengan

persalinan presentasi kepala, yaitu :

1. After coming head

2. Nuchl arm ( tangan menjungkit )

3. Prolaps tali pusat

4. Perdarahan intracranial, robeknya selaput otak

5. Asfiksia janin karena terjepit tali pusat


6. Robekan pada pleksus brachialis sehingga menyebabkan parese lengan

7. Pada ibu dapat timbul laserasi luas jalan lahir. (1,2,3,4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cuningham G, Leveno JK, William Obstetrics 22nd Edition, McGraw Hill, 2005
2. Prawirohardjo S, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka sarwono

Prawirohardjo, Edisi kedua, Jakarta, 2002.

3. Mochtar R, Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Penerbit Buku EGC, Jakarta, 1998

4. Vaginal Breech Delivery, available from Alarm International Second Edition,

108

5. Fischer R, Breech Persentation, Witlin A, Talavera F, Legro RS, Gaupp FB,

Shulman LP, eds, last update Juli 2006, available from

http://www.emedicine.com/med/OBSTETRICSGYNECOLOGY/topic3272.htm

6. Gallagher K, Breech Position and Breech Birth, last update January 2007,

available from : http://www.revolutionhealth.com/articles?id=tx1038

7. Terey A, Brecch Presentation, On January 2007, available at :

http://www.medilinux.blogspot.com

8. Wikipedia, Breech Birth, last update Juni 2007, available from

http://en.wikipedia.org/wiki/Breech_birth"

BAB III

STATUS PASIEN
ANAMNESIS PRIBADI

Nama : Ny. S

Umur : 20 Tahun

Pendidikan : SMU

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Pancur Batu-Deli Serdang

Tgl Masuk : 12 Agustus 2010 , Jam: 12.00 WIB

Nomor MR : 42.53.91

ANAMNESIS PENYAKIT

KU : Mules-mules mau melahirkan

Telaah : Hal ini dialami os sejak tgl 11 agustus 2010 pada pukul 01.00 WIB. Keluar

lendir darah (-) , riwayat keluar air-air (-).

RPT : Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM : riwayat cepat lapar, banyak minum,

sering buang air kecil, tidak dijumpai (-)

RPO : Tidak jelas

HPHT : ?? – 10 – 09

TTP : ?? – 08 – 10

ANC : 3 x ke Bidan

Riwayat persalinan : G1P0A0

1. Hamil ini
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present :

Sensorium : Compos Mentis Anemis : (-)

Tekanan Darah : 120/80 mmHg Ikterus : (-)

Frekwensi Nadi : 84 x/i Cyanosis : (-)

Frekwensi Nafas : 22 x/i Dyspnoe : (-)

Suhu : 36,8 ْ C Edema : (-)

Status Obstetrikus :

Inspeksi : Abdomen membesar asimetris

TFU : ( 3 jari bpx) 35 cm

Teregang : Kanan

Terbawah : Bokong

Gerak : (+)

DJJ : 148 x/menit, posisi di abdomen kanan setentang

umbilikus

HIS : 2 x 20 “/10’

EBW : 3600 – 3800 gram

Adekuasi Panggul :

a. Promontorium : Tidak teraba

b. Linea Innominata : Teraba 2/3 anterior

c. Spina Ischiadica : Tidak menonjol

d. Os sacrum : Cekung

e. Os Coccygeus : Mobile
f. Arcus Pubis : > 900

Kesan : Panggul Adekuat

VT : Cervix axial, pembukaan Φ 1 cm, eff 80%, selaput ketuban (+),

bokong H I, arah sakrum ?

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium ( Tanggal 12 agustus 2010 )

Hb : 12, 6 g/dl

Hematokrit : 39 %

Leukosit : 12.300/mm3

Trombosit : 223.000/ mm3

KGD ad Random : 130 mg/dl

Pemeriksaan USG (Tanggal 12 agustus 2010)

Janin Tunggal, Presentasi bokong, Plasenta fundal, BPD: 97 mm, FL: 75 mm,

EFW: 3780 gr, AFI cukup. Kepala janin fleksi.

