You are on page 1of 10

J. Tek. Ling Vol. 9 No. 3 Hal.

277-286 Jakarta, September 2008 ISSN 1441-318X

PEMANFAATAN POTENSI TENAGA AIR


DI SALURAN IRIGASI BANJARCAHYANA,
KABUPATEN BANJARNEGARA, PROPINSI JAWA
TENGAH SEBAGAI USAHA PENGURANGAN EMISI
GAS RUMAH KACA

Irhan Febijanto
Peneliti di Pusat Teknologi Pengembangan Sumberdaya Energi, Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract
This study was conducted by collaboration between BPPT, Chugoku Electric Power,
and PT Indonesia Power and funded by GEC (Japan-Geo Environment Center). The
study was started on August 2005, and finished on September 2006. The purpose
of the study was to explore the unutilized potentials micro hydro power plants (MHPP)
in Banjarcahyana irrigation channel. These sites are located at south eastern of
Banjarnegara city. Development of these MHPP will be planned put into Clean
Development Mechanism (CDM), therefore operation of these power generation would
be calculated to reduce global warming effects. According to the study result, it
was found eight locations having potential to build as MHPP. The development of
the project economically feasible estimated could reduce 17,252 t-CO2 of Green
House Gas Effect annually. This study also provides new emission coefficient factor
for electricity grid system of Jawa Bali Madura (JAMALI).

Keywords : irrigation channel, hydro power generation, Clean Development


Mechanism, Green Houses Gasses, emission reduction

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Potensi mikrohidro di Indonesia Saluran irigasi yang terdapat di daerah
diprediksi ada sekitar 7.500 MW, akan pertanian-pertanian di pedesaan
tetapi yang termanfaatkan untuk mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
pembangkit listrik baru sekitar 10% dari total sebagai pembangkit listrik. Aliran air di
potensi atau 750 MW 1). Kebutuhan listrik di saluran irigasi mempunyai kestabilan aliran
negara Indonesia yang mempunyai area debit lebih stabil dibandingkan dengan aliran
luas dan mempunyai lokasi desa-desa yang debit air di sungai. Debit air di aliran irigasi
tersebar, sampai saat ini belum terpenuhi relatif tidak terpengaruh oleh perubahan
semua. Rasio elektrifikasi relatif sangat musim atau cuaca. Kondisi ini sangat
rendah, untuk pulau Jawa pun yang hampir menguntungkan untuk pemanfaatan
seluruh pulaunya mempunyai infrastuktur pembangkit listrik yang menuntut
memadai, rasio elektrifikasi masih belum kesinambungan suplai air yang tinggi.
mencapai 90%.

