You are on page 1of 33

c 






Anemia didefinisikan sebagai pengurangan volume sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin (Hb) dibawah nilai normal yang terjadi pada orang sehat. Hal
ini menyebabkan pengurangan kapasitas dalam membawa oksigen.2 Anemia bukan
merupakan suatu penyakit, namun sebuah manifestasi dari berbagai penyakit dan
kondisi patologis11 (ria BAB iii)
Orang dengan anemia merasa badannya kurang enak dibandingkan orang
dengan tingkat Hb yang wajar. Mereka merasa lebih sulit untuk bekerja. Artinya mutu
hidupnya lebih rendah. Tingkat Hb diukur sebagai bagian dari tes darah lengkap
(complete blood count/ CBC). Anemia didefinisikan oleh tingkat Hb, apabila Hb di
bawah 6,5 menunjukkan anemia yang gawat. Tingkat Hb yang normal adalah
sedikitnya 12 untuk perempuan dan 14 untuk laki-laki. Secara keseluruhan,
perempuan mempunyai tingkat Hb yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Begitu
juga dengan orang yang sangat tua atau sangat muda.
Gejala yang umumnya dialami oleh pasien anemia yaitu merasa lelah dan
lemah, rasa sakit di dada, letargi (mengantuk), palpitasi, kaki dan tangan merasa
dingin, sesak nafas setelah latihan olah raga ringan, jantung akan berdetak kencang
hanya dengan latihan olah raga ringan, dan merasa pusing mungkin bisa pingsan.
Pada orang yang lebih tua gejala payah jantung, angina pektoris, kaludikasio
intermitten, dan kebingungan dapat ada. Gangguan penglihatan yang disebabkan
perdarahan retina dapat menjadi komplikasi anemia yang sangat berat, khususnya
yang timbul cepat (rapid onset). (Web Anemia Harna¶s World- kompilasi dengan I-
141Abt%20Anemia.pdf folder Anemia bahan)
Ada banyak hal berbeda yang menyebabkan anemia. Dibawah ini beberapa
perbedaan anemia berdasarkan penyebabnya: (I-141Abt%20Anemia.pdf folder
Anemia bahan)
a. Anemia Defisiensi Besi (disebabkan tubuh kita kekurangan besi)
b. Hemolytic anemia (lebih banyak sel darah merah mati dibanding yang dibuat)
c. Pernicious anemia (tubuh kita kekurangan Vitamin B-12)
d. Folic acid deficiency anemia (tubuh kita kekurangan Asam Folat).
e. Sickle cell anemia or thalassemia (sel darah merah tidak normal).
f. Anemia yang disebabkan karena terkena penyakit, seperti kanker, AIDS,
Liver, dan penyakit Kidney and Crohn¶s
g. Anemia disebabkan oleh obat yang diberikan
h. Anemia disebabkan oleh karena menyentuh atau menghirup zat kimia
berbahaya

 Penyebab anemia menurut umur16


1 Bayi dibawah umur 1 tahun - Persediaan besi yang kurang karena
berat badan lahir rendah atau lahir kembar
2 Anak berumur 1-2 tahun - Masukaan (intake) besi yang kurang
karena tidak mendapat makanan tambahan
(hanya minum susu)
- Kebutuhan meningkat karena infeksi
berulang atau menahun
- Malabsorbsi
- Kehilangan berlebihan karena perdarahan
antara lain karena infestasi parasit dan
divertikulum Meckeli

3 Anak berumur 2-5 tahun - Masukan besi kurang karena jenis


- makanan kurang mengandung me-heme
- Kebutuhan meningkat karena infeksi
berulang atau menahun
- Kehilangan berlebihan karena perdarahan
antara lain karena infestasi parasit dan
divertikulum Meckeli
4 Anak berumur 5 tahun - Kehilangan berlebihan karena perdarahan
sampai remaja antara lain karena infestasi parasit dan
poliposis
5 Usia remaja ± dewasa - Pada wanita antara lain karena menstruasi
berlebihan

