PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN
RAHMATUL MAGHFIROH H.MOHAMAD DJASULI, SE., M.Si., QIA GITA ARASY HARWIDA, SE., M.Tax., Ak., QIA., CA Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh pemahaman sistem akuntansi pemerintahan, pemahaman pengelolaan keuangan daerah, dan pemahaman pengelolaan barang milik daerah terhadap kinerja satuan perangkat daerah (SKPD) di Kabupaten Bangkalan. Objek penelitian ini adalah SKPD di Kabupaten Bangkalan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 24 SKPD di Kabupaten Bangkalan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data primer yang bersumber dari kuesioner. Teknik penentuan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling sedangkan teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: (1) pemahaman sistem akuntansi pemerintahan berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD, (2) pemahaman pengelolaan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD, (3) pemahaman pengelolaan barang milik daerah berpengaruh positif terhadap kinerja SKPD, dan (4) pemahaman sistem akuntansi pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah, dan pengelolaan barang milik daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja SKPD. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja SKPD baik secara simultan maupun parsial. Kata kunci : sistem akuntansi pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah dan pengelolaan barang milik daerah.
1. 2. PENDAHULUAN akuntabilitas keuangan yang semakin Undang–undang Nomor 9 tahun baik. Kasus korupsi menjadi semakin 2015 tentang Pemerintah Daerah besar, salah satunya disebabkan sebagaimana telah diubah dari UU karena lemahnya akuntabilitas. Nomor 23 tahun 2014, menjadi Akuntabilitas yang baik dapat tonggak awal dari otonomi daerah. mengurangi tingkat korupsi yang Dengan pemberian otonomi daerah pada akhirnya akan meningkatkan kabupaten dan kota, pengelolaan kepercayaan publik. keuangan sepenuhnya berada Penelitian ini dilakukan di Satuan ditangan pemerintah daerah. Oleh Kerja Perangkat Daerah (SKPD) karena itu sistem pengelolaan Kabupaten Bangkalan. Fenomena keuangan daerah yang baik sangat yang terjadi dalam hal sistem diperlukan untuk mengelola dana akuntansi pemerintahan adalah pada desentralisasi secara transparan, tahun 2015 pemerintah Kabupaten ekonomis, efisien, efektif dan Bangkalan menerapkan akuntansi akuntabel. Agar semua pelaksana berbasis akrual pertama kali sebagai keuangan daerah mampu mengelola pelaksanaan Peraturan Pemerintah keuangan harus memahami sistem Nomor 71 Tahun 2010 tentang akuntansi, oleh sebab itu pemahaman Standar Akuntansi Pemerintahan. pengelola keuangan daerah mengenai Pemerintah Kabupaten Bangkalan sistem akuntansi pemerintah sangat tidak menyajikan kembali laporan penting dan harus diperhatikan. keuangan tahun 2014 berbasis kas Keberhasilan dari pengembangan menuju akrual menjadi laporan sistem akuntansi sangat bergantung keuangan tahun 2014 berbasis akrual. pada keterlibatan pegawai Dampak Kumulatif yang disebabkan pemerintah daerah. oleh perubahan penerapan akuntansi Dalam situasi tertentu akuntansi berbasis akrual disajikan pada menjadi salah satu kendala teknis laporan perubahan ekuitas dan bagi eksekutif dalam pengelolaan diungkapkan dalam catatan atas keuangan daerah. Dari sekian banyak laporan keuangan. persoalan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten pemerintah daerah salah satunya Bangkalan telah memperoleh opini adalah tentang akuntansi wajar tanpa pengecualian 4 kali (Syahrida:2009). Hal ini menandakan berturut-turut pada tahun 2010, bahwa pengelola keuangan daerah 2011, 2012 dan 2013 sedangkan pada pada masing–masing SKPD harus tahun 2014 Pemerintah Kabupaten dilakukan oleh seseorang yang Bangkalan mendapatkan opini wajar memiliki kemampuan dibidang dengan pengecualian. Hal itu akuntansi itu sendiri agar dapat membuktikan bahwa ada memecahkan permasalahan kemerosotan/penurunan kinerja dari akuntansi dan dapat menyajikan Pemerintah Kabupaten Bangkalan. informasi keuangan secara memadai. Kurangnya informasi yang dihasilkan Tuntutan masyarakat menjadikan mengakibatkan pemerintah tidak akuntansi pemerintahan semakin mempunyai manajerial yang baik dan dibutuhkan. Dengan semakin tidak bisa mewujudkan transparansi besarnya dana yang dikelola oleh dan akuntabilitas sesuai dengan pemerintah, semakin besar pula harapan masyarakat. tuntutan pertanggungjawaban atau Opini wajar dengan pengecualian 2. Prosedur akuntansi (WDP) adalah opini audit yang pengeluaran kas; menyatakan bahwa laporan keuangan 3. Prosedur akuntansi aset menyajikan secara wajar, dalam tetap/barang milik daerah; semua hal yang material, posisi dan keuangan, hasil usaha, perubahan 4. Prosedur akuntansi selain kas. ekuitas dan arus kas sesuai dengan Komponen-komponen laporan SAK/ETAP/IFRS, kecuali untuk keuangan menurut Peraturan dampak hal yang berkaitan dengan Pemerintah No.71 Tahun 2010 yang dikecualikan (Agoes, 2012:76).. sebagai berikut: Artinya, dengan pemerolehan opini 1. Laporan Realisasi Anggaran; WDP laporan keuangan pemerintah 2. Laporan Perubahan Saldo daerah Kabupaten Bangkalan masih Anggaran Lebih; ditemui adanya temuan yang 3. Neraca; material, temuan tersebut bisa 4. Laporan Operasional; terdapat pada belanja barang dan 5. Laporan Arus Kas; jasa, belanja perjalan dinas atau 6. Laporan Perubahan Ekuitas; bahkan ditemukannya bukti-bukti 7. Catatan atas Laporan palsu contohnya tiket pesawat fiktif Keuangan. dan nota belanja fiktif. 