You are on page 1of 25

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN


“GANGGUAN KARDIOVASKULER”

DOSEN MATA KULIAH :


Ns. MARDIANI, S.Kep., M.M

KELOMPOK :
ADE MARHESSOFIBRI F. PO 5120216001
ADIDYA FRAMADI PO 5120216002
AFIFAH AYU DIVA PUTRI PO 5120216003
AHMAD IHSAN RAMADHAN PO 5120216004
ANITA YULIANA PO 5120216005

PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES
BENGKULU
2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDFAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II KONSEP TEORI


A. Konsep Lasnia
B. Perubahan Anatomi – Fisiologi Kardiovaskuler
C. Penyakit Kardiovaskuler yang Terjadi pada Lansia
D. Penatalaksanaan

BAB III KONSEP ASKEP


A. Pengkajian
B. Diagnosa
C. Intervensi

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makinmenurun. Tak
heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkankarena tubuh tak lagi
mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.

Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Cipto
Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam suatu pelatihandi
kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul
pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of I’s. Mulai dari immobility(imobilisasi),
instability (instabilitas dan jatuh),incontinence (inkontinensia), intellectual impairment
(gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan
penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), Inanition (malnutrisi), insomnia (ganguan
tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).

Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi, gagal
jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal
dan hati. Juga terdapat berbagai keadaan yang khas dan sering mengganggu lansia seperti
gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.Secara umum,
menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kemuduran
fisik, antara lain :

1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :

1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik


2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru
saja terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
 mengetahui anatomi, fisiologi, dan epidemologi penyakit kardiovaskuler
pada usia lanjut
2. Tujuan Khusus
 mengetahui perubahan anatomik pada jatung
 mengetahui perubahan fisiologik pada jantung
 mengetahui gejala, tanda dan diagnosis penyakit jantung pada usia lanjut
 mengetahui macam macam penyakit jantung pada usia lanjut
 mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan
system kardiovaskule
BAB II

