Professional Documents
Culture Documents
MIKROBIOLOGI PANGAN
Dosen Pembimbing :
Oleh:
Golongan / Kelompok : A / 4
JURUSAN KESEHATAN
1
2018
KATA PENGANTAR
Pujisyukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan
ini dengan baik.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, panutan kita
Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju
zaman yang terang-benderang yakni addinul Islam.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan maka kami
sangat berharap saran ataupun masukan guna menyempurnakan laporan ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi kami pada khususnya dan bagi
pembaca pada umunya.
2
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................3
BAB I...........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................4
1..3 Tujuan..................................................................................................................5
1.4 Manfaat................................................................................................................5
BAB II..........................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................6
2.1 Antimikroba.........................................................................................................6
BAB III......................................................................................................................................11
METODOLOGI PRAKTIKUM................................................................................................11
BAB IV......................................................................................................................................13
PEMBAHASAN........................................................................................................................13
4.1 Hasil...................................................................................................................13
4.2 Pembahasan........................................................................................................13
BAB V........................................................................................................................................19
PENUTUP..................................................................................................................................19
5.1 Kesimpulan........................................................................................................19
5.2 Saran...................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................20
LAMPIRAN...............................................................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengaruh jenis antiseptic dalam mengontrol pertumbuhan bakteri?
2. Bagaimanakah perbedaan daya antibakteri terhadap beberapa jenis
bakteri?
1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu mengidentifikasi daya anti bakteri dari berbagai jenis
antiseptik terhadap bakteri.
1.4 Manfaat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Antimikroba
Antimikorba adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,
zat tersebut memiliki khasiat atau kemampuan untuk mematikan/menghambat
pertumbuhan kuman sedangkan toksisitas terhadap manusia relative kecil.
Pernyataan tentang definisi antimikroba menurut Waluyo (2004), antimikroba
merupakan suatu zat-zat kimia yang diperoleh/dibentuk dan dihasilkan oleh
mikroorganisme, zat tersebut mempunyai daya penghambat aktifitas
mikororganisme lain meskipun dalam jumlah sedikit. Pengertian antimikroba
menurut Entjang (2003) dalam Rostinawati (2009), antimikroba adalah zat kimia
yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang mempunyai khasiat antimikroba.
6
sebagai obat tidak menimbulkan efek samping kepada pemakai jika
digunakan dalam jangka waktu lama.
- Zat antimikroba tetap aktif dalam plasma, cairan tubuh atau eskudat,
antimikroba yang berada dalam plasma atau cairan tubuh tetap bersifat
aktif dan tidak dalam keadaan berhenti tumbuh atau dormansi.
- Zat antimikroba dapat larut dalam air dan stabil, antimikroba dapat larut
dan menyatu dalam air.
7
mempengaruhi konsentrasi metabolit dan bahan gizi di dalam sel dan
tempat berlangsungnya pernafasan sel serta aktivitas sel biosintesis
tertentu. Beberapa antimikorba dapat merusak salah satu fungsi dari
membrane sel sehingga dapat menyebabkan gangguan pada kehidupan sel
(Waluyo, 2004).
5. Antimikroba merusak asam nukleat dan protein DNA, RNA dan protein
memegang pernana penting di dalam proses kehidupan sel. Sehingga
gangguan apapun yang terjadi dalam pembentukan atau pada fungsi zat-zat
tersebut dalam mengakibatkan kerusakan secara menyeluruh pada sel
(Pleczar, 1988 dalam Rahmadani, 2015).
8
d. Cup-plate technique, metode ini hampir sama dengan metode disc
diffusion namun bedanya tidak menggunakan kertas. Pada media agar
dibuat sumur, dan pada sumur tersebut diberi zat antimikroba.
e. Gradient-plate technique, media agar dicairkan dan ditambahkan
larutan uji kemudian campuran tersebut dituangkan ke dalam cawan
petri dan diletakkan dalam posisi miring.
2. Metode Dilusi dibedakan mejadi dua, yaitu:
a. Metode Dilusi cair/ broth dilution test, digunakan untuk mengukur
KHM dan KBM. Zat antimikroba diencerkan pada medium cair yang
telah ditambhakan bakteri uji. Larutan antimikroba dengan kadar
terkecil dan terlihat jernih ditetapkan sebagai KHM. KHM dikultur
ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri dan zat antimirkoba,
kemudian diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang tetap cair
ditetapkan sebagai KBM.
b. Metode dilusi padat/ solid dilution test, metode ini hampir sama
dengan metode dilusi cair, namun menggunakan media padat/solid.