3.2. Pengelolaan Keuangan Daerah Fenomena yang terjadi di Dalam permendagri No.13 tahun Kabupaten Bangkalan adalah dalam 2006 dinyatakan bahwa keuangan hal pengelolaan aset/barang milik daerah adalah semua hak dan daerah misalnya penyalahgunaan kewajiban daerah dalam rangka barang yang terjadi, dengan penyelenggaraan pemerintah daerah menggunakan barang milik daerah yang dapat dinilai dengan uang untuk kepentingan pribadi yang termasuk didalamnya segala bentuk sering peneliti temui. Seharusnya kekayaan yang berhubungan dengan aset/barang milik daerah hanya boleh hak dan kewajiban daerah tersebut. dipergunakan untuk kepentingan proses pengelolaaan keuangan daerah kantor. Hal ini telah berlangsung sejak dimulai dengan perencanaan/ lama, dan itu membuktikan bahwa penyusunan anggaran pendapatan pengawasan terhadap aset/barang belanja daerah (APBD). APBD milik daerah masih lemah. merupakan rencana keuangan 3. LANDASAN TEORI DAN tahunan pemerintahan daerah yang PENGEMBANGAN HIPOTESIS dibahas dan disetujui bersama oleh 3.1. Sistem Akuntansi Keuangan pemerintah daerah dan DPRD, dan Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah. Akuntansi keuangan daerah Oleh karena itu APBD merupakan merupakan serangkaian prosedur kesepakatan bersama antara yang sistematik mulai dari eksekutif dan legislatif yang pengumpulan data, pencatatan, dituangkan dalam peraturan daerah pengikhtisaran hingga pelaporan dan dijabarkan dalam peraturan posisi keuangan (Neraca) dan operasi bupati. APBD disusun sesuai dengan keuangan pemerintah (LRA). Berikut kebutuhan penyelenggaraan ini adalah sistem akuntansi menurut pemerintahan dan kemampuan Permendagri No. 13 Tahun 2006 : pendapatan daerah. 1. Prosedur akuntansi 3.3. Kekuasaan Pengelolaan penerimaan kas; Keuangan Daerah Pemegang kekuasaan 5. Penatausahaan, pengelolaan keuangan daerah adalah 6. Penggunaan, Kepala Daerah yang karena 7. Pemanfaatan, jabatannya mempunyai kewenangan 8. Pengamanan, menyelenggarakan keseluruhan 9. Penilaian, pengelolaan keuangan daerah. 10. Penghapusan, Menurut Siregar (2015:14) Kepala 11. Pemindahtanganan, Daerah selaku pemegang kekuasaan 12. Pembinaan, pengawasan dan pengelolaan keuangan melimpahkan pengendalian, sebagian atau seluruh kekuasaannya 13. Pembiayaan, kepada : 14. Tuntutan ganti rugi. 1. Sekretaris Daerah selaku 3.5. Kinerja SKPD koordinator pengelola Kinerja atau prestasi kerja kekuangan daerah merupakan hasil pekerjaan yang 2. Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai hubungan kuat dengan 3. Kepala SKPD selaku pejabat tujuan strategis organisasi, kepuasan pengguna anggaran/pengguna konsumen dan memberikan barang. kontirbusi ekonomi. Tugas utama 3.4. Pengelolaan Barang Milik pemerintah sebagai organisasi sektor Daerah publik terbesar adalah untuk Berdasarkan Peraturan menciptkan kesejahtaraan Pemerintah Republik Indonesia masyarakaat. Kesejahteraan Nomor 27 Tahun 2014 tentang masyarakat merupakan subuah Pengelolaan Barang Milik konsep yang sangat multikompleks. Negara/Daerah Pasal 1. Barang Milik Kesejahteraan masyarakat tidak Daerah adalah semua barang yang hanya berupa kesejahteraan fisik yang dibeli atau diperoleh atas beban bersifat material saja, namun anggaran pendapatan dan belanja termasuk kesejahteraan nonfisik yang daerah atau berasal dari perolehan lebih bersifat immaterial. lainnya yang sah. Pengelola Barang Kinerja sektor publik bersifat adalah pejabat yang berwenang dan multidimensional, sehingga tidak ada bertanggung jawab menetapkan indikator tunggal yang dapat kebijakan dan pedoman serta digunakan untuk menunjukkan melakukan pengelolaan Barang Milik kinerja secara komprehensif. Berbeda Daerah. dengan sektor swasta, karena sifat Pengelolaan Barang Milik output yang dihasilkan sektor publik Negara/Daerah dilaksanakan lebih lebih banyak bersifat intangible berdasarkan asas fungsional, output, maka ukuran finansial saja kepastian hukum, transparansi, tidak cukup untuk mengukur kinerja efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian sektor publik. Oleh karena itu, perlu nilai. Menurut Yusuf (2015:34) siklus dikembangkan ukuran kinerja non- pengeloloaan barang milik daerah finansial (Mardiasmo, 2002:122). meliputi : Menurut Mohammad (2006:77) 1. Perencanaan Kebutuhan dan dalam Hidayat (2015), indikator pengaggaran, kinerja pemerintah daerah terdapat 2. Pengadaan, beberapa jenis yaitu : 3. Penerimaan, Penyimpanan, a. Indikator masukan (input), dan Penyaluran, adalah segala sesuatu yang 4. Pemeliharaan, dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk istilah lain output per unit menghasilkan keluaran. input. Suatu kegiatan dapat b. Indikator proses (process). dikatakan efisien apabila Dalam indikator ini. mampu mengahasilkan Organisasi/instansi output tertentu dengan input merumuskan ukuran kegiatan, serendah-rendahnya, atau baik dari segi kecepatan, dengan input tertentu ketepatan, maupun tingkat menghasilkan output akurasi pelaksanaan kegiatan sebesar-besarnya. tersebut. 