½ 
Anemia yang disebabkan oleh defisiensi nutrien yang merupakan faktor eritropoesis
dalam pembentukan sel darah merah. (nutritional Anemia pdf folder asam folat)
Dalam eritropoesis normal membutuhkan zat besi, vitamin B12, dan asam folat.
Defisiensi salah satu unsur tersebut menyebabkan anemia. Aktifitas eritripoesis diatur
oleh eritropoetin, yaitu suatu hormon yang terutama dilepaskan oleh ginjal. Pada
gagal ginjal kronis sering terjadi anemia karena penurunan produksi eritropoetin.
Tipe anemia gizi berdasarkan pemeriksaan hematogolik: (nutritional Anemia
pdf folder asam folat)
a. Anemia mikrositik hipokromik
disebabkan oleh defisiensi zat besi
b. Anemia makrositik hiperkromik atau megaloblastik anemia
disebabkan oleh defisiensi vitamin B.12 dan asam folat
½   
½  
åat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb).
Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga
menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit daripada biasa sehingga timbul
anemia hipokromik mikrositik.3
½ ½
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya masukan besi,
gangguan absorpsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.
a. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun, yang dapat berasal dari:
Saluran Cerna : akibat dari tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon,
divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing tambang.
Saluran genitalia wanita : menorrhagia, atau metrorhagia
Saluran kemih : hematuria
Saluran napas : hemoptoe.
b. Faktor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau
kualitas besi (bioavaibilitas) besi ±yang tidak baik (makanan banyak serat,
rendah vitamin C, dan rendah daging).
c. Kebutuhan besi meningkat : seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan dan kehamilan.
d. Gangguan absorpsi besi : gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
½ 
Diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia dan lebih dari 50%
penderita ini adalah ADB da terutama mengenai bayi, anak sekolah, ibu hamil dan
menyusui. Di Indonesia masih merupakan masalah gizi utama selain kekurangan
kalori protein, vitamin A dan yodium. Penelitian di Indonesia mendapatkan prevalensi
ADB pada anak balita sekitar 30 ± 40%, pada anak sekolah 25 ± 35% sedangkan hasil
SKRT 1992 prevalensi ADB pada balita sebesar 5,55%. ADB mempunyai dampak
yang merugikan bagi kesehatan anak berupa gangguan tumbuh kembang, penurunan
daya tahan tubuh dan daya konsentrasi serta kemampuan belajar sehingga
menurunkan prestasi belajar di sekolah.
½  
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan zat besi sehingga cadangan zat
besi makin menurun. Jika cadangan kosong maka keadaan ini disebut iron depleted
state. Apabila kekurangan zat besi berlanjut terus maka penyediaan zat besi untuk
eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi
anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut 6 on def6c6ent
e th opo6es6s.Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer sehingga disebut
6 on def6c6enc anem6a.
½ !"#$
Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang tenaga
dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak dijumpai
pada anemia jenis lain, seperti :
a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang
b. Glositis : iritasi lidah
c. Keilosis : bibir pecah-pecah
d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.
½ % &
Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis
diberikan antelmintik yang sesuai.
a. Pemberian preparat Fe: Pemberian preparat besi (ferosulfat/ ferofumarat/
feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis,
diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan
setelah kadar hemoglobin normal.
b. Bedah : Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti
perdarahan karena diverticulum Meckel.
c. Suportif : Makanan gizi seimbang terutama yang megandung kadar besi tinggi
yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-
kacangan).
½ '
Terapi kausal tergantung penyebabnya,misalnya : pengobatan cacing tambang,
pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau
tidak maka anemia akan kambuh kembali.
Terapi penyakit ini dapat dilakukan dalam beberapa metode yaitu :
a. Preparat åat Besi Oral
Merupakan terapi yang disukai untuk kebanyakan pasien dengan anemia
defesiensi zat besi. Karena yang diabsorpsi paling efisien adalah zat besi dalam
bentuk fero, maka hanya garam-garam ferolah yang harus dipakai.
Preparat yang tersedia, yaitu:
i. Ferrous sulphat (sulfas ferosus): preparat pilihan pertama (murah dan
efektif).
ii. Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous
succinate,harga lebih mahal, tetepi efektivitas dan efek samping hampir sama.
Pada pasien defisiensi besi, sekitar 50-100 mg besi dapat disatukan menjadi
hemoglobin setiap hari. Karena kira-kira 25% garam ferosus oral dapat diabsorbsi,
100-200 mg besi seharusnya diberikan setiap hari untuk koreksi tercepat dari
defisiensi. Bila hal ini menyebabkan keluhan saluran cerna yang tidak dapat
ditoleransi (mual, nyeri epigastrium, diare, konstipasi), dapat diberikan dosis yang
lebih rendah. Hal ini akan memperbaiki defisiensi besi lebih baik tetapi lebih lambat.
Berhasilnya terapi anemia defesiensi besi dengan preparat besi oral akan
mengakibatkan retikulositosis yang cepat dalam waktu kira-kira satu minggu,
peningkatan kadar hemoglobin yang berarti dalam 2-4 minggu, dan perbaikan anemia
yang sempurna dalam 1-3 bulan. Terapi harus dilanjutkan selama 3-6 bulan untuk
mengisi kembali cadangan besi tubuh. Kegagalan untuk berespon terhadap terapi besi
oral dapat disebabkan oleh kesalahan diagnosa (anemia karena penyebab lain, bukan
karena defesiensi besi), kehilangan darah yang terus-menerus, adanya keadaan lain
yang menekan pembentukan eritrosit, atau kegagalan pasien untuk menelan atau
mengabsorpsi besi oral tersebut.(harna¶s world)
Masalah utama dengan preparat besi oral adalah preparat tersebut sering
menyebabkan rasa tidak nyaman pada saluran cerna. Terapi oral dilanjutkan sampai
hemoglobin normal dan simpanan besi tubuh dibentuk dengan memberikan dosis besi
yang lebih rendah selama beberapa bulan. Anak-anak sangat sensitif terhadap
toksisitas besi dan bahkan 1 gram sulfas ferosus dapat bersifat fatal. Overdosis besi
diterapi dengan desferioksamin oral dan parenteral, yang merupakan suatu kelasi besi
yang poten.
b. Besi parenteral
Hanya boleh dipakai untuk menterapi pasien yang terbukti menderita anemia
defesiensi besi yang tidak dapat mentolerir atau mengabsorpsi besi oral, dan pasien
dengan kehilangan darah kronis ekstensif yang tidak dapat mempertahankan kadar
hemoglobin normal dengan besi oral saja. Ini termasuk pasien dengan keadaan pasca
gastrektomi dan reseksi usus halus sebelumnya, penyakit usus inflamantoris, sindrom
malabsorpsi, dan perdarahan berat kronis dari lesi yang tidak dapat direseksi seperti
yang terjadi pada teleangiektasia hemoragik herediter. Dekstran besi (Imferon)
merupakan preparat yang sekarang tersedia untuk terapi parenteral anemia defesiensi
besi. Ia merupakan suatu kompleks stabil dari fero hidroksida dan dekstran berberat
molekul rendah, yang mengandung 50 mg besi elemental per ml larutan. Obat ini
diberikan melalui suntikan intravena atau infus. Reaksi yang berat dapat terjadi dan
obat untuk resusitasi dan anafilaksis harus tersedia. Efek samping terapi besi
parenteral meliputi nyeri setempat dan warna cokelat pada tempat suntikan, sakit
kepala, pusing, demam, artralgia, nausea, vomitus, nyeri punggung, flushing,
urtikaria, bronkospasme, dan jarang-jarang anfilaksis dan kematian. Karena
kemungkinan reaksi hebat seperti itu, test dose dan pemberian infus dekstran besi
selanjutnya harus dilakukan di bawah pengawasan medis yang terus menerus.
(harna¶s world)
½ ( &&&
a. Absorbsi dan transport besi
Normalnya besi di absorbsi dalam duodenum dan jejunum proksimal. Dalam
keadaan normal 5-10% besi dari makanan diabsorbsi (sekitar 0,5-1 mg/hari), tetapi
dapat ditingkatkan bila simpanan besi rendah. Besi harus dalam bentuk ferro untuk
dapat diabsorbsi dan absorbs terjadi melalui transport aktif. Besi ditranspor dalam
plasma dengan terikat pada transferin, yaitu suatu globulin ȕ dan diangkut ke berbagai
jaringan terutama ke sumsum tulang dan depot Fe. Jelas bahwa kapasitas pengikatan
total Fe dalam plasma sebanding dengan jumlah total transferin plasma, tetapi jumlah
Fe dalam plasma tidak selalu menggambarkan kapasitas pengikatan total Fe ini.
Selain transferin, sel-sel retikulum dapat pula mengangut Fe yaitu untuk keperluan
eritropoesis. Sel ini juga berfungsi sebagai dudang Fe.
b. Ekskresi
Ekskresi besi dari tubuh sangat sedikit bisa melalui urin, tinja, keringat, sel
kulit yang terkelupas dan karena perdarahan (mens) sangat sedikit. Sedangkan besi
yang dilepaskan pada pemecahan hemoglobin dari eritrosit yang sudah mati akan
masuk kembali ke dalam iron pool dan digunakan lagi untuk sintesa hemoglobin.
Pengeluaran besi dari tubuh yang normal:17
a. Bayi : 0,3 ± 0,4 mg/hari
b. Anak 4-12 tahun : 0,4 ± 1 mg/hari
c. Laki-laki dewasa : 1 ± 1,5 mg/hari
d. Wanita dewasa: 1 ± 2,5 mg/hari
e. Wanita hamil : 2,7 mg/hari
c. Efek non terapi

Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral, dan
ini sangat tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan diabsorbsi pada tiap
pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung (+_ 7-20%),
konstipasi (+- 10%), diare (+- 5%) dan kolik. Gangguan ini biasanya ringan dan dapat
dikurangi dengan mengurangi dosis atau dengan pemberian sesudah makan, walaupun
dengan cara ini absorpsi dapat berkurang. Perlu diterangkan kemungkinan timbulnya
feses yang berwarna hitam kepada penderita.

Pemberian Fe secara IM dapat menyebabkan reaksi lokal pada tempat suntikan


yaitu berupa rasa sakit, warna coklat pada tempat suntikan, peradangan lokal dengan
pembesaran kelenjar inguinal. Peradangan lokal lebih sering terjadi pada pemakaian
IM dibandingkan IV. Selain itu dapat pula terjadi reaksi sistemik yaitu 0,5-0,8%
kasus. Reaksi yang dapat terjadi 10 menit setelah suntikan adalah sakit kepala, nyeri
otot dan sendi, hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah,
bronkospasma, hipotensi, pusing, dan kolaps sirkulasi. Sedangkan reaksi yang sering
timbul dalam ½-24 jam setelah suntikan misalnya sinkop, demam, menggigil, rash,
urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit pada seluruh badan dan ensefalopatia. Reaksi
sistemik ini lebih sering terjadi pada pemberian IV, demikian pula syok atau henti
jantung.
intoksikasi akut sangat jarang terjadi padaorang dewasa, kebanyakan terjadi
pada anak akibat menelan terlalu banyak tablet FeSO4 yang mirip gula-gula.
Intoksikasi akut ini dapat terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 g. Kelainan utama
terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai terjadi nekrosis. Gejala
yang timbul sering kali berupa mual, muntah, diare, hematemesis serta feses berwarna
hitam karena pendarahan pada saluran cerna, syok dan akhirnya kolap kardiovaskular
dengan bahaya kematian. Efek korosi dapat menyebabkan efek stenosis piloris dan
terbentuknya jaringan perut berlebihan dikemudian hari gejala keracunan diatas dapat
timbul dalam waktu 30 menit atau setelah beberapa jam meminum obat. Terapi yang
dapat dilakukan adalah sebagai berikut: pertama-tama diusahakan agar penderita
muntah,kemudian diberi susu atau telur yang mengikat Fe sebagai kompleks protein
Fe. Bila obat diminum kurang dari 1 jam sebelumnya, dapat dilakukan bilasan
lambung dengan menggunakan larutan bikarbonat 1%. Akan tetapi, bila masuknya
obat telah lebih dari 1 jam, maka telah terjadi nikrosis sehingga bilasan lambung dapat
menyebabkan perforasi. Selanjutnya keadaan syok dehidrasi dan asidosis harus
diatasi. Selain itu, deferoksamin yang merupakan zat pengkelat (chelating agent)
spesifik untuk besi, efektif untuk mengatasi toksik sistemik maupun lokal.

c. Sediaan dan Posologi


Sediaan Fe hanya digunakan untuk pengobatan anemia defisiensi Fe.
Penggunaan di luar indikasi ini, cenderung mengakibatkan penyakit
penimbunan besi dan keracunan besi. Anemia defisiensi Fe paling sering
disebabkan oleh kehilanga darah. Selain itu, dapat pula terjadi misalnya pada
wanita hamil (teruatama multipara) dan pada masa pertumbuhan, karena
kebutuhan yang meningkat. Banyak anemia yang mirip anemia difisiensi Fe.
Sebagai pegangan untuk diagnostik dalam hal ini ialah, bahwa pada anemia
defisiensi Fe dapat terlihat granula berwarna kuning emas di dalam sel-sel
retikuloensotelial sumsum tulang.