Kesimpulan: IUP (38-40) mgg + Presentasi bokong + AH

DIAGNOSIS SEMENTARA :

PG + KDR (38 - 40) minggu + Presentasi Bokong ( Frank breech) + AH + Inpartu

Rencana : Seksio Sesarea

Therapi : Persiapan operasi

IVFD RL 20 gtt/menit
Kateter urin menetap

Inj. Ampicillin 2 gram/i.v → skin test

Awasi VS, His, dan DJJ

 Lapor supervisor VK/IGD dr. DA, SpOG → ACC

LAPORAN SEKSIO SESAREA


Lahir Bayi Perempuan, BB: 3700 gram, PB: 52 cm, AS : 8/9, Anus (+)
 Ibu dibaringkan di meja operasi dengan infus dan kateter terpasang baik
 Dilakukan tindakan aseptik dengan larutan povidon iodin 10% dan alcohol 70 %
pada dinding abdomen lalu ditutup dengan doek steril kecuali lapangan operasi
 Dibawah anestesi spinal dilakukan insisi pfannenstiel mulai dari kutis, sub kutis
sepanjang 10 cm
 Dengan menyisipkan pinset anatomis dibawahnya, fascia digunting ke kanan dan
ke kiri, otot dikuatkan secara tumpul
 Peritoneum dijepit dengan klem, diangkat, lalu digunting keatas dan kebawah,
dipasang hack blast.
 Tampak uterus gravidarum sesuai usia kehamilan, identifikasi SBR dan
ligamentum rotundum
 Lalu plika vesicouterina digunting secara konkaf kekiri dan kekanan dan
disisihkan ke bawah kearah blast secukupnya
 Selanjutnya dinding uterus di insisi secara konkaf sampai menembus
subendometrium. Kemudian endometrium ditembus secara tumpul dengan jari
dan diperlebar sesuai arah sayatan
 Dengan meluksir bokong maka lahir bayi Perempuan, BB 3700 gr, PB 52 cm,
AS 8/9, anus (+) ( bayi posisi frank breech )
 Tali pusat diklem pada 2 tempat dan digunting diantaranya
 Plasenta dilahirkan dengan traksi pada tali pusat dan penekanan pada fundus.
Kesan : lengkap
 Kedua sudut kiri dan kanan tepi luka insisi dijepit dengan oval klem
 Kavum uteri dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban dengan kasa steril terbuka
sampai tidak ada selaput atau bagian plasenta yang tertinggal. Kesan : bersih
 Dilakukan penjahitan hemostatis figure of eight pada kedua ujung robekan uterus
dengan benang chromic cat-gut no.2 dinding uterus dijahit lapis demi lapis
jelujur terkunci overhecting. Evaluasi : tidak ada perdarahan. Repitonealisasi
dengan plain catgut no. 1.0
 Klem peritoneum dipasang lalu kavum abdomen dibersihkan dan bekuan darah
dan cairan ketuban, kesan : bersih. Evaluasi tuba dan ovarium kanan – kiri, kesan
: normal. Lalu peritoneum dijahit dengan plain cat-gut no. 00 . Kemudian
dilakukan jahitan aproksimal otot dinding abdomen dengan plain cat-gut no. 00
secara simple interrupted.
 Kedua ujung fascia dijepit dengan kocher, lalu dijahit secara jelujur dengan
vicryl no. 2/0
 Sub kutis dijahit secara simple suture dengan plain cat-gut no. 00
 Kutis dijahit secara subkutikuler dengan vicryl no. 2/0
 Luka operasi ditutup dengan sufratule, kasa steril + betadine solution dan hypafix
 Liang vagina dibersihkan dari sisa-sisa darah dengan kapas sublimat hingga
bersih
 KU ibu post operasi : sadar

INSTRUKSI: - NPO sampai peristaltik (+)

- Awasi VS, kontraksi, tanda-tanda perdarahan

- Cek Hb 2 jam post operasi : jika < 8 gr%  R/ tranfusi WB

- TERAPI :- Tirah baring (mobilisasi)