3. Efektivitas c. Indikator keluaran (Output), Efektivitas merupakan adalah sesuatu yang hubungan antara output diharapkan langsung dapat dengan tujuan. Semakin dicapai dari suatu kegiatan besar kontribusi output yang berupa fisik atau non- terhadap pencapaian tujuan, fisik. maka semakin efektif d. Indikator hasil (outcomes), kegiatan tersebut. Jika segala sesuatu yang ekonomi berfokus pada input mencerminkan berfungsinya dan efisiensiberfokus pada keluaran kegiatan pada jangka output atau proses,maka menengah (efek langsung). efektifitas berfokus pada 3.6. Konsep Pengukuran Kinerja outcome (hasil). Value For Money 3.7. Pengembangan Hipotesis Menurut Mahmudi 3.7.1. Pemahaman Sistem (2015:83)konsep value for money Akuntansi Pemerintahan terdiri atas 3 elemen utama, yaitu : terhadap Kinerja SKPD 1. Ekonomi Tuasikal (2007) melakukan Ekonomi terkait dengan penelitian tentang pengaruh pengkonversian input primer pemahaman sistem akuntansi berupa sumber daya keuangan dan pengelolaan keuangan keuangan menjadi input terhadap kinerja unit satuan kerja sekunder berupa tenaga pemerintah daerah di Kabupaten dan kerja, bahan. Infrastruktur, Kota Provinsi Maluku. Hasil penelitian dan barang modal yang ini menunjukkan bahwa pemahaman dikonsumsi untuk kegiatan sistem akuntansi pemerintah operaso organisasi. berpengaruh terhadap kinerja SKPD. 2. Efisiensi Syahrida (2009) melakukan Efisiensi terkait dengan input penelitian tentang pengaruh dan output. Efisiensi terkait pemahaman sistem akuntansi dengan hubungan output keuangan daerah dan pengelolaan berupa barang atau keuangan daerah terhadap kinerja pelayanan yang dihasilkan SKPD pada Pemerintah Provinsi dengan sumber daya yang Sumatera Utara. Hasil penelitian digunakan untuk tersebut menunjukkan bahwa sistem menghasilkan output akuntansi keuangan berpengaruh tersebut. Secara matematis, terdahap kinerja SKPD. Hal ini efisiensi merupakan menandakan bahwa bila pemahaman perbandingan antara output eksekutif tentang sistem akuntansi dengan input atau dengan keuangan daerah ditingkatkan maka dapat mendorong kinerja satuan kerja tidak dikelola secara tertib,efektif, pemerintah daerah. efisien, dan juga kesulitan teknis Ratih (2012) melakukan dalam pelaksanaan pengelolaan penelitian tentang pengaruh keuangan daerah karena pemahaman pemahaman sistem akuntansi pelaksana yang kurang memadai. keuangan daerah, penatausahaan Berdasarkan penelitian terdahulu keuangan daerah dan pengelolaan dapat dirumuskan hipotesis : barang milik daerah terhadap kinerja H2 : Pemahaman Pengelolaan SKPD pada Pemerintah Provinsi Keuangan Daerah Kepulauan Riau. Hasil penelitian Berpengaruh Positif tersebut menunjukkan bahwa Terhadap Kinerja SKPD. pemahaman sistem akuntansi 3.7.3. Pemahaman Pengelolaan keuangan daerah berpengaruh Barang Milik Daerah Terhadap terhapad kinerja SKPD. Kinerja SKPD Berdasarkan penelitian terdahulu Ratih (2012) melakukan dapat dirumuskan hipotesis : penelitian tentang pengaruh H1 : Pemahaman Sistem pemahaman sistem akuntansi Akuntansi Pemerintahan keuangan daerah, penatausahaan Berpengaruh Positif keuangan daerah dan pengelolaan Terhadap Kinerja SKPD. barang milik daerah terhadap kinerja 3.7.2. Pemahaman Pengelolaan SKPD pada Pemerintah Provinsi keuangan Daerah Terhadap Kepulauan Riau. Hasil penelitian Kinerja SKPD tersebut menunjukkan bahwa Tuasikal (2007) melakukan pemahaman pengelolaan barang milik penelitian tentang pengaruh daerah berpengaruh terdadap kinerja pemahaman sistem akuntansi SKPD. keuangan dan pengelolaan keuangan Berdasarkan penelitian terdahulu terhadap kinerja unit satuan kerja dapat dirumuskan hipotesis : pemerintah daerah di Kabupaten dan H3 :Pemahaman Pengelolaan Kota Provinsi Maluku. Hasil penelitian Barang Milik Daerah ini menunjukkan bahwa pemahaman Berpengaruh Positif pengelolaan keuangan daerah Terhadap Kinerja SKPD. berpengaruh terhadap kinerja SKPD. 3.7.4. Pemahaman Sistem Syahrida (2009) melakukan Akuntansi Pemerintahan, penelitian tentang pengaruh Pengelolaan Keuangan pemahaman sistem akuntansi Daerah dan Pengelolaan keuangan daerah dan pengelolaan Barang Milik Daerah Secara keuangan daerah terhadap kinerja Simultan Terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi SKPD Sumatera Utara. Hasil penelitian Tuasikal (2007) melakukan tersebut menunjukkan bahwa penelitian tentang pengaruh pemahaman pengelolaan keuangan pemahaman sistem akuntansi daerah tidak berpengaruh secara keuangan dan pengelolaan keuangan signifikan terhadap kinerja SKPD. terhadap kinerja unit satuan kerja Kemungkinan hal itu terjadi pemerintah daerah di Kabupaten dan disebabkan ada faktor lain yang Kota Provinsi Maluku. Hasil