Sediaan Oral.

Besi untuk pemberian oral tersedia dalam bentuk berbagai garam fero dari sulfat,
fumarat, glukonat, suksinat, glutamat, dan laktat. Tidak ada perbedaan absorpsi pada
garam-garam Fe ini. Jika ada, mungkin disebabkan oleh perbedaan kelarutannya
dalam asam lambung. Dalam bentuk garam sitrat, tartrat, karbonat, pirofosfat,
ternyata Fe sukar diabsorpsi; demikian pula sebagai garam feri (Fe***).

Sediaan yang banyak digunakan dan murah adalah hidrat sulfat ferosus( FeSO4. 7
H2O) 300 mg yang mengandung 20% Fe. Untuk anemia berat biasanya diberikan 3
kali 300mg sulfat ferosus sehari selama 6 bulan. Dalam hal ini mula-mula absorpsi
berjumlah +- 45 mg sehari. Dan setelah depot Fe dipenuhi menurun menjadi 5-10 mg
sehari. Selama kausa anemia belum disingkirkan terapi harus diteruskan. Pada mereka
yang intoleran terhadap dosis setinggi ini, dosis harus dikurangi sampai jumlah yang
terterima, atau bila perlu sediaan diganti dengan sediaan parenteral.

Berbeda dengan fero sulfat, fero fumarat tidak mudah mengalami oksidasi
pada udara lembab; dosis efektifnya 600-800 mg/hari dalam dosis terbagi. Fero
glukanat, fero laktat, fero karbonat dosis afaktifnya kira-kira sama dengan fero sulfat.
Terdapat pula sediaan Fe lepas lambat dan salut enterik, tetapi biovailabiltasnya
kurang baik.

Sediaan parental

Penggunaan sediaan untuk suntikan IM dan IV hanya dibenarkan bila


pemberian oral tidak mungkin; misalnya penderita bersifat intoleran terhadap sediaan
oral. Atau pemberian oral tidak menimbulkan respon terapeutik.

Iron dextran (imferon) mengandung 50 mg Fe setiap ml (5% larutan) untuk


penggunaan IM atau IV. Respon terapeutik terhadap suntikan IM ini tidak lebih cepat
daripada pemberian oral. Dosis total yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya
anemia, yaitu 250mg Fe untuk setiap gram kekurangan Hb. Pada hari pertama
suntikan 50 mg, dilakukan dengan 100-250 mg setiap hari atau beberapa hari sekali.
Penyuntikan dilakukan pada kuadran atas luar m. gluteus dan secara dalam untuk
menghindari pewarnaan kulit.

Untuk memperkecil reaksi toksi pada pemberian IV, dosis permulaan tidak
boleh melebihi 25 mg dan diikuti dengan peningkatan bertahap untuk 2-3 hari sampai
tercapai dosis 100 mg/hari. Obat harus diberikan perlahan-lahan yaitu dengan
menyuntikkan 20-50 mg/ menit.

d. Obat-obat lain
Riboflavin
Riboflavin (vitamin B12) dalam bentuk flavin mononukleotida (FMN)
dan flavin adenin dinukleotida (FAD) berfungsi sebagai koenzim dalam
metabolisme flavo-protein dalam pernapasan sel. Sehubungan dengan anemia,
ternyata riboflavin dapat memperbaiki anemia normokromik-normositik (pure
red cell aplasia). Anemia defisiensi riboflavin banyak terdapat pada malnutrisi
protein kalori, di mana ternyata faktor defisiensi Fe dan penyakit infeksi
memegang peranan pula. Dosis yang digunakan cukup 10 mg sehari per oral
atau IM.
Piridoksin
Vitamin B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang merangsang
pertumbuhan heme. Defisiensi piridoksin akan menimbulkan anemia
mikrositik hipokromik. Pada sebagian besar penderita akan terjadi anemia
normoblastik sideroakrestik dengan jumlah Fe non hemoglobin yang banyak
dalam prekursor eritrosit, dan pada beberapa penderita terdapat anemia
megaloblastik. Pada keadaan ini absorpsi Fe meningkat, Fe binding protein
menjadi jenuh dan terjadi hiperteremia, sedangkan daya regenerasi darah
menurun. Akhirnya akan didapatkan gejala hemosiderosis.

Kobal
Defisiensi kobal belum pernah dilaporkan pada manusia. Kobal dapat
meningkatkan jumlah hematokrit, hemoglobin, dan eritrosit pada beberapa
penderita dengan anemia refakter, seperti yang penderita talasemia, infeksi
kronik atau penyakit ginjal, tetapi mekanisme yang pasti tidak diketahui.
Kobal merangsang pembentukan aritropoeitin yang berguna untuk
meningkatkan ambilan Fe oleh sumsum tulang, tetapi ternyata pada penderita
anemia refrakter biasanya kadar eritrosit poietin sudah tinggi. Penyelidikan
lain mendapatkan bahwa kobal menyebabkan hipoksia intrasel sehingga dapat
merangsang pembentukan eritrosit. Sebaliknya, kobal dosis besar justru
menekan pembentukan eritrosit.
Kobal sering terdapat dalam campuran sediaan Fe, karena ternyata kobal dapat
meningkatkan absorpsi Fe melalui usus. Akan tetapi, harus diingat bahwa
kobal dapat menimbulkan efek toksik berupa erupsi kulit, struma, angina,
tinitus, tuli, payah jantung, sianosis, koma, malaise, anoreksia, mual dan
muntah.

Tembaga
Seperti telah diketahui kedua unsur ini terdapat dalam sitokrom oksidase,
maka akan sankut-paut antara metabolisme tembaga (Cu) dan Fe. Hinga
sekarang belum ada kenyataan yang menunjukkan pentingnya penambahan Cu
baik dalam makanan ataupun sebagai obat, dan defisiensi Cu pada manusia
sangat jarang terjadi. Pada hewan coba, pengobatan anemia defisiensi Fe yang
disertai hipokupremia dengan sediaan Fe, bersama atau tanpa Cu, memberikan
hasil yang sama. Sebaliknya, pada anemia dengan defisiensi Cu *yang sukar
dibedakan dari defisiensi FE) diperlukan kedua unsur tersebut karena pada
hewan dengan defisiensi Cu absorpsi Fe akan berkurang.

½ )
*  
Besi yang terkandung dalam makanan dapat berbentuk me-heme dan non-
heme. me non-heme yang antara lain terdapat dalam beras, bayam, jagung, gandum,
kacang kedelai; berada dalam bentuk senyawa fe  yang harus diubah dulu di dalam
lambung oleh HCL menjadi bentuk fe o yang siap diserap di dalam usus. me-heme
lebih mudah diserap terdapat di dalam ikan, hati, daging sapi16.
me non heme kemudian masuk ke usus halus dirubah menjadi fe o dengan
pengaruh alkali, setelah itu fe o diabsorpsi, sebagian disimpan sebagai senyawa
feritin dan sebagian lagi masuk ke peredaran darah berikatan dengan protein
(transferin) yang akan digunakan kembali untuk sintesa hemoglobin. Sebagian dari
transferin yang tidak terpakai disimpan sebagai labile iron pool. Penyerapan fe o
dipermudah dengan adanya fruktosa, asam askorbat (vitaminC), asam klorida dan
asam amino. Sedangkan akan terhambat dengan fosfat, kalsium oksalat, susu, antasid,
tanin (bahan dalam teh). Berikut bagan metabolisme besi :16,17
"½ Bagan metabolisme besi17
Inti hem dibentuk oleh besi, yang dalam kombinasi dengan rantai globin yang
sesuai akan membentuk protein hemoglobin. Lebih dari 90% besi yang bukan
simpanan dalam tubuh berada dalam hemoglobin (sekitar 2,3 gram). Sebagian besi
(sekitar 1 gram) disimpan sebagai feritin dan hemosiderin dalam makrofag di limpa,
hati, dan sumsum tulang. (at a glance).

