You are on page 1of 35

ASKEP ATRESIA ANI

www.trinoval.web.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah
Nya kami dapat menyelesaikan tugas terstruktur yang berjudul “KONSEP DASAR DAN
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ANI” dengan baik dan tanpa halangan sedikitpun.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang
diampu oleh Ibu Ruti Wiyati, SKep, Ns.

Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
ijinkan penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Ruti Wiyati, SKep, Ns selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak.
2. Petugas perpustakaan yang telah memberi kemudahan pada kami untuk mencari bahan
referensi
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah memberi dukungan
baik secara moril maupun materiil.

Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak kekurangannya, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Sehingga dalam
pembuatan makalah yang selanjutnya akan lebih baik lagi.

Puwokerto, April 2008


Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I : KONSEP DASAR..................................................................................................1

1. Pengertian................................................................................................................1
2. Etiologi.....................................................................................................................2
3. Manifestasi klinis.....................................................................................................2
4. Patofisiologi.............................................................................................................3
5. Pathway....................................................................................................................4
6. Komplikasi...............................................................................................................5
7. Klasifikasi................................................................................................................5
8. Pemeriksaan penunjang...........................................................................................7
9. Penatalaksanaan.......................................................................................................7
BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................11

1. Pengkajian..............................................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................12
3. Intervensi................................................................................................................12
4. Evaluasi..................................................................................................................19

BAB III : PENUTUP.........................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................22

ii

KONSEP DASAR

1. Pengertian
 Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga
clausura.Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau
buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau
terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi
pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya
dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus _remature_e.Jika atresia terjadi maka
hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan
normalnya.
 Atresia Ani adalah kelainan bawaan yang harus segera ditangani dan sesungguhnya dapat
dicegah oleh ibu hamil dan dapat diobati dengan penanganan yang serius dan sesuai
prosedur agar jumlah penderita dapat ditekan yang kini telah mencapai 4000 kelahiran
hidup yang sebagian besar bayi dengan kelainan bentuk anurectum lahir dalam keadaan
_remature. Istilah atresia berasal dari Bahasa Yunani yaitu a yang berarti tidak ada dan
trepsis yang artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu
keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.Dengan kata lain, tidak
adanya lubang di tempat yang seharusnya berluang atau buntunya saluran atau rongga
tubuh. Kelainan ini terjadi bisa karena dibawa sejak lahir atau terjadi kemudian karena
proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran
tubuh, misalnya atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur, atresia hymenalis yaitu tidak
berlubangnya selaput dara, atresia saluran empedu, atresia saluran pencernaan bagian atas
(esofagus), dan lain-lain.
 Atresia ani adalah kelainan urogenital yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan fusi
dan pembentukan anus dari benjolan embriogenic.(Mansjoer,Arif;2000).

1
2. Etiologi

Atresia ani atau anus imperforata dapat disebabkan karena:


1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur

2. Gangguan organogenesis dalam kandungan

3. Berkaitan dengan sindrom down

4. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan


5. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian
distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia
kehamilan.

Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan embrional dan fetal yang
dipengaruhi berbagai faktor seperti : faktor genetik,faktor kromosom,faktor mekanis,faktor
hormonal,faktor obat,faktor radiasi,faktor gizi dan gangguan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik.Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rektum,sfingter dan otot-
otot dasar panggul.Namun demikian,pada agenesis anus,sfingter intern mungkin tidak
memadai.Kelainan bawaan rektum dan sinus urorektal ysehingga biasanya disertai gangguan
perkembangan septum urorektal yang memisahkan.

3. Manifestasi Klinis

Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau anus imperforata terjadi dalam waktu 24-48
jam. Gejala itu dapat berupa:

1. Perut kembung

2. Muntah

3. Tidak bisa buang air besar


4. Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak serta terbalik dapat dilihat sampai dimana
terdapat penyumbatan.

5. Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja yang
menyerupai pita).