penelitian mempengaruhi yaitu adanya ini menunjukkan bahwa pemahaman kebijakan dari Kepala Daerah sistem akuntansi pemerintahan, sehingga pengelolaa keuangan daerah pengelolaan keuangan daerah sampel dengan pertimbangan berpengaruh terhadap kinerja SKPD. tertentu. Penentuan sampel Ratih (2012) melakukan mempertimbangkan hal-hal tertentu penelitian tentang pengaruh yang telah dibuat terhadap obyek pemahaman sistem akuntansi yang seusai dengan tujuan penelitian. keuangan daerah, penatausahaan Kriteria dari sampel penelitian ini keuangan daerah dan pengelolaan adalah : barang milik daerah terhadap kinerja 1. Pegawai Negeri Sipil yang SKPD pada Pemerintah Provinsi menjabat sebagai Kepala Kepulauan Riau. Hasil penelitian SKPD. tersebut menunjukkan bahwa 2. Pegawai Negeri Sipil yang pemahaman sistem akuntansi menjabat sebagai sub bagian keuangan daerah, penatausahaan keuangan, pengelolaan keuangan daerah dan pengelolaan barang dan SDM. barang milik daerah berpengaruh 3. Pengguna anggaran/kuasa terhapad kinerja SKPD. pengguna anggaran dengan Berdasarkan penelitian terdahulu lama bekerja minimal 6 dapat dirumuskan hipotesis : bulan. H4 :Pemahaman Sistem 3.2. Definisi Operasional akuntansi Pemerintahan, 1. Variabel Independen dalam Pengelolaan Keuangan penelitian ini adalah : Daerah dan Pengelolaan Pemahaman sistem akuntansi Barang Milik Daerah pemerintahan (X1), yang Secara Simultan merupakan pemahaman dari Berpengaruh Signifikan pengguna anggran tentang cara / Terhadap Kinerja SKPD. sistematika pencatatan akuntansi 4. METODOLOGI PENELITIAN pemerintahan. Kuesioner 4.1. Data dan Sampel Penelitian pemahaman diadaptasi dari Penelitian ini menggunakan kuesioner peneliti terdahulu oleh pendekatan kuantitatif. Penelitian ini Ratih (2012). Dengan indikator : menggunakan data primer yang a. Prosedur akuntansi berupa kuesioner. Populasi dalam penerimaan kas. penelitian ini adalah seluruh pejabat b. Prosedur akuntansi dan staf pada instansi pemerintahan pengeluaran kas. yang melaksanakan kewenangan c. Prosedur akuntansi aset dalam hal keuangan, pengelolaan tetap. barang, perencana anggaran dan d. Prosedur akunatnsi selain kepegawaian/SDM di tingkat daerah kas. Kabupaten Bangkalan. Sedangkan e. Sistem pencatatan double sampel dalam penelitian ini adalah entry. pengguna anggaran (kuasa pengguna f. Akrual basis. anggaran), bagian keuangan, bagian 2. Pengelolaan Keuangan Daerah barang, serta bagian sumber daya (X2) adalah keseluruhan manusia (SDM) di seluruh SKPD. kegiatan yang meliputi Sampel dalam penelitian ini sebanyak perencanaan, pelaksanaan , 51 pegawai dari 24 SKPD. penatausahaan, pelaporan, Pengambilan sampel dalam penelitian pertanggungjawaban dan ini dilakukan secara Purposive pengawasan keuangan daerah. sampling yaitu teknik pengambilan Kuesioner pengelolaan keuangan daerah diadaptasi konsumen dan memberikan dari peneliti terdahulu oleh kontirbusi ekonomi. Kinerja Syahrida (2009) yang sesuai sebagai hasil kerja yang dapat dengan Peraturan Pemerintah dicapai oleh seseorang atau Nomor 71 tahun 2010 tentang kelompok orang dalam suatu Standar Akuntansi organisasi sesuai dengan Pemerintah sebagai pengganti wewenang dan tanggung PP No. 24 tahun 2005 dan jawab masing-masing dalam Peraturan Menteri Dalam upaya mencapai tujuan Negeri Nomor 13 Tahun 2006. organisasi yang bersangkutan Indikator dari Pengeloaan secara legal, tidak melanggar keuangan daerah sebagai hukum hukum dan sesuai berikut: dengan moral dan etika. 1. Penganggaran. Indikator kinerja menurut 2. Pelaksanaan. Ruspina (2013) dan Hidayat 3. Penatausahaan. (2015) : 4. Pengawasan dan 1. Indikator Masukan Pertanggungjawaban. (Input). 3. Pengelolaan Barang Milik 2. Indikator Proses (Process). Daerah (X3) semua 3. Indikator Keluaran barang/aset yang dibeli atau (Output). diperoleh atas beban anggaran 4. Indikator Hasil (Outcome). pendapatan dan belanja 3.3. Metode Analisis Data daerah atau bersal dari Metode analisis data dalam perolehan lainnya yang sah. penelitian ini menggunakan analisis Pengelolaan Barang Milik regresi berganda. Sebelum dilakukan Negara/Daerah dilaksanakan analisis regresi berganda terlebih berdasarkan asas fungsional, dahulu menguji kualitas instrumen kepastian hukum, pengamatan yaitu, uji kualitas data transparansi, efisiensi, dan uji asumsi klasik. Pengelolaan akuntabilitas, dan kepastian data menggunakan software SPSS ( nilai. Pengeloloaan barang Statistical Package For Social milik daerah meliputi : Sciences). Perencanaan kebutuhan dan 3.3.1. Uji Kualitas Data pengaggaran, pengadaan, 3.3.1.1. Uji Validitas penggunaan, pemanfaatan, Dalam buku Hartono (2013) pengamanan dan Validitas menunjukkan seberapa jauh pemeliharaan, penilaian, suatu tes satu set dari operasi-operasi pemindahtanganan, mengukur apa yang seharusnya pemusnahan, penghapusan, diukur. Teknik pengukuran untuk uji penataushaaan, pembinaan, validitas yaitu dengan Korelasi pengawasan dan Product Moment dari Karl Pearson (r) pengendalian. yaitu uji validitas dilakukan untuk 4. Variabel dependen dalam mengkorelasikan