Professional Documents
Culture Documents
KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA
RSUD LAMANDAU
RSUD LAMANDAU
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan tempat kerja yang unik dan kompleks yang difungsikan
untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum. Semakin luas
pelayanan kesehatan dan fungsi rumah sakit tersebut, maka akan semakin kompleks
peralatan dan fasilitas yang dibutuhkan. Kerumitan tersebut menyebabkan rumah sakit
mempunyai potensi bahaya yang sangat besar, tidak hanya bagi pasien, tenaga medis dan
tenaga non medis, tetapi juga pengunjung rumah sakit.
Disadari ataupun tidak, potensi bahaya di rumah sakit sangat luas, selain penyakit –
penyakit infeksi juga ada potensi bahaya – bahaya lain yang mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan manusia di rumah sakit. Yaitu potensi bahaya fisik, kimia, biologi,
ergonomi dan psikososial.
Perkembangan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan di
Indonesia akhir – akhir ini sangat pesat, baik dari jumlah maupun pemanfaatan teknologi
kedokteran. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetap harus
mengedepankan peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat dengan tanpa
mengabaikan upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah sakit perlu mendapat perhatian serius
dalam upaya melindungki kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh proses
pelayanan kesehatan, maupun keberadaan sarana, prasarana, obat – obatan dan logistik
lainnya yang ada di lingkungan rumah sakit sehingga tidak menimbulkan kecelakaan
kerja, penyakit akibat kerja dan kedaruratan termasuk kebakaran dan bencana yang
berdampak pada pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat disekitarnya.
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di RSUD Lamandau tahun 2018 (K3 RS
Tahun 2018) ini merupakan pedoman yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengelolaan K3 RSUD Lamandau dan dapat mengantikan peran standar K3 RS terdahulu
yang dikenal dengan Kebakaran, Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan Bencana.
Pedoman K3 RSUD Lamandau Tahun 2018 ini sebagai acuan lebih komprehensif karena
di dalamnya terdapat Standard Kesehatan Kerja yang mencakup standar penanggulangan
kebakaran dan kewaspadaan terhadap bencana.
Menyadari kompleksitas permasalahan K3 ini, untuk mengatur masalah terkait
keselamatan dan kesehatan kerja, pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan
perundangan di indonesia telah menetapkan berbagai macam peraturan maupun
perundangan terkait dengan permasalahan K3 ini, diantaranya dalam undang-undang
Nomor 23 tahun1992 tentang Kesehatan, pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan
dan Keselamatan kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya
tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Disamping itu pemerintah juga terus
memperhatikan dan mengatur masalah K3 ini melalui beberapa dokumen negara lainnya
seperti : Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang tertuang dalam
SK MENKES nomor 432/Menkes/SK/IV/2007 dan juga Standart Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit yang tertuang dalam Kepmenkes RI nomor
1087/Menkes/VIII/2010 yang diharapkan dapat menjadi dasar hukum pelaksanaan K3.
Oleh karena itu, pihak pengelola RSUD Lamandau diharapkan dapat menerapkan
upaya – upaya yang mendukung terciptanya K3 di RS. Selain itu, agar penyelenggaraan
K3 RS lebih efisien, efektif dan terpadu, maka direktur RS memandang perlu di buatnya
suatu pedoman manajemen K3 di RSUD Lamandau yang di dalam nya melibatkan
pengelola dan seluruh pegawai RSUD Lamandau untuk mendukung tercapainya kondisi
kerja yang sehat dan selamat.
Standart K3 RSUD Lamandau tahun 2018 ini dibuat dengan mengacu pada berbagai
macam sumber baik itu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1087/Menkes/VIII/2010,
standart K3 RS tahun 2009 yang diterbitkan oleh Depkes RI, Pedoman Manajemen K3
RS No. 432/Menkes/SK/IV/2007, dan juga sumber – sumber lain yang diharapkan dapat
diterapkan di seluruh Rumah Sakit sebagai bagian dalam pengelolaan Rumah Sakit dan
sebagai salah satu parameter penilaian Akreditasi Rumah Sakit yang diamanatkan oleh
Undang – Undang no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
B. PENGERTIAN
a. Kesehatan Kerja Menurut WHO / ILO (1995)
Kesehatan Kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan
fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada
pekerjaan atau jabatannya.
b. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
c. Manajemen K3 RSUD Lamandau
Suatu proses kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan K3 di RS RSUD
Lamandau.
C. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai industri jasa padat karya, padat pakar, padat modal, padat
teknologi dituntut untuk snenatiasa mampu berkembang dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Menimbang hal ini maka perlu disadari dengan baik dan diantisipasi agar
resiko timbulnya Penyakit Akibat Kerja dan Kecelakaan Akibat Kerja baik dalam jangka
waktu yang lama maupun relatif singkat dapat dikurangi. Salah satu usaha awal yang
dapat diakukan untuk mengurangi terjadinya PAK dan KAK adalah mengenali potensi
bahaya yang ada di suatu rumah sakit. Potensi bahaya di rumah sakit selain pnyakit juga
terdapat berbagai hal lai yang secara umum adalah meliputi: potensi bahaya fisik, kimia,
biologic, ergoonomic, mekanik, listrik, kecelakaan, limbah rumah sakit maupun
psikososial.
Mengingat pentingnya permasalahan K3 di atas, maka pedoman, program dan
panduan terkait dengan pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat diperlukan untuk
menciptakan keadaan sehat dan selamat di RS baik bagi pasien, keluarganya, pegawai
maupun pengelola rumah sakit.
E. MANFAAT
a. Manfaat bagi rumah sakit
1. Meningkatkan mutu pelayanan dan citra rumah sakit
2. Mempertahankan kelangsungan operasional rumah sakit
b. Manfaat bagi pegawai
1. Melindungi pegawai dari Penyakit Akibat Kerja (PAK)
2. Melindungi terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
c. Manfaat bagi pasien dan pengunjung
Meningkatkan tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan di RSUD
Lamandau yang meningkatkan kesadaran serta keselamatan dan kesehatan di RSUD
Lamandau.
H. LANDASAN HUKUM
a. SK Direktur No: tentang Pembentukan Tim K3
b. SK Direktur No: tentang Petunjuk Keselamatan Kerja, Kebakaran dan
Kewaspadaan Bencana.
c. SK Direktur No: tentang Peraturan Umum Keselamatan Kerja,
Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana.
d. Undang – undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
e. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
f. Keputusan MENKES No 876/ MENKES/ SK/ VIII/ 2001 tentang Pedoman Teknis
Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
g. Keputusan MENKES No 1405/ MENKES/ SK/ XI/ 2002 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.
h. Kepmen KLH 58/ 1995, mengatur tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit.
i. PP 18 tahun 1990 jo PP 85 tahun 1999, mengatur tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
j. Kepdal 01 – 05 tahun 1995 tentang Pengelolaan Limbah B3. Limbah medis dari
suatu rumah sakit termasuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun
(LB3) sesuai dengan PP 18 Tahun 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan
kode limbah D 227.
k. Keputusan MENKES No 1204/ MENKES/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
l. Pedoman manajemen K3 RS No 432/ MENKES/ SK/ IV/ 2007.
m. Keputusan MENKES No 1087/ MENKES/ SK/ VIII/ 2010 tentang Standar K3 RS
n. Peraturan MENKES No 1691/ MENKES/ PER/ VIII/ 2011 tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
C. Distribusi Tenaga
Tenaga K3 atau SDM RSUD Lamandau yang tergabung dalam tim Pembina K3 RS
terdiri dari perwakilan semua unit yang ada di RSUD Lamandau, baik yang terkait medis
maupun non medis, baik pegawai yang masuk dalam sift rotasi kerja maupun non sift
rotasi kerja. Adapun pertimbangan yang diambil adalah agar tidak terjadi dalam suatu
sift kerja tidak ada seorang anggota tim pembina K3RSUD Lamandau yang sedang
bertugas.
D. Pengaturan Jaga
Pengaturan jaga dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam suatu sift kerja selalu
terdapat anggota tim Pembina K3RS.
b. Lantai :
a) Lantai ruangan dari bahan yang kuat, kedap air, rata, tidak licin dan mudah
dibersihkan dan berwarna terang.
b) Lantai KM/ WC dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan
mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air.
c) Khusus ruang operasi lantai rata, tidak mempunyai pori dan lubang untuk
berkembang biaknya bakteri, menggunakan bahan vinyl anti elektrostatik dan tidak
mudah terbakar.
c. Dinding (Kepmenkes No. 1204 tahun 2004 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit) :
a) Dinding berwarna terang, rata, cat tidak luntur dan tidak mengandung logam berat.
b) Sudut dinding dengan dinding, dinding dengan lantai, dinding dengan langit-langit,
membentuk konus (tidak membentuk siku) khususnya pada bagian kamar operasi
(OK) untuk menjamin sterilitas ruangan.