2.2 Anemia Defisiensi Vitamin B12


Defisiensi sianokobalamin menimbulkan anemia megaloblastik yang disertai
gangguan neurologik; bila tidak cepat diobati kelainan neurologik ini dapat membuat
penderita cacat seumur hidup. Penggunaan asam folat pada anemia pernisiosa dapat
memperbaiki anemia, sedangkan kelainan neurologik tidak dipengaruhi. Jelas dengan
ini bahwa pada suatu anemia megaloblastik harus benar-benar dipastikan apakah
kelainan yang ada merupakan anamia pernisiosa atau bukan agar dapatdiberikan
terapi yang tepat.

Sianokobalamin (Vitamin B12) merupakan satu-satuny kelompok senyawa


alam yang mengandung unsur Co dengan struktur yang mirip derivat porfirin alam
lain. Molekulnya terdiri atas bagian-bagian cincin porfirin dengan satu atom Co, basa
dimetilbenzimadosal, ribosa dan asam fosfat. Umumnya senyawa dalam kelompok ini
dinamakan kobalamin; penambahan gugus CN pada kobalamin menghasilkan
sianokobalamin, sedangkan penambahan gugus-OH menghasilkan zat yang
dinamakan hidroksokobalaminn.

Sianokobalamin yang aktif dalam tubuh manusia adalah deoksiadenosil


kobalamin dan hidrokokobalamin yang terdapat dalam obat serta kobalamin lain
dalam makanan harus diubah menjadi bentuk aktif lain.

Vitamin B12 bersama asam folat sangat penting untuk metabolisme intrasel.
Pada rangkaian reaksi ini vitamin B12 terdapat sebagai koenzim B12 yang aktif yaitu
%-deksiadenosilkobalamin dan metilkobalamin. Yang pertama merupakan unsur
penting dalam reaksi enzimatik di mitokondria. Sedangkan metilkobalamin
diperlukan sebagai donor metil pada pembentukan metionin dan derivatnya dari
homosistein. Jumlah vitamin B12 yang tidak adekuat ternyata juga mempengaruhi
metabolisme intrasel dari asam folat merlalui interaksi yang kompleks. Interaksi ini
merupakan rangkaian reaksi nti dalam sintesis purin dan pirimidin untuk
pembentukan DNA. Inilah yang mendasari terjadinya anemia megaloblastik pada
defisisensi Vitamin B12.

Kelainan neurologi pada defisiensi vitamin B12 diduga karena kerusakan pada
sarung mielin. Namun. Mekanisme yang pasti belum dapat dijelaskan. Agaknya
pembentukan bagian lemak dari sarung mielin memerlukan isomerasi metilmalonat
menjadi suksinat yang menggunakan deoksiadensilkobalamin sebagai kofaktor.

½ ½  


½ ½ ½


½ ½  



½ ½ !"#$
. Defisiensi kobalamin ditandai dengan gangguan hematopoesis, gangguan
neurologi, karusakan sel epitel, terutama epitel saluran cerna, dan debilitas umum.
Defisiensi ini dapat didiagnosis dengan mengukur kadar vitamin B12 dalam plasma
dan dengan uji fungsi lambung.

Defisiensi vitamin B12 pada orang dewasa lebih sering disebabkan oleh
gangguan absorpsinya, misalnya pada defisiensi vitamin B12 yang klasik yang
disebut anemia pernisiosa Addison. Pada penyakit tersebut terjadi kegagalan sekresi
faktor intrinsik Castel (FIC) oleh sel perietal lambung yang berfungsi dalam absorpsi
vitamin B12 di ileum.
Selain itu, sekresi FIC juga dapat berkurang pada kerusakan mukosa lambung
oleh berbagai sebab. Gangguan fungsi ataupun struktur pada ileum, penyakit pankreas
dan adanya infestasi parasit dalam usus dapat pula menyebabkan difisiensi Vitamin
B12.

½ ½ % &
Kebutuhan vitamin B12 bagi orang sehat kira-kira 1 ug sehari yaitu sesuai
dengan jumlah yang dieksresi oleh tubuh. Setiap hari tubuh akan mengeluarkan 3-7
ug sehari ke dalam saluran empedu; sebagian besar yang akan diabsorpsi melalui usus
dan hanya 1 ug ang tidak direarbsorpsi. Jadi jumlah tersebut cukup untuk
mempertahankan jumlah vitamin B12 dalam gudang. Pada defisiensi vitamin B12
tanpa komplikasi, respon hematologik minimal sudah didapat dengan 1 ug sehari.
Tetapi, anemia pernisiosa di mana faktor intrinsik Castle berkurang atau tidak ada
kebutuhan ini akan meningkat, sebab apa yang dikeluarkan melalui saluran empedi
tidak dapat direarbsorpsi.

Sumber Vitamin B12

Sumer asli satu-satunya untuk vitamin B12adalah mikroorganisme. Bakteri


dalam kolon manusia juga membentuk vitamin B12, tetapi tidak berguna untuk
memenuhi kebutuhan manusia adalah makanan hewani, sebab tumbuh-tumbuhan
tidak mengandung vitamin B12. Berbeda dengan manusia, usus halus hewan
mengandung mikroorganisme yang menyebabkan hewan dapat memperoleh vitamin
B12 dari flora ususnya sendiri.

Vitamin B12 dalam makanan manusia juga terikat pada protein, tetapi akan
dibebaskan pada proses proteolisis. Jenia makanan yang kaya akan vitamin B12
adalah jeroan (hati, ginjal, jantung) dan kerang. Kuning telur, susu kering bebas lemak
dan makanan yang berasal dari laut (ikan sardin, kepiting) mengandung vitamin B12
dalam jumlah sedang.


½ ½ '
½ ½ ( &&&
- 
Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK. Kadar
dalam plasma mencapau puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM.
Hidroksokobalamain dan koenzim B12 lebih lambat diabsorpsi, agaknya karena
ikatannya lebih kuat dengan protein. Absorpsi peroral berlangsung lambat di
ileum; kadar puncak dicapai 8-12 jam setelah pemberian 3 mcg. Absorpsi ini
berlangsung dengan dua mekanisme, yaitu dengan perantara faktor intrinsik Castle
(FIC) dan absorpsi secara langsung.
Absorpsi dengan perantara faktor intrinsik Castle (FIC)
Sangat penting dan sebagian besar anemia megaloblastik disebabkan oleh
gangguna mekanisme ini. Setelah dibebaskan dari ikatan protein vitamin B12 dari
makanan akan membentuk kompleks B12-FIC. FIC hanya mampu mengikat
sejumlah 1,5-3 mcg vitamin B12. Kompleks ini masuk ke ileum dan disini
melekat pada reseptor khusus di sel mukosa ileum untuk diabsorpsi. Untuk
perakatan ini diperlukan ion kalsium (ion magnesium dapat juga membantu) dan
suasana pH sekitar 6. Absorpsi berlangsug dengan mekanisme pinositosis oleh sel
mukosa ileum. FIC yang dihasilkan oleh sel parietal lambung, merupakan suatu
glikoprotein dengan berat molekul 60.000. Bila sekresi FIC bertambah, misalnya
akibat obat-obat kolinergik, histamin, dan mungkin juga beberapa hormon seperti
ACTH, kortikosteroid dan hormon tiroid, maka absorpsi vitamin B12 juga akan
meningkat. Karena untuk diabsorpsi vitamin B12 harus dibebaskan lebih dahulu
dari protein, maka jumlah yang diabsorpsi juga tergantung dari ikatannya dengan
makanan/jenis makanan.
Faktor intrinsik konsntrat (Eksogen) yang diberikan bersama vitamin B12 hanya
berguna untuk penderita yang kurang mensekresi FIC dan penderita menolak
untuk disuntik. Kebanyakan penderita akan menjadi fefrakter setelah pengobatan
lebih dari satu tahun., diduga karena terbentuknya antibodi terhadap faktor
intrinsik konsentrat di usus. Yang juga dapat mengurangi absorpsi vitamin B12
ialah pengkelat kalsium dan sorbitol dosis besar (mungkin menyebabkan diare)
Absorpsi secara langsung tidak begitu penting, karena baru terjadi pada kadar
vitamin B12 yang tinggi, dan berlangsung secara difusi; jadi merupakan suatu
mass action effect.
Transport. Setelah diabsorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat
dengan protein plasma. Sebagian besar terikat pada beta-globulin (transkobalamin
II), sisanya terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I) dan inter-alfa-
glikoprotein (transkobalamin III). Vitamin B12 yang terikat pada transkobalamin
II akan diangkut ke berbagai jaringan, terutama hati merupakan gudang utama
penyimpan vitamin B12 (50-90%). Kadar normal vitamin B12 dalam plasma
adalah 200-900 pg/ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.