KONSEP TEORI

A. Konsep Lanjut Usia


Menurut UU no 4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai umur
55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena
biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan
kematian (Hutapea, 2005).Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat
dihindari (Azwar, 2006).
Menua secara normal dari system saraf didefinisikan sebagai perubahan oleh usia
yang terjadi pada individu yang sehat bebas dari penyakit saraf “jelas” menua normal
ditandai oleh perubahan gradual dan lambat laun dari fungsi-fungsi tertentu
(Tjokronegroho Arjatmo dan Hendra Utama,1995).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides 1994). Proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami
pada semua makhluk hidup (Nugroho Wahyudi, 2000).
Salahsatuperubahanfisik yang
terjadipadalansiaadalahperubahanfisikKardiovaskuler.Katup jantung yang menebal
dan menjadi kaku,Kemampuan jantung menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun, kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah: kurang efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi perubahan posisidari tidur ke duduk (duduk
ke berdiri)bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg dan tekanan
darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer, sistole
normal ±170 mmHg, diastole normal ± 95 mmHg.
B. Perubahan Anatomi dan Fisiologis pada Kardiovaskuler
1. Perubahan Anatomi Kardiovaskuler
a. Jantung (Cor)
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan
bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan
pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima
karena ateros¬kle¬rosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut
isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti
organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun
massa jantung bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun
pada wanita).
Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari
berkurangnya jumlah inti sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan
lipid, degenerasi kolagen dan kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Daun
katup menjadi kaku, perubahan ini menyebabkan terdengarnya bising sistolik
ejeksi pada usia lanjut. Ukuran katup jantung tampak bertambah. Pada orang
muda katup antrioventrikular lebih luas dari katup semilunar. Dengan
bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup, katup aorta
paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga
menyebabkan penebalan katup mitral dan aorta. Peru¬bahan ini disebabkan
degenerasi jaringan kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan
kalsifikasi. Kalsifikasi sering ter¬jadi pada anulus katup mitral yang sering
ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta terjadi pada daun atau
cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik ejeksi.
b. Pembuluh Darah Otak
Otak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan
a.vertebralis. Pembentukan plak ateroma sering di¬jumpai didaerah bifurkatio
kususnya pada pangkal arteri karotis interna, Sirkulus willisii dapat pula
terganggu dengan adanya plak ateroma juga arteri-arteri kecil mengalami
perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media hialinisasi dan
kalsifikasi. Walaupun berat otak hanya 2% dari berat badan tetapi
mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah
serebral pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut
menurun menjadi 30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem
vertebrobasiler adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat menurun,
fibrokartilago meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya
diskus ini menonjol ke perifer men¬dorong periost yang meliputinya dan
lig.intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae. Bagian periost yang
terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan membentuk osteofit. Keadaan
seperti ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna
vertebralis sehingga degenerasi diskus dapat mengakibat¬kan pengurangan
tinggi badan pada usia lanjut. Spondilosis servi¬kalis berakibat 2 hal pada
a.vertebralis, yaitu:
1. Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu
bahkan dapat mengakibatkan oklusi pem¬buluh arteri ini.
2. Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verter¬balies
menjadi berkelok-kelok. Pada posisi tertentu pembu¬luh ini dapat
tertekuk sehingga terjadi oklusi.
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut
seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada
orang tua sangat rentan terhadap peru¬bahan-perubahan, baik perubahan
posisi tubuh maupun fungsi jantung dan bahkan fungsi otak
c. Pembuluh Darah Perifer.
Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer
yang menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini
menyebabkan iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan kladikasio.
2. Perubahan Fisiologis Kardiovaskuler
a. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Jantung
1) Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin
(aging pigment) pada serat-serat miokardium.
2) Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi
rangka dari jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan
perubahan sirkumferens menjadi lebih besar sehingga katup menebal.
Bising jantung (murmur) yang disebabkan dari kekakuan katup sering
ditemukan pada lansia.
3) Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan
pengatur irama jantung. Sel-sel dari nodus SA juga akan berkurang
sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari
nodus AV tidak berkurang, tapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada
berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat selular.
Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan denyut jantung.
4) Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri.
Ini menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih
sedikit walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan.
Pengisian darah ke jantung juga melambat.
5) Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal
ini disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan
diastolik menurun.
b. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Pembuluh darah
1) Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini
menyebabkan meningkatnya resistensi ketika ventrikel kiri memompa
sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan ini akan
berakhir dengan yang disebut “Isolated aortic incompetence”. Selain
itu akan terjadi juga penurunan dalam tekanan diastolik.
2) Menurunnya respons jantung terhadap stimulasi reseptor ß-adrenergik.
Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreseptor dan
kemoreseptor juga menurun. Perubahan respons terhadap baroreseptor
dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi Ortostatik pada lansia.
3) Dinding kapiler menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan
melambat.
c. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Darah
1) Terdapat penurunan dari Total Body Water sehingga volume darah pun
menurun.
2) Jumlah Sel Darah Merah (Hemoglobin dan Hematokrit) menurun. Juga
terjadi penurunan jumlah Leukosit yang sangat penting untuk menjaga
imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi
menurun.
C. Penyakit Kardiovaskuler yang sering terjadi pada lansia
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih
tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang
terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak
ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
2. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung
terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan,
hingga kebingungan.
3. Disritmia
Insidensi disritmia atrial dan ventrikuler maningkat pada lansia karena perubahan
struktural dan fungsional pada penuaan. Masalah dipicu oleh disritmia dan tidak
terkoordinasinya jantung sering dimanifestasikan sebagai perubahan perilaku,
palpitasi, sesak nafas, keletihan, dan jatuh
4. Penyakit Vaskular Perifer
Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat yang
terjadi pada saat aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketika penyakit
semakin berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika klien
mempertahankan gaya hidup yang kurang gerak, penyakit ini mungkin telah
berlanjut ketika nyeri pertama muncul. Tanda dan gejala lain yaitu ekstremitas
dingin, perubahan trofik (misalnya kehilangan rambut yang tidak seimbang,
deformitas kuku, atrofi jari-jari dari anggota gerak yang terkena), tidak terabanya
denyut nadi, dan mati rasa.
5. Penyakit Katup Jantung
Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase kompensasi
sampai pada fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh menyesuaikan
perubahan pada struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala
yang muncul. Lnsia dapat turut berperan dalam fase ini melalui peningkatan gaya
hidup yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan kurang gerak yang
menempatkan tuntutan kebutuhan yang lebih kecil pada jantung untuk curah
jantungnya
Bila fase pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan disfungsi yang
berat pada katup yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi bergantung pada katup
yang terlibat tetapi secara umum terdiri atas dispnea pada saat beraktivitas, nyeri
dada tipe agina, dan gejala-gejala jantung kanan atau kiri atau keduanya. Murmur
secara khas tedengar pada saat auskultasi
D. Penatalaksanaan
1. Pencegahan Primer