Metode dilusi padat dapat menguji beberapa macambakteri dalam satu
konsentrasi zat antimikroba.
9
dapat digunakan sebagai antimikroba selama bagian tumbuhan tersebut
mempunyai kandungan senyawa antimikroba.
Dalam satu bagian tumbuhan dapat terkandung berbagai macam senyawa,
namun memiliki kadar yang berbeda dengan bagian tumbuhan yang lain. Bagian
tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan antibakteri seperti daun, buah, biji,
kulit batang, akar, rempah-rempah dan lainnya. Seperti halnya dalam praktikum
ini yang mnggunakan jahe, cabai rawit, minyak cengkeh dan kunyit bubuk.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Tanggal dan tempat
10
Alat : perforator. jarum inokulasi brkolong,
pinset,incubator,cawan petri seteril, laminar air flow
Bahan :
1. Biakan murni staphylococcus aureus dalam medium nutrein cair umur
1 x 24 jam.
2. Biakan murni Escherichia coli dalam medium nutrein cair umur 1x24
jam.
3. Biakan murni Bacillus subtilis dalam medium nutrien cair umur 1x24
jam.
4. Medium lempeng NA .
5. Bahan anti septic ( betadin, kunyit ).
6. Kertas penghisap.
7. Cotton bud steril
Cara Kerja :
1. Menyediakan dua medium lempeng NA steril dan memberi kode
yang berbeda.
2. Menginokulasikan secara merata masing masing jenis biakan
murni bakteri ke medium NA yang berbeda. Caranya adalah mencelupkan
ujung cutton ud, pada medium nutrient cair, kemudian oleskan
pada permukaan medium NA lempenng secara spesifik.
3. Membuat beberapa gunting kertas menghisap berbentuk cakram atau
lingkaran. Memasukkan masing masing kedalam zat desinfektan yang
diuji selama ± 25 menit.
4. Mengkat sejenak biar tiris, kemudian meletakkan gunting
tersebut pada permukaan medium yang sudah diinokulasikan dengan
bakteri secara aseptic (gunakan pinset steril). Mengusahakan jarak antara
cakram yang satu dengan yang lainnya cukup berjauhan dan tidak terlalu
dekat dengan tepi cawan petri.
SAMPE
L
Pemasukan
paper disk Mencelupkan cakram pada
ke medium sampel selama ± 25 menit
Pengamatan pengujian
daya antibakteri :
- Diameter zona
hambatan
11pertumbuhan
bakteri, pada anti
septic A,B
HASIL
12
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
Untuk mengetahui daya anti mikroba dari beberapa macam antiseptik
tertentu terhadapa bakteri, menngunakan paperdisk yang dipotong sehingga
berbentuk lingkaran, kemudian memasukkan kedalam antiseptik dan rempah-
rempah yang digunakan dalam percobaan ini (dettol, betdine, revanol, lifeboy,
jahe, cengkeh, cabe, dan kunyit) lalu membiarkannya terendam 25 menit. Disisi
lain menyediakan 2 medium lempeng NA steril dan diberi kode yang berbeda,
kemudian menginokulasi secara merata masing- masing jenis biakan murni
bakteri yaitu dengan menggunakan jenis bakteri S. Aureus dan E. Coli ke media
NA yang berbedadengan cara mencelupkan ujung cottonbut dalam medium
nutrien cair, kemudian mengoleskan pada permukaan medium lempeng NA secara
merata.
13
Pada pengamatan uji anti mikroba beberapa jenis antiseptik , antiseptik
yang digunkakan adalah dari 4 jenis merk yang berbeda, yaitu revanol, betadine,
lifeboy, dan dettol. Digunakannya 4 jenis berbeda tersebut dimasukkan untuk
mengetahui merk anti septik manakah yang paling bagus anti mikrobanya
terhadap 2 jenis bakteri, yaitu stapilococcus aureus dan escericia coli. Bahan aktif
dari dettol adalah cloroxyfenol 4,8% sedangkan bahan aktif pada betadine iodine
10%. Pada rivanol mengandung etakkridin laktat 0,1%. Pada lifeboy mengandung
bahan antikuman 0,8% THD + 0,02% triclocarban. Digunakannya 2 bakteri
tersebut dikarenakannya keduanya merupakan baktteri patogen. Menurut Jawetz
(2005), staphylococcus merupakan bakteri grampositif berbentuk bola dengan
diameter 0,280 µm yang tersususn dalam bentuk kluster seperti anggur, bersifat
patogen , nonmotil, dan memproduksi katalase. Sedangkan e.coli merupakan
bakteri gram negatif yng berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,4-0,7µm x 1.4
µm, beberapa strainnya mempunyai kapsula, dan mampu memfermentasikan
laktosa (levinson, 2004).