6. Perut membuncit.

4. Patofisiologi

Anus dan rektum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka. Pertumbuhan ke
dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan rektum
di sebelah dorsal dari saluran kencing di sebelah ventral. Kedua sistem (rektum dan saluran
kencing) menjadi terpisah sempurna pada umur kehamilan minggu ke-7. Pada saat yang
sama, bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang eksterna,
sedangkan bagian anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada kehamilan minggu ke-
8. Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai stase menimbulkan suatu
spektrum anomali, kebanyakan membran saluran usus bawah dan bangunan genitourinaria.
Hubungan yang menetap antara bagian bawah dan bagian rektum kloaka menimbulkan
fistula. ( Behram,2000)
3

5. Pathway

Struktur embriologi kloaka

Anus dan rectum


Pertumbuhan ke dalam sebelah lateral

Membentuk septum urorektum pada kehamilan minggu ke-7

Urogenital kloaka Anus tertutup Terbuka pada kehamilan

mengalami pembukaan membran minggu ke-8

Gangguan perkembangan struktur anorektal

Atresia ani

Letak tinggi Letak rendah

Colostomi sementara dilatasi digital 1-2 bulan

Transvercolostomy Sigmoidostomy Penutupan colostomy

Kerusakan integritas kulit Luka Peningkatan kerentanan terhadap bakteri

Resiko terhadap infeksi


Pasca anestesi Pembatasan diet/puasa Peningkatan kebutuhan Imobilitas

protein dan vitamin

Penurunan

peristaltik Mual dan muntah Ketidakseimbangan Nutrisi Intoleransi

kurang dari tubuh aktivitas

Konstipasi

Nyeri akut Kurang pengetahuan

6. Komplikasi

1. Atresia ani tipe rendah

Karena pengelolaan atresia ani tipe rendah tidak begitu kompleks. Adapun komplikasi yang
mungkin muncul pada pengelolaan atresia ani tipe rendah :

1. Pembentukan abses.
2. Striktur anal.

2. Atresia ani tipe tinggi

a. Striktur anal

Dapat berkembang anoplasti/rektoplasti anus yang baru harus dilatasi secara teratur selama
beberapa bulan.

b. Pengelupasan rektum

Hal ini terjadi akibat ischemia.


c. Komplikasi dari colostomy

Prolaps kolon/ obstruksi intestinal.

d. Komplikasi urinarius

Inkontinensia dari infeksi traktus urinarius.

7. Klasifikasi

Atresia ani dapat dikelompokkan menjadi beberapa tipe :


1. TIPE PERTAMA (1): Saluran anus atau rektum bagian bawah mengalami stenosis dalam
berbagai derajat.

2. TIPE KEDUA (2): Terdapat suatu membran tipis yang menutupi anus karena menetapnya
membran anus

3. TIPE KETIGA (3): Anus tidak terbentuk dan rektum berakhir sebagai suatu suatu

kantung yang buntu terletak pada jarak tertentu dari kulit di daerah anus yang seharusnya
terbentuk (lekukan anus)

4. TIPE KEEMPAT (4): Saluran anus dan rektum bagian bawah membentuk suatu kantung
buntu yang terpisah, pada jarak tertentu dari ujung rektum yang berakhir sebagai kantung
buntu.
5. Kelainan yang berdasarkan hubungan antara bagian terbawah rektum yang normal dengan
otot puborektalis yang memiliki fungsi sangat penting dalam proses defekasi, dikenal sebagai
klasifikasi melboume.

6. Kelainan letak rendah Rektum telah menembus "lebator sling" sehingga sfingter ani
internal dalam keadaan utuh dan dapat berfungsi normal
contohnya berupa stenosis anus (tertutupnya anus oleh suatu membran tipis yang seringkali
disertai fistula anokutaneus dan anus ektopikyang selalu terletak dianterior lokasi anus yang
normal).

7. Rektum berupa kelainan letak tengah

Di daerah anus seharusnya terbentuk secara lazim terdapat lekukan anus (anal dimple) yang
cukup dalam. Namun,pada kelainan yang jarang ditemukan ini sering terdapat fistula
rektouretra yang menghubungkan rektum yang buntu dengan uretra pars bulbaris.

8. Kelainan letak tinggi

Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki, sebaliknya kelinan letak redah
sering ditemukan pada bayi perempuan. Pada perempuan dapat ditemukan fistula -and
kutaneus, fistula rektoperinium dan fistula rektovagina. Sedangkan pada laki-laki dapat
ditemukan dua bentuk fistula yaitu fistula ektourinaria dan fistula rektoperineum.
Fistula ini menghubungkan rektum dengan kandung kemih pada daerah trigonum vesika.
Fistula tidak dapat dilalui jika mekonoium jika brukuran sangat kecil, sedangkan fistula dapat
mengeluarkan mekonium dalam rektum yang buntu jika berukuran cukup besar. Oleh karena
itu, dapat terjadi kelainan bentuk anorektum disertai fistula.

9. Kelainan bawaan anus juga dapat disebabkan gangguan pertumbuhan dan fusi
10.Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital.