Pemanfaatan Potensi...J. Tek. Ling. 9 (3): 1277-286 277


Pemanfaatan energi potensial air yang (IP) dalam hal ini berminat menjadi investor
dihasilkan dari perbedaan ketinggian pada dan owner dari proyek ini, sedangkan
saluran irigasi dapat dimanfaatkan untuk Chugoku EPCO berminat untuk membeli
memenuhi kebutuhan pembangkit lisrtrik CER (Certified Emission Reduction) yang
tenaga air di daerah pedesaan, terutama dihasilkan dari proyek ini, Sedangkan BPPT
daerah-daerah pedesaan yang belum teraliri dalam hal ini pelaksana studi dan analisis
oleh suplai listrik dari PLN (Perusahaan perhitungan pengurangan emisi Gas Rumah
Listrik Negara). Akan tetapi seperti Kaca (GRK).
diketahui, potensi saluran irigasi untuk Garis besar studi yang dilakukan
pemanfaatan energi listrik diketahui belum adalah sebagai berikut:
banyak dilakukan di Indonesia.
a. Identifikasi potensi energi air di
1.2 Tujuan sepanjang saluran irigasi
Banjarcahyana
Penelitian ini dimaksudkan menggali
b. Kelayakan teknis
potensi energi tenaga air di saluran irigasi
c. Kelayakan ekonomi.
yang banyak ditemui di areal pedesaan-
pedesaan di Indonesia untuk dimanfaatkan
2.1 Tempat dan Waktu Survei
sebagai pembangkit listrik. Pemanfaatan
sumber daya energi air ini dapat mengurangi Penelitian potensi saluran irigasi untuk
emisi karbondioksida (CO 2 ) yang pembangkit listrik ini dilakukan di saluran
mempunyai dampak terhadap pemanasan irigasi Banjarcahyana, Kabupaten
dunia. Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah.
Studi dari penelitian ini juga Pemilihan lokasi ditentukan berdasarkan
menghasilkan perhitungan koefisien faktor kondisi topograpi daerah yang mempunyai
emisi untuk sistem kelistrikan JAMALI banyak beda ketinggian.
dengan menggunakan data terbaru. Nilai Saluran irigasi Banjarcahyana
koefisien faktor emisi tersebut memperbaiki merupakan saluran limpahan dari PLTA
koefisien faktor emisi yang telah dikeluarkan (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Jenderal
oleh DJLPE (Direktorat Jenderal Listrik dan Sudirman atau PLTA Mrica dengan jumlah
Pengembangan Energi) pada tahun 20062). 3 unit, dengan masing-masing kapasitas
60,3 MW. Saluran irigasi ini mengairi daerah
2. METODOLOGI irigasi seluas 5.100 ha, dimana 1.305 ha
merupakan wilayah Kabupaten
Studi ini dilakukan bekerjasama dengan Banjarnegara. Saluran ini dibangun pada
Chugoku Electric Power Company (EPCO), tahun 1912 oleh pemerintah kolonial
yang mendapat dana dari Global Belanda. Sehingga usia saluran irigasi
Environmental Centre (GEC), badan diperkirakan sudah mencapai lebih dari 50
bentukan Kementerian Lingkungan Hidup tahun4).
Jepang, yang bergerak di studi masalah Hulu dari saluran irigasi ini adalah PLTA
lingkungan. (Pembangkit Listrik Tenaga Air) Jenderal
Pelaksanaan studi ini didasarkan atas Sudirman atau PLTA Mrica dengan kapasitas
landasan nota kesepakatan bersama antara 3 unit, 60,3 MW. Air yang dialirkan ke
BPPT dan Chugoku EPCO dan PT Indonesia saluran irigasi Banjarcahyana adalah air
Power dalam rangka pelaksanaan studi limpahan dari dam PLTA, sehingga debit air
untuk pengembangan Mekanisme tidak terpengaruh oleh operasional PLTA.
Pembangungan Bersih atau Clean Mrica
Development Mechanism (CDM)3). Survey lokasi dan pengumpulan data
Fungsi dari masing – masing pihak dilakukan dari bulan Agustus 2005 sampai
adalah sebagai berikut, PT Indonesia Power September 2006, selama 1 tahun.
278 Febijanto, I. 2008
Kegiatan ini mendapat dukungan juga dari a. Pengukuran penampang
PT IP, sebagai anak perusahaan PT PLN saluran irigasi.
Persero, selaku perusahaan pembangkit b. Pengukuran kecepatan air
listrik yang mempunyai wilayah kerja di c. Pengamatan ketinggian
sekitar daerah ini. permukaan air.
2.3 Pengukuran Penampang Saluran
2.2 Pemilihan dan Pengukuran Potensi Irigasi
Pelaksanaan pengukuran potensi Pengukuran penampang saluran irigasi
pembangkit listrik dilakukan dengan cara dilakukan saat dilakukan perbaikan saluran,
penelusuran saluran irigasi Banjarcahyana, yaitu pada minggu pertama bulan
dari hulu saluran irigasi, yaitu mulai dari September 2005. Karena pada saat itu tidak
PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mini ada air yang mengalir pada saluran,
Hidro) Tapen sampai ke arah hilir sejauh sehingga pengukuran penampang saluran
sekitar 15 km. Di daerah hilir ini, topographi irigasi dapat dilakukan secara akurat.
relatif datar, sehingga dapat dianggap Hasil dari pengukuran saluran penampang
potensi energi air yang dihasilkan dari di tiap-tiap lokasi yang memiliki potensi
perbedaan ketinggian menjadi sedikit. Maka akan digunakan untuk mengkonfirmasi hasil
daerah ini dianggap menjadi batas bawah pengukuran penampang saluran saat
areal penelusuran saluran irigasi. dilakukan pengukuran debit air.
Dari masing-masing lokasi yang Pada pengukuran debit air dilakukan
mempunyai potensi, kemudian dilakukan juga pengukuran penampang air. Tetapi
pengukuran debit air. Dimana pada pada saat itu, kondisi saluran irigasi dalam
pengukuran debit air di tiap titik lokasi, keadaan terisi air penuh, sehingga tingkat
dilakukan pengukuran pendukung lainnya, akurasi pengukuran penampang saluran
yaitu : saat itu akan mengalami penurunan.
Bentuk penampang saluran di tiap
lokasi pada umumnya sama dan simetris,
seperti ditunjukkan pada Gambar 1

