You are on page 1of 4

Metilprednisolon

Metilprednisolon merupakan glukokortikoid sintetik dengan kemampuan untuk menghambat

pemberian sinyal sitokin pro-inflamasi dan metabolit asam arakidonat, serta memiliki kemampuan

untuk meningkatkan ekspresi dari faktor-faktor anti-inflamasi. Pada beberapa hewan coba yang

diperlakukan SCI, Metilprednison menunjukan sebagai neuroprotektif yang melawan aktifasi atau

infiltrasi sel inflamasi serta stress oksidatif sehingga memperkuat daya tahan hidup jaringan.

Metilprednison juga telah terbukti bermanfaat sebagai terapi inflamasi sistemik akut dan kronis

dan pada kondisi-kondisi penyakit autoimun (eritematosus lupus sistemik, multipel sclerosis).

Hasil yang menjanjikan tersebut merupakan hasil dari sebuah studi klinis serial yang dilakukan

dalam 30 tahun terakhir yang berlanjut menjadi bahan perdebatan. (Hurlbert et al., 2013; Ahuja et

al., 2017)

Pada tahun 1984 dilakukan studi pertama yang dillakukan oleh National Acute Spinal Cord Injury

Study (NASCIS). Studi tersebut dilakukan secara prospektif, multisenter, dengan membandingkan

secara acak antara pemmberian metilprednisolon dosis rendah (100 mg bolus + 25 mg tiap 6 jam)

dengan dosis tinggi (1000 mg bolus + 250 mg tiap 6 jam) selama 10 hari. Tidak ada perbedaan

yang ditemukan pada luaran neurologis. Hal tersebut diduga akibat ketidaksesuaian dosis yang

diberikan untuk mendapatkan efek neuroprotektif.(Ahuja et al., 2017)


Studi Besar sampel Dosis Hasil
NASCIS I 330 MP: 100 mg IV bolus + MP : 25 Tidak didapatkan adanya perbaikan
mg IV CI tiap 6 jam; atau sensori dan motorik yang signifikan,
kemungkinan disebabkan dosis yang
MP: 1000 mg IV CI perhari +
tidak sesuai (kurang besar)
MP : 25 mg IV CI tiap 6 jam
NASCIS II 487 MP: 30 mg/kg IV bolus + 5,4 Pada kelompok yang diterapi dengan
mg/kg/hari IV CI x 23 h atau MP dalam interval 8 jam pasca trauma
naloxone; 5,4 mg/kg/hari IV + 4 memilki fungsi motorik yang lebih baik
mg/kg/hari IV CI; atau placebo pada minggu ke 6 dan bulan ke 6
Evaluasi 1 tahun:Tidak ada perbedaan
yang signifikan dari fungsi sensoris atau
mortalitas
NASCIS III 499 MP: 30 mg/kg IV bolus +5,4 Pasien yang diterapi dalam 48 jam
mg/kg/hari IV CI X 24 h atau dengan MP mengalami perbaikan
MP: 30 mg/kg IV bolus + 5,4 fungsi motorik, terutama jika diberikan
mg/kg/day IV CI X 48 h; atau dalam interval 3-8 jam setelah trauma.
tirilazed mesylate 2,5 mg/kg IV Tidak ada perbedaan jika diterapi
tiap 6 h X 48 h kurang dari 3 jam pasca trauma, tidak
ada perbedaan mortalitas. Pasien yang
diterapi dalam 48 jam dengan MP
memilki rasio yang lebih tinggi
mengalami sepsis dan pneumonia
Evaluasi 1 tahun:
Tidak ada perbedaan pada luaran ketika
pasien diterapi dalam 3 jam pasca
trauma. Perbaikan fungsi motorik pada
pasien yang diterapi dalam 3-8 jam
setelah trauma selama 48 jam. Tidak ada
perbedaan dari perbaikan fungsi
mororik dan sensorik
CI: Continuous Infusion; IV: Intravenous; MP: Methylprednisolone

Studi NASCIS II dilakukan pada tahun 1990 dengan menggunakan regimen metilpredniosolon

dosis tinggi (30 mg/kg bolus + 5,4 mg/kg/hari x 23 jam) dibandingkan dengan placebo. Dari hasil

studi ini ditemukan bahwa pada kelompok pasien yang mendapatkan terapi dalam interval 8 jam

setelah trauma memilki perbaikan fungsi motorik dan sensorik yang signifikan berdarsarkan

kriteria ASIA. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara stastistik dari angka mortalitas, serta

komplikasi yang muncul pada kedua grup. (Ahuja et al., 2017)


Pada studi NASCIS yang ke-3, dibandingkan kelompok SCI yang mendapatkan metilprednisolon

(30 mg/kg bolus + 5,4 mg/kg/hari) selama 24 jam dan 48 jam. Studi tersebut menunjukan

perbaikan fungsi neurologis jangka panjang pada kelompok pasien yang diberikan MP selama 48

jam yang dimulai dalam interval 3-8 jam setelah trauma. Namun pada kelompok tersebut, angka

sepsis berat dan pneumonia lebih tinggi dibandingkan kelompok SCI yang mendapat

metilprednisolon selama 24 jam. (Ahuja et al., 2017)

Selain kelompok studi NASCIS, juga terdapat beberapa studi yang meniliti tentang efektifitas dari

pemberian metilprednisolon pada kasus SCI. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2012 telah

menganalisis studi-studi tersebut secara metananalisis dan didapatkan bahwa dengan pemberian

MPSS selama 24 jam yang diberikan dalam interval 8 jam setelah trauma menghasilkan perbaikan

fungsi motorik pada bulan ke 6 tanpa adanya peningkatan angka mortalitas. Protokol tersebut juga

digunakan sebagai landasan sebagai terapi pilihan dalam panduan yang diterbitkan oleh

AOSpine.(Gensel and Zhang, 2015; Ahuja et al., 2017)


Ahuja, C. S. et al. (2017) ‘Spinal Cord Injury-What Are the Controversies?’, Journal of

orthopaedic trauma, 31(9), pp. S7–S13. doi: 10.1097/BOT.0000000000000943.

Gensel, J. C. and Zhang, B. (2015) ‘Macrophage activation and its role in repair and pathology

after spinal cord injury’, Brain Research. Elsevier, 1619, pp. 1–11. doi:

10.1016/j.brainres.2014.12.045.

Hurlbert, R. J. et al. (2013) ‘Chapter 08 Pharmacological therapy for acute spinal cord injury’,

Neurosurgery, 72(3), pp. 93–105. doi: 10.1227/NEU.0b013e31827765c6.

You might also like