masing-masing penelitian ini adalah : pernyataan dengan skor untuk Kinerja SKPD (Y) hasil masing-masing variabel(Ghozali, pekerjaan yang mempunyai 2013:45). hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan 3.3.1.2. Uji Reliabilitas dapat dilakukan dengan Reliabilitas menunjukkan akurasi menggunakan Uji Glejser yaitu dan ketepatan dari pengukurnya. meregres nilai absolut residual Reliabilitas berhubungan dengan terhadap variabel independen akurasi dari pengukurnya. Reliabilitas (Ghozali, 2009:108). Jika nilai berhubungan dengan konsistensi dari signifikansi antar variabel pengukur. Uji reliabilitas dilakukan independen dengan absolut residual > dengan cara menghitung cronbach 0,05 maka tidak terjadi masalah alpha. Suatu konstruk atau variabel heteroskedastisitas. dikatakan reliabel jika memberikan 3.3.3. Pengujian Hipotesis nilai Cronbach Alpha > 0,60 1. Uji Simultan (F) (Sujarweni,2015). Uji statistik F pada dasarnya 3.3.2. Uji Asumsi Klasik digunakan untuk menunjukkan 3.3.2.1. Uji Normalitas apakah semua variabel independen Uji normalitas dilakukan untuk yang dimasukkan dalam model melihat apakah dalam model regresi mempunyai pengaruh secara variabel pengganggu atau residual bersama-sama terhadap variabel memiliki distribusi normal. dependen (Ghozali, 2009:84). Uji normalitas yang digunakan Hipotesis akan diuji dengan dalam penelitian ini adalah uji menggunakan tingkat signifikansi (α) Kolmogorov-Smirnov. sebesar 5% atau 0,05. a. Nilai signifikan atau Pengujian melalui uji F atau probabilitas < 0,05, maka variansinya adalah dengan distribusi data adalah membandingkan Fhitung dengan Ftabel - tidak normal pada α = 0,05. b. Nilai signifikan atau a. Ho diterima jika Fhitung< Ftabel probabilitas >0,05, maka b. Ha diterima jika Fhitung> Ftabel distribusi data adalah 2. Uji Parsial (t) normal. Uji statistik t pada dasarnya 3.3.2.2. Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan Untuk mengetahui ada tidaknya seberapa jauh pengaruh satu variabel multikolinieritas didalam model independen secara individual dalam regresi adalah dengan melihat menerangkan variasi variabel tolerance dan VIF (Variance Inflation dependen (Ghozali, 2009:84). Uji t Factor). Jika nilai Tolerance > 0,10 dan menggunakan taraf signifikansi 0,05 VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa (taraf kepercayaan 95%) dengan tidak terdapat multikolinieritas, hipotesis: namun jika nilai tolerance <0,10 dan Ho : secara persial tidak ada VIF > 10, maka terjadi gangguan pengaruh signifikan antara multikolinieritas pada penelitian variabel bebas (X) terhadap tersebut (Ghozali, 2009:92). variabel terikat (Y). 3.3.2.3. Uji Heteroskedastisitas Ha : Secara parsial ada pengaruh Uji heteroskedastisitas bertujuan signifikan antara variabel untuk menguji apakah model regresi bebas (X) terhadap variabel terjadi ketidaksamaan varians dari terikat (Y). residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2009:105). Pendeteksian mengenai ada tidaknya heteroskedastisitas hasil uji Kolmogorov Smirnov. Uji 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kolmogorov Smirnov dilakukan untuk 4.1. Uji Kualitas Data menguji apakah residual terdistribusi 1. Hasil Uji Validitas secara normal, dengan melihat ∝ > Untuk melihat validitas dari 0,05. Dari hasil analisi data diperoleh masing-masing pernyataan dalam nilai Kolmogorov Smirnov sebesar kuesioner menggunakan Korelasi 0,594 dan nilai signifikasi sebesar Product Moment dari Karl Pearson (r). 0,872. Dari hasil uji normalitas dapat Jika rhitung > rtabel maka data dikatakan disimpulkan bahwa distribusi data valid, dimana rtabel untuk N = 51 adalah normal. adalah 0,2759. Berdasarkan hasil 2. Uji Multikolinearitas pengolahan data didapatkan bahwa Uji Multikolinieritas diperlukan nilai pearson correlation untuk untuk mengetahui ada tidaknya masing-masing variabel X1, X2, X3 dan variabel independen yang memiliki Y > rtabel. Maka dapat dikatakan bahwa kemiripan antar variabel independen seluruh item pernyataan dalam dalam suatu model. Jika Variance kuesioner adalah valid. Inflation Factor (VIF) yang dihasilkan 2. Hasil Uji Reliabilitas antara 1-10 maka tidak terjadi Suatu kuesioner dikatakan multikolinieritas(Sujarweni,2015:177 reliabel atau handal jika jawaban ). Hasil multikolinieritas dari X1 seseorang terhadap pernyataan menunjukkan VIF 1,114, X2 adalah konsisten atau stabil dari menunjukkan VIF 1,137, dan X3 waktu ke waktu. Suatu variabel menunjukkan VIF 1,205. Dari uraian dikatakan reliabel jika memiliki tersebut dapat disimpulkan bahwa Cronchbach Alpha > 0,60 (Sujarweni, seluruh variabel independen memiliki 2015:169). nilai VIF < 10, yang artinya tidak Dari nilai Cronchbach Alpha dari terjadi kolerasi antar variabel masing-masing instrument independen atau dengan kata lain pernyataan lebih dari 0,60 maka bahwa model regresi yang diajukan dapat dikatakan bahwa instrument tidak terjadi gejala multikolenieritas. pernyataan adalah reliable. Dari hasil 3. Uji Heteroskedastisitas Cronchbach Alpha untuk instrument Berdasarkan hasil uji glejser Pemahaman Sistem Akuntansi koefisien parameter untuk variabel Pemerintahan adalah 0,843, pemahaman sistem akuntansi Pemahaman Pengelolaan Keuangan pemerintahan (X1) adalah 0,595, daerah adalah 0,854, Pemahaman pemahaman pengelolaan keuangan Pengelolaan Barang Milik Daerah daerah (X2) adalah 0,198 dan adalah 0,893, dan Kinerja SKPD pemahaman pengelolaan barang milik adalah 0,641. Dengan demikian daerah (X3) adalah 0,617. Dapat semua instrument dapat dikatakan disimpulkan bahwa tidak terdapat reliable. gejala heteroskedastisitas karena nilai 4.2. Uji Asumsi Klasik sihnifikansi dari setiap valiabel > 0,05. 