( www.google.com)
6
Klasifikasi atresia ani :

1. Atresia ani tipe rendah.

Suatu kedaan dimana usus bagian dorsal melewati musculus levator ani, dengan terdapat
sfingter ani internus dan eksternus yang berkembang baik dan fungsi normal.

2. Atresia ani tipe tinggi.

Suatu keadaan dimana usus berakhir di sebelah proksimal musculus puborektalis tanpa
sfingter ani internus tidak berhasil dalam menahan defikasi rektum.

8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan atresia ani menurut Syamsuhidayat (1997) :

1. Pemeriksaan radiologi invertogram

Yaitu tehnik pengembalian foto untuk menilai jarak pungtum distal rektum terhadap mara
anus di kulit peritonium.

Pada tehnik ini, bayi diletakkan terbalik (kepala di bawah ) atau tiduer dengan sinar
horisontal diarahkan ke tronchanter mayor sehingga dapat dilihat sampai dimana terdapat
penyumbatan. Foto ini dilakukan setelah bayi berumur lebih dari 24 jam, karena pada
usia tersebut dalam keadaan normal seluruh traktus digestivus sudah berisi udara (bayi
dibalik selama 5 menit). Invertogram ini dilakukan pada bayi tanpa fistula.

2. Pemeriksaan urine.
Pemeriksaan urine perlu dilakukan untuk mengetahui apakah mekonium di dalamnya
sehingga fistula dapat diketahui lebih dini.

9. Penatalaksanaan

Pada kasus atresia ani atau anus imperforata ini pengobatannya dilakukan dengan jalan
operasi. Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto
Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien.
Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through
(APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut.

Penanganan secara preventif antara lain:

1.Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadap
obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia anin.
2.Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari
tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja akan
tertimbun hingga mendesak paru-parunya.

3.Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.

REHABILITASI dan PENGOBATAN

1. Melakukan pemeriksaan colok dubur

2. Melakukan pemeriksaan radiologik

pemeriksaan foto rontgen bermanfaat dalam usaha menentukan letak ujung rectum yang
buntu setelah berumur 24 jam, bayi harus diletakkan dalam keadaan posisi terbalik sellama
tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit ekstensi lalu dibuat foto pandangan
anteroposterior dan lateral setelah petanda diletakkan pada daerah lakukan anus.
3. Melakukan tindakan kolostomi neonatus tindakan ini harus segera diambil jika tidak ada
evakuasi mekonium.

4. Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi
hegar, atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi
sendiri dirumah dengan jari tangan yang
dilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai
keadaan normal.

5. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada
anus yang baru pada kelainan tipe dua.

6. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada
masa neonatus

8
7. Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain: operasi abdominoperineum pada usia (1
tahun)operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-12 bulan)
pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)

8. Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan dengan operasi
"abdominal pull-through".

Manfaat kolostomi adalah antara lain:

a.mengatasi obstruksi usus

b.memungkinkan pembedahan rekonstruktif untuk dikerjakan dengan lapangan operasi yang


bersih

c.memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha
menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.

Penatalaksanaan menurut Markum (1996) dan Syamsuhidayat (1997) :

1. Atresia ani tipe rendah

Indikasi : jika dalam pemeriksaan masih dijumpai sfingter ani internus dan eksternus serta
usus bagian dorsal masih melewati musculus levator ani.

Pengelolaan : pengelolaan atresia ani tipe rendah yang dapat merupakan stenosis anus hanya
membutuhkan dilatasi membran anus yang tipis, mudah dibuka segera setelah lahir.

2. Atresia ani tipe tinggi

Indikasi : jika pada pemeriksaan tidak dijumpai sfingter ani internus dan usus berakhir di
sebelah proksimal musculus puborektalis.
Pengelolaan :

a. Tahap pertama ( masa neonatus).

Dilakukan tindakan operasi colostomy. Colostomy tidak boleh melewati 3 hari setelah
lahir, dikhawatirkan mengancam jiwa bayi tersebut.

Tindakan operatif bertujuan untuk pengalihan feses sementara dan untuk mengoreksi
deformitas rectal.

Ada 2 tempat colostomy yang dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi yaitu
transversum colostomy (colostomy di kolon transversum) dan sigmoidostomi (colostomy
di colon sigmoid).

b. Tahap ke dua ( usia 6-12 bulan ).

Dilakukan tindakan operasi yang bersifat definitif dengan prinsip pengobatan operatif
posterior sagital anorektoplasi (PSARP). Posisi anus yang tepat di daerah sfingter
eksternus dan posisi anatomi usus pada penyangga puborektal.