- &&
Baik sianokobalamin maupun hidroksokobalamin dalam jaringan dan darah
terikatoleh protein. Seperti halnya koenzim B12, ikatan dengan
hidroksokobalamin lebih kuat sehingga sukar diekskresi melalui urin. Di dalam
hati kedua kobalamin tersebut akan diubah menjadi koenzim B12. Pengurangan
jumlah kobalamin dalam tubuh disebabkan oleh ekskresi melalui saluran empedu;
sebanyak 3-7 mcg sehari harus direabsorpsi dengan perantara FIC. Ekskresi
bersama urin hanya terjadi pada bentuk yang tidak terikat protein. Delapan puluh
sampai 95% vitamin B12 akan diretensi dalam tubuh bila diberikan dalam dosis
sampai 50 mcg; dengan dosis yang lebih besar, jumlah yang diekskresi akan lebih
banyak. Jadi bila kapasitas ikatan protein dari hati, jaringan, dan darah telah jenuh,
vitamin B12 bebas akan dikeluarkan bersama urin sehingga tidak ada gunanya
memberikan b12 dalam jumlah yang terlalu besar. Vitamin B12 dapat menembus
sawar urin dan masuk ke dalam sirkulasi bayi.

-
  
Vitamin B12 diindikasi untuk penderita defisiensi vitamin B12 misalnya
anemia pernisiosa. Pada penderita tanpa komplikasi perbaikan subyektif dan obyektif
cepat diperoleh. Karena kausa tidak dihilangkan (kekurangan FIC tidak diperbaiki),
penderita memerlukan terapi seumur hidup. Pada penderita anemia pernisiosa yang
berat, selain gejala anemia mungkin terdapat trombositopenia dan leukopenia berat,
kerusakan neurologik yang menyolok, kerusakan hati berat atau komplikasi bentuk
lain. Walaupun diagnosis pasti belum ditegakkan, sebaiknya langsung disuntikkan
100mcg sianokobalamin dan asam folat 1-5 mg secara IM. Selanjutnya 100 mcg
sianokobalamin IM dan 1-2 mg asam folat per oral diberikan selama 1-2 minggu.
Tindakan ini dilakukan untk menghindari kerusakan neurologik yang lebih berat.

Vitamin B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberia oral dan larutan
untuk suntikan. Penggunaan sediaan oral pada pengobatan anemia pernisiosa keurang
bermanfaat dan biasanya terapi oral lebih mahal daripada terapi parental. Sediaan
antianemia yang terdiri dari campuran Fe, vitamin B12, asam folat, kobal, Cu, ekstrak
hati dan sebagainya, selain mahal, juga akan mengaburkan etiologi anemia yang
sebenarnya. Meskipun sediaan oral dapat bermanfaat sebagai suplemen diit, namun
kecil manfaatnya untuk penderita yang kekurangan faktor intrinsik atau penderita
dengan gangguan ileum, karena absorpsi secara difusi tidak dapat diandalkan sebagai
terapi efektif. Maka cara pemberian yang terbaik adalah secara IM atau SK yang
disuntikkan dalam.

Dienal tiga jenis suntikan vitamin B12 yaitu:

1. Larutan sianokobalamin yang berkeuatan 10-1000 mcg/ml


2. Larutan ekstrak hati dalam air
3. Suntikan depot vitamin B12

Suntikan larutan sianokobalamin jarang sekali menyebabkan reaksi alergi dan iritasi
di tempat suntikan. Kalau terjadi reaksi alergi biasanya karena sediaannya tidak
murni. Manfaat larutan ekstrak hati terhadap anemia pernisiosa disebabka oleh
vitamin B12 yang terkandung di dalamnya. Penggunaan suntikan ekstrak hati ini
dapat menimbulkan reaksi alergi lokal maupun umum, dan dari yang ringan sampai
berat. Reaksi ini disebabkan oleh alergen yang bersifat spesies spesifik dan bukan
organ spesifik. Tidak ada hipersensitivitas silang antara larutan ekstrak hati dengan
sianokobalamin. Tujuan penggunaan suntikan depot vitamin B12 adalah untuk
mengurangi frekuensi suntikan. Namun manfaat penggunaan sediaan ini masih dalam
penelitian.
Selain sediaan-sediaan diatas, terdapat pula suntikan hidroksokobalamin 100 mcg
yang meberikan efek lebih lama daripada sianokobalamin, sehingga interval
penyuntikan dapat diperpanjang. Akan tetapi pada penyuntikan sediaan ini dapat
terbentuk antibodi terhadap transkobalamin II yang mengikatnya.

Dosis sianokobalamin untuk penderita anemia pernisiosa tergantung dari berat


anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respons terhadap pengobatan. Secara garis
besar cara penggunaannya dibagi atas terapi awal yang intensif dan terapi penunjang.


½ ½ ) 
Sebelum pengobatan dimulai dapat dilakukan percobaan terapi untuk
memastikan diagnosis anemia pernisiosa. Untuk ini hanya dibutuhkan dosis 1-
10 mcg sehari yang diberikan selama 10 hari. Jumlah sekecil ini akan
menimbulkan respons hematologik berupa reaksi retikulosit pada anemia
pernisiosa tanpa komplikasi. Percobaan terapi ini tidak dianjurkan pada
penderita anemaa megaloblastik berat dengan gangguan neurologi, sebab
pangobatan harus segera dimulai, demikian pula pada penderita usia lanjut
yang lebih rentan terhadap hipoksia jaringan akibat anemia.
Pada terapi awal diberikan dosis 100 mcg sehari parental selama 5-10 hari.
Dengan terapi ini respons hematologik baik sekali, tetapi respons dapat kurang
memuaskan bisa terdapat keadaan yang menghambat hematopoesis misalnya
infeksi, uremia atau penggunaan kloramfenikol. Respons yang buruk dengan
dosis 100mcg/hari selama 10 hari, mungkin juga disebabkan oleh salah
diagnosis atau potensi obat yang kurang. Progresi kerusakan neurologi pada
anemia pernisiosa dapat dihentikan dengan sempurna, sedangkan perbaikan
yang nyata dari kerusakan yang telah terjadi hanya dapat diperoleh bila terapi
dimulai sedini mungkin.
Terapi penunjang dilakukan dengan memberikan dosis penunjang 100-200
mcg sebulan sekali sampai diperolah remisi yang lengkap yaitu jumlah
eritrosit dalam darah +- 4,5 juta/mm3 dan morfologi hematologik berada
dalam batas-batas normal. Kemudian 100 mcg sebulan sekali cukup untuk
mempertahankan remisi. Pemberian dosis penunjang setiap bulan ini penting
sebab retensi vitamin B12 terbatas, walaupun diberikan dosis sampai 1000
mcg.