Studi prevalensi menunjukkan tingginya insidensi dari faktor resiko untuk
penyakit kardiovaskuler di antara lansia. Peningkatan kerangka penelitian
mendukung keefektifan suatu pendekatan yang agresif untuk mengurangi faktor
resiko sebagai suatu mekanisme untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas yang
dihubungkan dengan penyakit kardiovaskuler dalam kelompok usia ini.
Peningkatan kualitas hidup telah ditunjukkan melaui upaya-upaya untuk
meningkatkan aktivitas fisik secara teratur dan mengurangi merokok.
a. Merokok
Merokok temabakau mempunyai efek berbahaya bagi jantung dengan
menurunkan kadar HDL, meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar
fibrinogen, mengganti oksigen pada molekul hemoglobin dengan
karbondioksida, meningkatkn konsumsioksigen miokardium, dan menurunkan
ambang batas fibrilasi ventrikel selama infark miokardium. Oleh karena itu,
semua pemberi pelayanan kesehatan harus memberikan pendidikan tentang
aspek membahayakan dari merokok dan keuntungan yang diperoleh dengan
berhenti merokok pada usia berapapun
b. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol total meningkat secara bertahap seiring bertambahnya usia.
Bukti peningkatan tingginya kadar kolesterol LDL dan rendahnya kadar
kolesterol HDL adalah prediktor yang penting untuk penyakit arteri koroner
baik pada pria ataupun wanita yang berusia di atas 65 tahun. Untuk lansia
denagn penyakit koroner, peningkatan kolesterol pada dasarnya meningkatkan
resiko terjadinya kembali infark miokardium atau kematian. Penurunan kadar
kolesterol melalui diet rendah lemak telah terbukti efektif pada lansia. Bagi
mereka yang tidak memperoleh efek yang diinginkan melalui penatalaksanaan
diet, terapi obat direkomendasikan
c. Diabetes mellitus dan Obesitas
Pengurangan berat badan sangat bermanfaat bukan saja untuk diabetes tetapi
juga untuk hipertensi dan hiperlipidemia yang menyertainya. Lansia yang
menderita diabetes dan obesitas perlu didukung dan didorong untuk
mengendalikan diabetesnya secara efektif, untuk mengikuti diet penurunan
berat badan secara tepat, atau keduanya untuk mengurangi risiko penyakit
kardiovaskuler
d. Gaya Hidup Monoton
Pada lansia terjadi penurunan tonus otot, kehilangan massa otot tak berlemak,
yang digntikan dengan jaringan lemak, dan peningkatan resiko penyakit
jantung. Upaya pencegahan primer yang ditujukan untuk malawan resiko ini
harus difokuskan pada perubahan sikap tentang pentingnya aktivitas fisik
secara teratur untuk semua usia dan meningkatkan kepercayaan bahwa ada
program aktivitas yang sesuai untuk semua orang, tanpa mengabaikan tingkat
kebugaran saat ini atau adanya penyakit yang menyertai.
e. Hipertensi
Pencegahan primer dari hipertensi esensial terdiri atas mempertahankan berat
badan ideal, dietrendah garam, pengurangan stress dan latihan aerobik secara
teratur. Deteksi dini dan penatalaksanaan hipertensi yang efektif penting untuk
mencegah terjadinya penyakit jantung hipertensif
f. Kondisi setelah menopause
Pencegahan penyakit kardiovaskular pada wanita lansia memfokuskan pada
metode sulih estrogen. Walaupun sulih estrogen efektif dalam membentu
mengubah lipid pada wanita pascamenopouse tetapi teknik ini bukannya tanpa
resiko, khususnya resiko kanker endometrium. Penembahan progesteron
dalam regimen estrogen dapat mencegah konsekuensi keganasan dan
nonkeganasan dri estrogen yang tidak dapt dilawan.
2. Pencegahan sekunder
a. Riwayat dan Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang menunjukkan indikasi adanya masalah sistem
kardiovaskular adalah perfusi organ akhir yang buruk. Lansia dengan perfusi
ginjal yang buruk pada keadaan tidak memiliki penyakit ginjal dapat
mengalami penurunan haluaran urin selama lebih dari 24 jam. Tanda dan
gejala tidak adekuatnya perfusi perifer dapat bervariasi dari kulit yang terasa
dingin ketika disentuh, dengan menurunnya pengisian kapiler, sampai
penemuan kronis seperti pingsan atau tidak adanya denyut nadi perifer,
kehilangan rambut pada ekstremitas yang tidak proporsional dan ulkus yang
sulit untuk sembuh. Edeme juga memiliki sumber nonkardiak yang
memerlukan pembedaan untuk lansia. Perbedaan kunci termasuk distribusi
cairan yang terakumulasi dan variasi diurnalnya. Edema yang berasal dari
penyakit jantung merupakan edema yang lembut dan meninggalkan bekas
cekungan bila ditekan, memiliki distribusi yang simetris, dan melibatkan
bagian tubuh yang dependent.
Auskultasi bunyi jantung pada lansia serig sulit karena perubahan emfisema
senilis pada dinding dada. Jika buyi jantung terdengar jauh atau sulit didengar,
klien mungkin diposisikan miring pada sisi kirinya dengan lengan kiri
menopang kepala.
Dalam pengkajian jantung pada lansia, ”abnormalitas” harus diinterpretasikan
dengan hati-hati. Walaupun merupakan suatu parameter pengkajian yang rutin,