Jadi ini tindakan PSARP tindakan membuat anus buatan atau tindakan memperbaiki anus
dan rektum supaya dapat berfungsi sebagaimana layaknya.

c. Tahap ke tiga
Tindakan operatif tahap ketiga dilakukan minimal 3 bulan setelah PSARP. Tindakan pada
tahap ini adalah untuk menutup colostomy tahap pertama (operasi penutupan colostomy).

10
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ATRESIA ANI

1. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Pada Anak
 Kaji biodata pasien
 Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir
 Kaji adanya pasase mekonium, perhatikan bila mekonium tampak pada
orifisium yang tidak tepat.
 Kaji feses yang seperti korban pada bayi yang lebih besar atau anak kecil
yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi abdomen
 Kaji adanya tinja dalam urine dan vagina

 Pengkajian Pada Orang Tua

 Kaji riwayat kehamilan


 Kaji riwayat infeksi
 Kaji psikososial keluarga
 Kaji pengetahuan keluarga

1. Pemeriksaan Fisik

 Periksa keadaan anus

Adanya malformasi anorektal tidak terbentuk anus.

 Perikasa ada atau tidaknya pistula rektovaginal dan fistula rekburetra

Pada pengkajian kperawatan pasien dengan atresia ani akan ditemukan data-data
sebagai berikut :
o Penyumbatan anus (anus tidak normal)
o Adanya kembung dan muntah pada 24-28 jam setelah lahir
o Pada bayi laki-laki dengan fistula urinary didapatkan mekonium pada urine dan
pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium dalam
vagina
o Pada pemeriksaan fisik (dengan memasukkan jari kelingking dengan memakai
sarung tangan atau juga dengan memasukkan thermometer sepanjang ± 2cm)
tidak ditemukan anus secara bormal
o Adanya berbagai bentuk seperti stinosis rectum yang lebih rendah atau juga pada
anus
o Membrane anus yang menetap
o Adanya fistula antara rectum dan tractus urinaria
o Adanya fistula antara rectum, vagina atau perineum pada perampuan

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pra bedah
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan paparan
2. Pasca bedah
1. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op
colostomy
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
mencerna makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
immobilisasi.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
adanya insisi pembedahan

3. INTERVENSI
1. Pra bedah

 Dx 1 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui


rute abnormal.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan kebutuhan cairan dan elektrolit pasien adekuat.

NOC : Fluid Balance

Kriteria Hasil :

 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normal

12

 TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal


 Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan

Keterangan skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan.

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan

5 : Selalu menunjukkan

NIC : Fluid Management

Intervensi :

 Timbang popok / pembalut jika diperlukan


 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
 Minitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
ortostatik)
 Monitor TTV
 Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
 Kolaborasi pemberian cairan IV
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Tawarkan snack / jus buah segar
o Dx 2 : Kurang pengetahuan berhubunagn dengan keterbatasan paparan.

Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.

NOC : Knowledge : Disease Process

Kriteria Hasil :

 Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

13
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah dilakukan

2 : Jarang dilakukan

3 : Kadang dilakukan

4 : Sering dilakukan

5 : Selalu dilakukan

NIC : Teaching : Disease Process

Intervensi :

 Jelaskan patofisiolagi dari penyakit


 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara yang benar
 Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
 Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang dan proses pengontrolan penyakit

2. Pasca bedah

 Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan trauma


post op colostomy.

Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan pasien tidak mengalami tanda-tanda infeksi.

NOC : Knowledge : Infection Control


Kriteria Hasil :

 Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi


 Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal

14

 Menunjukkan perilaku hidup sehat

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah dilakukan

2 : Jarang dilakukan

3 : Kadang dilakukan

4 : Sering dilakukan

5 : Selalu dilakukan

NIC : Infection Control

Intervensi :

 Batsi pengunjung bila perlu


 Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
 Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
 Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
 Tingkatkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotic bila perlu

 Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera


fisik

Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan nyeri berkurang / hilang.

NOC : Pain Control

Kriteria Hasil :

 Mengenal faktor penyebab


 Mengenal serangan nyeri
 Gunakan tindakan preventif
 Gunakan tindakan pertolongan non analgetik
 Gunakan analgetik yang tepat

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah dilakukan 4 : Sering dilakukan

2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan

3 : Kadang dilakukan

15

NIC : Pain Management

Internevsi :
 Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
 Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan
 Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan
pencegahan
 Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
 Berikan analgetik sesuai anjuran
 Tingkatkan tidur istirahat yang cukup
 Monitor kenyamanan pasien terhadap management nyeri
 Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri

 Dx 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari


kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
dalam mencerna makanan

Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.

