You are on page 1of 10

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN TERJADINYA GANGREN PADA PASIEN

DIABETES MELLITUS
1
Sri Wahyuni, 2Yesi Hasneli, 3Juniar Ernawaty
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email: sriwahyunirusri@gmail.com

Abstract

The purpose of this research to determine the relationship of blood sugar level with the occurrence of gangrene in DM
patients. The type of this research was quantitative research with cross sectional approach. Sampling technique was total
sampling counted 30 respondents. The analysis used univariate and bivariate analyzes. The result of the research showed that
more DM patients aged elderly (46-55 years) as many as 14 people (46,7%), elementary education that is 14 people (46,7%),
female gender were 19 people (63,3% ). DM patients with uncontrolled blood sugar were 20 (66.7%). DM patients who did
not experience gangrene as many as 18 people (60%). Chi-square test results have relationship between blood sugar
relationship with gangrene incidence in DM patients (OR = 11,000, P value 0.024). Based on the results of the study it was
expected that respondents need to pay more attention to diabetic wound by having a balance diet to keep blood sugar level
within normal range and that the gangrene wound will heal faster

Keywords: blood sugar, diabetes mellitus, gangrene

PENDAHULUAN kesehatan secara teratur sehingga dapat


Diabetes mellitus (DM) adalah suatu mengurangi jumlah pasien yang mempunyai
penyakit menahun yang ditandai dengan kadar nilai kadar gula darah buruk (Sudoyo, 2009).
glukosa darah yang melebihi normal Prevalensi DM di Indonesia cenderung
(hiperglikemia) dan gangguan metabolisme meningkat, yaitu dari 5,7% tahun 2007,
karbohidrat, lemak dan protein yang menjadi 6,9% tahun 2013. Berdasarkan data
disebabkan oleh kekurangan hormon insulin dari Riskesdas (2013) bahwa 2/3 penderita
secara relatif maupun absolut. Apabila kondisi diabetes tidak mengetahui bahwa dirinya
ini dibiarkan tidak terkendali maka akan menderita DM. Menurut Smeltzer & Bare,
terjadi komplikasi metabolik akut maupun (2012) menyatakan peningkatan kadar glukosa
komplikasi vaskuler jangka panjang baik darah dikatakan DM apabila hasil pengukuran
mikroangiopati maupun makroangiopati kadar glukosa plasma puasa ≥140 mg/dl atau
(Hasdianah, 2012). kadar glukosa sewaktu ≥200 mg/dl pada satu
Menurut data World Health kali pemeriksaan atau lebih.
Organization (WHO) tahun 2016 Hasneli (2017) melakukan penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 150 juta orang tentang identifikasi dan analisis gula darah
menderita DM di seluruh dunia, dan jumlah ini pasien diabetes, pada 34 pasien DM yang
akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2025. dilakukan pengukuran kadar gula darah puasa
Kenaikan ini akan terjadi di negara-negara didapatkan median 311,5 mg/dl, dengan nilai
berkembang yang disebabkan oleh minimum dan maksimum adalah 195 mg/dl
pertumbuhan populasi, penuaan, diet tidak dan 600 mg/dl, dengan nilai normal kadar gula
sehat, obesitas dan gaya hidup tidak sehat darah puasa < 100 mg/dl. Didapatkan
(kurangnya aktivitas fisik (olahraga), sensitivitas kaki dengan median 7 dengan nilai
mengkonsumsi makanan atau minuman tinggi minimum dan maksimum untuk kaki kiri
gula dan mengkonsumsi alkohol) (WHO adalah 3 dan 9, dan kaki kanan adalah 4 dan 9,
2016). yang mana kadar normal sensitivitas kaki kiri
Semakin bertambahnya usia individu dan kanan adalah 10 dan 10. Dapat
maka semakin menurunnya fungsi tubuh disimpulkan bahwa kadar gula darah pasien
(degeneratif) terutama pankreas yang diabetes diatas normal dapat mengakibatkan
menghasilkan insulin, untuk itu pasien dengan Menurunnya kesensitivan kaki pasien DM.
usia lebih dari 45 tahun harus melakukan Kadar gula yang tidak terkontrol
kontrol kadar gula darah sewaktu difasilitas cenderung menyebabkan kadar zat berlemak

