You are on page 1of 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan provinsi jawa barat


2.1.1 Rencana strategis pembangunan kesehatan provinsi jawa barat
Tujuan, sasaran, indikator dan target Dinas Kesehatan Tahun 2014 –
2018
Tujuan Sasaran Indikator Target

2014 2015 2016 2017 2018

1. Meningk Persenta 38% 40% 55% 60% 65%


terwuju atnya se rumah
dnya kemandir tangga
kemandi ian yang
rian masyarak berperila
masyara at untuk ku hidup
kat hidup bersih
untuk sehat dan
mencap sehat (
ai PHBS)
kualitas Persenta 51,9% 63% 66,7% 74,1% 81%
lingkun se Desa
gan Siaga
yang Aktif
sehat Meningk Persenta 58 58,5 59 59,5 60
serta atnya se
Perilaku kualitas pendudu
Hidup penyehat k yang
Bersih an memiliki

6
dan lingkung akses
Sehat an terhadap
air
minum
yang
berkualit
as
Persenta 52,5 53 53,5 54 55
se
pendudu
k yang
menggun
akan
jamban
sehat
2. Menurun Ratio 91/100 90/100 89/100 88/100 87/100
Tercapa nya ratio kematian .000 .000 .000 .000 .000
inya kematian ibu KH KH KH KH
pelayan ibu dan
Ratio 4/1000 6/1000 5,8/10 5,6/10 5,8/10
an bayi
kematian KH KH 00 KH 00 KH 00 KH
kesehata
bayi
n yang
Prevelan 0,62 0,6 0,58 0,56 0,54
berkuali
si gizi
tas
buruk
Cakupan 80% 85% 86% 87% 88%
persalina
n oleh
tenaga

7
kesehata
n
Meningk Persenta 89% 90% 91% 92% 93%
atnya se
upaya desa/kel
pencegah urahan
an, yang
pembera mencapa
ntasan, i UCI ≥
pengenda 90%
lian Angka 85% 85% 86% 87% 88%
penyakit keberhas
menular ilan
dan tidak pengobat
menular an Tb
(Treatme
nt
Sucsses
Rate)
Prevalen 34,04 34% 33,06 33,02 29,08
si % % % %
Hiperten
si
Persenta 62,96 70,38 81,48 92,59 100
se
Kab/Kot
a dengan
100%
Puskesm

8
as
melaksa
nakan
pelayana
n
kesehata
n jiwa
3. Meningk Persenta 97,36 100 100
Terpenu atkan se
hinya sumber RSUD
sumber daya terisi
daya kesehata dokter
kesehata n sesuai spesialis
n dengan dasar
standar sesuai
standar
Persetase 52,63 57,89 63,15
RSUD
terisi
dokter
spesialis
penunjan
g sesuai
standar
Jumlah 0 34 64 128 256
Puskesm
as yang
sudah

9
terakredi
tasi
Jumlah 11 21 70 80 90
rumah
sakit
yang
sudah
terakredi
tasi
Jumlah 58 68 78 88 98
rumah
sakit
mampu
memberi
kan
pelayana
n
kesehata
n ibu dan
bayi
sesuai
standar
Persenta 63% 64% 65% 66% 70%
se
ketersedi
aan obat
esensia
di
instalasi

10
farmasi
kabupate
n atau
kota.
Menuju Persenta 50% 60% 65% 70% 80%
universal se
coverage pendudu
JKPM k dengan
jaminan
kesehata
n
4. Terwujud Jumlah 3 2 2 2 2
Terwuju nya dokumen
dnya regulasi regulasi
regulasi dan kebijaka
dan kebijakan n
kebijaka kesehata pembang
n n unan
kesehata kesehata
n n
Meningk Jumlah 1 1 1 1 1
atnya dokumen
data data
kesehata prioritas
n yang bidang
kompreh kesehata
ensif n
provinsi

11
Jawa
Barat

Misi, tujuan, sasaran, strategi, arah dan kebijakan kesehatan pada RPJM
Provinsi Jawa Barat 2013 – 2018
Misi I: Membangun

Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan

Membangun Meningkatnya Menguatkan Penguatan


sumber daya kualitas layanan pemberdayaan pemberdayaan
manusia Jawa Barat kesehatan bagi masyarakat, masyarakat,
yang menguasai semua serta kerjasama dan kerjasama dan
ilmu pengetahuan perluasan akses kemitraan serta kemitraan serta
dan teknologi, layanan yang penyehatan penyehatan
senantiasa terjangkau dan lingkungan lingkungan
berkarya, merata
Menguatkan Penguatan
kompetitif, dengan
pelayanan pelayanan
tetap
kesehatan, kesehatan,
mempertahankan
pencegahan, pencegahan,
identitas dan ciri
pengendalian pengendalian
khas masyarakat
penyakit penyakit
yang santun dan
menular dan menular dan
berbudaya
tidak menular, tidak menular,
gangguan mental gangguan mental
serta gangguan serta gangguan
gizi gizi

Menguatkan Penguatan
pembiayaan dan pembiayaan dan

12
sumber daya sumber daya
kesehatan kesehatan

Menguatkan Penguatan
manajemen, manajemen,
regulasi, regulasi,
teknologi teknologi
informasi informasi
kesehatan dan kesehatan dan
penelitian penelitian
pengembangan pengembangan
kesehatan kesehatan

Berdasarkan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan kesehatan pada


RPJM Provinsi Jawa Barat 2013 – 2018 maka telah ditentukan Strategi dan
Arah Kebijakan Kesehatan pada Renstra Dinas Kesehatan sebagai berikut.
Sasaran, strategi, dan arah kebijakan pada Renstra Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2018
Sasaran Strategi Arah kebijakan

Meningkatnya Menguatkan Penguatan


kemandirian masyarakat pemberdayaan pemberdayaan
Meningkatnya kualitas masyarakat, kerjasama masyarakat, kerjasama
penyehatan lingkungan dan kemitraan serta dan kemitraan serta
penyehatan lingkungan penyehatan lingkungan

Menurunnya ratio Menguatkan pelayanan Penguatan pelayanan


kematian ibu dan bayi kesehatan, pencegahan, kesehatan, pencegahan,

13
Meningkatnya upaya pengendalian penyakit pengendalian penyakit
pencegahan, menular dan tidak menular dan tidak
pemberantasan, menular, gangguan menular, gangguan
pengendalian, penyakit mental serta gangguan mental serta gangguan
menular dan tidak gizi gizi
menular
Meningkatnya sumber Menguatkan Penguatan pembiayaan
daya kesehatan sesuai pembiayaan dan dan sumber daya
dengan standar sumber daya kesehatan kesehatan

Terwujudnya regulasi dan Menguatkan Penguatan manajemen,


kebijakan kesehatan manajemen, regulasi, regulasi, teknologi
teknologi informasi informasi kesehatan
kesehatan dan dan penelitian
penelitian pengembangan
pengembangan kesehatan
kesehatan

2.2 Kebijakan pemerintah dalam pembangunan kesehatan BPJS/JKN


2.2.1 Program pembiayaan kesehatan BPJS/JKN
Penyelenggaraan Program JKN mengintegrasikan fungsi pembiayaan pelayanan
kesehatan dan fungsi penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi pelayanan
kesehatan perorangan. Ilustrasi mekanisme penyelenggaraan JKN diuraikan di
bawah ini.

1. FUNGSI PEMBIAYAAN

Fungsi pembiayaan pelayanan kesehatan perorangan dalam Program JKN


dilaksanakan oleh Peserta, BPJS Kesehatan, dan Pemerintah. Fungsi pembiayaan
mencakup pendaftaran dan pembayaran iuran, pengumpulan iuran, penggabungan
seluruh iuran di BPJS Kesehatan, dan pengelolaan dana yang terkumpul untuk

14
pembelian dan pembayaran Fasilitas Kesehatan,pencadangan dana, serta
pengembangan aset dan investasi. BPJS Kesehatan secara aktif mengumpulkan
iuran dari Peserta (collecting) kemudian menggabungkan seluruh iuran Peserta
(pooling) dan mengelolanya (purchasing and investing) dengan cermat, hati-hati,
transparan, efisien dan efektif untuk sebesar-besarnya kepentingan perlindungan
kesehatan Peserta.