1. Uji Normalitas 4.3. Hasil Uji Regresi Linear Uji normalitas dilakukan untuk Berganda melihat apakah apakah dalam model Dari hasil uji analisis regresi regresi variabel pengganggu atau linear berganda didapatkan model residual memiliki distribusi normal. regresi sebagai berikut : Hasil uji normalitas dapat diketahui Y= 23,738 + 0,512 + 0,399 + 0,445 dengan melihat nilai sigfikansi dari 1. Uji Parsial (t) Dimana: 1. Variabel pemahaman sistem Y= Kinerja SKPD akuntansi pemerintahan (X1) A= Konstanta Uji t digunakan untuk β1 + β2 + β3= Koefisien regresi mengetahui ada atau tidaknya X1=Pemahaman sistem akuntansi pengaruh pemahaman sistem keuangan daerah akuntansi pemerintahan (X1) X2=Pemahaman pengelolaan terhadap kinerja SKPD (Y) di keuangan daerah Kabupaten Bangkalan.Pada X3=Pemahaman pengelolaan barang hasil uji t untuk variabel milik daerah pemahaman sistem akuntansi 4.4. Analisi Koefisien Determinasi pemerintah diperoleh hasil Regresi bahwa thitung (2,760) > ttabel Nilai Adjusted R Square sebesar (2,01174) dan tingkat 0,418 atau 41,8%. Hal ini signifikansinya 0,008 lebih menunjukkan bahwa persentasi kecil dari alpha (α) = 0,05. pengaruh pemahaman sistem Jadi, H0 ditolak dan Ha akuntansi pemerintahan (X1), diterima. Dengan demikian pemahaman pengelolaan keuangan dapat ditarik kesimpulan daerah (X2) dan pemahaman bahwa secara parsial pengelolaan barang milik daerah (X3) pemahaman sistem akuntansi terhadap kinerja SKPD (Y) sebesar pemerintahan berpengaruh 41,8%. Dapat disimpulkan bahwa positif signifikan terhadap 41,8% variabel kinerja SKPD dapat kinerja SKPD. dijelaskan oleh variabel pemahaman 2. Variabel pemahaman sistem akuntansi pemerintahan, pengelolaan keuangan daerah pemahaman pengelolaan keuangan (X2) daerah, dan pemahaman pengelolaan Pada hasil uji t untuk variabel barang milik daerah. Sedangkan pemahaman pengelolaan sisanya 58,2% dipengaruhi oleh keuangan daerah (X2) variabel yang lain yang tidak masuk pengaruhnya terhadap kinerja dalam penelitian ini. SKPD (Y) diperoleh hasil 4.5. Hasil Pengujian Hipotesis bahwa thitung (2,091) > ttabel (2,01174) dan tingkat signifikansinya 0,042 lebih Koef. Variabel t hitung Sig. kecil dari alpha (α) = 0,05. Regresi Jadi, H0 ditolak dan Ha Konstanta 23,738 diterima. Dengan demikian X1 (Pemahaman Sistem dapat ditarik kesimpulan Akuntansi 0,512 2,760 0,008 bahwa secara parsial Pemerintahan pemahaman pengelolaan X2 (Pemahaman keuangan daerah Pengelolaan 0,399 2,091 0,042 berpengaruh positif signifikan Keuangan Daerah) terhadap kinerja SKPD. X3 (Pemahaman 3. Variabel pemahaman Pengelolaan Barang 0,445 2,291 0,027 pengelolaan barang milik Milik Daerah) daerah (X3) Pada hasil uji t untuk variabel pemahaman pengelolaan
barang milik daerah (X1) SKPD (Y). Pada hasil uji t untuk pengaruhnya terhadap kinerja variabel pemahaman sistem SKPD (Y) diperoleh hasil akuntansi pemerintah diperoleh hasil bahwa thitung (2,291) > ttabel bahwa thitung (2,760) > ttabel (2,01174) (2,01174) dan tingkat dan tingkat signifikansinya 0,008 signifikansinya 0,027 lebih lebih kecil dari alpha (α) = 0,05. Jadi, kecil dari alpha (α) = 0,05. H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan Jadi, H0 ditolak dan Ha demikian dapat dikatakan bahwa diterima. Jadi dapat ditarik pemahaman aparatur pemerintah kesimpulan bahwa secara tentang sistem akuntansi parsial pemahaman pemerintahan akan mempengaruhi pengelolaan barang milik kinerja SKPD. daerah berpengaruh positif Hasil uji tersebut sejalan dengan signifikan terhadap kinerja penelitian Tuasikal (2007) yang SKPD. menunjukkan bahwa pemahaman 2. Uji Simultan (F) sistem akuntansi pemerintah Model Sum of Df Mean F Sig berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Squares Squar Hasil uji ini juga sejalan dengan e penelitian Syahrida (2009) dengan Regress 214,717 3 71,572 4,711 0,006 hasil penelitiannya menunjukkan ion b bahwa pemahaman sistem akuntansi Residu 714,106 47 15,194 keuangan berpengaruh terhadap al kinerja SKPD. Ratih (2012) juga Total 928,824 50 melakukan penelitian yang sama dan Nilai ftabel pada taraf signifikansi hasil penelitian yang dilakukan 5% (df2) n-k (51-4) = 47 dan df1 (k- menunjukkan bahwa pemahaman 1) 4-1= 3. Nilai f tabel yang didapat sistem akuntansi keuangan daerah adalah 2,80. Berdasarkan tabel diatas berpengaruh terhadap kinerja. menunjukkan bahwa nilai fhitung Hasil uji ini tidak sejalan dengan sebesar 4,711 lebih besar dari ftabel penelitian