pengukuran tekanan darah secara akurat sangat penting untuk menghindari
masalah yang berhubungan dengan penanganan hipertensi yang tidak perlu.
Memberikan perhatian ketat terhadap detail ukuran manset dan terhadap
aktivitas sebelum pengukuran dan mempertahankan teknik yang konsisten
sangat penting untuk memperoleh hasil yang akurat.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Mengurangi Beban Kerja Jantung
Berbagai upaya keperawatan dapt turut berperan dalam mengurangi beban
krja jantung dan sistem kardiovaskuler. Menyeimbangkan istirahat dan
aktivitas dapat membentu mempertahankan tonus otot dan penggunaan
oksigen secara efisien, yang dapat menurunkan kebutuhan jaringan
terhadap darah yang mengandung oksigen.Untuk mencapai keseimbangan
ini aktivitas harus terjadwal sepanjang hari.
Aplikasi langsung dari penambahan oksigen juga menurunkan beban
kerja jantung dengan meningkatkan jumlah oksigen yang dibawa oleh
molekul hemoglobin. Tindakan-tindakan untuk menurunkan ansietas
membantu menghentikan pelepasan katekolamin yang bersikulasi yang
dapat meningkatkan tuntutan kebutuhan jantung. Dengan mengurangi
sirkulasi volume klien melalui pembatasan cairan atau pembatasan natrium
atau keduanya atau melalui pemberian diuretik, volume darah totl yang
harus dipompa oleh jantung telah berkurang. Tindakan keperawatan
dependen untuk mengurangi beban kerja jantung terdiri dari pemberian
agens penghambat β adrenergik untuk menurunkan kebutuhan oksigen
miokardium dan obat-obatan seperti vasodilator untuk mengurangi
resistensi pembuluh darah perifer dari sistem arteri.
3. Peningkatan Fungsi
Fungsi jantung yang efektif memerlukan keseimbangan yang baik antara
kontraktilitas serta kecepatan dan irama yang teratur. Upaya-upaya keperawatan
untuk meningkatkan kontraktilitas termasuk memantau keseimbangan elektrolit
dan memberikan suplemen yang diperlukan, memastikan keadekuatan aliran balik
darah vena melalui pemantauan tekanan darsh dan keseimbangan darah dan
keseimbangan cairan secara hati-hati, dan memberikan obat-obat kardiotonik
seperti preparat digitalis.
Tindakan keperawatan yang kritis untuk populasi ini adalah pengkajian secara
hati-hati pada efek samping atau efek yang lain yang tidak diinginkan dari
preparat digitalis. Karena lansia secara spesifik sangat sensitif terhadp efek toksik
dari obat-obatan ini, mereka memerlukan pengkajian yang berkelanjutan. Ahli
genetik sering memberikan digoksin dosis pedriatik bagi lansia untuk memberikan
dosis satu kali sehari tanpa memicu keracunan. Obat-obat yang mungkin
diresepkan bersama digoksin (misalnya quanidin, verapamil, dan pada tingkatan
yang lebih sedikit, nifidepin) meningkatkan kadar serum digitalis. oleh karena itu,
lansia yang menerima obat-obatan kombinasi tersebut harus sering diobservasi
untuk mengetahui adanya gejala-gejala overdosis.
Kecepatan dari irama jantung yang teratur sangat penting untuk fungsi yang
efektif. Lansia sering memerlukan agens antidisritmia untuk menstabilkan denyut
dan irama jantungnya karena hilangnya sel-sel pace-maker dalam nodus sinoatrial
atau nodus attrioventrikular. Walaupun obat-obatan ini umumnya diresepkan,
kebutuhan klien akan obat-obatan tersebut harus ditinjau ulang secara teratur
karena adanya efek samping yang terjadi dengan penggunaan dalam waktu yang
lama. Selain itu, penggunaan alat pacu jantingkatkan kemampuan jantung secara
keseluruhan pada lansia yang mengalami sick sinus syndrome atau gejala
bradikardia dan meningkatkan toleransi mereka terhadap aktivitas. Biasanya
lansia, beradaptasi dengan baik terhadap penggunaan alat-alat ini dengan bantuan
dan dukungan minimal.
Elemen kuci untuk pendokumentasian termasuk perkembangan dan resolusi
tanda dan gejala dari gangguan dan respons klien terhadap terapi. Perubahan yang
menyertai dalam mentasi atau peningkatan napas yang pendek selama aktivitas
dapat mengindikasikan efek obat yang tidak diinginkan atau lebih memburuknya
kondisi jantung. Bunyi nafas harus diauskultasi dan dicatat secara teratur.
Keseimbangan cairan selama 24 jam adalah indikator awal dan sensitif terhadap
perubahan status jantung (pada keadaan tidak adanya kegagalan ginjal), dan
karenanya harus dipanta secara teratur, karena hubungan nilai-nilai tersebut
terhadap berfungsinya sistem kardiovaskular secara efktif.
Pendokumentasian respons klien terhadap aktivitas sangat penting. Denyut
jantung dan tekanan darah dicatat sebelum, selama dan setelah aktivitas. Jumlah
aktivitas harus dihitung (yaitu dalam menit atau jumlah langkah-langkah yang
dilakukan) untuk memberikan kesempatan dalam pengkajian dari kemajuan klien
selama beberapa waktu. Selain itu, persepsi klien terhadap tingkat aktifitas, dari
yang ringan sampai yang paling berat, merupakan ukuran dari beban jantung.
BAB III