1A. PENGUMPULAN IURAN DAN PEMUSATAN DANA

Program JKN mewajibkan seluruh penduduk untuk mendaftar menjadi Peserta


JKN dan membayar iuran berkala sepanjang tahun kepada badan penyelenggara
yang bernama BPJS Kesehatan. Kepesertaan wajib dan besaran iuran diatur dalam
peraturan perundangan jaminan sosial, yaitu UU SJSN dan peraturan
pelaksanaannya, antara lain PerPres JK. BPJS Kesehatan wajib menerima
pendaftaran penduduk tanpa kecuali, dan ia tidak diperbolehkan bersikap
diskriminatif. BPJS Kesehatan wajib pula menerima pendaftaran orang miskin
dan tidak mampu. BPJS Kesehatan menerbitkan identitas tunggal untuk setiap
penduduk dan mengelola data kepesertaan peserta sepanjang usia Peserta. Khusus
untuk penduduk miskin dan tidak mampu, Pemerintah mengambil alih kewajiban
mendaftarkan, mengiur dan membayarkan iuran JKN yang menjadi beban orang
miskin dan tidak mampu kepada BPJS Kesehatan. Sumber dana subsidi ini berasal
dari pendapatan Negara, yang salah satu di antaranya bersumber dari pajak
penghasilan penduduk mampu. Dengan cara ini, Program JKN mewajibkan
penduduk untuk mengalihkan risiko finansial yang akan terjadi akibat sakit
kepada BPJS Kesehatan sepanjang mereka terdaftar sebagai Peserta dan
memenuhi kewajiban membayar iuran. Bagi pekerja yang menerima upah,
besaran iuran dihitung berdasarkan besaran pendapatan dan tidak tergantung pada
risiko sakit seseorang. Peserta yang berpendapatan tinggi akan membayar lebih
besar daripada mereka yang berpendapatan rendah. Peserta yang sakit akan
memanfaatkan pelayanan yang lebih banyak daripada mereka yang sehat, tanpa
dibebani kewajiban membayar iuran lebih besar. Bagi pekerja yang tidak

15
menerima upah, terdapat tiga pilihan besaran iuran sesuai dengan kelas perawatan
di rumah sakit. Para pekerja ini bebas memilih besaran iuran JKN. Ketentuan ini
bersifat transisional. Di masa yang akan datang, besaran iuran kelompok pekerja
ini akan dihitung sesuai dengan besaran pendapatan dan ruang perawatan rumah
sakit akan diberlakukan sama bagi seluruh Peserta. Besaran iuran wajib yang
sesuai dengan besaran pendapatan dan tidak dipengaruhi oleh risiko sakit,
menciptakan redistribusi pendapatan dari mereka yang berpendapatan tinggi
kepada mereka yang berpendapatan rendah, serta dari mereka yang sehat kepada
mereka yang sakit. Dengan ketentuan iuran tersebut, tercipta gotong-royong di
antara Peserta JKN,yang merupakan salah satu prinsip utama SJSN dan JKN.
BPJS Kesehatan bertanggung jawab atas ketersediaan dana JKN, sehingga UU
SJSN memberi kewenangan kepada BPJS Kesehatan untuk menegakkan
kepatuhan Peserta supaya mereka membayar iuran dengan tepat jumlah dan tepat
waktu. Untuk menegakkan kepatuhan Peserta, BPJS Kesehatan berwewenang
untuk:

1. Menagih pembayaran iuran;

2. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan

3. Mengenakan sanksi administratif kepada Pekerja atau Pemberi Kerja yang


lalai;

4. Melaporkan Pemberi Kerja yang lalai kepada instansi yangberwewenang.

Selanjutnya, BPJS Kesehatan mengelola seluruh pendapatan iuran yang


terkumpul dari Peserta dan Pemerintah serta sumber lainnya untuk membeli dan
membayar pelayanan kesehatan bagi Peserta JKN. BPJS Kesehatan berhak
mendapatkan dana operasional dari iuran yang dikumpulkan untuk pengelolaan
dana JKN. Untuk keberlangsungan program JKN dalam jangka panjang, BPJS
Kesehatan mencadangkan, menginvestasikan, dan mengembangkan sebagian
dana sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan SJSN. Pemerintah dapat

16
melakukan tindakan-tindakan penyehatan keuangan BPJS Kesehatan bila terjadi
ancaman terhadap kesinambungan penyelenggaraan Program JKN.

