You are on page 1of 6

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

Volume 2, Nomor 4, Desember 2013

Analisis Interaksi Obat Pasien Rawat Inap Anak di Rumah Sakit di Palu
Akhmed G. Sjahadat1, Siti S. Muthmainah2
1
RSUD Undata, Palu, Indonesia
2
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung , Bandung, Indonesia

Abstrak
Penelitian interaksi obat telah dilakukan pada pasien rawat inap anak di salah satu rumah sakit di Kota
Palu. Pengetahuan mengenai interaksi obat penting untuk mencegah morbiditas dan mortalitas serta
meningkatkan keamanan pasien. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi cross sectional
deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif mulai bulan Januari sampai Desember 2012. Kri-
teria inklusi yang digunakan yaitu populasi pasien anak usia 0 sampai 18 tahun yang dirawat di rumah
sakit tahun 2012 dan memperoleh 2 atau lebih jenis obat dalam satu lembar resep, sedangkan kriteria
eksklusinya yaitu pasien anak dalam perawatan gawat darurat, ICU, dan mendapatkan resep obat-obat
topikal seperti salep, krim, tetes mata, tetes telinga dan tetes hidung. Setiap jenis obat dalam lembar
resep dianalisis dengan menggunakan bank data dari software Drug.Com. Data diambil dari 495 pasien
dengan jumlah resep keseluruhan sebanyak 3650 resep. Berdasarkan jumlah tersebut dapat diidentifikasi
230 interaksi (6,30%), terdiri dari 6,53% mayor, 48,69% moderat, 44,78% minor. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil interaksi obat yang sering terjadi antara lain kombinasi rifam-
picin dengan isoniazid, ibuprofen dengan deksametason, asetaminofen dengan isoniazid, gentamicin
dengan sefotaksim, gentamicin dengan seftriakson dan diazepam dengan deksametason.

Kata kunci: Pasien anak, rawat inap, interaksi obat

Analysis of Drugs Interaction among Pediatric Inpatients


at Hospital in Palu
Abstract
We performed drug interaction analyses in the pediatric inpatient unit at one of hospitals in Palu. In this
study, those analysesstudy are important to prevent childhood morbidity, mortality and to improve pa-
tient’s safety. By using a cross-sectional descriptive study, we collected retrospective data from January
until December 2012. We included patients at age of 0- 18 years old who were hospitalized during 2012
and received two or more drugs from a prescription sheet. In particular, we excluded pediatric inpatients
in emergency and intensive care units who received topical medications (e.g., ointment, creams, eye
drops, ear drops, and nasal drops). Each drug was analyzed by using Drug.Com software. In total, we
collected data from 495 patients in 3650 prescription sheets. Based on those data, we identified 230
interactions (6.30%) which could be classified into three levels: major (6.35%), moderate (48.68%) and
minor interactions (44.78%). We found several drug interactions in the combination of rifampicin-
isoniazid, dexamethasone-ibuprofen, acetaminophen-isoniazid, gentamicin-cefotaxime-ceftriaxone and
diazepam-dexamethasone.

Key words: pediatric patients, hospitalization, drug interactions

Korespondensi: Akhmed G. Sjahadat, S.Farm., Apt., RSUD Undata, Palu, Indonesia, email:
akhmed.sjahadat@gmail.com