Gambar 1 Pembagian Bidang Penampang Saluran Irigasi

2.4 Pengukuran Debit Air


dan bulan September. Perbedaan bulan
Pengukuran debit air di tiap lokasi
dipilih dengan mempertimbangkan efek dari
dilakukan sebanyak 3 kali dengan waktu
perbedaan musim kemarau dan musim
yang berbeda, yaitu pada bulan Juli, Agustus
hujan. Nilai rata-rata dari hasil pengukuran
Pemanfaatan Potensi...J. Tek. Ling. 9 (3): 1277-286 279
digunakan untuk perhitungan debit air.
Pengukuruan debit dilakukan dengan
flowmeter tipe propeler, OSS-B1, Fan no:4,
diameter, 80mm. Bentuk flowmeter
ditunjukkan di Gambar 2.

Dari hasil pengukuran kecepatan air vi


di dikalikan dengan penampang, Ai, maka
akan didapat debit air, Qi di tiap penampang
Ai. Kemudian debit Qi dari tiap penampang
Ai dijumlahkan, maka akan didapat jumlah
debit yang mengalir di penampang saluran
irigasi tersebut.

Gambar 2. Flowmeter Tipe Propeler 2.5 Pemasangan Pealscale

Perhitungan debit air dilakukan dengan Di setiap titik pengukuran flowrate


membagi penampang saluran irigasi dilakukan pemasangan peal scale di dinding
menjadi beberapa bagian (mesh), seperti irigasi. Fungsi dari peal scale ini adalah
ditunjukkan di Gambar 1. Pada studi ini, untuk mengukur ketinggian permukaan air.
karena bentuk penampang irigasi relatif Pemasangan dilakukan pada saat air
sama dan simetris, maka penampang kering, yaitu pada minggu pertama bulan
saluran irigasi dibagi menjadi 5 bagian. September 2005. Pengukuran ketinggian air
Panjang tiap bagian adalah L1,L2,L3,L4 dan dilakukan setiap hari selama satu tahun, dari
L5, dan kedalaman dari titik tengah masing September 2005 sampai September 2006.
- masing panjang adalah h1, h2, h3, h4 dan Pemasangan dan bentuk peal scale
h5. Cara pengkuruan debit ini mengkikuti ditunjukkan di Gambar 3. Peal scale pada
stadard pengukuran dari Association of Civil studi ini terbuat dari plat logam.
Engineering for Electric Power Japan5). Pengamatan ketinggian permukaan air ini
Pengukuran kecepatan air dengan dilakukan atas bantuan petugas pengawas
turbin type flowmeter, v dilakukan sebanyak air yang berasal dari BPSDA (Badan
4 kali di setiap kedalaman yang berbeda, Pengelolaan Sumber Daya Air) Purwokerto.
yaitu 0,2h, 0,6h dan 0,8h. Pengukuran pada
0,6h dilakukan dua kali pengukuran, lainnya
masing-masing satu kali pengukuran. Luas
tiap penampang A1, A2, A3, A4 dan A5 diukur
berdasarkan luas di lapangan.
Rumus perhitungan untuk debit air rata-
rata dituliskan di persamaan (1).