- IVFD RL + Oksitosin 10 – 5 – 5 IU 20 gtt/i

- Inj Ampicillin 1 gr/IV/8 jam

- Gentamicin 80 mg/IV/12 jam

- Movicox supp / 8 jam

FOLLOW UP

Hari ke : NH 0 NH 1 NH 2 NH 3 NH 4
Tanggal 12– 08– 2010 13 – 08 – 2010 14 – 08 – 2010 15 – 08 – 2010 16 – 08 – 2010
Sens CM CM CM CM CM
TD 110 / 60 mmHg 110 / 60 mmHg 120 / 70 mmHg 120 / 70 mmHg 120 / 80 mmHg
Nadi 88 x/i 80 x/i 80 x/i 80 x/i 112 x/i
RR 24 x/i 20 x/i 20 x/i 20 x/i 20x/i
Suhu 37 0C 37 0C 37,0 0C 36,8 0C 36,80C
Asi (-) (+ ) sedikit (+) banyak (+) banyak (+) banyak
Satu jari dibawah 2 jari dibawah 2 jari dibawah 3 jari dibawah 3 jari dibawah
TFU
pusat pusat pusat pusat pusat
Peristaltik (-) Lemah Kuat Kuat Kuat
Luka
Tertutup verban Tertutup verban Tertutup verban Tertutup verban Kering
Opersi
Flatus - Ada Ada ada Ada
Urine Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
Defekasi Tidak ada Tidak Ada Ada ada Ada
Diet MSS M I  M2 MB MB MB
Diagnosa Post SC a/i Persentasi Bokong
- Tirah baring

- IVFD RL + - Mobilisasi

Oksitosin 10-5- - IVFD RL 20


- Infus Aff
5 IU 20 gtt/i gtt/i
- Amoxicillin
- Inj Ampicillin 1 - Inj Ampicillin - Amoxicillin - Amoxicillin
3x500 mg
gr/IV/8 jam 1 gr/IV/8 jam 3x500 mg 3x500 mg
- As.
- Inj. Gentamycin - Inj. - As Mefenamat - As
Terapi Mefenamat
80 mg/IV/8 jam Gentamycin 3x500 mg Mefenamat
3x500 mg
- Movicox supp/8 80 - SF 1x1 tab 3x500 mg
- SF 1x1 tab
jam mg/IV/8jam - Vit C 1x1 - SF 1x1 tab
- Vit C 1x1
- Katéter - Movicox Supp - Vit C 2x1

terpasang 1/8 jam

Hb Post SC→9,4 - Kateter Aff

gr

BAB IV

RINGKASAN

Dilaporkan suatu kasus hidup yaitu Ny S, 20 tahun, G1P0A0, datang ke RSUP. HAM

pada tanggal 12 agustus 2010 pukul 12:00 WIB. Dengan keluhan utama mules-mules

mau melahirkan. Hal ini dialami os sejak tanggal 11 agustus 2010 pukul 01:00 WIB.

Keluar lendir darah (-), Keluar air (-), riwayat hipertensi (-), riwayat DM (-). Riwayat

persalinan : hamil ini


Dari pemeriksaan fisik, Sensorium Compos mentis, tekanan darah 120/80 mmhg,

HR 84x/i, RR 22x/i, temp36,8. Status Obstetrikus abdomen membesar asimetris, TFU 3

Jari BPX (35cm), teregang kanan, terbawah bokong HI, gerak (+), DJJ (+) 144 x/i

reguler, HIS (+) 2 x 20 ”/10’, EBW (3600-3800) gram, pada pemeriksaan dalam, kesan

panggul adekuat, dari VT pembukaan 1 cm, effacement 80%, Selaput ketuban (+),

Bokong HI. Arah sakrum belum dapat ditentukan. Saat datang ke RS, Os sudah dalam

keadaan inpartu, dan dari pemeriksaan ANC sebanyak 3 x ke bidan, Os tidak

mengetahui bahwa letak janin pada kehamilannya saat ini adalah letak sungsang. Dari

pemeriksaan penunjang didapat Hb 12,6 gr/dl, Ht 39 %, Leukosit 12.300/mm3, trombosit

223.000 /mm3. KGD adr : 130 mg/dl.

Os didiagnosis : PG + KDR (38-40)minggu+Presentasi

Bokong+AH+Inpartu,yang direncanakan partus perabdominal dengan seksio

sesarea.Laporan SC,Lahir Bayi Perempuan, BB 3700gr, PB52 cm,AS 8/9. Setelah 4 hari

rawatankeadaan ibu baik. Os PBJ tgl 16-08-2010

BAB V

ANALISA KASUS

1. Bagaimana seharusnya Antenatal Care (ANC) yang baik pada pasien ini?

 ANC pada pasien ini tidak berjalan dengan baik, karena:


1. Tidak diketahui HPHT dengan jelas

2. Letak janin selama ANC di Bidan tidak diketahui, Keadaan Letak sungsang

baru diketahui setelah pasien inpartu di rumah sakit.

3. Jumlah kunjungan ANC tidak memadai, yaitu hanya 3 kali di bidan.

Seharusnya :

Menurut William Obstetrics, 22nd ed, Seorang wanita yang ingin hamil, sebelum

kehamilannya terjadi harus dilakukan konseling pra konsepsi yang merupakan

bagian dari Preconceptional Care dan saat hamil dilanjutkan dengan Antenatal

Care (ANC).