153
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013

Pendahuluan lebih jenis obat dalam satu lembar resep. Kri-


teria eksklusi yaitu pasien anak dalam per-
Interaksi obat terjadi apabila efek dari suatu awatan gawat darurat, ICU, dan mendapatkan
obat berubah dengan adanya obat lain, obat resep obat-obat topikal diantarnya salep, krim,
herbal, makanan, minuman, atau zat kimia tetes mata, tetes telinga dan tetes hidung. Se-
lainnya.1 Bila pasien mengonsumsi dua atau tiap jenis obat dalam lembar resep dianalisis
lebih obat secara bersamaan mempunyai po- dengan menggunakan bank data dari software
tensi untuk terjadinya interaksi obat yang drug.com yang terdapat dalam website http://
dimana respon obat dapat meningkat atau www.drugs.com/drug_interactions html, se-
berkurang.2,3 Mekanisme interaksi obat ter- hingga diperoleh jenis-jenis interaksi diantara
jadi dengan cara meningkatkan toksisitas atau obat tersebut.
mengurangi khasiat dari obat.4 Tingkat keparahan interaksi obat dapat di-
Pentingnya pengetahuan mengenai inter- klasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu: Inter-
aksi obat akan membantu dokter dan farma- aksi mayor merupakan interaksi yang sangat
sis untuk mengidentifikasi dan mencegah ter- memengaruhi keadaan klinis secara signifi-
jadinya interaksi obat pada pasien.5 Pengeta- kan sehingga harus dihindari kombinasi obat
huan mengenai interaksi obat dapat mencegah karena risiko lebih besar daripada manfaat.
morbiditas dan mortalitas serta meningkatkan Interaksi moderat merupakan interaksi yang
keamanan dari pasien. Farmasis mempunyai memengaruhi keadaan klinis cukup signifi-
peran penting dalam melakukan kontrol un- kan. Kombinasi obat lebih baik dihindari ke-
tuk mencegah potensi efek samping merugi- cuali dalam keadaan khusus. Interaksi minor
kan dari interaksi obat yang tidak diharapkan.6 merupakan interaksi dengan resiko minimal
Masalah interaksi obat pada pasien rawat sehingga dapat dipertimbangkan sebagai obat
inap membutuhkan perhatian yang lebih kare- alternatif dengan tetap melakukan pemantauan
na adanya penyakit yang parah, penyakit pe- ter-hadap potensi resiko yang mungkin terjadi.
nyerta, penyakit kronis, polifarmasi, regimen
terapi yang kompleks, dan modifikasi yang Hasil
sering dalam terapi. Dilaporkan sebanyak 17%
pasien rawat inap mendapatkan efek samping Hasil penelitian merujuk data dari pasien
merugikan yang disebabkan oleh interaksi rawat inap anak bulan Januari sampai Desem-
obat.5 Laporan mengenai interaksi obat lebih ber 2012 sebanyak 495 pasien dengan jumlah
banyak terjadi pada pasien dewasa, sedangkan 730 lembar resep. Setiap lembar resep rata-
penelitian terhadap anak-anak masih sedikit.7 rata terdiri dari 5 jenis obat sehingga jumlah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui in- resep secara keseluruhan adalah 3650 resep.
teraksi obat pada pasien rawat inap anak pada Berdasarkan jumlah tersebut teridentifikasi
salah satu rumah sakit di Palu. 230 interaksi. Dengan persentase 6,30% yang
terdiri dari 48 jenis interaksi obat. Persentase
Metode interaksi obat pada pasien anak dengan jenis
major, moderat dan minor dapat dilihat pada
Rancangan penelitian adalah studi cross sec- Gambar 1, 2, dan 3.
tional deskriptif dengan pengambilan data se-
cara retrospektif mulai bulan Januari sampai Pembahasan
Desember 2012. Kriteria inklusi yaitu popu-
lasi pasien anak usia 0 sampai 18 tahun yang Beragam penelitian menunjukkan potensi
dirawat di rumah sakit dan memperoleh 2 atau interaksi obat terjadi ketika pasien banyak

154
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013

Gambar 1 Persentase obat dengan interaksi mayor

Metilprednisolon + Magnesium hidroksida


Kaptopril + Furosemid
Etambutol + Isoniazid
Rifampisin + Magnesium hidroksida
Ethambutol + Aluminium hidroksida
Rifampisin + Aluminium hidroksida
Rifampisin + Trimethoprim
Rifampisin + Sulfamethoksazole
Khlorpheniramin + Metoklopramid
Deksamethason + Aminophyllin
Gentamicin + Ibuprofen
Furosemid + Digoksin
Deksamethason + Fenobarbital
Asetaminofen + Fenobarbital
Deksamethason + Magnesium hidroksida
Asam valproat + Isoniazid Persentase