40
dalam darah meningkat, sehingga Sulistriani (2013) menyatakan faktor
mempercepat terjadinya arterosklerosis yang berpengaruh terhadap kejadian gangren
(penimbunan plak lemak dalam pembuluh pada penderita DM diantaranya adalah
darah). Arterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering neuropati, tidak terkontrol gula darah
terjadi pada penderita DM. Sirkulasi darah (hiperglikemi yang berkepanjangan akan
yang buruk melalui pembuluh darah besar menginisiasi terjadinya hiperglisolia (keadaan
(makro) bisa merusak otak, jantung dan dimana sel kebanjiran masuknya glukosa
pembuluh darah kaki (makroangiopati). akibat hiperglikemia kronik), hiperglisolia
Pembuluh darah kecil (mikroangiopati) bisa kronik akan mengubah homeostasis
merusak mata, ginjal, saraf, kulit serta biokimiawi sel yang kemudian berpotensi
memperlambat penyembuhan luka. untuk terjadinya perubahan dasar terbentuknya
Berkurangnya aliran darah keekstremitas dapat komplikasi DM.
menyebabkan ulkus. Ulkus dikaki bisa sangat Gangren adalah rusak dan
dalam dan mengalami infeksi kaki yang membusuknya jaringan, daerah yang terkena
kemudian dapat berkembang menjadi gangren gangren biasanya bagian ujung-ujung kaki
diabetes serta masa penyembuhannya lama atau tangan (Suryo, 2009). Gangren kaki
sehingga sebagian tungkai harus diamputasi diabetik luka pada kaki yang merah kehitam-
(Fransiska, 2012). hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan
Rachmawati (2015) pasien yang tidak yang terjadi dipembuluh darah sedang atau
teratur melakukan kontrol kadar gula darah besar ditungkai, luka gangren merupakan salah
puasa dan kadar gula darah postpradial sebesar satu komplikasi kronik DM yang paling
54,4 % dan 62.1%. Rata-rata nilai kadar gula ditakuti oleh setiap penderita DM
darah puasa dan kontrol gula darah potspradial (Tjokroprawiro, 2007).
buruk (75.3% dan 90.5%), seluruh pasien Gangren adalah kematian
tidak teratur melakukan pemeriksaan kadar jaringan yang disebabkan oleh penyumbatan
HbA1c. Penelitian serupa juga dilakukan oleh pembuluh darah (iskemiknekrosis) karena
musfufah pada tahun 2013 menyebutkan adanya mikroemboli aterotrombosis akibat
bahwa dari 36 pasien yang melakukan penyakit vaskuler perifer yang menyertai
pemeriksaan kadar gula darah, dengan hasil penderita DM sebagai komplikasi menahun
sebanyak (16.7%) pasien yang kadar gula dari DM itu sendiri. Gangren paling sering
darah puasa secara teratur memiliki kadar gula mempengaruhi ekstremitas, termasuk jari-jari
darah baik yaitu kurang dari 100 mg/dl, tangan dan kaki, bisa juga terjadi pada otot dan
sebanyak 5.5% pasien memiliki kadar gula organ internal. Luka gangren merupakan
darah antara 100-126 mg/dl, dan kadar gula keadaan yang diawali dengan adanya hipoksia
darah buruk atau tidak terkontrol sebanyak jaringan dimana oksigen dalam jaringan
77,8% yaitu lebih dari 126 mg/dl. berkurang, hal ini akan mempengaruhi
Berdasarkan penelitian Aprimansyah aktivitas vaskuler dan seluler jaringan
(2015) di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD Ulin sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan
Banjar Masin buruknya kadar gula darah puasa (Huda, 2010).
(>126 mg/dl) sebanyak 19 orang (61,3%) dari Gangren yang terus berlanjut dapat
31 responden dan sebagian besar derajat ulkus berakibat dilakukannya tindakan amputasi.
berada pada derajat II sebanyak 17 orang( Beberapa penelitian di Indonesia melaporkan
54,84%), sehingga dihasilkan kesimpulan bahwa angka kematian ulkus gangren pada
bahwa terdapat hubungan yang signifikan penderita DM berkisar 17% -32%, sedangkan
antara kontrol glukosa darah dengan ulkus angka pasien yang dilakukan amputasi berkisar
diabetik pada pasien DM, dan apabila kadar antara 15% -30% (Sundari, 2009).
gula darah seseorang yang mengalami ulkus Kasus ulkus dan gangren diabetik di
diabetik tidak terkontrol dengan baik akan Indonesia merupakan kasus yang paling
menyebabkan kuman pathogen yang bersifat banyak dirawat di rumah sakit. Angka
anaerob mudah berkembang diplasma darah, kematian akibat ulkus dan gangren berkisar
sehingga derajat luka pada kaki penderita DM 17-23%, sedangkan angka amputasi berkisar
akan bertambah lebih buruk. 15-30%. Sementara angka kematian 1 tahun