KONSEP ASKEP

A. PENGKAJIAN
1. RIWAYAT KESEHATAN/KEPERAWATAN
a. Keluhan Utama :
 Nyeri dada
 Sesak nafas
 Edema
b. Riwayat Kesehatan :
Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan
yang mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen
 Nyeri ----
lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, faktor
yang memperberat/memperingan, tipe nyeri.
 Integritas neurovaskuler –mengalami panas, mati rasa, dan
perasaan geli.
 Status pernafasan ----
sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal
nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan.
 Ganngguan sirkulasi ---
peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah.
c. Riwayat kesehatan sebelumnya ----
penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan dan potensial
penyakit keturunan.
 Kebiasaan pasien ---- diet, latihan, merokok dan minuman.
d. Riwayat Perkembangan :
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
 Efek perkembangan fisik denyut jantung
 Produksizat dalam darah.
 Tekanan darah.
e. Riwayat Sosial :
 Cara hidup pasien.
 Latar belakang pendidikan
 Sumber-sumber ekonomi.
 Agama.
 Kebudayaan dan etnik.
f. Riwayat Psikologis :
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan
rencanaasuhan keperawatan.
 Mengidentifikasi stress/sumber stress.
 Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber
coping.
2. PENGKAJIAN FISIK
a. JANTUNG
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus
pada jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung,
maka penting terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan
umum termasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan
frekuensi pernafasan.
Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
1) Bentuk tubuh gemuk/kurus
2) Anemis
3) Sianosis
4) Sesak nafas
5) Keringat dingin
6) Muka sembab
7) Oedem kelopak mata
8) Asites
9) Bengkak tungkai/pergelangan kaki
10) Clubbing ujung jari-jari tangan
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan
pemeriksaan nadi adalah :
1) Kecepatan/menit
2) Kuat/lemah (besar/kecil)
3) Teratur atau tidak
4) Isi setiap denyut sama kuat atau tidak.
a) INSPEKSI
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis. Mudah terlihat pada pasien yang
kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemukatau emfisema pulmonum. Yang
perlu diperhatikan adalah Titik ImpulsMaksimum (Point of Maximum Impulse).
Normalnya berada pada ruang intercostals V pada garis midklavikular kiri.
Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri
atau jantung terdorong atau tertarik kekiri.
1. Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada “Veussure
Cardiac”dinding totaks di bagian jantung menonjolm menandakan penyekit
jantung.
2. ongenital. Benjolan ini dapat dipastikan dengan perabaan.Vena Jugularis
Eksterna (dileher kiri dan kanan)
Teknik
 Posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan ± 45º
 Leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di
kanan pasien
 Perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah
terisipenuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak naik turun.
 Dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps.
Vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
o Payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri).
o Tekanan intra toraks yang meninggi.
o Tamponade jantung.
o Tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.
b) PALPASI
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung.
Pointof Maximum Impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika
darah mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.
Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati
padainspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau
dengantelapaktangan.
Yang perlu dinilai adalah :
 Lebar impuls iktus kordis
 Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula
dirasakan (dengan telapak tangan) :
 Bising jantung yang keras (thrill)
 Apakah bising sistolik atau diastolic
 Bunyi murmur
 Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura)

Iktus kordis yang kuat dan melebar tandadaripembesaran/hipertropi otot jantung

Akibatlatihan/atlit, hipertensi, hipertiroid atau kelainan katup jantung.

c) PERKUSI
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi.
Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri).
Teknik perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan
keterampilan khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut
sonor, redup dan timpani.
d) AUSKULTASI
Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung,
bunyi jantung, murmur dan gesekan (rub)
Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung
merupakan refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik
spesifikdari dinding dada.
a. Bunyi jantung I (S1) dihasilkan oleh penutupan katup atrioventrikuler
(mitraldan trikuspidalis).
b. Bunyi jantung II (S2) disebabkan oleh penutupan katup semilunar (aorta dan
pulmonal).
c. Bunyi jantung III (S3) merupakan pantulan vibrasi ventrikuler dihasilkanoleh
pengisianventrikel ketika diastole dan mengikuti S2.
d. Bunyi jantung IV (S4) disebabkan oleh tahanan untuk mengisi ventrikel pada
diastolyang lambat karena meningkatnya tekanan diastoleventrikel atau
lemahnya penggelembungan ventrikel.
Bunyi bising jantung disebabkan oleh pembukaan dan penutupan katup
jantung yang tidak sempurna. Yang perlu diperhatikan pada setiap bising jantung
adalah