c) Dinding KM/WC dari bahan kuat dan kedap air
d) Permukaan dinding keramik rata, rapih, sisa permukaan kramik dibagi sama ke
kanan dan ke kiri
e) Khusus ruang radiologi dilapis PB yang tebalnya minimal 2 mm atau setara
dinding bata ketebalan 30cm serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi
f) Dinding rang laboratorium dibuat dari porselin atau keramik setinggi 1,5 m dari
lantai
d. Pintu/ Jendela :
a) Pintu harus cukup tinggi minimal 270 cm dan lebar minimal 120 cm.
b) Pintu dapat dibuka dari luar.
c) Ambang bawah jendela minimal 1 m dari lantai
d) Khusus jendela yang berhubungan langsung keluar memakai jeruji.
e) Khusus ruang operasi, pintu terdiri dari dua daum, mudah dibuka tetapi harus dapat
menutup sendiri (dipasang penutup pintu (door close)).
f) Khusus ruang radiologi, pintu terdiri dari dua daun pintu dan dilapisi PB minimal 2
mm atau sertara dinding bata ketebalan 30 cm dilengkapi dengan lampu merah
tanda bahaya radiasi serta dilengkapi jendela kaca anti radiasi.
e. Plafon
a) Rangka plafon kuat dan anti rayap.
b) Permukaan plafon berwana terang, mudah dibersihkan tidak berbahan dasar asbes.
c) Langit-langit dengan ketinggian 3 m dari lantai
d) Langit-langit menggunakan cat anti jamur.
f. Ventilasi
a) Pemasangan ventilasi alamiah dapat memberikan sirkulasi udara yang cukup, luas
minimum 15% dari luas lantai.
b) Ventilasi mekanik disesuaikan dengan peruntukan ruangan, untuk operasi
kombinasi antara fan, exhauster dan AC dapat memberikan sirkulasi udara dengan
tekanan positif.
c) Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri.
g. Atap
a) Atap kuat , tidak bocor, tidak menjadi perindukan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lain.
b) Atap dengan ketinggian lebih dari 10 meter harus menggunakan penangkal petir.
h. Sanitasi
a) Closet, urinoir, wastafel dan bak mandi dari bahan kualitas baik, utuh dan tidak
cacat, serta mudah dibersihkan.
b) Urinoir dipasang/ ditempel pada dinding, kuat, berfungsi dengan baik.
c) Wastafel dipasang rata, tegak lurus dinding, kuat, tidak menimbulkan bau,
dilengkapi desinfektan dan dilengkapi tisu yang dapat dibuang (disposable tissues).
d) Bak mandi tidak berujung lancip, tidak menjadi sarang nyamuk dan mudah
dibersihkan.
e) Indek perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan kamar
mandi 10 : 1
f) Indek perbandingan jumlah pekerja dengan jumlah toiletnya dan kamar mandi 20 :
1
g) Air untuk keperluan sanitair seperti mandi, cuci, urinoir, wastafel, closet, keluar
dengan lancar dan jumlahnya cukup.
i. Air bersih
a) Kapasitas resevoir sesuai denan kebutuhan rumah sakit (250 – 500 liter/ tempat
tidur)
b) Sistem penyedian air bersih menggunakan jaringan PAM atau sumur dalam
(artesis)
c) Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali.
d) Sumber air bersih dimungkinkan dapat digunakan sebagai sumber air dalam
penanggulangan kebakaran.
j. Pemipaan (plumbing)
a) Sistem pemipaan di RSUD Lamandau adalah pemipaan air bersih sedangkan untuk
pemipaan kebakaran sejauh ini belum dapat dilakukan karena belum
terintegrasinya kawasan RSUD Lamandau dengan Hydrant.
b) Pipa air bersih tidak boleh bersilangan denan pipa air kotor.
c) Instalasi pemipaan tidak berdekatan atau berdampingan dengan insalasi listrik
k. Saluran (drainase)
a) Saluran keliling bangunan drainase dari bahan yang kuat, kedapa air dan berkualitas
baik dengan dasar mempunyai kemiringan yang cukup ke arah aliran pembuangan.
b) Saluran air hujan tertutup telah dilengkapi bak kontrol dalam jarak tertentu dan
ditiap sudut pertemuan, bak kontrol dilengkapi penutup yang mudah dibuka/ ditutup
memenuhi syarat teknis, serta berfungsi dengan baik.
m. Tangga
a) Lebar tangga minimum 120 cm jalan searah dan 160 cm jalan dua arah.
b) Lebar injakan minimum 28 cm
c) Tinggi injakan maksimum 21 cm
d) Tidak berbentuk bulat/ spiral.
e) Memiliki kemiringan injakan < 90 derajat.