Rifampisin + Asam valproat


Deksamethason + Digoksin
Rifampisin + Methylprednisolon
Furosemid + Deksamethason
Seftriakson + Furosemid
Asam valproat + Diazepam
Methylprednisolon + Aminophyllin
Deksamethason + Bisakodil
Rifampisin + Deksamethason
Gentamicin + Seftriakson
Sefotaksim
Gambar 2 Persentase obat+ Gentamicin
dengan interaksi moderat
Asetaminofen + Isoniazid
Ibuprofen + Deksamethason
155
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013

Metoklopramid + Asetaminofen

Diazepam + Methylprednisolon

Methylprednisolon + Aluminium hidroksida

Isoniazid + Aluminium hidroksida

Diazepam + Methylprednisolon

Ranitidin + ketoprofen

Methylprednisolon + Seng sulfat

Deksamethason + Aluminium hidroksida

Diazepam + Asetaminofen
Persentase
Isoniazid + Methylprednisolon

Deksamethason + Seng sulfat

Ranitidin + Magnesium hidroksida

Ranitidin + Aluminium hidroksida

Isoniazid + Deksamethason

Rifampisin + Acetaminofen

Ranitidin + Asetaminofen

Diazepam + Deksamethason

0 2 4 6 8 10 12
Gambar 3 Persentase obat dengan interaksi minor

menerima resep obat. Hal ini terjadi pada Kerja obat isoniazid adalah bersifat bak-
pasien rawat jalan dan rawat inap, dengan terisid, yang dapat membunuh 90% populasi
banyak kasus terjadinya efek samping serta kuman setelah beberapa hari pertama pengo-
perubahan khasiat dari terapi kombinasi obat.8 batan. Isoniazid ini sangat efektif terhadap
Berdasarkan Gambar 1, 2, dan 3 diketahui kuman yang sedang berkembang. Mekanisme
tingkat kejadian interaksi obat yaitu mayor 15 kerja berdasarkan terganggunya sintesis my-
(6,53%), moderat 112 (48,69%), dan minor colic acid, yang diperlukan untuk membangun
103 (44,78%). dinding bakteri. Kerja obat rifampisin adalah
Interaksi mayor terbanyak adalah kom- bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman
binasi rifampicin dengan isoniazid. Rifam- semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh
picin dapat meningkatkan metabolisme iso- isoniazid. Mekanisme kerja dari rifampisin
niazid dengan cara induksi CYPs karena berdasarkan perintangan spesifik dari suatu
asetil-isoniazid dari isoniazid diubah menjadi enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-
monoasetil hidrazin sehingga menghasilkan polimerase sehingga sintesis RNA tergang-
metabolit yang hepatotoksik.9 Kombinasi ri- gu.14 Rifampisin tidak boleh diberikan pada
fampisin dengan isoniazid termasuk dalam pasien dengan kerusakan hepar, lansia, malnu-
standar terapi untuk pengobatan tuberkolosis. trisi dan anak dibawah umur 2 tahun. Setelah