41
pasca amputasi sebesar 14,8%. Jumlah itu gangren DM tahun 2016 sebanyak 68 orang.
meningkat pada tahun ketiga menjadi 37%. Berdasarkan data dari RSUD Petala Bumi
Rata-rata umur pasien hanya 23,8 bulan pasca tahun 2017 terdapat 68 kasus gangren dari
amputasi (PDPERSI, 2011). bulan Januari-November sehingga setiap tahun
Penelitian lain yang mendukung angka kejadian gangren selalu sama dan tidak
penelitian ini adalah Hasan tahun 2014 di mengalami penurunan.
RSUD Toto Kabila Gorontalo pada tahun 2011 Masih tingginya jumlah pasien DM di
terdapat 93 orang yang menderita DM dan RSUD Petala Bumi yang mengalami gangren
yang mengalami gangren ada 20 (21,5%) serta masalah komplikasi yang ditimbulkan
orang dari 52 orang dan 1 diamputasi, oleh gangren tersebut, padahal luka gangren
sedangkan pada tahun 2012 pasien yang itu sendiri dapat dicegah untuk mengurangi
menderita gangren ada 29 (24,3%) orang dari risiko yang dapat terjadi akibat DM, maka
total pasien DM sebanyak 119 orang, angka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tersebut mengalami peningkatan setiap tentang “Hubungan Kadar Gula Darah dengan
tahunnya. Terjadinya Gangren Pada Pasien Diabetes
Hasil penelitian Hastuti (2008) di Melitus”.
RSUD Dr. Moewardi Surakarta mayoritas
penderita gangren adalah laki-laki sebanyak 23 B. Rumusan masalah
responden (64%), sedangkan jumlah wanita 13 DM merupakan masalah kesehatan
responden (36%), pendidikan pasien mayoritas yang perlu ditangani dengan seksama. Gula
adalah SD sederajat sebanyak 13 responden darah yang tidak terkendali dapat
(36%), jenis pekerjaan terbanyak pada pasien menyebabkan komplikasi metabolik ataupun
adalah tidak bekerja sebanyak 8 responden komplikasi vaskular jangka panjang, yaitu
(22%), rerata umur pada pasien gangren 58 mikroangiopati dan makroangiopati. Penderita
tahun, umur termuda 42 tahun dan tertua 72 DM juga rentan terhadap infeksi kaki luka
tahun. yang kemudian dapat berkembang menjadi
Melda (2016) mendapatkan hasil gangren, sehingga meningkatkan kasus
penelitiannya didapatkan bahwa lebih banyak amputasi. Gangren kaki diabetik hingga kini
responden luka DM berusia dewasa akhir (36- masih menjadi penyakit yang menakutkan bagi
45 tahun) sebanyak 19 orang (32,2%), lebih penderita DM untuk itu diperlukan upaya
banyak responden luka DM berpendidikan pencegahan antara lain adalah dengan
rendah yaitu 34 orang (57,6%), mayoritas mengontrol kadar gula darah pasien DM. Maka
responden luka DM memiliki pekerjaan/ rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
aktivitas sedang sebanyak 46 orang (78%), “Apakah Terdapat Hubungan Kadar Gula
keseluruhan responden luka DM memiliki Darah dengan Terjdinya Gangren Pada Pasien
kadar gula sewaktu ≥ 200 sebanyak 59 orang Diabetes Melitus?”.
(100%), lebih banyak responden luka DM
derajat III sebanyak 34 orang (57,6%), METODE PENELITIAN
mayoritas responden pada kategori DM tipe II Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit
sebanyak 52 orang (88,1%) dan lebih banyak Umum Daerah Petala Bumi yang dilakukan pada
responden luka DM pada tahap inflamasi tanggal 9-13 Januari 2018. Jenis penelitian ini
sebanyak 35 orang (59,3%). Dapat adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan
disimpulkan bahwa rendahnya pendidikan dan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
pekerjaan pasien DM tipe II yang berusia adalah total sampling sebanyak 30 responden.
dewasa akhir lebih banyak mengalami kadar Sampel penelitian adalah seluruh populasi, yang
gula darah yang tinggi dan mengalami mana Populasi dalam penelitian ini adalah semua
komplikasi DM. responden dengan diabetes mellitus pada bulan
Desember 2017-Januari 2018 sebanyak 30
Hasil studi pendahuluan yang
responden.
dilakukan peneliti di RSUD Petala Bumi pada Alat pengumpul data yang digunakan pada
tahun 2015 perhitungan dilakukan sejak penelitian ini adalah observasi, Analisa data
Januari hingga Oktober diperoleh jumlah menggunakan analisa univariat dan bivariat.
penderita DM menjadi 2295 orang. Kasus Analisis univariat dalam penelitian ini akan

42
menampilkan distribusi frekuensi umur,
pendidikan, jenis kelamin, kadar gula darah, Berdasarkan tabel 3, dapat diketahui
terjadinya gangren. Analisa bivariat digunakan bahwa sebagian besar pasien DM berjenis
untuk mengetahui apakah ada hubungan yang kelamin perempuan yaitu 19 orang (63,3%).
signifikan antara 2 variabel yaitu kadar gula darah
dengan terjadinya gangren dengan menggunakan Tabel 4
uji Chi-Square. Distribusi Frekuensi Kadar Gula Darah
Pasien DM
HASIL PENELITIAN No Gula darah Frekuensi Persentase (%)
1. Analisa Univariat 1 Terkontrol 10 33,3
2 Tidak 20 66,7
Distribusi berdasarkan karakteristik Terkontrol
dijelaskan pada tebel 1 di bawah ini. Total 30 100

