Professional Documents
Culture Documents
www.trinoval.web.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan hidayah
Nya kami dapat menyelesaikan tugas terstruktur yang berjudul “KONSEP DASAR DAN
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ANI” dengan baik dan tanpa halangan sedikitpun.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang
diampu oleh Ibu Ruti Wiyati, SKep, Ns.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
ijinkan penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Ruti Wiyati, SKep, Ns selaku dosen mata kuliah Keperawatan Anak.
2. Petugas perpustakaan yang telah memberi kemudahan pada kami untuk mencari bahan
referensi
3. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah memberi dukungan
baik secara moril maupun materiil.
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun masih banyak kekurangannya, untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Sehingga dalam
pembuatan makalah yang selanjutnya akan lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
1. Pengertian................................................................................................................1
2. Etiologi.....................................................................................................................2
3. Manifestasi klinis.....................................................................................................2
4. Patofisiologi.............................................................................................................3
5. Pathway....................................................................................................................4
6. Komplikasi...............................................................................................................5
7. Klasifikasi................................................................................................................5
8. Pemeriksaan penunjang...........................................................................................7
9. Penatalaksanaan.......................................................................................................7
BAB II : ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................11
1. Pengkajian..............................................................................................................11
2. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................12
3. Intervensi................................................................................................................12
4. Evaluasi..................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................22
ii
KONSEP DASAR
1. Pengertian
Atresia berasal dari bahasa Yunani, a artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga
clausura.Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau
buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau
terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi
pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya
dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus _remature_e.Jika atresia terjadi maka
hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan
normalnya.
Atresia Ani adalah kelainan bawaan yang harus segera ditangani dan sesungguhnya dapat
dicegah oleh ibu hamil dan dapat diobati dengan penanganan yang serius dan sesuai
prosedur agar jumlah penderita dapat ditekan yang kini telah mencapai 4000 kelahiran
hidup yang sebagian besar bayi dengan kelainan bentuk anurectum lahir dalam keadaan
_remature. Istilah atresia berasal dari Bahasa Yunani yaitu a yang berarti tidak ada dan
trepsis yang artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu
keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.Dengan kata lain, tidak
adanya lubang di tempat yang seharusnya berluang atau buntunya saluran atau rongga
tubuh. Kelainan ini terjadi bisa karena dibawa sejak lahir atau terjadi kemudian karena
proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran
tubuh, misalnya atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur, atresia hymenalis yaitu tidak
berlubangnya selaput dara, atresia saluran empedu, atresia saluran pencernaan bagian atas
(esofagus), dan lain-lain.
Atresia ani adalah kelainan urogenital yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan fusi
dan pembentukan anus dari benjolan embriogenic.(Mansjoer,Arif;2000).
1
2. Etiologi
Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan embrional dan fetal yang
dipengaruhi berbagai faktor seperti : faktor genetik,faktor kromosom,faktor mekanis,faktor
hormonal,faktor obat,faktor radiasi,faktor gizi dan gangguan pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik.Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rektum,sfingter dan otot-
otot dasar panggul.Namun demikian,pada agenesis anus,sfingter intern mungkin tidak
memadai.Kelainan bawaan rektum dan sinus urorektal ysehingga biasanya disertai gangguan
perkembangan septum urorektal yang memisahkan.
3. Manifestasi Klinis
Gejala yang menunjukan terjadinya atresia ani atau anus imperforata terjadi dalam waktu 24-48
jam. Gejala itu dapat berupa:
1. Perut kembung
2. Muntah
5. Tidak dapat atau mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium (mengeluarkan tinja yang
menyerupai pita).
6. Perut membuncit.
4. Patofisiologi
Anus dan rektum berasal dari struktur embriologi yang disebut kloaka. Pertumbuhan ke
dalam sebelah lateral bangunan ini membentuk septum urorektum yang memisahkan rektum
di sebelah dorsal dari saluran kencing di sebelah ventral. Kedua sistem (rektum dan saluran
kencing) menjadi terpisah sempurna pada umur kehamilan minggu ke-7. Pada saat yang
sama, bagian urogenital yang berasal dari kloaka sudah mempunyai lubang eksterna,
sedangkan bagian anus tertutup oleh membran yang baru terbuka pada kehamilan minggu ke-
8. Kelainan dalam perkembangan proses-proses ini pada berbagai stase menimbulkan suatu
spektrum anomali, kebanyakan membran saluran usus bawah dan bangunan genitourinaria.