Gambar 3. Pemasangan pealscale di tiap


titik pengukuran debit air
terdekat.
280 Febijanto, I. 2008
2.6 Perhitungan Potensi Pengurangan Dimana Build Margin dan Operating
GRK Margin CO2 Emission Factor ditentukan
oleh persamaan (2) dan (3), yang tertulis di
Perhitungan pengurangan emisi rumah bawah ini.
kaca dilalukan sesuai dengan metodologi
yang telah ditetapkan oleh UNFCCC (United
Frameworks for Convention Climate
Changes), yaitu AMS-I.D (Approved
Methodology) untuk tipe: renewable energy
dengan kategori I.D (version 11):”grid
connected renewable electricity generation”.
Berdasarkan methodologi di atas, listrik
yang dibangkitkan oleh pembangkit listrik
dikonversikan ke dalam jumlah emisi karbon
yang dapat direduksi, melalui perhitungan
dalam metodologi tersebut.
Pada perhitungan di studi ini, hasil
perhitungan koefisien faktor emisi sistem
JAMALI (Jawa Madura Bali), merupakan
hasil perbaikan dari hasil perhitungan
Chevron-Texaco Co. dalam proyek CDM
untuk PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga
Panas Bumi) Darajad 3. Dimana hasil
perhitungan dari Chevron-Texaco ini, telah
disahkan oleh DJLPE sebagai angka
nasional untuk faktor koefisien emisi untuk
JAMALI. Namun karena angka tersebut
memakai data lama, yaitu data-data
pembangkit sampai tahun 20042), yang tidak
sesuai dengan studi ini, maka dilakukan
perhitungan dengan data terbaru sampai
tahun 2006.
Perhitungan koefisien faktor emisi
dalam hal ini disebut Combined Margin CO2 NCV (Net Caloric Value) yang dipakai
emissions, ditentukan dengan perhitungan dalam studi ini ditunjukkan di tabel 3.
di bawah ini.