Tabel 1 Berdasarkan table 4, dapat diketahui


Distribusi Frekuensi Umur Pasien DM bahwa sebagian besar merupakan pasien
Persentase tidak terkontrol sebanyak 20 orang (66,7%).
No Umur Frekuensi
(%)
1 Lansi awal 14 46,7
(46-55 tahun)
Tabel 5
2 Lansia akhir 11 36,7 Distribusi Frekuensi Gangren Pasien DM
(56-65 tahun) Terjadinya
No Frekuensi Persentase (%)
3 Manula (>65 5 16,7 gangren
tahun) 1 Ada 12 40
Total 30 100 2 18 60
Tidak ada
Total 30 100
Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui
bahwa sebagian besar pasien DM berusia
Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui
lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 14
bahwa sebagian besar pasien DM yang tidak
orang (46,7%) dan sebagian kecil berusia
mengalami gangren sebanyak 18 orang
manula (> 65 tahun) sebanyak 5 orang
(60%).
(16,7%).
2. Analisis Bivariat
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Tabel 6
Pasien DM
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Hubungan Gula Darah dengan Terjadinya
1 SD 14 46,7 Gangren pada Pasien DM
2 SMP 8 26,7 Gangren
3 SMA 8 26,7 PValue OR
Gula darah Ada Tidak ada
Total 30 100
n % n %
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui
Tidak
bahwa sebagian besar pasien DM 11 55 9 45
Terkontrol 0,024 11,000
berpendidikan SD yaitu 14 orang Terkontrol 1 10 9 90
(46,7%).
Total 12 40 18 60
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien Hasil analisa hubungan antara hubungan
DM kadar gula darah dengan terjadinya gangren
Persentase pada pasien DM diperoleh hasil dari 20
No Jenis kelamin Frekuensi
(%) responden yang gula darahnya tidak
1 Laki-laki 11 36,7 terkontrol terdapat 11 responden (55%)
2 Perempuan 19 63,3 yang mengalami gangren dan 9 responden
Total 30 100 (45%) yang tidak mengalami gangren.

43
Sedangkan pada responden yang gula disebabkan sebagian besar responden
darahnya terkontrol terdapat 1 responden berusia lansia awal (46-55 tahun), karena
(10%) yang mengalami gangren dan ada 9 usia 46-55 tahun fungsi tubuh secara
responden (90%) yang tidak mengalami umum menurun kemampuan pangkreas
gangren. penghasil insulin menurun sehingga kadar
Hasil uji statistik didapatkan odds ratio gula darah tidak terkendali.
= 11,000 dan nilai p value = 0,024 yang b. Pendidikan
berarti p value < α 0,05 maka H0 ditolak Hasil penelitian menunjukkan
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bahwa lebih banyak pasien DM
antara kadar gula darah dengan terjadinya berpendidikan SD yaitu 14 orang (46,7%).
gangren pada pasien DM. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Hastuti (2008) tentang faktor-faktor risiko
PEMBAHASAN ulkus diabetika pada penderita DM
1. Karakteristik Responden terhadap 72 responden didapatkan
a. Umur sebanyak 49 responden (68%) dengan
Berdasarkan hasil penelitian pendidikan rendah (SD).
berdasarkan umur didapatkan pasien DM Tingkat pendidikan memiliki
berusia lansia awal (46-55 tahun) pengaruh terhadap kejadian penyakit DM.
sebanyak 14 orang (46,7%) dan paling Orang yang tingkat pendidikannya tinggi
sedikit berusia manula (> 65 tahun) biasanya akan memiliki banyak
sebanyak 5 orang (16,7%). pengetahuan tentang kesehatan.
Hal ini sejalan dengan penelitian Pengetahuan yang tinggi tersebut akan
yang telah dilakukan oleh Ariyanto (2014) membuat orang memiliki kesadaran dalam
dimana pada penelitian yang dilakukan menjaga kesehatannya. Selain
terhadap 94 pasien DM didapatkan pengetahuan, tingkat pendidikan juga
kelompok terbanyak yaitu kelompok usia mempengaruhi aktivitas fisik seseorang
40-49 tahun sebanyak 30 orang (31,91%), karena terkait dengan pekerjaan yang
kelompok umur 50-59 tahun sebanyak 30 dilakukan. Orang yang tingkat pendidikan
orang (31,91%) kemudian diikuti dengan tinggi biasanya lebih banyak bekerja di
usia 30-39 tahun sebanyak 17 orang kantoran dengan aktivitas fisik sedikit.
(18,01%) dan usia ≥ 60 tahun sebanyak 17 Orang yang tingkat pendidikan rendah
orang (18,01%). lebih banyak menjadi buruh maupun
Sudoyo (2009) bahwa usia sangat petani dengan aktivitas fisik yang cukup
erat kaitannya dengan terjadinya kenaikan atau berat (Ariyanto, 2014).
kadar glukosa darah, sehingga semakin Notoadmodjo (2010) bahwa
meningkat usia maka prevalensi diabetes pendidikan merupakan salah satu faktor
dan gangguan toleransi glukosa semakin yang dapat mempengaruhi pengetahuan
tinggi. Proses menua yang berlangsung seseorang. Semakin tinggi tingkat
setelah usia 30 tahun mengakibatkan pendidikan, maka hidup manusia akan
perubahan anatomis, fisiologis dan semakin berkualitas. lebih banyak pasien
biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat DM berpendidikan SD (rendah)
sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan dibandingkan dengan orang yang dengan
akhirnya pada tingkat organ yang dapat pendidikan tinggi, hal ini disebabkan
mempengaruhi fungsi homeostasis. karena orang yang berpendidikan tinggi
Komponen tubuh yang dapat mengalami lebih mengetahui faktor-faktor resiko DM
perubahan adalah sel beta pankreas yang sehingga dapat berjaga-jaga untuk
menghasilkan hormon insulin, sel-sel menghindari kejadian DM.
jaringan target yang menghasilkan Bahwa dengan adanya hasil
glukosa, sistem saraf, dan hormon lain penelitian yang sama dengan penelitian ini
yang mempengaruhi kadar glukosa. , maka pendidikan mempengaruhi
Asumsi peneliti bahwa banyaknya rendahnya pengetahuan menyebabkan
responden yang mengalami DM kurangnya kepatuhan terhadap pola makan