½ ½ )
 

Vitamin B12 dan asam folat esensial untuk beberapa reaksi yang penting
untuk sintesis DNA normal. Defisiensi salah satu vitamin tersebut menyebabkan
gangguan produksi dan maturasi abnormal dari sel-sel precursor eritroid (anemia
megaloblastik). Selain anemia, defisiensi vitamin B12 menyebabkan degenerasi
sistem saraf pusat (degenerasi kombinasi subakut) yang bisa menyebabkan gejala
psikiatrik atau fisik. Anemia disebabkan oleh blok sintesis H4 folat dan degenerasi
saraf disebabkan oleh akumulasi metilmalonil-KoA.
Defisiensi vitamin B12 terjadi bila terdapat malabsorbsi karena kekurangan
faktor intrinsik (anemia pernisiosa), setelah gastrektomi (tidak ada faktor intrinsik),
atau pada berbagai penyakit usus dimana terdapat gangguan absorbs. Pemberian
vitamin oral hanya sedikit bermanfaat karena penyakit ini hampir selalu disebabkan
oleh malabsorbsi. Terapi penggantian (replacement the ap) biasanya berlangsung
seumur hidup dan mencakup suntikan vitamin B12. Hidroksokobalamin merupakan
bentuk pilihan untuk terapi karena dipertahankan dalam tubuh lebih lama daripada
sianokobalamin (sianikobalamin lebih sedikit terikat pada protein plasma dan lebih
cepat diekskresikan dalam urin).

D ½
 Pada anemia megaloblastik, defek yang mendasari adalah gangguan sintesis
DNA. Pembelahan sel berkurang tetapi sintesis RNA dan protein terus berlangsung.
Hali ini menyebabkan sel darah merah menjadi besar dan rapuh (makrositik). Atom
kobalt pada bagian tengah molekul vitamin B12 secara kovalen mengikat ligan yang
berbeda-beda, membentuk berbagai kobalamin. ?et6lkobalam6n dan
deoks6adenos6lkobalam6n adalah bentuk aktif dari vitamin, dan kobalamin lain harus
diubah menjadi bentuk aktif ini.
Vitamin B12 (faktor ekstrinsik) diabsorbsi hanya bila membentuk kompleks
dengan faktor intrinsic, suatu glikoprotein yang disekresi oleh sel parietal mukosa
lambung. Absorbsi terjadi pada ileum distal oleh suatu proses transpor yang sangat
spesifik dan kemudian vitamin ditranspor dalam keadaan terikat dengan
transkobalamin II (suatu glikoprotein plasma). Anemia pernisiosa disebabkan oleh
defisiensi faktor intrinsic akibat autoantibody, baik terhadap faktor itu sendiri ataupun
terhadap sel parietal lambung (gastritis atrofik)
Metilmalonil-KoA mutase
Enzim ini membutuhkan deoksiadenosilkobalamin untuk mengubah
metilmalonil-KoA menjadi suksinik-KoA. Dalam keadaan tidak adanya vitamin B 12,
reaksi ini tidak dapat terjadi dan terjadi akumulasi metilmalonil-KoA. Hal ini
menyebabkan terjadinya sintesis asam lemak abnormal, yang akan bergabung dalam
membrane neuron dan bisa menyebabkan defek neurologis yang tampak pada
defisiensi vitamin B12.

++ , ½-
‡ Meat
‡ Dairy foods such as milk, butter, yogurt, cheese, ice-cream

Anemia Pernisiosa dan Pengobatannya

Anemia pernisiosa adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan vitamin B12. Pada
anemia ini, sel darah merah yang diproduksi, lebih besar dari biasanya. Akibatnya, sel
darah tersebut sulit untuk keluar dari di sum-sum tulang belakang.

Vitamin B12 merupakan salah satu anggota kelompok vitamin B. Vitamin ini banyak
ditemukan pada daging, ikan, telur, susu, dan produk susu lainnya.

Kekurangan vitamin ini dapat terjadi akibat :


Kurang asupan vitamin B12 dari makanan, misalnya pada penganut vegetarian, orang
tua, atau pecandu alkohol.
Kurangnya intrinsik faktor, yaitu protein yang membantu penyerapan vitamin B12 di
lambung. Faktor ini merupakan penyebab tersering anemia pernisiosa.
Gangguan di usus seperti penyakit Crohn dan infeksi usus.

Prinsip pengobatan anemia pernisiosa adalah untuk mencukupi kebutuhan vitamin


B12 yang kurang dalam tubuh.

Sedangkan tujuan pengobatan adalah :


Untuk menyembuhkan anemia melalui pemberian vitamin B12.
Untuk mencegah timbulnya komplikasi, seperti kerusakan jantung atau saraf.
Mengobati penyakit dasarnya jika anemia pernisiosa disebabkan oleh penyakit
tertentu.

Setelah pemberian suntikan atau tablet vitamin B12, gejala akan membaik dalam
beberapa hari.

Suntikan pada awalnya dapat diberikan setiap hari atau setiap minggu, kemudian
sekali sebulan. Suntikan dapat juga dikombinasikan dengan tablet.

Jika anemia pernisiosa disebabkan oleh infeksi usus, biasanya penderita akan diberi
antibiotik. Jika ada gangguan di usus halus, mungkin dibutuhkan pembedahan. Tetapi,
jika anemianya terjadi akibat kurang makan makanan bervitamin B12, maka pola
makan harus diperbaiki.




½  
Anemia Karena Kekurangan Asam Folat adalah suatu anemia megaloblastik yang
disebabkan kekurangan asam folat. Asam folat (asam pteroilmonoglutamat, PmGA)
terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam para aminobanzoat dan asam glutamat. Dari
penelitian terbukti bahwa yang memiliki arti biologik adalah gugus PABA dan gugus
asam glutamat. PmGA bersama-sama dengan konjungat yang mengandung lebih dari
satu asam glutamat, membentuk suatu kelompok zat yang dikenal sebagai folat. Folat
terdapat hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi, dan
daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan) makanan.

½   
Keadaan di mana jumlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobinnya
mengalami penurunan. Akibatnya, ada penurunan transportasi oksigen dari paru ke
jaringan perifer.
PmGA merupakan prekusor inaktif dari beberapa koenzim yang berfungsi pada
transfer unit karbon tunggal (single carbon unit). Mula-mula folat reduktase
mereduksi PmGA menjadi THFA (asam tetrahidrat). THFA yang ternbentuk
bertindak sebagai akseptor sebagai unit karbon tunggal dan selanjutnya memindahkan
unit ini kepada za-zat yang memerlukan. Berbagai reaksi penting yang menggunakan
unit karbon tunggal adalah:

1. Sintesis purin melalui pembentukan asam inosinat


2. Sintesis nukleotida pirimidin melalui metilasi asam deoksiuridilat menjadi
asam timidilat
3. Interkonversi beberapa asam amino misalnya antara serin dengan glisin,
histidin dengan asam glutamat, hemosistein dengan metionin (yang terakhir ini
memerlukan pula vitamin B12)

Kebutuhan Folat

Kebutuhan tubuh akan folat rata-rata 50 mcg sehari, dalam bentuk PmGA,
tetapi jumlah ini dipengaruhi ole kecepatan metabolisme dan laju malih sel (cell turn
over) setiap harinya. Jadi, peningkatan metabolisme akibat penyakit infeksi, anemia
hemolitik dan adanya tumor ganas akan meningkatkan folat.


½  ½
Kekurangan asam folat terjadi pada:
a. Kekurangan asam folat lebih sering terjadi dunia Barat dibandingkan dengan
kekurangan vitamin B12, karena disana orang tidak cukup memakan sayuran
berdaun yang mentah
b. Penderita penyakit usus halus tertentu, terutama penyakit Crohn dan sprue,
karena terjadi gangguan penyerapan asam folat
c. Obat anti-kejang tertentu dan pil KB, karena mengurangi penyerapan asam
folat
d. Wanita hamil dan wanita menyusui, serta penderita penyakit ginjal yang
menjalani hemodialisa, karena kebutuhan akan asam folat meningkat
e. Peminum alkohol, karena alkohol mempengaruhi penyerapan dan
metabolisme asam folat.

½  
One of the most common vitamin deficiencies in the U.S.
± Associated with excessive alcohol intake
‡ Affecting 5% of U.S. population
± Associated with pregnancy
‡ 20% are folate-deficient
± Occurs with decreased intake, malabsorption
syndromes and with increased demand (hemolytic
anemia or exfoliative dermatitis)
½   



½  !"#$
Tampak lesu, mudah lelah, kurang darah, cepat mengantuk, nafas pendek, peradangan
pada lidah, mual, hilangnya nafsu makan, sakit kepala, pingsan, pucat, dan agak
kekuningan
Orang yang mengalami kekurangan asam folat akan menderita anemia. Bayi, tetapi
bukan orang dewasa, bisa memiliki kelainan neurologis. Kekurangan asam folat pada
wanita hamil bisa menyebabkan terjadinya cacat tulang belakang (korda spinalis) dan
kelainan bentuk lainnya pada janin.