1. Apakah bising sistolik atau diastolic atau kedua-duanya.


2. Kenyaringan (keras-lemah) bising.
3. Lokasi bising (yang maksimal).
4. Penyebaran bising.
Adapun derajat kenyaringan bising jantung dipengaruhi oleh :
1. Kecepatan aliran darah yang melalui katup.
2. Derajat kelainan/gangguan katup.
3. Tebal tipisnya dinding toraks.
4. Ada tidaknya emfisema paru
Tingkat kenyaringan bising jantung meliputi :
a. Tingkat I : sangat lemah, terdengar pada ruangan amat sunyi.
b. Tingkat II : lemah, dapat didengar dengan ketelitian.
c. Tingkat III : nyaring, segera dapat terdengar/mudah didengar.
d. Tingkat IV : amat nyaring tanpa thrill.
e. Tingkat V : amat nyaring dengan thrill (getaran teraba)
f. Tingkat VI : dapat didengar tanpa stetoskop.

Murmur adalah bunyi hasil vibrasi dalam jantung dan pembuluh darah
besar disebabkan oleh bertambahnya turbulensi aliran. Padamurmur dapat
ditentukan :

a. Lokasi : daerah tertentu/menyebar


b. Waktu : setiap saat, ketika sistolik/diastolic.
c. Intensitas :
Tingkat 1 : sangat redup.
Tingkat 2 : redup
Tingkat 3 : agak keras
Tingkat 4 : keras
Tingkat 5 : sangat keras
Tingkat 6 : kemungkinan paling keras.
d. Puncak : kecepatan aliran darah melalui katup dapat berupa rendah,
medium dan tinggi.
e. Kualitas : mengalir, bersiul, keras/kasar, musical, gaduhatauserak.
f. Gesekan (rub) adalah bunyi yang dihasilkan oleh parietal dan visceral
oleh perikarditis. Bunyi kasar, intensitas, durasi dan lokasi tergantung
posisi klien.
b. PEMBULUH DARAH
1) INSPEKSI
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan
sirkulasi perifer.
2) PALPASI
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat
menekantempat tersebut dengan ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.
3) AUSKULTASI
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan
tubuh
c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak
adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.
C. INTERVENSI
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal
jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalamaktifitas yang
mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 – 2 ml/kgBB.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional

· Kaji frekuensi nadi, RR, TD · Memonitor adanya perubahan sirkulasi


secara teratur setiap 4 jam. jantung sedini mungkin.

· Catat bunyi jantung. · Mengetahui adanya perubahan irama


jantung.
· Kaji perubahan warna kulit
terhadap sianosis dan pucat. · Pucat menunjukkan adanya penurunan
perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya
curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat
adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.

· Pantau intake dan output · Ginjal berespon untuk menurunkna curah


setiap 24 jam. jantung dengan menahan produksi cairan dan

· Batasi aktifitas secara adekuat. natrium.

· Istirahat memadai diperlukan untuk


memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan
menurunkan komsumsi O2 dan kerja
· Berikan kondisi psikologis berlebihan.
lingkungan yang tenang.
· Stres emosi menghasilkan vasokontriksi
yangmeningkatkan TD dan meningkatkan
kerja jantung.

b. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan


tubuh.
Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur
tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi Rasional