f) Dilengkapi pegangan, minimum pada salah satu sisinya. Peganan rambat mudah
dipegang, ketinggian 60-80 cm dari lantai, bebas dari segala instalasi. Tangga diluar
bangunan dirancang ada penutup tidak kena air hujan secara langsung.
e. Gas Medis :
a) Tersedianya gas medis dengan sistem sentral dan tabung.
b) Sentral gas medis dengan sistem jaringan dan outlet terpasang, berfungsi dengan
baik dilengkapi dengan ALARM untuk menunjukkan kondisi sentral gas medis
dalam keadaan rusak/ ketersediaan gas tidak cukup.
c) Tersedia pengisap (suction pump) pada jaringan sentral gas medik
d) Kapasitas central gas medis telah sesuai dengan kebutuhan
e) Kelengkapan sentral gas berupa gas oxigen (O2), gas nitrous oxida (NO2), gas tekan
dan vacum.
f. Limbah cair :
Tersedianya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan perizinannya
D. Denah Ruang
Adapun denah ruangan di RSUD Lamandau dapat ditunjukkan pada Lampiran
Gambar Denah RSUD Lamandau.
BAB IV
TATA LAKSANA
C. Mekanisme Kerja
Ketua organisasi/ unit pelaksana K3 RS memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan organisasi/ unit pelaksana K3 RS
Sekretaris organisasi/ unit pelaksana K3 RS memimpin dan mengkoordinasikan
tugas-tugas-tugas kesekretariatan dan melaksanakan keputusan organisasi/ unit
pelaksana K3 RS.
Anggota organisasi/ unit pelaksana K3 RS mengikuti rapat organisasi/ unit
pelaksana K3 RS dan melakukan pembahasan atas persoalan yang diajukan dalam rapat,
serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan organisasi/ unit pelaksana K3 RS.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi/ unit pelaksana
K3 RS mengumpulan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3 di RS. Sumber data
antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tampa keterangan,
angka kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan RS, khususnya yang berkaitan
dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bisa dari tempat pengobatan RS
sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tindakan medik karena kecelakaan,
rujukan ke RS bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan dan lama berobat.
Dari bagian teknik bisa didapat data kerusakanakibat kecelakaan dan biaya perbaikan.
Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan lingkungan
kerja RS, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya potensial baik yang berasa
dari kondisi barbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari bagian K3 berupa
laporan pelaksanaan K3 dan analisisnya.
Data dan informasi dibahas dalam organisasi/ unit pelaksana K3 RS, untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakn korektif maupun tindakan
preventif. Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada direktur
RSUD Lamandau. Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi/ satuan
pelaksana K3 RS serta alternatif-alternatif pilihan serta pemikiran hasil/konsekuensi
setiap pilihan.
Organisasi/ unit pelaksana K3 RS membantu melakukan upaya promosi di
lingkungan RS baik pada petugas, pasien meupun pengunjung yaitu mengenai segala
upaya pencegahan KAK dan PAK di RS. Untuk memacu semangat pegawai RSUD
Lamandau agar dapat mengikuti dengan baik dan pro aktrif kegiatan K3 ini, kemudian
diadakan lomba pelaksanaan K3 antar bagian atau unit kerja yang ada di lingkungan
kerja RS dan yang terbaik atau terbagus pelaksanaannya dan penerapannya K3 nya
mendapat reward dari direktur RS.
Pengadaan barang dan jasa terkait dengan kegiatan K3 secara umum dapat dibagi
menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
a. Pengadaan Jasa dan Bahan Umum
Untuk menunjang tujuan kegiatan K3, maka diperlukan sarana dan prasarana umum
yang pengadaannya mengikuti sistem dan prosedur serta SOP pengadaan barang umum
di RSUD Lamandau. Contoh barang umum terkait dengan K3 diantaranya : pengadaan
kran air, dll.
b. Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya
RS harus melakukan seleksi rekanan berdasarka barang yang diperlukan. Rekanan
yang akan diseleksi diminta memberikan proposal berikut profil perusahaan (company
profile). Informasi yang diperlukan menyangkut spesifikasi lengkap dari material atau
produk, kapabilitas rekanan, harga, pelayanan, persyaratan K3 dan lingkungan serta
informasi lain yang dibutuhkan oleh RS.
Setiap unit kerja/ instalasi/ satker yang menggunakan, menyimpan, mengelola B3
harus menginformasikan kepada Bidang logistik sebagai unit pengadaan barang setiap
kali mengajukan permintaan bahwa barang yang diminta termasuk jenis B3.