½  % &
Diberikan tablet asam folat 1 kali/hari.
Penderita yang mengalami gangguan penyerapan asam folat, harus mengkonsumsi
tablet asam folat sepanjang hidupnya.

Individuals with folic acid deficiency usually benefit from oral
folic acid supplementation
‡ Additional benefits can be obtained through dietary
supplementation
± Lightly cooked greens
± Citrus foods

½  ' &&&
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali,terutama di 1/3 bagian proksimal usus
halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi, sedangkan pada
kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secara difusi. Walaupun terdapat gangguan
pada usus halus, absorpsi folat biasanya masih mencukupi kebutuhan terutama
sebagai PmGA.

Ada tidaknya transport protein belum dapat dipastikan, tetapi yang jelas 2/3
dari asam folat yang terdapat dalam plasma darah terikat pada protein yang tidak
difiltrasi di ginjal atau di tempat lain. Pada orang dengan diet normal, jumlah yang
diekskresi hanya sedikit sekali, dan akan meningkat bisa diberikan folat dalam jumlah
besar.


½  (
  
Folat tersedia sebagai asam folat dalam bentuk tablet 0,1;0,4;4;5;10 atau 20 mg dan
dalam larutan injeksi asam folat 5 mg/ml. selain itu, asam folat terdapat dalam
berbagai sediaan multivitamin atau digabung dengan antianemia lainnya. Asam folat
injeksi biasanya hanya digunakan sebagai antidotum pada intosikasi antifolat
(antikanker).

Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobatan defisiensi
folat. Harus diingat bahwa penggunaan secara membabi buta dapat merugikan
penderita, sebab folat dapat memperbaiki kelainan darah pada anemia pernisiosa
tanpa memperbaiki kelainan neurologik sehingga dapat berakibat cacat seumur hidup.

Dosis yang digunakan tergantung dari beratnya anemia dan komplikasi yang ada.
Umunya folat diberikan per oral, tetapi bila keadaan fisik memungkinkan, folat
diberikan secara IM atau SK.

Untuk tujuan diagnostik digunakan dosis 0,1 mg per oral selama 10 hari yang hanya
menimbulkan respons hematologik pada penderita defisiensi folat. Hal ini
membedakannya dengan defisiensi vitamin B12 yang baru memberikan respons
hematologik dengan dosis 0,2 mg perhari atau lebih.

Terapi awal pada defisiensi folat tanpa komplikasi dimulai denan 0,5-1 mg sehari
secara oral selama 10 hari. Dengan adanya komplikasi di mana kebutuhan folat
meningkat disertai pula dengan supresi hematopoesis, dosis perlu lebih besar. Setelah
perbaikan cukup memuaskan, terapi dilanjutkan dengan dosis penunjang yang
biasanya berkisar antara 0,1-0,5 mg sehari.

Efek toksik pada pengguna folat untuk manusia hingga sekarang belum pernah
dilaporkan terjadi. Sedangkan pada tikus, dosis tinggi dapat menyebabkan
pengendapan kristal asam folat dalam tubuli ginjal. Dosis 15 mg pada manusia masih
belum menimbulka efek toksik. Ada laporan yang menyatakan bahwa asam folat
dapat menurunkan efek antiepilepsi fenobarbital, fenitoin, dan primidon sehingga
meningkatkan frekuensi serangan, tetapi pernyataan ini disangkal oleh peneliti lain.



½  '
Kalau si ibu menderita anemia megaloblastik, berarti ia harus mengkonsumsi asam
folat yang cukup. Lakukan diet makanan yang kaya asam folat agar konsumsi zat
tersebut terpenuhi, selain dibantu dengan tablet asam folat itu sendiri. Minimal 1-5
miligram per hari.´
Menambah asupan makanan yang banyak mengandung asam folat.
Untuk mencegah kekurangan asam folat pada kehamilan, maka wanita hamil
dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet asam folat.
Eritropoietin
Defisiensi asam folat menyebabkan anemia megaloblastik, yang membutuhkan asam
folat oral.

2.3.8 Farmakokinetik
Simpanan folat tubuh relatif rendah (5-20 mg) dan arena kebutuhan hariannya tinggi,
defisiensi asam folat dan anemia megaloblastik dapat terjadi dengan cepat (1-6 bulan)
bila asupan asam folat dihentikan. Asam folat sendiri diabsorbsi sempurna dengan
jejunum proksimal, tetapi folat dari makanan terutama berbentuk poliglutamat 5-CH3-
H4 folat. Seluruh folat kecuali satu dari residu glutamate dihidrolisis sebelum absorbsi
monoglutamat 5-CH3-H4 folat. Tidak seperti defisiensi vitamin B12, defisiensi asam
folat seringkali disebabkan oleh asupan folat dari makanan yang tidak adekuat.
Beberapa obat (misalnya fenitoin, kontrasepsi oral, isoniazid) dapat menyebabkan
defisiensi asam folat dengan menurunkan absorbsinya.
Asam folat dan vitamin B12 tidak memiliki efek toksik yang diketahui. Akan
tetapi, penting untuk tidak memberikan asam folat saja pada defisiensi vitamin B12,
karena meskipun anemia bisa membaik, tetapi degenerasi neurologis tetap berlanjut
dan bisa menjadi ireversibel.

½  )
 
+../
0&.&+  
$  . .    # &1/ & 
&.&/&.&&&
2& 
+11- 
‡ Fresh fruits and vegetables such as avocados, beets, cantaloupe,
oranges and orange juice
‡ Dark green, leafy vegetables such as romaine lettuce, spinach and broccoli
‡ Meat
‡ Beans and nuts
‡ Dairy foods such as milk, butter, yogurt, cheese, ice-cream
‡ Breads and cereals that are whole wheat, whole grain or have added folic acid
Beberapa sumber asam folat antara lain :
sayuran hijau daun seperti bayam, silver beet, brokoli.
Buah : apokat, pisang, jeruk, berry
Telur
Ragi (vegemite)
Makanan yang diperkaya asam folat (nasi, pasta, kedelai, cereal)
Sesungguhnya hati mengandung banyak asam folat terutama setengah
matang/mentah. Namun hati yang dimasak setengah matang/mentah dan dairy produk
lainnya yang tidak dipasteurisasi adalah sumber utama spora bakteri Lysteria
monocytogenesys penyebab utama penyakit listeriosis. Oleh karena itu sangat tidak
dianjurkan konsumsi asam folat dari hati dan unpasteurised dairy product.

Besarnya kebutuhan asam folat untuk ibu hamil berkisar 400 mcg. Konsumsi asam
folat aman hingga 1000 mcg. Efek samping kelebihan asam folat antara lain : nausea,
menurunnya nafsu makan, flatulen/kembung kentut, serta alergi ringan.

 Hipoksia atau kehilangan darah, menyebabkan peningkatan sintesis
hemoglobin dan pelepasan eritrosit. Perubahan-perubahan ini diperantarai oleh suatu
peningkatan eritropoeitin dalam sirkulasi (suatu glikoprotein berisi 166 residu asam
amino). Eritropoitin terikat pada reseptor di precursor sel eritroid dalam sumsum
tulang dan meningkatkan transkripsi enzim yang terlibat dalam sintesis hem.
Eritropoietin manusia rekombinan tersedia sebagai epoetin alfa dan epoetin beta, dua
bentuk yang tidak dapat dibedakan secara klinis. Darbepoetin alfa merupakan turunan
epoetin alfa yang terglikosilasi dank arena memiliki waktu paruh yang lebih panjang
dapat diberikan lebih jarang daripada epoetin alfa. Kedua obat tersebut diberikan
secara suntikan intravena atau subcutan untuk memperbaiki anemia pada penyakit
gagal ginjal kronis, yang terutama disebabkan oleh defisinesi hormone. Epoetin juga
digunakan untuk mengobati anemia yang disebabkan oleh obat-obat antikanker yang
mengandung platinum.

Kenyataannya hampir semua ibu hamil akan mengalami anemia, karena volume darah
saat hamil meningkat rata-rata 40-50 persen, dibandingkan saat normal. Akibatnya,
jumlah zat besi dan asam folat yang dibutuhkan untuk memproduksi sel darah merah
akan meningkat pula secara bertahap. Pada kasus anemia ringan memang tidak
menimbulkan dampak apa-apa pada janin.