Pemanfaatan Potensi...J. Tek. Ling. 9 (3): 1277-286 281


Dari hasil persamaan (2) dan (3) didapat penambahan pendapatan dari hasil
dua faktor emisi, yang kemudian kedua nilai penjualan CER (Certified Emission
faktor tersebut digabungkan sesuai dengan Reduction).
persamaan (1), sehingga didapat Combined Pertimbangan terhadap PT IP sebagai
margin CO2 emissions factor. investor dari proyek ini menjadi inti dari
Nilai dari faktor emisi combined margin penilaian kelayakan, untuk itu dipakai acuan
CO2 ini dikalikan dengan jumlah listrik yang internal PT IP dalam menentukan besaran
dihasilkan dalam aktivitas proyek ini, maka IRR untuk kelayakan proyek.
akan didapatkan jumlah GRK (Gas Rumah
Kaca) yang dapat direduksi dalam tahun itu. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Persamaan (4), menunjukkan cara 3.1 Hasil Penelusuran Saluran Irigasi
perhitungannya.
Dari hasil penelusuran sepanjang
saluran irigasi dari hulu ke hilir sejauh 15
km, diketahui secara umum bahwa kondisi
saluran irigasi masih layak untuk dipakai,
akan tetapi di beberapa tempat terdapat
saluran-saluran yang dibuat tanpa ijin,
sehingga mengurangi debit air di bagian hilir
saluran irigasi tersebut.
Dari hasil penelusuran diketemukan
potensi di 8 lokasi yang terletak di desa
Perhitungan untuk faktor emisi ini yang berbeda, dan diberi nama sesuai
menggunakan metodologi perhitungan versi dengan nama desa terdekat. Posisi masing
terakhir5). Pengumpulan data dilakukan masing potensi ditunjukkan pada
dengan mengumpulkan data dari tahun Gambar 4.
2002, 2003, 2004, 2005 dan 2006, dari Tipikal dari bentuk terjunan di saluran
sumber – sumber data yang resmi dan telah irigasi Banjarcahyana yang berpotensi
diterbitkan untuk publikasi. untuk pemanfaatan energi air, ditunjukkan
di Gambar 5 dan Gambar 6.
2.7 Kajian Ekonomi Dari hasil pengukuran kedalaman air
Parameter kajian ekonomi adalah IRR dengan peal scale selama satu tahun
(Interest of Return Rate). Sebagai proyek dengan pengukuran tiap hari, dapat
CDM (Clean Development Mechanism), diketahui bahwa fluktuasi permukaan air di
proyek ini juga mempunyai potensi saluran irigasi, relatif hampir tidak ada.

Gambar 4. Lokasi-lokasi potensi PLTMH


282 Febijanto, I. 2008
Dari hasil pengukuran di ke delapan Dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa
lokasi tersebut didapatkan potensi PLTMH semakin ke hilir debit air saluran irigasi
dengan spesifikasi seperti ditunjukkan di semakin berkurang dan potensi PLTMH pun
tabel 1. semakin menipis. Pengurangan debit air ini
diakibatkan karena adanya penyaluran air
ke area irigasi. Sehingga semakin ke hilir,
debit air semakin berkurang.
3.2 Pengurangan Emisi GRK
Berdasarkan surat keterangan dari
Designated National Authorithy (DNA)
negara Indonesia, No: B-5915/Dep.III/LH/09/
06, telah ditetapkan bahwa Coefficient
Emission Factor (CEF) untuk grid JAMALI
(Jawa Madura Bali) adalah 0,754 t-CO2/MWh
6)
. Akan tetapi karena data yang dipakai
adalah tahun 2004, sedangkan proyek ini
Gambar 5. Terjunan kecil
akan dibangun tahun 2006, maka data
angka koefisien tersebut tidak relevan lagi.
Dari pengumpulan data pada studi ini, yaitu
data konsumsi bahan bakar dan produksi
listrik di seluruh pembangkit di sistem
JAMALI tabel 4 dan Tabel 5), dan dengan
menggunakan persamaan-persamaan (1),
(2) dan (3) didapat nilai-nilai yang
ditunjukkan di tabel 2.

Tabel 2 Faktor Koefisien Emisi

Gambar 6. Terjunan besar

Tabel 1 Hasil Perhitungan di tiap Lokasi

Dibandingkan hasil perhitungan


sebelumnya, dengan data akhir tahun 2004
yang dikeluarkan oleh DJLPE, telah terjadi
peningkatan sekitar 18.2%. Peningkatan
koefisien faktor emisi di sistem JAMALI ini
dikarenakan adanya pembangunan PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap) atau PLTG
(Pembangkit Listrik Tenaga Gas) berskala
besar di sistem JAMALI dalam rangka
percepatan pembangunan pembangkit
dengan skala 10.000 MW.
Perhitungan pengurangan emisi GRK
dari PLTMH Siteki dan Plumbungan
ditunjukkan di Tabel 3.
Pemanfaatan Potensi...J. Tek. Ling. 9 (3): 1277-286 283
Tabel 3 Jumlah emisi GRK Tabel 4 IRR Proyek