Interprestasi hasil pengujian difusi disk dapat dilihat dari dua alternatif.
Pertama ialah apabila disekitar papaerdisk terdapat zona (daerah ) bening tanpa
pertumbuhan bakteri; hal ini dinyatakan positif, berarti sampel yang diuji
mempunyai daya antimikroba. Alternatif kedua ialah apabila di sekitar paper disk
tidak terdapat zona bening yang bebas dari pertumbuhan bakteri dinyatakan
14
negatif yang berarti desinfektan yang diuji tersebut tidak mempunyai daya
antimikroba (Purdjarwoto, 1992)
15
kecil daripada E. Coli. Pada revanol, untuk bakteri S. Aureus adalah 0,22 mm dan
tidak ada hambatan untuk bakteri E. Coli Dari hasil percobaan yang telah
dilakukan menunnjukkan bahwa merk antiseptik paling bagus dari keempatnya
adalah merk dettol. Pada lifeboy, untuk bakteri S. Aureus adalah 0,65 mm dan
1,75 mm untuk bakteri E. Coli yang menunjukkan bahwa bakteri S. Aureus lebih
resisten terhadap revanol karena zona hambatnya lebih kecil pada E. Coli .
Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif kuat antara konsentrasi dan
zona hambat yang dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar
zona hambat yang terjadi. Artinya, larutan ekstrak polar rimpang kunyit (Curcuma
longa) memiliki efek antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas sp dengan urutan kekuatan antimikroba pada larutan uji konsentrasi
adalah 40%, 20%, 10%, 5%.
Pada praktikum kali ini bubuk kunyit, bubuk jahe, dan bubuk cabai tidak
mampunyai hambatan. Sedangkan pada minyak cengkeh untuk bakteri S. Aureus
adalah 0,07 mm dan untuk E. Coli adalah tidak ada hambatan. Hal ini dinyatakan
bahwa bubuk kunyit, bubuk jahe, dan bubukcabai adalah negatif yang berarti
desinfektan yang diuji tersebut tidak mempunyai daya antimikroba (Purdjarwoto,
1992). Sedangkan pada minyak cengkeh termasuk posistif yang berarti sampel
yang diuji mempunyai daya antimikroba.
Hasil parktikum kami pada bubuk kunyit dengan hasil penelitian memiliki
perbedaan. Berdasarkan penelitian didapat bahwa ekstrak rimpang kunyit
(Curcuma longa) memiliki kemampuan antimikroba terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas sp. Hal ini disebabkan adanya zat aktif
yang terkandung dalam rimpang kunyit. Zat aktif yang terkandung dalam ekstrak
16
rimpang kunyit (Curcuma longa) yang kemungkinan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri yaitu kurkuminoid (meliputi kurkumin, desmetoksikurkumin
dan bisdesmetoksi-kurkumin) dimana dari ketiga senyawa tersebut, kurkumin
merupakan komponen terbesar.12 Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga
pada suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Zat ini tidak
larut dalam air namun larut dalam etanol dan aseton.13 Kurkumin mempunyai
efek antimikroba, anti-inflamasi, anti-oksidan , dan antikanker (Kwon Y, 2009).
Perbedaan ini disebabkan karena terjadi ada masalah pada medianya.