· Ikuti pola istirahat pasien, · Menghindari gangguan pada istirahat tidur


hindari pemberian intervensi pasien sehingga kebutuhan energi dapat
pada saat istirahat. dibatasi untuk aktifitas lain yang lebih
· Lakukan perawatan dengan penting.
cepat, hindari pengeluaran energi
· Meningkatkan kebutuhan istirahat pasien
berlebih dari pasien.
dan menghemat energi paisen.
· Bantu pasien memilih kegiatan
yang tidak melelahkan.
· Menghindarkan psien dari kegiatna yang
melelahkan dan meningkatkan beban kerja
· Hindari perubahan suhu jantung.
lingkungan yang mendadak.
· Perubahan suhu lingkungna yang
mendadak merangsang kebutuhan akan
oksigen yang meningkat.
· Kurangi kecemasan pasien
dengan memberi penjelasan yang · Kecemasan meningkatkan respon
dibutuhkan pasien dan keluarga. psikologis yang merangsang peningkatan
kortisol dan meningkatkan suplai O2.
· Respon perubahan keadaan
psikologis pasien (menangis, · Stres dan kecemasan berpengaruh
murung dll) dengan baik. terhadap kebutuhan O2 jaringan.

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak


adekuat, kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
Tujuan: Pertumbuhan dan perembangan dapat mengikuti kurca tumbuh kembang
sesuai dengan usia.
Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.
Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi Rasional

· Sediakan kebutuhan nutrisi · Menunjang kebutuhan nutrisi pada masa


adekuat. pertumbuhan dan perkembangan serta
meningkatkan daya tahan tubuh.

· Sebagai monitor terhadap keadaan


pertumbuhan dan keadaan gizi pasien
· Monitor BB/TB, buat catatan selama dirawat.
khusus sebagai monitor. · Mencegah terjadinya anemia sedini
mungkin sebagi akibat penurunan kardiak
· Kolaborasi intake Fe dalam
output.
nutrisi.

d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.


Tujuan: Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: Bebas dari tanda – tanda infeksi.
Rencana intervensi dan rasional:

Intervensi Rasional

· Kaji tanda vital dan tanda – · Memonitor gejala dan tanda infeksi sedini
tanda infeksi umum lainnya. mungkin.

· Hindari kontak dengan sumber · Menghindarkan pasien dari kemungkinan


infeksi. terkena infeksi dari sumber yang dapat
dihindari.
· Sediakan waktu istirahat yang
adekuat. · Istirahat adekuat membantu meningkatkan
keadaan umum pasien.
· Sediakan kebutuhan nutrisi
yang adekuat sesuai kebutuhan. · Nutrisi adekuat menunjang daya tahan
tubuh pasien yang optimal.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah penting pada usia lanjut, maka dengan
adanya peningkatan populasi golongan ini akan terjadi pula peningkatan penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler merupakan sebab utama kematian dan
disabilitas pada usia lanjut
Perubahana anatomic pada jantung seiring dengan beratambahnya usia meliputi :
Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment)
pada serat-serat miokardium.
Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari
jantung.
Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama
jantung.
Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan
jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun terdapat
pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.
Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial.
Macam-macam penyakit jantung pada usia lanjut
1) Penyakit Jantung Koroner (PJK)
2) Hipertensi dan Penyakit Jantung Hipetensif
3) Penyakit Jantung valvular
4) Penyakit Vaskular Perifer
5) Penyakit Katup Jantung
B. SARAN
Diharapkan perawat lebih mengerti tentang konsep hipertensi pada lansia
dandisarankan perawat lebih banyak lagi mencari informasi tentang hipertensipada
lansia sehingga bisa menambah wawasan yang lebih maksimal dan dapat
melaksanakanasuhan keperawatan pada lansia dengan baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA

Martono, Hadi.,&Dharmojo, Boedhi.(1999).Geriatri.Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia.

Kurniadi,Rizki(2013).Asuhan Keperawatan Aplikasi Nanda, diunduh pada tanggal 26


September 2014

Amien(2013).Askep Lansia dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler, diunduh pada tanggal


26 September 2014

Healty(2013).Askep Gangguan System Kardiovaskuler, diunduh pada tanggal 26 September


2014

Bandiyah, Siti. 2009. Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nulia Medika

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

You might also like