3.4 Kendala Pembangunan


Potensi PLTMH selain Siteki dan
Plumbungan tidak diminati oleh PT IP,
karena alasan keekonomian.
Dari tabel ditunjukkan bahwa kedua
Selain adanya kendala keekonomian, ada
pembangunan PLTMH ini dapat mengurangi
faktor kendala dalam prosedur pengurusan
emisi GRK (Gas Rumah Kaca) sebesar
pendirian pembangkit listrik. Dalam hal ini,
17.252 t-CO2/tahun.
dimana usaha berupa tenaga dan waktu
Perhitungan potensi pengurangan emisi
yang dikeluarkan dalam pengurusan
di potensi lain tidak dihitung karena
pembangkit lsitrik berskala kecil, pada
pertimbangan kelayakan keekonomian
akhirnya pengurusannya kurang lebih sama
seperti dipaparkan pada bab selanjutnya.
dengan pembangkit berskala besar.
3.3 Keekonomian Kendala lain8) yang diketahui dalam studi
Pada kajian ekonomi pada studi ini ini adalah sebagai berikut,
hanya dibatasi untuk potensi kapasitas
PLTMH yang besar, yaitu PLTMH Siteki dan a. Pembangkit dibawah 1 MW akan
Plumbungan. Potensi di lokasi lain, karena mengikuti aturan Pembangkit Listrik
kapasitasnya kecil, PT IP sebagai pihak Skala Kecil Tersebar, yang menyatakan
yang akan melakukan investasi menyatakan bahwa PT PLN harus membeli seharga
ketidaktertarikannya. Sehingga kajian 60% dari Biaya Pokok Pembangkitan
keekonomian hanya dibatasi pada dua (BPP) di wilayah tersebut untuk
potensi PLTMH tersebut. sambungan ke jaringan rendah seharga
Hasil perhitungan IRR untuk kedua 80% dari BPP untuk sambungan ke
PLTMH tersebut masih dibawah 15%, yaitu jaringan menengah9). Akan tetapi BPP
angka standar dari PT IP untuk menyetujui tidak jelas diumumkan oleh PLN ke
sebuah proyek7). Dari hasil perhitungan IRR pihak investor sehingga menyulitkan
dengan menyertakan pendapatan dari CER dalam proses negosiasi di pihak
sebagai proyek CDM, terjadi kenaikan IRR investor.
tiap 8.6% sampai 8.8%. Dengan kenaikan b. Pembangkit dengan kapasitas di atas
IRR sebesar itu, dari segi kelayakan 1 MW dan di bawah 10 MW, harga jual
keekonomian, kedua proyek tersebut dapat listrik ke PLN sama dengan point a),
diterima oleh PT IP. Usia pakai proyek ini hanya lama kontrak sudah diatur pada
dihitung untuk kurun waktu selama 25 tahun. Keputusan Menteri10), dimana hal ini
Dalam proyek CDM, kenaikan IRR ini membuat para investor berada dalam
merupakan salah satu faktor additionality posisi kalah bargaining. Karena pada
yang perlu dipertimbangkan dalam sebuah tahun ke 4 harga penjualan listrik
proyek CDM diharuskan untuk dinegosiasi ulang.
c. Pembangkit di atas 10 MW dilakukan
negosiasi dengan PLN dengan dasar
harga pembangkitan di wilayah