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman obat unggulan untuk dilakukan
uji klinik (Dewoto, 2007) antara lain terkait dengan efek farmakologisnya sebagai
afrodisiak (Rahardjo, 2010). Efek farmakologi buah cabe jawa antara lain
aktivitas antioksidan (Chanwitheesuk et al., 2005) dan potensial untuk mengobati
malaria (Sudhanshu et al., 2012), antimikroba (Khan and Siddiqui, 2007),
antibakteri (Phatthalung et al. 2012), aktivitas depresan syaraf pusat (Wo et al.,
1979), antikanker (Bidarisugma, 2011), antidiabetes (Coman et al., 2012) serta
merangsang perkembangan dan aktivitas organ-organ reproduksi laki-laki (efek
androgenik). Pernyataan menurut penelitian memiliki perbedaan dengan hasil
kami, dalam hasil kami cabai merah tidak mempunyai hambatan yang termasuk
negatif artinya tidak mempunyai daya anti mikroba. Perbedaan ini disebabkan
karena terjadi ada masalah pada medianya.
Senyawa flavonoid pada jahe diduga terekstrak dalam fraksi etil asetat
jahe gajah dengan maserasi bertingkat. Senyawa flavonoid termasuk dalam salah
satu subklas senyawa fenolik. Subklas senyawa fenolik lainnya yaitu fenol
sederhana, asam fenolik, quinone, flavon, flavonol dan tannin (Cowan, 1999).
Senyawa flavonoid pada tumbuhan berfungsi mengatur pertumbuhan, mengatur
fotosintesis, mengatur kerja antimikroba dan antivirus, serta mengatur kerja
antiserangga (Harborne, 1993). Senyawa flavonoid memiliki mekanisme
penghambatan dengan cara membentuk kompleks terhadap protein ekstraseluler
yang mengganggu integritas membran sel bakteri (Cowan, 1999). Membran
sitoplasma pada bakteri berperan mempertahankan kandungan yang di dalam sel
serta mengatur keluar masuknya bahan-bahan yang dibutuhkan oleh sel bakteri.
17
Membran berfungsi memelihara integritas komponen-komponen seluler. Senyawa
yang bersifat antimikroba dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
membran sel. Kerusakan pada membran sel dapat mengakibatkan pertumbuhan
sel terganggu bahkan dapat menyebabkan sel mati (Madigan et al., 2003). 18
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pengamatan uji anti mikroba beberapa jenis antiseptik , antiseptik
yang digunkakan adalah dari 4 jenis merk yang berbeda, yaitu revanol,
betadine, lifeboy, dan dettol. Bakteri yang digunakan yaitu bakteri patogen
stapilococcus aureus dan escericia coli. Dari ke-empat sampel bisa dapat
diketahui bahwa antiseptik merk dettol lebih baik daripada yang lain
Pada praktikum kali ini bubuk kunyit, bubuk jahe, dan bubuk cabai tidak
mampunyai hambatan. Sedangkan pada minyak cengkeh untuk bakteri S.
Aureus adalah 0,07 mm dan untuk E. Coli adalah tidak ada hambatan. Hal
ini dinyatakan bahwa bubuk kunyit, bubuk jahe, dan bubukcabai adalah
negatif yang berarti desinfektan yang diuji tersebut tidak mempunyai daya
antimikroba (Purdjarwoto, 1992). Sedangkan pada minyak cengkeh
termasuk posistif yang berarti sampel yang diuji mempunyai daya
antimikroba
5.2 Saran
Penggunaan APD lengkap pada saat praktikum mikrobiologi sangat
penting untuk menjaga dari hal-hal yang tidak memungkinkan, seperti
terkontaminasinya sampel, dan mengantisipasi terkena bakteri patogen
yang dapat membahayakan kesehatan
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2008. Cantik dengan Sabun Mandi.
http://www.infosehat.com/insidelevel2.asp?artid=723&secid&intid=5.
Tanggal akses 9 Mei 2009.
Atikah, N., 2013. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi
(Ocium americanum L.) Terhadap Staphylococcus aureus dan
Candida albicans. Skripsi. Jakarta: Program Studi Farmasi, FIKES UIN
Starif Hidyatullah.
Ajizah, A, 2004, Sensitivitas Salmonella Typhimurium Terhadap Ekstrak
Daun Psidium Guajava L, Bioscientiae, Vol.1. No,1:8-31.20
Bidarisugma, B., Timur, S.P. dan Purnamasari, R., 2012, Antibodi
Monoklonal Streptococcus Mutans 1 (c) 67 kDa sebagai Imunisasi Pasif
dalam Alternatif Pencegahan Karies Gigi secara Topikal, BIMKGI, (1)1,
1-7.