44
sehingga kadar gula darah tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus didapatkan
dan komplikasi DM tidak dapat dicegah. mayoritas pasien tidak teratur melakukan
c. Jenis Kelamin kontrol kadar gula darah (65.5%).
Hasil penelitian menunjukkan DM adalah suatu kelompok
bahwa lebih banyak pasien DM berjenis penyakit metabolik dengan karakteristik
kelamin perempuan yaitu 19 orang hiperglikemi yang terjadi karena kelainan
(63,3%). Menurut penelitian yang sekresi insulin atau kerja insulin (Sudoyo,
dilakukan oleh Wahyuni (2007) tentang 2009). DM merupakan penyakit yang
faktor-faktor yang berhubungan dengan sangat besar menuju komplikasi ke organ
penyakit diabetes mellitus (DM) di daerah lain. Jika telah terjadi gangguan pada
perkotaan di Indonesia bahwa pada jeis syaraf dan pembuluh darah maka
kelamin perempuan sebanyak 489 orang terjadinya komplikasi kaki diabetik sangat
dimungkinkan. Secara umum,
(5,1%) dan laki-laki sebanyak 303 orang
pathogenesis dan patofisologi terjadinya
(3,7%). Penyakit DM lebih sering
gangren pada kaki DM disebabkan oleh
dijumpai pada perempuan dibanding laki-
terjadinya gangguan jumlah kadar gula
laki karena pada perempuan memiliki dalam darah yang berujung pada kelainan
kadar LDL dan kolesterol yang tinggi pembuluh darah dan neuropati baik pada
dibanding laki-laki, selain itu aktivitas sensorik, motorik maupun otonomi
wanita juga lebih sedikit dibanding laki- (Fahmi, 2015).
laki sehingga memicu terserang berbagai DM atau kencing manis
penyakit, khusunya diabetes (Wahyuni, merupakan penyakit menahun dimana
2010). kadar glukosa darah menimbun dan
Perempuan 3-7 kali lebih tinggi melebihi batas normal (Fransiska, 2012).
beresiko terkena DM dibandingkan laki- Ini disebabkan menurun
laki yang disebabkan perempuan yang kemampuan organ-organ tubuh salah
memilki kadar LDL atau kolesterol jahat satunya pankreas yang memproduksi
tingkat gliserida yang lebih tinggi dari insulin sehingga terjadilah resistensi
laki-laki, dan juga terdapat perbedaan insulin atau terganggunya sekresi insulin
dalam melakukan semua aktivitas dan dalam tubuh yang menyebabkan kadar
gaya hidup sehari-hari yang sangat glukosa dalam darah menjadi meningkat.
mempengaruhi kejadian suatu penyakit f. Gangren
(Sudoyo, 2009). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bahwa lebih banyak pasien DM
Asumsi peneliti bahwa lebih banyak
yang tidak mengalami gangren sebanyak
pasien DM berjenis kelamin perempuan
18 orang (60%). Sebagian besar penderita
karena secara fisik perempuan memiliki
gangren kaki DM datang dengan kategori
peluang indeks masa tubuh lebih besar ulkus derajat 3 yaitu infeksi telah
dibandingkan dengan laki-laki, sehingga mengenai jaringan subkutis, otot dan dapat
membuat distribusi lemak tubuh menjadi lebih dalam sampai ke tulang, dengan
mudah terakumulasi akibat proses tanda-tanda infeksi lokal yang jelas serta
hormonal, selain itu aktivitas wanita juga eritema dengan ukuran lebih dari 2 cm.
lebih sedikit dibanding laki-laki sehingga Menurut penelitian yang dilakukan
memicu terserang berbagai penyakit, oleh Eva (2008) tentang profil penderita
khususnya diabetes. ulkus diabetik yang dirawat di Bangsal
e. Kadar gula darah Penyakit Dalam RSUP dr M Djamil
Hasil penelitian menunjukkan Padang terhadap 38 pasien DM
bahwa lebih banyak pasien DM yang gula didapatkan Sebagian besar penderita ulkus
darah yang tidak terkontrol sebanyak 20 kaki DM datang dengan kategori ulkus
orang (66,7%). Hasil penelitian derajat 3 yaitu sebanyak 21 orang (55%).
Rahcmawati (2015) dengan judul Syadzwina (2011), penderita DM
gambaran kontrol dan kadar gula darah yang mengalami reaksi yang berujung