284 Febijanto, I. 2008


tersebut. Negosiasi pada skala di atas 4. Kabupaten Banjarnegara dalam angka,
10 MW, lebih transparan dibandingkan 2005.
pada point a dan b. 5. Association of Civil Engineering for
Kendala-kendala di atas merupakan Electric Power Japan,” Manual for
kendala yang memberikan dampak besar Measurement of Flow Rate of
pada pengembangan pembangkit listrik Hydropower Electric Generation”, 2001.
energi terbarukan skala kecil-menengah di 6. Tool to calculate the emission factor for
Indonesia. an electricity system” (version 01, 19
October 2007, EB35, Annex 12).
4. KESIMPULAN
7. PT PLN Pembangkit Tenaga Listrik
Pemanfaatan sumber tenaga air Jawa Bali, Edaran Direksi, no.004.E/
sebagai salah satu sumber energi 012/PJB/199, tentang “Kriteria
terbarukan belum banyak dimanfaatkan di Kelayakan Pengembangan Usaha/
Indonesia. Kurangnya insentif dari Proyek Ditinjau dari Aspek Keuangan”.
pemerintah pada sektor pembangunan 8. Laporan kerja tim CDM-P3TPSE-BPPT,
energi terbarukan dapat diusahakan dengan “Study on the development of Micro
mengikutsertakan proyek energi terbarukan Hydro Power Plant in Banjarcahyana
ke dalam skema Clean Development irrigation channel, Banjarnegara,
Mechanism, yang dapat meningkatkan Indonesia”, December 2005
kelayakan keekonomian dari proyek
tersebut. 9. Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Diperlukan revisi terharap aturan-aturan Daya Mineral, 1122 K/30/MEM/2002,
dari pemerintah yang belum jelas yang akan tentang Pedoman Pengusahaan
menghambat proses pembangunan sumber Pembangkit Tenaga Listrik Skala Kecil
energi terbarukan harus segera dibenahi, Tersebar.
untuk mendukung percepatan pembangunan 10. Keputusan Menteri Energi dan Sumber
sumber daya energi terbarukan, sebagai Daya Mineral no 2 tahun 2006, tentang
pengganti sumber energi fosil. Pengusahaan Pembangkit Listrik
Tenaga Energi Terbarukan Skala
DAFTAR PUSTAKA Menengah.

1. jibis pnri.go.id/aktivitas/berita/thn/ 11. Bahan Bakar Minyak, Elpiji dan BBG


2007/ bln/6/tgl/12/1035 untuk kendaraan, rumah tangga,
industri dan perkapalan”, published by
2. Indonesian DNA official letter PERTAMINA 2003
concerning baseline emission factor for
CDM projects connected to JAMALI 12. 2006 IPCC Guidelines for National
grid, September 12, 2006, No: B-5915/ Greenhouse Gas Inventories: Chapter
Dep.III/LH/09/06 1: Introduction, Table 1-3, p.21.

3. Memorandum of Understanding among 13. 2006 IPCC Guidelines for National


PT Indonesia Power and The Chugoku Greenhouse Gas Inventories
Electric Power Co. Inc. Japan and 14. Statistics Report of PT IP in 2002,2003,
Agency for the Assessment and 2004, 2005, 2006,
Aplication of Technology (BPPT) the 15. Statistic Report of PT PLN in 2002,
Republic of Indonesia concerning 2003, 2004, 2005, 2006.
Feasibility Study of the Development of
Ketenger#4 and Cileunca Small Scale 16. Statistic Report of PT Pembangkitan
Hydro Electric Power Plant (SSHEPP) Jawa Bali (PJB) 2002-2006.
No: 198A.PJ/060/IP/2005.
Pemanfaatan Potensi...J. Tek. Ling. 9 (3): 1277-286 285
Tabel 3 : Fuel Fuel Specifications 11, 12, 13)

Note: HSD : High Diesel Speed. MFO : Marine Fuel Oil, IPCC : Intergovernmental Panel on Cliamate change :
PERTAMINA Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara/State -Owned Oil Company of
Indonesia ; MEM; Ministerial Energy and Mineral Resources, kt fuel ; kilo tonne fue; tC; tonne Carbon, TJ:
Terra Joule, fuel : kilo litre fuel

Tabel 4: Konsumsi Bahan Bakar pada Sistem JAMALI tahun 2002-2006 14, 15,16 )

Tabel 5 : Pembangkit Listrik di Sistem JAMALI 14, 15,16 )

286 Febijanto, I. 2008

You might also like