Hubungan yang menetap antara bagian bawah dan bagian rektum kloaka menimbulkan
fistula. ( Behram,2000)
3
5. Pathway
Atresia ani
Penurunan
Konstipasi
6. Komplikasi
Karena pengelolaan atresia ani tipe rendah tidak begitu kompleks. Adapun komplikasi yang
mungkin muncul pada pengelolaan atresia ani tipe rendah :
1. Pembentukan abses.
2. Striktur anal.
a. Striktur anal
Dapat berkembang anoplasti/rektoplasti anus yang baru harus dilatasi secara teratur selama
beberapa bulan.
b. Pengelupasan rektum
d. Komplikasi urinarius
7. Klasifikasi
2. TIPE KEDUA (2): Terdapat suatu membran tipis yang menutupi anus karena menetapnya
membran anus
3. TIPE KETIGA (3): Anus tidak terbentuk dan rektum berakhir sebagai suatu suatu
kantung yang buntu terletak pada jarak tertentu dari kulit di daerah anus yang seharusnya
terbentuk (lekukan anus)
4. TIPE KEEMPAT (4): Saluran anus dan rektum bagian bawah membentuk suatu kantung
buntu yang terpisah, pada jarak tertentu dari ujung rektum yang berakhir sebagai kantung
buntu.
5. Kelainan yang berdasarkan hubungan antara bagian terbawah rektum yang normal dengan
otot puborektalis yang memiliki fungsi sangat penting dalam proses defekasi, dikenal sebagai
klasifikasi melboume.
6. Kelainan letak rendah Rektum telah menembus "lebator sling" sehingga sfingter ani
internal dalam keadaan utuh dan dapat berfungsi normal
contohnya berupa stenosis anus (tertutupnya anus oleh suatu membran tipis yang seringkali
disertai fistula anokutaneus dan anus ektopikyang selalu terletak dianterior lokasi anus yang
normal).
Di daerah anus seharusnya terbentuk secara lazim terdapat lekukan anus (anal dimple) yang
cukup dalam. Namun,pada kelainan yang jarang ditemukan ini sering terdapat fistula
rektouretra yang menghubungkan rektum yang buntu dengan uretra pars bulbaris.
Kelainan ini lebih banyak ditemukan pada bayi laki-laki, sebaliknya kelinan letak redah
sering ditemukan pada bayi perempuan. Pada perempuan dapat ditemukan fistula -and
kutaneus, fistula rektoperinium dan fistula rektovagina. Sedangkan pada laki-laki dapat
ditemukan dua bentuk fistula yaitu fistula ektourinaria dan fistula rektoperineum.
Fistula ini menghubungkan rektum dengan kandung kemih pada daerah trigonum vesika.
Fistula tidak dapat dilalui jika mekonoium jika brukuran sangat kecil, sedangkan fistula dapat
mengeluarkan mekonium dalam rektum yang buntu jika berukuran cukup besar. Oleh karena
itu, dapat terjadi kelainan bentuk anorektum disertai fistula.
9. Kelainan bawaan anus juga dapat disebabkan gangguan pertumbuhan dan fusi
10.Gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital.
( www.google.com)
6
Klasifikasi atresia ani :
Suatu kedaan dimana usus bagian dorsal melewati musculus levator ani, dengan terdapat
sfingter ani internus dan eksternus yang berkembang baik dan fungsi normal.
Suatu keadaan dimana usus berakhir di sebelah proksimal musculus puborektalis tanpa
sfingter ani internus tidak berhasil dalam menahan defikasi rektum.
8. Pemeriksaan Penunjang
Yaitu tehnik pengembalian foto untuk menilai jarak pungtum distal rektum terhadap mara
anus di kulit peritonium.
Pada tehnik ini, bayi diletakkan terbalik (kepala di bawah ) atau tiduer dengan sinar
horisontal diarahkan ke tronchanter mayor sehingga dapat dilihat sampai dimana terdapat
penyumbatan. Foto ini dilakukan setelah bayi berumur lebih dari 24 jam, karena pada
usia tersebut dalam keadaan normal seluruh traktus digestivus sudah berisi udara (bayi
dibalik selama 5 menit). Invertogram ini dilakukan pada bayi tanpa fistula.