45
pada kurangnya vasodilatasi akan darah yang tidak tinggi, ketidakpatuhan
mengakibatkan aliran darah ke saraf diet dan perawatan kaki yang tidak baik.
menjadi menurun. Sehingga sensasi nyeri
akan berkurang atau hilang sama sekali 2. Hubungan Gula Darah dengan
dan berefek terhadap kaki penderita akan Terjadinya Gangren pada Pasien DM
mudah terluka tanpa penderita sadari. Hasil uji statistik didapatkan odds
Sulistriani (2013) menyatakan faktor ratio = 11,000 dan nilai p value = 0,024
yangg berpengaruh terhadap kejadian yang berarti p value < α 0,05 maka dapat
gangren pada penderita DM diantaranya disimpulkan bahwa ada hubungan antara
adalah neuropati, tidak terkontrol gula hubungan gula darah dengan terjadinya
darah (hiperglikemi yang berkepanjangan gangren pada pasien DM.
akan menginisiasi terjadinya hiperglisolia Berdasarkan penelitian Aprimansyah
(keadaan dimana sel kebanjiran masuknya (2015) di Poliklinik Kaki Diabetik RSUD
glukosa akibat hiperglikemia kronik), Ulin Banjar Masin buruknya kadar gula
hiperglisolia kronik akan mengubah darah puasa (>126 mg/dl) sebanyak 19
homeostasis biokimiawi sel yang orang (61,3%) dari 31 responden dan
kemudian berpotensi untuk terjadinya sebagian besar derajat ulkus berada pada
perubahan dasar terbentuknya komplikasi derajat II sebanyak 17 orang (54,84%),
DM. sehingga dihasilkan kesimpulan bahwa
Proses timbulnya gangren diabetik terdapat hubungan yang signifikan antara
pada kaki dimulai dari edema jaringan kontrol glukosa darah dengan ulkus diabetik
lunak pada kaki, pembentukan fisura pada pasien DM, dan apabila kadar gula
antara jari-jari kaki atau didaerah kaki darah seseorang yang mengalami ulkus
kering, atau pembentukan kalus. diabetik tidak terkontrol dengan baik akan
Jaringan yang terkena awalnya berubah menyebabkan kuman pathogen yang
warna menjadi kebiruan dan terasa bersifat anaerob mudah berkembang
dingin bila disentuh. Kemudian jaringan diplasma darah, sehingga derajat luka pada
akan mati, menghitam dan berbau busuk. kaki penderita DM akan bertambah lebih
Rasa sakit pada waktu cidera tidak akan buruk.
terasa oleh pasien yang rasa penelitiannya didapatkan bahwa
kepekaannya telah menghilang dan keseluruhan responden luka DM memiliki
cidera yang terjadi bisa berupa cidera kadar gula Melda (2016) mendapatkan hasil
termal, cidera kimia atau cidera sewaktu ≥ 200 sebanyak 59 orang (100%),
traumatik. Tanda-tanda pertama pada lebih banyak responden luka DM derajat III
gangren adalah keluar nanah, dan sebanyak 34 orang (57,6%), mayoritas
kemerahan (akibat selulitis) (Washilah, responden pada kategori DM tipe II
2013) sebanyak 52 orang (88,1%) dan lebih
Gangren adalah rusak dan banyak responden luka DM pada tahap
membusuknya jaringan, daerah yang inflamasi sebanyak 35 orang (59,3%). Dapat
terkena gangren biasanya bagian ujung- disimpulkan bahwa rendahnya pendidikan
ujung kaki atau tangan (Suryo, 2009). dan pekerjaan pasien DM tipe II yang
Gangren kaki diabetik luka pada kaki yang berusia dewasa akhir lebih banyak
merah kehitam-hitaman dan berbau busuk mengalami kadar gula darah yang tinggi dan
akibat sumbatan yang terjadi dipembuluh mengalami komplikasi DM.
darah sedang atau besar ditungkai. Luka Kadar glukosa darah tidak terkendali
gangren merupakan salah satu komplikasi akan menyebabkan komplikasi kronik
kronik DM yang paling ditakuti oleh neuropati perifer berupa neuropati sensorik,
setiap penderita DM (Tjokroprawiro, motorik, dan autonom. Glukosa darah yang
2007). tidak terkendali akan menyebabkan
Asumsi peneliti bahwa lebih penebalan tunika intima (hyperplasia
banyaknya pasien DM mengalami derajat membran basalis arteri) pembuluh darah
gangren berat dikarenakan kadar gula besar dan kapiler, sehingga aliran darah