 Konseling Pra Konsepsi adalah suatu ilmu pencegahan dalam bidang obstetri.

Banyak faktor yang berpotensi dapat mempengaruhi keadaan ibu dan luaran

janin yang dapat diidentifikasi sebelum terjadi kehamilan.

 Preconceptional Care adalah suatu pelayanan yang ditujukan pada wanita

yang ingin hamil untuk mengurangi risiko yang dapat terjadi selama

kehamilan, upaya promotif untuk mempersiapkan wanita dalam keadaan

sehat fisik dan psikis sebelum hamil.

Konseling yang dilakukan meliputi :

- Risiko yang dapat terjadi selama kehamilan,

- Intervensi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki luaran janin

Konseling Pra konsepsi dilakukan berdasarkan :

- Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya

- Usia Ibu

- Gaya hidup ibu


- Nutrisi

- Keterpaparan pengaruh lingkungan

- Aktivitas fisik

- Pengaruh Domestic abuse

 Antenatal Care adalah suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada ibu hamil

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang profesional di institusi pelayanan

kesehatan yang bertujuan untuk menyiapkan status kesehatan ibu hamil dan janin

dengan sebaik-baiknya, menentukan usia kehamilan, dan menentukan tindakan

obstetri selanjutnya.

 Komponen yang direkomendasikan pada saat melakukan Antenatal Care :

- Penentuan risiko pada kehamilan, meliputi : genetika, risiko medical,

obstetrical, dan psikososial yang diketahui dari riwayat kehamilan

sebelumnya.

- Memperkirakan taksiran usia kehamilan dengan baik

- Pemeriksaan fisik dan obstetri yang baik dan lengkap

- Pemeriksaan penunjang (laboratory test)

- Edukasi pasien

2. Apakah tindakan seksio sesarea pada pasien ini sudah tepat? dan apa alasannya?

Merujuk pada literatur (1-8). Tindakan Seksio Sesarea dilakukan atas indikasi :

- Panggul sempit dan distosia oleh karena kelainan pada jalan lahir

- Plasenta previa totalis/sentralis


- Disproporsi Sefalo-pelvik

- Ruptur uteri mengancam

- Partus tak maju (Obstructed labor)

- Gemelli dengan janin pertama letak lintang atau Locking of the twins

- Malpresentasi janin :

Letak lintang, letak sungsang, presentasi rangkap, presentasi dahi dll

- Gawat Janin

 Pada kasus ini, pertimbangan dilakukannya seksio sesarea adalah berdasarkan

Zatuchi and andros Scoring dimana nilai skornya : 1

- Paritas : Primigravida skor 0


- Umur Kehamilan 38-40 mgg skor 1
- Tafsiran berat janin .>3650 skor 0
- Riwayat letak sunsang : tidak ada skor 0
- Pembukaan serviks <2 skor 0
- Station <-3 skor 0

3. Apakah syarat partus pervaginam pada kasus ini terpenuhi?

Pada kasus ini, syarat partus pervaginam tidak seluruhnya terpenuhi.

Syarat yang terpenuhi yaitu :

1. Panggul adekuat

2. Kehamilan aterm

3. Kepala janin fleksi

4. Pemeriksaan USG untuk mengestimasi berat badan janin, fleksi kepala janin

dan kelainan kongenital


5. Tidak ada lilitan tali pusat di leher janin

Syarat yang tidak terpenuhi, yaitu :

1. Presentasi bokong sempurna (Frank breech) untuk syarat partus pervaginam

tidak diketahui dari Pemeriksaan Dalam maupun dari Pemeriksaan USG.

2. Berat badan janin < 3500 gram  Pada pasien ini EBW > 3500 gram.
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI................................................................................................... 2

2.2. EPIDEMIOLOGI....................................................................................... 2

2.3. ETIOLOGI................................................................................................. 2

2.4. JENIS PRESENTASI BOKONG.............................................................. 4

2.5. DIAGNOSIS ............................................................................................. 5

2.6. TATALAKSANA PENANGANAN PRESENTASI BOKONG................ 8

2.7. ZATUCHNI & ANDROS SCORING ...................................................... 18

2.8. PROGNOSIS............................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 20

BAB III STATUS PASIEN............................................................................... 21

BAB IV RINGKASAN ........ ...................................................................... 28


BAB V ANALISA KASUS ....................................................................... 29

You might also like