NOC : Nutritional Status

Kriteria Hasil :

 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan


 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan

2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan


3 : Kadang menunjukkan

16

NIC : Nutrition Management

Intervensi :

 Kaji adanya alergi makanan


 Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien

 Dx 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan


immobilisasi.

Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan tidak terjadi intoleransi aktivitas.

NOC : Activity Tolerance

Kriteria Hasil :

 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD,Nadi,RR.


 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.
Keterangan Skala :

1 : Tidak dilakukan sama sekali.

2 : Jarang dilakukan

3 : Kadang dilakukan

4 : Sering dilakukan

5 : Selalu dilakukan

NIC : Activity Theraphy

Intervensi :

 Kolaborasi dengan tenaga rehabilitas medik dalam merencanakan program terapi yang
tepat.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan.
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
 Bantu klien membuat jadwal latihan di waktu luang.

 Dx 5 : Kerusakan integritas kulit berhubungan


dengan adanya insisi pembedahan

Tujuan : Setelah dilakuakn tindakan keperawatan selama proses keperawatan


diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.

NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Kriteria Hasil :

 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan


 Tidak ada luka / lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

Keterangan Skala :

1 : Tidak pernah menunjukkan.

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan

5 : Selalu menunjukkan

NIC : Pressure Management

Intervensi :

 Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar


 Hindari kerutan pada tempat tidur
 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
 Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
 Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekan
 Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat
18

4. EVALUASI

1. Pra bedah
 Dx 1

Kriteria Hasil :

 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normal
(skala 5)
 TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal (skala 5)
 Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan (skala 5)

 Dx 2

Kriteria Hasil :

 Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan (skala 5)
 Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar (skala
5)
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya (skala 5)

2. Pasca bedah

o Dx 1

Kriteria Hasil :

 Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi (skala 5)


 Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya (skala 5)
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi (skala 5)
 Jumlah leukosit dalam batas normal (skala 5)
 Menunjukkan perilaku hidup sehat (skala 5)

o Dx 2

Kriteria Hasil :

 Mengenal faktor penyebab (skala 5)


 Mengenal serangan nyeri (skala 5)

19

 Gunakan tindakan preventif (skala 5)


 Gunakan tindakan pertolongan non analgetik (skala 5)
 Gunakan analgetik yang tepat (skala 5)

o Dx 3

Kriteria Hasil :

 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan (skala 5)


 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan (skala 5)
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi (skala 5)
 Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (skala 5)

o Dx 4

Kriteria Hasil :

 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan TD,Nadi,RR (skala 5)


 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri

(skala 5).
o Dx 5

Kriteria Hasil :

 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (skala 5)


 Tidak ada luka / lesi pada kulit (skala 5)
 Perfusi jaringan baik (skala 5)
 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang (skala 5)
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
(skala 5)

20

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

 Atresia Ani adalah kelainan bawaan yang harus segera ditangani dan sesungguhnya dapat
dicegah oleh ibu hamil dan dapat diobati dengan penanganan yang serius dan sesuai
prosedur agar jumlah penderita dapat ditekan yang kini telah mencapai 4000 kelahiran
hidup yang sebagian besar bayi dengan kelainan bentuk anurectum lahir dalam keadaan
premature. Istilah atresia berasal dari Bahasa Yunani yaitu a yang berarti tidak ada dan
trepsis yang artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu
keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.Dengan kata lain, tidak
adanya lubang di tempat yang seharusnya berluang atau buntunya saluran atau rongga
tubuh. Kelainan ini terjadi bisa karena dibawa sejak lahir atau terjadi kemudian karena
proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran
tubuh, misalnya atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur, atresia hymenalis yaitu tidak
berlubangnya selaput dara, atresia saluran empedu, atresia saluran pencernaan bagian atas
(esofagus), dan lain-lain.
 Atresia ani atau anus imperforata dapat disebabkan karena:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur

2. Gangguan organogenesis dalam kandungan

3. Berkaitan dengan sindrom down


21

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doengoes,M.E. 1999. Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan


Pasien. Jakarta : EGC.

Jhonson,Marion,dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC) Edisi 2.


St. Louis ,Missouri ; Mosby.

Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aescullapius.

Markum,AH. 1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : FKUI.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Nelson, Waldo. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC.


Mc Closkey, Joanner. 1996 . Iowa Intervention Project Nursing Intervention Classification
(NIC) Edisi 2. Westline Industrial Drive, St. Louis :Mosby.

Santosa,Budi . 2005 - 2006. Diagnosa Keperawatan NANDA . Jakarta : Prima Medika.


http://dc353.4shared.com/doc/ZFRafql9/preview.html

You might also like