46
jaringan tepi kekaki terganggu dan nekrosis Pembuluh darah kecil (mikroangiopati) bisa
yang mengakibatkan ulkus diabetikum. merusak mata, ginjal, saraf, kulit serta
Infeksi menyebabkan memperlambat penyembuhan luka.
pembengkakan terkena organ dan Berkurangnya aliran darah keekstremitas
penghentian aliran darah. Ini umumnya dapat menyebabkan ulkus. Ulkus dikaki bisa
terjadi pada gangren basah, DM lebih sangat dalam dan mengalami infeksi kaki
lanjut menimbulkan risiko gangren karena yang kemudian dapat berkembang menjadi
gangren berkembang sebagai komplikasi gangren diabetes serta masa
dari luka terbuka atau sakit. Penyebab penyembuhannya lama sehingga sebagian
gangren basah yaitu akibat dari cedera tungkai harus diamputasi.
traumatis seperti kecelakaan mobil, Asumsi peneliti bahwa kadar gula
tembak luka, luka bakar atau luka karena darah yang tinggi pada penderita gangren
instrumen tajam. disebabkan kurangnya kesadaran dan
Orang-orang dengan sistem tingkat pendidikan yang rendah, sehingga
kekebalan yang lemah juga rentan responden tidak menjaga pola makan (jenis,
terhadap infeksi yang dapat menyebabkan porsi, waktu), maka semakin memperburuk
gangren. Orang-orang ini meliputi: orang- keadaan luka DM dan akan menyebabkan
orang dengan HIV AIDS, orang-orang gangren.
dengan kanker dan kemoterapi dan
radioterapi, perokok, pecandu alcohol SIMPULAN
jangka panjang, penderita DM yang lama, Karakteristik responden berdasarkan
orang-orang dengan kekurangan gizi yang umur sebagian besar pasien DM berusia
parah atau kekurangan diet, orang tua, lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 14 orang
gemuk, kelebihan berat badan, orang- (46,7%). Sebagian besar pasien DM
orang dengan tahap akhir penyakit ginjal berpendidikan SD yaitu 14 orang (46,7%)
dalam waktu yang lama (Nanda, 2010). sebagian besar pasien DM berjenis kelamin
Peningkatan HbA1C menyebabkan perempuan yaitu 19 orang (63,3%).
deformabilitas eritrosit dan pelepasan Sebagian besar pasien DM yang kadar gula
oksigen oleh eritrosit terganggu, sehingga darah yang tidak terkontrol sebanyak 20
terjadi penyumbatan sirkulasi dan orang (66,7%).Sebagian besar pasien DM
kekurangan oksigen mengakibatkan yang tidak mengalami gangren sebanyak 18
kematian jaringan yang selanjutnya menjadi orang (60%). Ada hubungan antara
ulkus. Peningkatan neuropati motorik hubungan kadar gula darah dengan
mempengaruhi semua otot, mengakibatkan terjadinya gangren pada pasien DM
penonjolan abnormal tulang, arsitektur (OR=11,000, p = 0,024). Maka pasien DM
normal kaki berubah, deformitas khas yang tidak terkontrol kadar gula darahnya
seperti hammer toe dan hallux rigidus. 11 kali beresiko terjadinya gangren dan
Deformitas kaki menimbulkan terbatasnya pasien yang terkontrol kadar gula darahnya
mobilitas, sehingga dapat meningkatkan 11 kali terhindar dari terjadinya gangren.
tekanan plantar kaki dan mudah terjadi
ulkus dan gangren (Ronald, 2017). SARAN
Fransiska (2012) juga mengatakan 1. Bagi Pasien
kadar gula yang tidak terkontrol cenderung Disarankan kepada responden untuk
menyebabkan kadar zat berlemak dalam lebih memperhatikan luka DM dengan
darah meningkat, sehingga mempercepat menjaga pola makan yang sehat seperti
terjadinya arterosklerosis (penimbunan plak (rendah gula, banyak mengkonsumsi buah
lemak dalam pembuluh darah). dan sayuran) agar gula darah tidak semakin
Arterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering tinggi sehingga luka DM cepat sembuh dan
terjadi pada penderita DM. Sirkulasi darah tidak menjadi gangren.
yang buruk melalui pembuluh darah besar 2. Bagi Pendidikan Keperawatan
(makro) bisa merusak otak, jantung dan Petugas kesehatan khususnya
pembuluh darah kaki (makroangiopati). perawat dan mahasisiwa keperawatan

47
mendorong peningkatan kesadaran tanggal 22 September 2017 dari
responden luka DM dengan memberi http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/f
penyuluhan dan promosi kesehatan tentang iles/
faktor resiko gangren, agar responden lebih Fahmi, A. (2015). Profil pasien ulkus diabetik di
peduli dalam mengontrol kadar gula rumah sakit umum daerah cengkareng.
darahnya serta memperhatikan luka yang Diperoleh tanggal 27 September 2017.
dialami dengan melakukan perawatan luka http://repository.uinjkt.ac.id
yang benar. Eva, D. (2008). Profil penderita ulkus diabetik
3. Bagi Pelayanan Perawatan/ Rumah sakit yang dirawat di bangsal penyakit dalam
Diharapkan hasil penelitian ini dapat RSUP dr M Djamil Padang. Majalah
memberikan informasi kepada petugas Kedokteran Indonesia, Volume: 58,
kesehatan tentang karakteristik pasien Nomor: 1, Januari 2008.diperoleh tanggal
dengan luka DM, sehingga perawat dirumah 28 Agustus 2017 dari
sakit dapat memberikan asuhan keperawatan ejournal.litbang.depkes.go.id
yang sesuai dengan kondisi pasien sehingga Fransiska, A. (2012). Awas pankreas rusak
mempercepat proses penyembuhan gangren penyebab diabetes. Jakarta: Cerdas Sehat
diabetik. Hasan, D. (2014). Faktor-faktor yang
4. Bagi Peneliti Selanjutnya berhubungan dengan proses
Penelitian lebih lanjut perlu penyembuhan ulkus diabetikum pada RS
dikembangkan variabel-variabel lain yang Di Gorontalo. Skripsi Universitas Negeri
berkaitan dengan hubungan kadar gula Gorontalo. Diperoleh tanggal 25
darah dengan terjadinya gangren serta September 2017 dari
karakteristik responden dengan gangren docplayer.info/39542405Hasdianah.
diabetik dengan metode dan desain yang (2012). Mengenal diabetes mellitus pada
berbeda. orang dewasa dan anak-anak.
Yogyakarta: NuhaMedika
UCAPAN TERIMA KASIH Hasneli, Y. (2017). Identifikasi dan Analisis
Terima kasih peneliti ucapkan atas bantuan dan Sensitivitas kaki Dan Glukosa Darah
bimbingan dari berbagai pihak dalam Pasien Diabetes Setelah Melakukan
penyelesaian penelitian ini. Terapi Pijat Kaki Apiyu. Jurnal belum
dipublikasikan. Pekanbaru
1
Sri Wahyuni: Mahasiswa Program Studi Hastuti, R. T. (2008). Faktor-faktor risiko ulkus
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia diabetika pada penderita diabetes
2
Yesi Hasneli: Dosen Departemen mellitus. Studi Kasus di RSUD Dr.
Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Moewardi Surakarta. Diperoleh tanggal
Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia 16 Agustus 2017 dari http://eprints.undip
3
Juniar Ernawaty: Dosen Departemen .ac.id/18866/1/Rini_Tri_Hastuti.pdf
Keperawatan Anak Program Studi Ilmu Huda, N. (2010). Pengaruh hiperbarik oksigen
Keperawatan Universitas Riau, Indonesia (HBO) terhadap perfusi perifer luka
gangren pada penderita DM Di
RSAL dr. Ramelan Surabaya. FIK UI.
DAFTAR PUSTAKA Diperoleh tanggal 21 September 2017
Apriansyah, F. (2015). Hubungan kontrol glukosa dari lib.ui.ac.id
dengan derajat ulkus pada pasien Melda, S. (2016). Analisis karakteristik pasien
diabetes militus di poliklinik kaki luka diabetes mellitus. Skripsi PSIK
diabetik RSUD banjarmasin. Diperoleh Universitas Riau. Dipublikasi universitas
tanggal 21 Desember 2017 dari Riau.
www.academia.edu/23894836 Melinda. (2015). Gambaran risiko terjadinya
Ariyanto, R. (2014). Karakteristik faktor-faktor ulkus pada penderita diabetes mellitus
risiko yang berhubungan kejadian di RS dr. Moewardi Surakarta.
diabetes melitus tipe 2 pasien di RSUD Fakultas IImu Kesehatan Universitas
Labuang Baji Makassar. Diperoleh Muhammadiyah Surakarta. diperoleh