1B. PEMBELIAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENGELOLAAN


ASET

BPJS Kesehatan membeli pelayanan kesehatan secara aktif, tidak sekedar


mengganti kwitansi belanja pengobatan Peserta. Artinya, BPJS Kesehatan
merencanakan kebutuhan belanja kesehatan seluruh Peserta per tahun sesuai
dengan asumsi risiko, menegosiasikan tarif pelayanan di suatu wilayah dengan
Asosiasi Fasilitas Kesehatan, membayar fasilitas kesehatan sesuai kinerja, dan
menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya. BPJS Kesehatan membayar
Fasilitas Kesehatan dengan prinsip berbagi risiko finansial dengan Fasilitas
Kesehatan secara prospektif. BPJS Kesehatan membayar Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama di muka untuk satu populasi Peserta yang terdaftar, yang dikenal
dengan pembayaran model kapitasi. Sedangkan untuk Fasilitas Kesehatan tingkat
lanjutan, BPJS Kesehatan membayar tagihan dengan mengacu pada tarif INA-
CBGs. Kementerian Kesehatan menetapkan besaran tertinggi kapitasi dan tarif
INA-CBGs. Untuk kasus-kasus yang belum dapat dibayar dengan kedua model
pembayaran tersebut, BPJS Kesehatan diberi kewenangan untuk membayar
Fasilitas Kesehatan dengan mekanisme lain.

2.2.2 Program keluarga sehat/Germas

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan


sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh
komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat
untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari
keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang
membentuk kepribadian.
GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, Mengonsumsi
sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa

17
kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan Menggunakan jamban.
Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga
kegiatan, yaitu:
1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari,
2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan
3) Memeriksakan kesehatan secara rutin.
Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, dilakukan saat
ini juga, dan tidak membutuhkan biaya yang besar, tutur Menkes.GERMAS
merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang
mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya
kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam
memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk menyukseskan GERMAS, tidak bisa
hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja. Peran Kementerian dan
Lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang peran serta
seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam
mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk
berperilaku sehat; serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam
menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya. Salah satu dukungan nyata lintas sektor untuk suksesnya
GERMAS, diantaranya Program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berfokus pada
pembangunan akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni, yang
merupakan infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal keamanan pangan.
Dalam kehidupan sehari-hari, praktik hidup sehat merupakan salah satu wujud
Revolusi Mental. GERMAS mengajak masyarakat untuk membudayakan hidup
sehat, agar mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat.
Untuk itu, Pemerintah RI diwakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan RI, Puan Maharani, mencanangkan GERMAS pada 15

18
November 2016 di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Tidak hanya di Bantul,
GERMAS juga dicanangkan di sembilan wilayah lainnya, yaitu: Kabupaten
Bogor (Jawa Barat), Kabupaten Pandeglang (Banten), Kota Batam (Kepulauan
Riau), Kota Jambi (Jambi), Surabaya (Jawa Timur), Madiun (Jawa Timur), Pare-
pare (Sulawesi Selatan), Kabupaten Purbalingga (Jawa Tengah), Kabupaten
Padang Pariaman (Sumatera Barat).
Pencanangan GERMAS menandai puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN) ke-52 yang jatuh pada 12 November 2016. Tahun ini, HKN ke-52
mengusung tema Indonesia Cinta Sehat dengan sub tema Masyarakat Hidup
Sehat, Indonesia Kuat. Tema ini harus dimaknai secara luas, seiring dengan
Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga melalui gerakan
masyarakat hidup sehat (GERMAS). Secara khusus, GERMAS diharapkan dapat
meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat,
meningkatkan produktivitas masyarakat, dan mengurangi beban biaya kesehatan.

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan kesehatan pada
RPJM Provinsi Jawa Barat 2013 – 2018 maka telah ditentukan Strategi dan Arah
Kebijakan Kesehatan pada Renstra Dinas Kesehatan. Adapun berbagai kebijakan
pemerintah dalam pembangunan kesehatan diantaranya adalah program
pembiayaan kesehatan BPJS/JKN dan Program Indonesia Sehat dengan
pendekatan keluarga melalui gerakan masyarakat hidup sehat yang dikenal
dengan Germas.

3.2 Saran
Diharapkan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan kesehatan pada RPJM
Provinsi Jawa Barat mampu meningkatkan kualitas pelayanan. Dan diharapkan
untuk dapat lebih meneliti masalah-masalah kesehatan yang bersifat sosial
masyarakat yang cukup berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat secara luas.

1
DAFTAR PUSTAKA

DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT, 2016. Laporan Kinerja


Instansi Pemerintah (LKIP) . file:///C:/Users/USER-
PC/Downloads/lakip_Dinkes_2016.pdf diakses 1 November 2018.

Putri, Asih Eka, Cetakan I, September 2014. Jakarta : Friedrich-Ebert-Stiftung,


Kantor Perwakilan Indonesia. Paham JKN Jaminan Kesehatan Nasional

You might also like