yang dilakukan oleh Sari 2,80 dan nilai signifikansi sebesar dkk (2013) yang menunjukkan bahwa 0,006 lebih kecil dari alpha (α) = 0,05 pemahaman sistem akuntansi sehingga dapat ditarik kesimpulan pemerintahan tidak berpengaruh bahwa variabel pemahaman sistem terhadap kinerja pengelola keuangan akuntansi pemerintahan (X1), daerah. pemahaman pengelolaan keuangan Suwardjono (2005:159) dalam daerah (X2) dan pemahaman Syahrida (2009) menegaskan bahwa pengelolaan barang milik daerah (X3) akuntansi akan mempunyai peran berpengaruh secara simultan dan yang nyata dalam kehidupan sosial signifikan terhadap kinerja SKPD. ekonomi kalau informasi yang 4.6. Pembahasan Hasil Penelitian dihasilkan oleh akuntansi dapat 1. Pengaruh Pemahaman Sistem mengendalikan perilaku pengambil Akuntansi Pemerintahan kebijakan ekonomi untuk bertindak terhadap Kinerja SKPD menuju ke suatu pencapaian tujuan Berdasarkan hasil penelitian sosial dan ekonomi negara. Salah satu dalam pengujian hipotesis diperoleh tujuan ekonomi negara adalah alokasi bahwa pemahaman sistem akuntansi sumber daya ekonomi secara efisien pemerintahan (X1) berpengaruh sehingga sumber daya ekonomi yang positif signifikan terhadap kinerja menguasai hajat hidup orang banyak dapat dinikmati masyarakat secara efektif, efisien, dan juga kesulitan optimal. teknis dalam pelaksanaan 2. Pengaruh Pemahaman pengelolaan keuangan daerah karena Pengelolaan Keuangan Daerah pemahaman pelaksana yang kurang terhadap Kinerja SKPD. memadai. Berdasarkan hasil penelitian 3. Pemahaman Pengelolaan dalam pengujian hipotesis diperoleh Barang Milik Daerah Terhadap bahwa pemahaman pengelolaan Kinerja SKPD. keuangan daerah berpengaruh positif Berdasarkan hasil penelitian signifikan terhadap kinerja SKPD. dalam pengujian hipotesis diperoleh Pada hasil uji t untuk variabel bahwa pemahaman pengelolaan pemahaman pengelolaan keuangan barang milik daerah berpengaruh daerah (X2) pengaruhnya terhadap positif signifikan terhadap kinerja kinerja SKPD (Y) diperoleh hasil SKPD. Pada hasil uji t untuk variabel bahwa thitung (2,091) > ttabel (2,01174) pemahaman pengelolaan barang milik dan tingkat signifikansinya 0,042 daerah (X3) pengaruhnya terhadap lebih kecil dari alpha (α) = 0,05. Jadi, kinerja SKPD (Y) diperoleh hasil H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan bahwa thitung (2,291) > ttabel (2,01174) demikian dapat dikatakan bahwa dan tingkat signifikansinya 0,027 variabel pemahaman pengelolaan lebih kecil dari alpha (α) = 0,05 dan keuangan daerah dapat hasil dari koefisien regresi mempengaruhi kinerja SKPD di menunjukkan 0,445. Jadi, H0 ditolak Kabupaten Bangkalan. dan Ha diterima. Hasil uji tersebut sejalan dengan Hasil penelitian ini sejalan penelitain Tuasikal (2007) yang dengan penelitian Ratih (2012) yang menunjukkan bahwa pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman pengelolaan keuangan daerah pengelolaan barang milik daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD. berpengaruh terhadap kinerja SKPD, Hidayat (2015) melakukan penelitian artinya apabila pengelolaan barang dengan judul pengaruh pengelolaan milik daerah telah diterapkan sesuai keuangan daerah dan sistem dengan Peraturan Pemerintah Nomor akuntansi keuangan daerah 6 Tahun 2006 tentang pengelolaan berpengaruh terhadap kinerja barang milik daerah, yang kemudian pemerintah daerah, menunjukkan ditindak lanjuti dengan Permendagri hasil bahwa pengelolaan keuangan Nomor 17 tahun 2007 tentang daerah berpengaruh terdahap kinerja pedoman pengelolaan barang milik pemerintah daerah. Hal ini tidak daerah maka akan menaikkan kinerja sejalan dengan penelitian yang SKPD. dilakukan dengan Syahrida (2009) Hasil penelitian inimemiliki arti yang menunjukkan bahwa jika aparatur pemerintah memiliki pemahaman pengelolaan keuangan pemahaman tentang pengelolaan daerah tidak berpengaruh secara barang milik daerah yang memadai, signifikan terhadap kinerja SKPD. maka kinerja SKPD dapat Kemungkinan hal tersebut dapat ditingkatkan. Artinya, jika aparatur terjadi akibat adanya faktor lain yang pemerintah telah memiliki mempengaruhi, salah satunya yakni pemahaman yang cukup mengenai kebijakan dari Kepala Daerah pengelolaan barang milik daerah sehingga, pengelolaan keuangan maka pengelolaan barang milik daerah tidak dilakukan secara tertib, daerah sudah dilaksakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah 5. PENUTUP Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 5.1. Kesimpulan 2014 tentang pengelolaan barang Berdasarkan hasil analisis milik daerah. Pemahaman sebagaimana yang telah diuraikan pengelolaan barang milik daerah sebelumnya, maka dapat ditarik menjadi sangat penting sebab, dalam kesimpulan sebagai berikut : konteks pengelolaan barang memiliki 1. Pemahaman sistem akuntansi banyak tugas yang harus diemban pemerintahan (X1) berpengaruh diantaranya dimulai dari pengadaan positif signifikan terhadap barang, pemeliharaan, inventarisasi, kinerja SKPD (Y). dll. 2. Pemahaman pengelolaan 4. Pengaruh Pemahaman Sistem keuangan daerah (X2) Akuntansi