48
tanggal 4 September 2017 dari Smeltzer, S. C., & Bare B. G. (2009). Buku ajar
ejournal.ijmsbm.org keperawatan medikal bedah Brunner
Nanda, A. (2010). Faktor-faktor resiko yang &Suddarth ( Edisi 8 Volume 1). Jakarta:
berhubungan dengan kejadian ulkus EGC
kaki diabetes di poliklinik khusus Sudoyo, A. (2009). Buku ajar ilmu penyakit
penyakit dalam RSUP. Dr. M. Djamil dalam. Jakarta: Internal Publishing
Padang. Skripsi Universitas Andalas Sulistriani. (2013). Pengaruh pendidikan
diperoleh tanggal 13 September 2017 kesehatan perawatan kaki terhadap
dari repo.unand.ac.id kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2
Notoatmojo, S. (2012). Metodologi penelitian Dalam Melakukan Perawatan kaki Di
kesehatan..Jakarta: RinekaCipta. Wilayah Kerja Puskesmas Jenggawah
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu prilaku kesehatan. Kabupaten Jember. Skripsi Program
Jakarta: Rineka Cipta. Studi Keperawatan Universitas Jember.
Diperoleh tanggal 7 Januari 2018 dari
PDPERSI. (2011). Neuropati diabetik menyerang
repository.unej.ac.id
lebih dari 50% penderita diabetes.
Suryo, J. (2009). Rahasia herbal penyembuh
Diperoleh tanggal 18 Agustus 2017. diabetes.Yogyakarta: PT Bentang
http:// www. Pdpersi.co.id Pustaka
Rachmawati, N. (2015). Gambaran Kontrol dan Syadzwina, S. (2011). Profil pasien ulkus
kadar gula darah pada pasien diabetes diabetikum yang dirawat di RSUD Arifin
militus di poliklinik dalam poliklinik Achmad Provinsi Riau periode 1 Januari-
RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang. 31 Desember 2011. Diperoleh tanggal 22
Diperoleh tanggal 10 Agustus 2017 dari Agutus 2017 dari
https://rsjsoerojo.co.idRiggs, C. B. http://www.distrodoc.com
(2010). The African American Guide to Tjokroprawiro, A. (2007). Buku ajar ilmu
Living Well With Diabetes.USA. Career penyakit dalam. Surabaya: Airlangga
Press. University Press.
RISKESDAS. (2013). Riset kesehatan dasar Wahyuni, S. (2010). Faktor-faktor yang
badan penelitian dan pengembangan berhubungan dengan penyakit diabetes
kesehatan kementarian kesehatan RI. mellitus daerah perkotaan di indonesia.
Diperoleh tanggal 28 Agustus 2017 Diperoleh tanggal 7 Januari 2018
https://www.google.co.id http://repository.uinjkt.ac.id
Ronald, W. (2017). Pengelolaan gangren kaki World Health Organization (2016). Diabetes
diabetik. Diperoleh tanggal 07 Januari mellitus. Diperoleh tanggal 28 Agustus
2018 dari http:// www.ka lbemed. 2017 dari http://www .who .int/ media
com/Portals/6/07_248CME-Pengelolaan centre/factsheets/ fs138/en/

49

You might also like