2. Pemeriksaan urine.
Pemeriksaan urine perlu dilakukan untuk mengetahui apakah mekonium di dalamnya
sehingga fistula dapat diketahui lebih dini.
9. Penatalaksanaan
Pada kasus atresia ani atau anus imperforata ini pengobatannya dilakukan dengan jalan
operasi. Teknik terbaru dari operasi atresia ani ini adalah teknik Postero Sagital Ano Recto
Plasty (PSARP). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien.
Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama, yaitu Abdomino Perineal Poli Through
(APPT). Teknik lama ini punya resiko gagal tinggi karena harus membuka dinding perut.
1.Kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk berhati-hati terhadap
obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan atresia anin.
2.Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari
tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja akan
tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
3.Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.
pemeriksaan foto rontgen bermanfaat dalam usaha menentukan letak ujung rectum yang
buntu setelah berumur 24 jam, bayi harus diletakkan dalam keadaan posisi terbalik sellama
tiga menit, sendi panggul dalam keadaan sedikit ekstensi lalu dibuat foto pandangan
anteroposterior dan lateral setelah petanda diletakkan pada daerah lakukan anus.
3. Melakukan tindakan kolostomi neonatus tindakan ini harus segera diambil jika tidak ada
evakuasi mekonium.
4. Pada stenosis yang berat perlu dilakukan dilatasi setrap hari dengan kateter uretra, dilatasi
hegar, atau spekulum hidung berukuran kecil selanjutnya orang tua dapat melakukan dilatasi
sendiri dirumah dengan jari tangan yang
dilakukan selama 6 bulan sampai daerah stenosis melunak dan fungsi defekasi mencapai
keadaan normal.
5. Melakukan operasi anapelasti perineum yang kemudian dilanjutkan dengan dilatasi pada
anus yang baru pada kelainan tipe dua.
6. Pada kelainan tipe tiga dilakukan pembedahan rekonstruktif melalui anoproktoplasti pada
masa neonatus
8
7. Melakukan pembedahan rekonstruktif antara lain: operasi abdominoperineum pada usia (1
tahun)operasi anorektoplasti sagital posterior pada usia (8-12 bulan)
pendekatan sakrum setelah bayi berumur (6-9 bulan)
8. Penanganan tipe empat dilakukan dengan kolostomi kemudian dilanjutkan dengan operasi
"abdominal pull-through".
c.memberi kesempatan pada ahli bedah untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha
menentukan letak ujung rektum yang buntu serta menemukan kelainan bawaan yang lain.
Indikasi : jika dalam pemeriksaan masih dijumpai sfingter ani internus dan eksternus serta
usus bagian dorsal masih melewati musculus levator ani.
Pengelolaan : pengelolaan atresia ani tipe rendah yang dapat merupakan stenosis anus hanya
membutuhkan dilatasi membran anus yang tipis, mudah dibuka segera setelah lahir.
Indikasi : jika pada pemeriksaan tidak dijumpai sfingter ani internus dan usus berakhir di
sebelah proksimal musculus puborektalis.
Pengelolaan :
Dilakukan tindakan operasi colostomy. Colostomy tidak boleh melewati 3 hari setelah
lahir, dikhawatirkan mengancam jiwa bayi tersebut.
Tindakan operatif bertujuan untuk pengalihan feses sementara dan untuk mengoreksi
deformitas rectal.
Ada 2 tempat colostomy yang dianjurkan dipakai pada neonatus dan bayi yaitu
transversum colostomy (colostomy di kolon transversum) dan sigmoidostomi (colostomy
di colon sigmoid).
Dilakukan tindakan operasi yang bersifat definitif dengan prinsip pengobatan operatif
posterior sagital anorektoplasi (PSARP). Posisi anus yang tepat di daerah sfingter
eksternus dan posisi anatomi usus pada penyangga puborektal.
Jadi ini tindakan PSARP tindakan membuat anus buatan atau tindakan memperbaiki anus
dan rektum supaya dapat berfungsi sebagaimana layaknya.
c. Tahap ke tiga
Tindakan operatif tahap ketiga dilakukan minimal 3 bulan setelah PSARP. Tindakan pada
tahap ini adalah untuk menutup colostomy tahap pertama (operasi penutupan colostomy).