Tapi ketika sel-sel darah merah yang membawa oksigen semakin berkurang, maka
janin pun akan terkena pula. Anemia akut ini bisa mengakibatkan janin mengalami
fetal neural tube defect (gangguan tulang belakang) dengan tidak terbentuknya
sebagian tulang belakang janin. Akibatnya, bayi bisa mengalami kecacatan. Kecuali
itu, anemia ini juga bisa mengakibatkan janin terkena BBLR (berat badan lahir
rendah). ³Hal tersebut bisa terjadi karena pada kasus anemia, butir-butir darahnya
tidak ada sehingga aliran oksigen pada janin terganggu,´ jelas Fajar.

Bukan tidak mungkin pula terjadi solutio plasentae (lepasnya plasenta dari rahim)
yang mengakibatkan janin bisa meninggal, abortus spontan (keguguran) atau lahir
prematur. Selain itu, bisa juga mengakibatkan kontraksi kurang bagus, kesulitan
dalam persalinan, infeksi, dan uterus sulit berkontraksi.

TERAPI

Cara memperbaikinya, menurut Fajar, sangat mudah. ³Kalau si ibu menderita anemia
megaloblastik, berarti ia harus mengkonsumsi asam folat yang cukup. Lakukan diet
makanan yang kaya asam folat agar konsumsi zat tersebut terpenuhi, selain dibantu
dengan tablet asam folat itu sendiri. Minimal 1-5 miligram per hari.´
Asam folat banyak terdapat dalam organ tubuh hewan, semacam hati. Juga dalam
sayuran hijau seperti bayam, asparagus, brokoli, serta buah-buahan. ³Nah, ini bedanya
dengan vitamin B-12. Vitamnin B-12 banyak terdapat dalam produk hewan, tapi tidak
ada dalam nabati.´

Tapi, lanjutnya, sangat sulit jika hanya mengandalkan dari makanan yang dikonsumsi
sementara kebutuhan asam folat cukup tinggi. ³Mau tak mau harus dibantu dengan
tablet asam folat.´ Tak heran, jika asam folat selalu diberikan di awal kehamilan.
Tujuannya untuk mencegah sejak dini.

Apalagi, ujar Ali Khomsan, asam folat sangat rentan terhadap pemanasan yang tinggi.
³Untuk mengoptimalkan asam folat, sebaiknya jangan memasak sayuran terlalu
matang. Bisa saja dengan cara menumis. Baik juga jika dilakukan dengan cara dilalap.
Hanya, hati-hati jika memakan lalapan sayuran mentah. Cuci dengan bersih, sehingga
telur-telur cacing yang biasa ikut menempel di daun sayuran bisa hilang. Lain dengan
buah-buahan yang bisa dimakan tanpa dimasak.´

Untuk olahan hewan, semacam daging atau hati, memang susah kalau tidak dimasak
matang. Tapi setidaknya, olahan hewan kualitasnya biasanya lebih tinggi, sehingga
daya serapnya juga lebih baik.

Asam folat adalah nama lain dari vitamin B9, merupakan vitamin yang larut air.
Vitamin yang larut air bila dikonsumsi berlebih akan dikeluarkan bersama urin, tidak
diakumulasi di dalam tubuh.

Menurut WHO asam folat dikategorikan klas A artinya aman dikonsumi oleh ibu
hamil, malahan wajib dikonsumsi oleh wanita yang ingin hamil dan ibu hamil selama
trimester pertama.
Asam folat diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan putih, mencegah
anemia dan terjadinya neural tube defects (NTDs) seperti anensefali (tidak
terbentuknya batok kepala) dan spina bifida (penonjolan kea rah luar tubuh sumsum
dan tulang belakang, mengakibatkan kelumpuhan). Selain itu kekurangan asam folat
akan menimbulkan terjadinya gangguan di ginjal dan juga hepar janin, munculnya
Down syndrome, serta gangguan di saluran kemih.

Besarnya kebutuhan asam folat untuk ibu hamil berkisar 400 mcg. Konsumsi asam
folat aman hingga 1000 mcg. Efek samping kelebihan asam folat antara lain : nausea,
menurunnya nafsu makan, flatulen/kembung kentut, serta alergi ringan.

NTDs merupakan salah satu gangguan yang sering muncul pada ibu hamil. Gangguan
ini dapat dikenali dengan mudah bila ibu sering memeriksakan kehamilan selama
hamil/antenatal care, pemeriksaan USG dan darah. Pemeriksaan darah khususnya
melihat tingginya kadar Alfafeto-protein (AFP).Mulai umur kehamilan 16-18 minggu
sudah terdeteksi dengan jelas munculnya AFP. Jika kadar AFP masih dalam batas
normal, ibu hamil tidak perlu khawatir. Kadar AFP akan mencapai puncaknya pada
minggu ke 30-32 kehamilan. Ibu hamil yang mengalami morning sickness secara
berlebihan/hiperemesis gravidarum memiliki resiko defisiensi asam folat.

Menurut laporan WHO 2/3 kasus NTDs bisa diselamatkan dengan konsumsi 400-600
mcg asam folat.

Listeriosis muncul pada ibu hamil dalam bentuk abortus, infeksi janin, gangguan
pernafasan bayi dan meningitis/radang selaput otak.

Pemberian suplemen asam folat diharuskan selama kehamilan trimester pertama.


Selain itu masukan makanan yang diperkaya dengan asam folat sangat dianjurkan.
345
"

6 c

š Fatigue and weakness.
š Red, sore tongue.
š Mouth ulcers.
š Pale skin, gums, eyes, and nailbeds.
š Shortness of breath.
š Irritability.
š Nausea, vomiting, and diarrhea (rare).
š Numbness and tingling of fingers and toes.

05


š Complication of pregnancy. A woman's body needs eight times more folic acid than
usual during
pregnancy.
š Not enough intake or absorption of foods with a high folic acid content. These
include meat,
poultry, fish, cheese, milk, eggs, green vegetables, and yeast.
š Excess alcohol use.
š Overcooking foods, which destroys folic acid.
š Deficiency of vitamin B12 or vitamin C.

3
$03

78
š Adults over 60.
š Pregnancy.
š Recent surgery.
š Illness such as tropical sprue, psoriasis, acne rosacea, eczema, or dermatitis
herpetiformis.
š Fad diets or general poor nutrition.
š Chronic illness.
š Surgical removal of a portion of the stomach.
š Smoking, which decreases vitamin C absorption. Vitamin C is needed for folic acid
absorption.
š Use of certain drugs, such as oral contraceptives, anticonvulsants, methotrexate,
triamterene, or
sulfasalazine.
3DD
53

š Don't drink alcohol.
š Have regular medical checkups during pregnancy. Take prenatal vitamin
supplements, if they are
prescribed.
š Eat well. Include fresh vegetables, meat, and other animal proteins. Avoid fad diets.
Don't
Information From Your Health Care Provider
Page 1 of 3
file://D:\office\Anemia_folic-a_en.html 8/24/2007
overcook food.
š Don't smoke. Smoking increases vitamin requirements.
9 0c50c

Usually curable in three weeks with an adequate f olic acid intake.
c

 :0c :0c

š Infertility.
š Increasedrisk of infections.
š Congestive heart failure (severe cases only).
š Can increase the risk of conceiving a child with a neural tube defect.

"c

;3
"3:
53

š Your health care provider may do a physical exam. Medical tests may include blood
studies, a
Schilling test to measure vitamin B12 levels and a trial of taking vitamin B12.
š Treatment consists of folic acid supplements and treating any underlying causes.
š If you smoke, find a way to quit.
š If you take oral contraceptives, consider using another form of contraception.

0c

š Folic acid supplements will be prescribed.
š Iron supplements to take orally will be prescribed.
0D6
Anemia does cause fatigue. Schedule regular rest periods until you are
able to resume
normal activity.

No special diet. Eat foods daily that are high in folic acid. The liver can
store folic acid
for a limited time only. Foods include asparagus spears, beef liver ,
broccoli spears,
collards (cooked), mushrooms, oatmeal, peanut butter, red beans, and
wheat germ.

You might also like