Pemerintahan, berpengaruh positif signifikan Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap kinerja SKPD (Y). dan Pengelolaan Barang Milik 3. Pemahaman pengelolaan Daerah Terhadap Kinerja barang milik daerah (X3) SKPD Secara Simultan. berpengaruh positif signifikan Berdasarkan hasil penelitian terhadap kinerja SKPD (Y). dalam pengujian hipotesis diperoleh 4. Pemahaman sistem akuntansi bahwa pemahaman sistem akuntansi pemerintahan (X1), pengelolaan pemerintahan, pengelolaan keuangan keuangan daerah (X2) dan daerah dan pengelolaan barang milik pengelolaan aset milik daerah daerah berpengaruh signifikan secara (X3) berpengaruh secara simultan terhadap kinerja SKPD. Nilai simultan terhadap kinerja SKPD Ftabel pada taraf signifikansi 5% (df2) (Y). n-k (51-4) = 47 dan df1 (k-1) 4-1= 3. 5.2. Keterbatasan dan Saran Nilai F tabel yang didapat adalah 2,80. Hasil ini memiliki beberapa Berdasarkan tabel diatas keterbatasan : menunjukkan bahwa nilai Fhitung 1. Objek dalam penelitian ini adalah sebesar 4,711 lebih besar dari Ftabel seluruh SKPD di Kabupaten 2,80 dan nilai signifikansi sebesar Bangkalan, namun hanya 0,006 lebih kecil dari alpha (α) = dilakukan di 24 SKPD 0,05. Artinya, apabila pengelola dikarenakan ada keuangan daerah memiliki keterbatasanperijinan. pemahaman tentang sistem akuntansi 2. Pengaruh variabel independen pemerintahan, pengelolaan keuangan hanya sebesar 41,8 %. daerah dan pengelolaan barang milik Dari keterbatasan penelitian yang daerah maka kinerja setiap SKPD telah diungkapkan, maka dapat akan meningkat. diberikan saran-saran sebagai berikut Hasil pengujian ini sejalan : dengan penelitian Ratih (2012) yang 1. Sebaiknya untuk penelitian menyatakan bahwa pemahaman selanjutnya, responden lebih sistem akuntansi pemerintah, diperluas lagi agar mendapatkan penatausahan keuangan daerah dan hasil yang lebih maksimal. pengelolaan barang milik daerah 2. Sebaiknya untuk penelitian berpengaruh secara simultan selanjutnya, responden terhadap kinerja SKPD. Penelitian ini penelitian dilihat dari sudut juga konsisten dengan Tuasikal pandang yang menerima (2007). pelayanan yakni dalam hal ini Barang Milik Daerah Terhadap adalah masyarakat. Kinerja SKPD Pada pemerintah 3. Diharapkan untuk penelitan Provinsi Kepulauan Riau. Tesis selanjutnya untuk menambahkan Tidak Dipublikasikan, Sekolah variabel yang belum pernah Pasca Sarjana, Universitas digunakan dalam penelitian Sumatera Utara. terdahulu. Ruspina, Depi Oktia, 2013. Pengaruh 4. Tidak hanya menggunakan Kinerja Aparatur Pemerintah kuesioner tapi juga dapat Daerah, Pengelolaan Keuangan dikembangkan dengan metode Daerah, Dan Sistem kualitatif dengan melakukan Pengendalian Intern wawancara kepada pihak-pihak Pemerintah (SPIP) terhadap yang terkait. Penerapan Good Governance DAFTAR PUSTAKA (Studi Empiris pada Dewi Rika Krisna, Kadek Ainawarti Pemerintahan Kota Padang). dan Ari Surya Darmawan. Sari, Saiful dan Aprilia, 2010. 2014. Pengaruh Pemahaman Pengaruh pemahaman sistem Sistem Akuntansi Keuangan akuntansi pemerintahan dan Daerah dan Pengelolaan penatausahaan keuangan Keuangan Daerah Terhadap daerah terhadap kinerja Kualitas Informasi Laporan pengelola keuangan Keuangan Pemerintah Daerah daerah.Jurnal Fairness Volume (Studi Empiris pada 10 SKPD 3. Berupa Dinas di Kabupaten Siregar, Baldric.2015. Akuntansi Jembrana). Jurnal Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Program S1 (Volume 2 No.1 Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2014). Berbasis Akrual). Yogyakarta : Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Sekolah Tinggi Ilmu Multivariate dengan Program Manajemen YKPN. IBM SPSS 21 Up Date PLS Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Regresi edisi tujuh. Bandung : Akuntansi Sektor Publik. Badan Penerbit Universitas Yogyakarta: Penerbit Pustaka Diponegoro. Baru Press. Hidayat, Rahmad. 2015. Pengaruh Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Pengelolaan Keuangan Daerah Metodologi Penelitian Bisnis dan Sistem Akuntansi dan Ekonomi. Yogyakarta: Keuangan Daerah Terhadap Penerbit Pustaka Baru Press. Kinerja Pemerintah Daerah. Syahrida, Cut Faiza. 2009. Pengaruh Mahmudi. 2013. Manajemen Kinerja Pemahaman Sistem Akuntansi Sektor Publik edisi ketiga. Keuangan Daerah dan Yogyakarta : Sekolah Tinggi Pengelolaan Keuangan Daerah Ilmu Manajemen YKPN. terhadap Kinerja SKPD pada Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Pemerintah Provinsi Sumatera Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi. Utara. Tesis. Universitas Ratih, Asri Eka, 2012. Pengaruh Sumatera Utara. Pemahaman Sistem Akuntansi Tausikal, Askam, 2007. Pengaruh Keuangan Daerah, Pemahaman Sistem Akuntansi, Penatausahaan Keuangan Pengelolaan Keuangan Daerah Daerah, dan Pengelolaan Terhdap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol. 08, No. 01, Februari 2007. Usman, dan Lukman Pakaya, 2014. Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bone Bolango. Yusuf, M. 2015. 8 Langkah Pengelolaan Aset Daerah Menuju Pengelolaan Keuangan Daerah Terbaik. Jakarta : Salemba Empat.