Coman, C., O.D. Rugina, and C. Socaciu. 2012. Plants and natural
compounds with antidiabetic action. Not. Bot. Horti Agrobo 40(1): 314-
325.
Cowan, M.M. 1999. Plant Product as Antimicrobial Agents. Clinical
Microbiology Reviews 12 (4): 564-568. 20
Cappucino, J. G & Natalie, S. 2001. Microbiology a laboratory manual.
Addison
Dewoto, H.R. 2007. Pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi
fitofarmaka. Majalah Kedokteran Indonesia 57(7): 205-211.
Harborne JB. 1993. Phytochemistry. Academic Press, London.20
Jawetz, E. L. dan E. A. Adelberg. 2001. Mikrobiologi Kedokteran Buku ke
1. Terjemahan dari
Medical Microbiology, Twenty Second Ed, oleh Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Salemba Medika, Jakarta.
Juliantina, FR 2008, Manfaat Sirih Merah (Piper Crocatum) Sebagai Agen
Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif20dan Gram Negatif, JKKI-
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia.
20
Jawetz. E. Joseph Mau., and Edward A. 2005. Mikrobiologi kedokteran.
Kedokteran. PENERBIT ECG: Jakarta.
Kwon Y, Magnuson BA. Age-related Differential Responses to Curcumin-
Induced Apoptosis During The Initiation of Colon Cancer In Rats. Food
Chem Toxicol 2009;47:377-85.
Levinson. W. 2004. Review of medical microbiology and immunology 9
Ed. Mc. Lubis, L. S. 2003. Sabun obat.
http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-lely1.pdf. Tanggal akses, 9
Mei 2009
Madigan, MT, JM. Martinko, J. Parker. 2003. Brock Biology of
Microorganisms Tenth Edition. Prentice Hall Inc, USA.
Phatthalung, P.N. , S. Chusri and S.P. Voravuthikunchai. 2012. Thai
ethnomedicinal plants as resistant modifying agents for combating
Acinetobacter baumannii infections. BMC Complementary and
Alternative Medicine 12(56): 1-8.
Rahardjo, M. 2010. Tanaman obat afrodisiak. Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri 16(2): 8-12
Rostinawati, T., 2009. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga
Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap Escherichia coli,
Salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan Metode Difusi
Agar. Skripsi. Jatinangor: Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran.
Rahmadani, F., 2015. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol
96% Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap
Bakteri Staphylococcus aureus, Escheriachia coli, Helicobacter pylori,
Pseudomonas aeruginosa. Skripsi. Jakarta: Program Studi Farmasi.
FIKES. UIN Syarif Hidayatullah.
Rahmadilah, S 2013, Uji Efektivitas ekstrak minyak daun cengkeh
(Syzygium aromatica) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus secara in-vitro, Bandar Lampung, Fakultas Kedokteran
.eMalahayati.
Setiabudy, R., 2007. Farmatologi dan Terapi. Bagian Farmatologi
Fakultas Kedokteran. UI. Jakarta: Gaya Baru
21
Sari, K. I. P., Periadnadi, Nasir, N., 2013. Uji Antimikroba Ekstrak
Segar Jahe-Jahean (Zingiberaceae) Terhadap Staphylococcus aureus,
Escherichia coli dan Candida albicans. ISSN 2303-2162. Jurnal Biologi
Universitas Andalas. Padang: Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas
Andalas.
Suerni, E., Alwi, M., M.Guli, M,. 2013. Uji Daya Hambat Ekstrak Buah
Nanas (Ananas comosus L. Merr.), Salak (Salacca edulis Reinw.) dan
Mangga (Mangifera odorta Griff.) terhadap Daya Hambat
Staphylpococcus aureus. ISSN: 1978-6417. Jurnal Biocelebes, Vol 7 No.
1, Juni 2013 hal 35-47.
Widjayanti. U. 1996. Obat-obatan. Kanisius: Yogyakarta
Wilson. Gisvold. 1982. Kimia farma dan medisinal organik. Semarang
press: semarang
22
LAMPIRAN
Bahan- bahan
Paper disk
Betadine
Rivanol
Aquadest Aquadest
Biakan murni
Alcohol
staphyllococcus
Biakan murni
Escherichia coli
Alat
23
PinsetPipet
Api bunsen
volume
bubuk kunyit
Bubuk kunyit
Pemberian aquadest Pencampuran
Betadine
Betadin
24
Prosedur kerja
26