You are on page 1of 4

BANTUAN HIDUP DASAR (BASIC LIFE SUPPORT)

Bantuan hidup adalah usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang
mengancam nyawa. Bila usaha bantuan hidup ini dilakukan tanpa memakai cairan intra vena, obat atau pun kejutan listrik maka dikenal
dengan sebutan Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau Basic Life Support (BLS). Sebaliknya bila bantuan hidup dilakukan dengan
menggunakan obat atau kejutan listrik dikenal dengan sebutan Bantuan Hidup Lanjut (BHL) atau Advanced Live Support (ALS) (YAGD 118,
2010).
Indikasi BHD

Henti Nafas dan Henti Jantung

Tujuan BHD

1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya penafasan


2. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi pada pasien yang mengalami henti jantung atau henti nafas melalui
Resusitasi Rantung Paru (RJP)

Resusitasi Jantung Paru (Cardio Resisitasi Pulmonal)

Resusitasi Jantung Paru (RJP) merupakan salah satu usaha untuk mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami
keadaan yang mengancam nyawa, sehingga harus secepatya dilakukan.

Note :

Keterlambatan Kemungkinan Berhasil

1 menit 98 dari 100

4 menit 50 dari 100

10 menit 1 dari 100

Prinsif BHD (AHA, 2010)

1. Immadiate recognition of sussen cardiac arrest (SCA)


2. Activation of emergency respone system
3. Eraly cardiopulmonary resuscitation
4. Rapid defibrillation if indicated

Langkah-langkah BHD
1. Kenali henti jantung (recognition of arres)
Segera setelah aman  nilai respon klien dengan menepuk bahu “Are you all right”. Hati-hati kemungkinan trauma leher
dan jangan pindahkan atau mobilisasi pasien, bila tidak perlu.
2. Aktipkan EMS (Activate Emergency Medical Servces)
Aktifkan system emergency atau panggil bantuan tim pertolonngan atau ambulan.
3. Periksa nadi (Cheks Pulse)
Tentukan ada tidaknya nadi dalam waktu < 10 menit
Rekomendasi AHA, 2010 :
a. Cirkulasi lebih prioritas dibandingkan airway dan breating
b. Sering sulit dideteksi  jika > 10 detik  mulai kompresi dada
c. Tidak menekankan pemeriksaan nadi sebagai mekanisme untuk menilai henti jantung  karena penolong sering mengalami
kesulitan mendeteksi nadi.
d. Penolong awam tidak harus memeriksa denyut nadi, anggap cardiac arrest jika pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bernafas
atau napas tp tidak normal (hanya gasping)
e. Jika nadi tidak ada muli lakukan siklus 30 komprosi dan 2 ventilasi, tetapi jika nadi ada beri 1 ventilasi tiap 5-6 detik (8-
10x/menit) dan evaluasi nadi tiap 2 menit.
4. Konpresi dada (Ches Compressions)
Memperrbaiki posisi pasien supine di atas permukaan yang keras dan datar dan penolong berlulut disamping klien (out of
hospital) atau berdiri disamping tempat tidur (in hospital). Bila di tempat tidur, sebelum kompresi : angkat kasur tempat
tidur atau pasang backboard/ papan resusitasi.
5. Membuka Jalan nafas (Airway)
Gunakan head tilt-chin lift untuk membuka jalan nafas pada pasien tanpa ada trauma kepala dan leher dan gunakan jaw trust
untuk suspek cedera servikal.
6. Nafas bantuan (Breathing)
a. Pemberian dilakukan sesui tidal volume
b. Rasio kompresi dan ventilasi 30 : 2
c. Ventilasi berikan 10-12 x / menit dan 8-10 x permenit seletah masien dipasang intubasi.

Gambar 2. RJP pada dewasa


RJP diberikan dengan High-Quality CPR (AHA, 2010)
1. Rate at least 100/ min
Kecepatan kompresi adekuat 100 x atau lebih / menit.
2. Compression depth at least 2 inches (5 cm)
Kedalaman pada dewasa 5 cm dan pada anak 3-4 cm
3. Allow complete chest recoil after each compression
Memungkinkan full ches recoil setelah dilakukan kompresi
4. Minimize interruptions in chest compression
Minimalkan terjadinya gerakan atau mobilisasi lebih dari 10 detik
5. Avoid excessive ventilation
Hindari memberikan ventilasi yang berlebihan pada saat memerikan nafas buatan.

Gambar 3. RJP pada anak

RJP dihentikan
1. Kembalinya sirkulasi dan ventilasi spontan
2. Ada yang lebih bertanggung jawab
3. Penolong lelah atau sudah lebih dari 30 menit tidak ada respon
4. Adanya DNAR
5. Tanda kematian yang ireversibel

RJP tidak dilakukan/DNAR (Do Not Attempt Resescitation)


1. Tanda kematian (rigor mortis)
2. Sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek dengan terapi maksimum
3. Bila menolong korban akan membahayakan penolong

Komplikasi RJP
1. Nafas Buatan  menimbulkan : inflasi gaster, regurgitasi dan mengurangi volume atau hiper ventilasi.
2. Bila terjadi inflasi gaster  perbaiki jalan nafas, hidari tidal volum yang besar dan laju nafas yang cepat.
3. Fraktur iga dan sternum (sering terjadi terutama pada orang tua)
4. RJP tetap dilakukan walaupun terasa ada fraktur iga (posisi tangan salah)
Laserasi hati dan limpa  posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan prosesus xipoideus kea rah hepar/ limpa

BAGAN RJP
MANUVER DEWASA ANAK 1 TAHUN- BAYI USIA DI BAWAH 1
ADOLESCENT TAHUN
Airway Head Till Chin Lift pada penderita non-trauma, Jaw Thrust dan Chin Lift pada penderita
curiga trauma cervical.
Breathing (tiupan awal) 2x tiap satu detik
Nafas bantuan tanpa 10-12x per menit 12-20x per menit
kompresi dada
Napas bantuan dengan 8-10x per menit
airway definitive
Sumbatan jalan nafas Abdominal Thust Back Blows dan Chest
karena benda asing Trust
Sirkulasi : periksa nadi Nadi carotis Brachiais atau Femoralis
Titik kompresi dada Pertengahan sternum Diantara papillae mamae
Metode kompresi Menggunakan tumit tangan Menggunakan satu tangan Menggunakan dua ibu jari
Tekan dengan keras dan (dua tangan) dengan posisi tangan
cepat melingkari tubuh bayi
Kedalaman kompresi 1,5 – 2 inch, 4-5 cm + 1/3 – ½ dada
Jumlah kompresi + 100 / menit
(Compression rate)
Rasio kompresi : ventilasi Satu atau dua penolong Satu penolong 30 : 2
30 : 2 Dua penolong 15 : 2

You might also like