10
BAB II
1. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Pada Anak
Kaji biodata pasien
Tanpa mekonium dalam 24 jam setelah lahir
Kaji adanya pasase mekonium, perhatikan bila mekonium tampak pada
orifisium yang tidak tepat.
Kaji feses yang seperti korban pada bayi yang lebih besar atau anak kecil
yang mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi abdomen
Kaji adanya tinja dalam urine dan vagina
1. Pemeriksaan Fisik
Pada pengkajian kperawatan pasien dengan atresia ani akan ditemukan data-data
sebagai berikut :
o Penyumbatan anus (anus tidak normal)
o Adanya kembung dan muntah pada 24-28 jam setelah lahir
o Pada bayi laki-laki dengan fistula urinary didapatkan mekonium pada urine dan
pada bayi perempuan dengan fistula urogenital ditemukan mekonium dalam
vagina
o Pada pemeriksaan fisik (dengan memasukkan jari kelingking dengan memakai
sarung tangan atau juga dengan memasukkan thermometer sepanjang ± 2cm)
tidak ditemukan anus secara bormal
o Adanya berbagai bentuk seperti stinosis rectum yang lebih rendah atau juga pada
anus
o Membrane anus yang menetap
o Adanya fistula antara rectum dan tractus urinaria
o Adanya fistula antara rectum, vagina atau perineum pada perampuan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pra bedah
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kehilangan cairan melalui rute abnormal
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan paparan
2. Pasca bedah
1. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma post op
colostomy
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
mencerna makanan
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
immobilisasi.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
adanya insisi pembedahan
3. INTERVENSI
1. Pra bedah
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normal
12
Keterangan skala :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
Intervensi :
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
13
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya
Keterangan Skala :
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
Intervensi :
2. Pasca bedah
14
Keterangan Skala :
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
Intervensi :
Kriteria Hasil :
Keterangan Skala :
3 : Kadang dilakukan
15
Internevsi :
Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan
Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan tindakan
pencegahan
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
Berikan analgetik sesuai anjuran
Tingkatkan tidur istirahat yang cukup
Monitor kenyamanan pasien terhadap management nyeri
Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri
Kriteria Hasil :
Keterangan Skala :
16
Intervensi :
Kriteria Hasil :
2 : Jarang dilakukan
3 : Kadang dilakukan
4 : Sering dilakukan
5 : Selalu dilakukan
Intervensi :
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitas medik dalam merencanakan program terapi yang
tepat.
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dilakukan.
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas.
Bantu klien membuat jadwal latihan di waktu luang.
Kriteria Hasil :
Keterangan Skala :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
Intervensi :
4. EVALUASI
1. Pra bedah
Dx 1
Kriteria Hasil :
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, Bj urine normal HT normal
(skala 5)
TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal (skala 5)
Tidak ada tanda, dehidrasi, alstisitas turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang berlebihan (skala 5)
Dx 2
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga mengatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan (skala 5)
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar (skala
5)
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim
kesehatan lainnya (skala 5)
2. Pasca bedah
o Dx 1
Kriteria Hasil :
o Dx 2
Kriteria Hasil :
19
o Dx 3
Kriteria Hasil :
o Dx 4
Kriteria Hasil :
(skala 5).
o Dx 5
Kriteria Hasil :
20
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Atresia Ani adalah kelainan bawaan yang harus segera ditangani dan sesungguhnya dapat
dicegah oleh ibu hamil dan dapat diobati dengan penanganan yang serius dan sesuai
prosedur agar jumlah penderita dapat ditekan yang kini telah mencapai 4000 kelahiran
hidup yang sebagian besar bayi dengan kelainan bentuk anurectum lahir dalam keadaan
premature. Istilah atresia berasal dari Bahasa Yunani yaitu a yang berarti tidak ada dan
trepsis yang artinya nutrisi atau makanan. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu
keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.Dengan kata lain, tidak
adanya lubang di tempat yang seharusnya berluang atau buntunya saluran atau rongga
tubuh. Kelainan ini terjadi bisa karena dibawa sejak lahir atau terjadi kemudian karena
proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran
tubuh, misalnya atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur, atresia hymenalis yaitu tidak
berlubangnya selaput dara, atresia saluran empedu, atresia saluran pencernaan bagian atas
(esofagus), dan lain-lain.
Atresia ani atau anus imperforata dapat disebabkan karena:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta: Media Aescullapius.
Markum,AH. 1999. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : FKUI.