Untuk memudahkan melakukan proses seleksi, dibuat formulir seleksi yang memuat
kriteria wajib yang harus dipenuhi oleh rekanan serta sistem penilaian untuk masing –
masing kriteria yang ditentukan. Hal – hal yang menjadi kriteria penilaian:
a) Kapabilitas
Kemampuan dan kompetensi rekanan dalam memenuhi apa yang tertulis dalam
kontak kerjasama.
b) Kualitas dan garansi
Kualitas barang yag diberikan memuaskan dan sudah sesuai dengan spesifikasi
yag sudah disepakati. Jaminan garansi yang disediakan baik waktu maupun jenis
garansi yang diberikan
c) Persyarata K3 dan lingkungan
(a) Menyertakan MSDS
(b) Melaksanakan Sistem Manajemen Lingkungan atau ISO 14001
(c) Kemasan produk memenuhi persyaratan K3 dan lingkungan
(d) Mengikuti ketentuan K3 yang berlaku di RS
d) Sistem mutu
(a) Metodoligi bagus
(b) Dokumen sistem mutu lengkap
(c) Sudah sertifikasi ISO 9000
e) Pelayanan
(a) Kesesuaian waku pelayanan dengan kontrak yang ada
(b) Pendekatan yang dilakukan supplier dalam melaksanakan tugasnya
(c) Penanganan setiap masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
(d) Memberikan pelayanan jual yang memadai dan dukungan teknisi disertai
sumber daya manusia yang handal.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien harus diutamakan dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Untuk itu keselamatan pasien dalam program K3 diuraikan secara lebih terperinci dengan
beberapa penekanan rioritas.
Patient safety atau keselamatan pasien adalah suatu system yang membuat asuhan pasien
di rumah sakit menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil.
Terkait dengan usaha pencapaian K3 di RS, maka kemudian dilakukan penekanan
dengan terintegrasi pada pedoman keselamatan dan kesehatan kerja di RSUD Lamandau
tahun 2018. Pelaksanaan kegiatannya terkait dengan keselamatan asien selalu mengacu pada
sasaran keselamatan pasien yang antara lain adalah:
a. Ketepatan identifikasi ppasien
b. Peningkatan omunikasi yang efektif
c. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat – lokasi, tepat – prosedur, tepat- pasien operasi
e. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan resiko pasien jatuh
BAB VII
PELAYANAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RSUD Lamandau adalah salah satu fungsi
manajemen K3 di RSUD Lamandau yang berupa suatu langkah yang diambil untuk
mengetahui dan menilai sejauh mana proses kegiatn K3 di RSUD Lamandau itu berjalan, dan
mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3 di RSUD
Lamandau dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pemantauan dan evaluasi meliputi:
a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS (SPRS) yang
dilaporkan secara triwulan
a) Pencatatan dan pelaporan K3
b) Pencatatan semua kegiatan K3
c) Pencatatan dan pelaporan KAK
d) Pencatatan dan pelaporan PAK
b. Inspeksi dan pengujian
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara umum dan
tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di RS dilakukan secara berkala, terutama oleh
petugas K3 RS sehingga kejadian PAK dan KAK dapat dicegah sedini mungkin.
Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap
pekerja beresiko seperti bilogical monitoring (Pemantauan secara biologis). Selain terkair
dengan pegawai, pengujian berkala juga dilakukan terkait dengan fasilitas, sarana dan
prasarana RSUD Lamandau melalui pengujian baik secara internal maupun secara
eksternal kepada lembaga/ organisasi yang terkait.
c. Melaksanakan audit internal K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan, karyawan
dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebiajakan dan prosedur, pengembangan karyawan
dan program pendidikan, evaluasi dan pengendalian.
Tujuan Audit K3:
a) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan
b) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai ketentuan
c) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta pengembangan
mutu.
Audit ini dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui pencapaian pelaksanaan
kegiatan K3 di RSUD Lamandau. Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil dari
audit internal, identifikasi, penilaian resiko direkomendasikan kepada manajemen
puncak. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian
kebijakan dan tujuan K3.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Kesehatan dan Keselamatan Keja di RSUD Lamandau Tahun 2018. Pedoman
ini diharapkan mampu memberikan tuntunan untuk pelaksanaan K3 di RSUD Lamandau dan
menjadi acuan dan dasar bagi perencanaan dan penulisan panduan maupun program K3 yang
akan disusun kemudian.
Tim penyusun menyadari sepenuhnya bahwa walaupun telah berusaha maksimal untuk
menyelesaikan panduan ini, tetapi masih terdapat kekurangan dan untuk itu maka saran,
masukan dan ide yang membangun senantiasa diperlukan untuk memperbaiki Panduan
K3RSUD Lamandau ini.