156
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013

pemberian perlu dilakukan monitoring suhu rin) dapat meningkatkan risiko tersebut.7,11
badan, muntah dan jaundice serta dilaku- Begitu pula kombinasi gentamisin dengan
kaan pemeriksaan fungsi hati secara berkala.1 seftriakson dapat meningkatkan nefrotoksik.
Interaksi moderat yaitu kombinasi ibuprofen Peningkatan efek nefrotoksik terjadi karena
dengan deksamethason (kortikosteroid). efek dari masing-masing obat tersebut. Faktor
Kombinasi tersebut dapat meningkatkan lain yang memengaruhi terjadinya peningkat-
jumlah kortikosterid bebas dalam plasma an nefrotoksik antara lain apabila kombinasi
sehingga menyebabkan risiko perdarahan obat tersebut digunakan oleh pasien dengan
gastrointestinal dan ulcer. Kortikosteroid kadar albumin rendah, lansia, lamanya pengo-
dilaporkan dapat menyebabkan efek sam- batan, pasien dengan penyakit hepar dan pe-
ping gastrointestinal.1 Ibuprofen menyebab- nyakit penyerta lainnya termasuk leukemia.1
kan kerusakan mukosa lambung melalui dua Interkasi minor yang paling banyak adalah di-
mekanisme yaitu iritasi langsung pada epi- azepam dengan deksametason. Deksametason
tel lambung dan penghambatan sistemik dari akan menurunkan efek dari diazepam dengan
prostaglandin. Penghambatan sistemik dari memengaruhi metabolisme hepatic iso enzim
prostaglandin mengurangi kemampuan dari CYP3A4.1,12 Interaksi minor biasanya tidak
proteksi mukosa lambung sehingga menye- menyebabkan kerusakan atau memerlukan pe-
babkan terjadinya tukak lambung.7 Oleh kare- rubahan dalam terapi.
na itu, kombinasi kedua obat tersebut dapat
meningkatkan efek samping gastrointestinal. Simpulan
Pasien yang diterapi dengan kombinasi obat
tersebut sebaiknya di berikan obat yang dapat Interaksi obat yang sering terjadi pada pasien
melindungi mukosa lambung.1 rawat inap anak di salah satu rumah sakit di
Kombinasi asetaminofen dengan isoniazid Palu antara lain kombinasi rifampisin dengan
dapat meningkatkan efek dari asetaminofen isoniazid, ibuprofen dengan deksamethason,
dengan mempengaruhui metabolisme enzim asetaminofen dengan isoniazid, gentamisin
CYP2EI.10 Hal ini terjadi karena isoniazid dengan sefotaksim, gentamisin dengan seftri-
menginduksi sitokrom P450 isoenzim CYP- akson dan diazepam dengan deksametason.
2EI. Informasi terbatas dalam penanganan in-
teraksi antara isoniazid dengan asetaminofen. Daftar Pustaka
Sebaiknya perlu pembatasan penggunaan
asetaminofen bila pasien menggunakan iso- 1. Yeo KR, Jamei M, Hodjegan RA. Predict-
niazid karena beberapa individual mungkin ing drug-drug interactions: application of
berisiko toksisitas hati yang disebabkan oleh physiologically based pharmacokinetic
parasetamol. Studi farmakokinetik menun- models under a systems biology approach.
jukkan ada kemungkinan risiko besar se- Expert Review of Clinical Pharmacology,
saat setelah berhenti penggunaan isoniazid. 2003, 6(2): 143–157.
Risiko ini juga mungkin lebih tinggi jika 2. Bashir S, Aqeel T, Usman M, Zaman UZ,
asetaminofen diberikan pada akhir pembe- Madni A, Haji M, et al. Comparative as-
rian dosis interval isoniazid, terutama ter- sessment of drug interactions in pediatrics
jadinya asetilisasi yang cepat dari isoniazid.1 at private and public sector hospitals of
Interaksi moderat lainnya yaitu kombinasi Sargodha and Faisalabad. African Journal
gentamisin dengan sefotaksim. Gentamisin of Pharmacy and Pharmacology, 2011,
dapat menyebabkan nefrotoksik. Kombinasi 5(20) : 2238–2246.
gentamisin dengan sefotaksim (sefalospo- 3. Rehman H, Hussain A, Iqbal J. Drug in-

157
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 2, Nomor 4, Desember 2013

teraction in poly prescriptions; Evaluation International Journal of Basic and Clinical


and Management. International Journal of Pharmacology, 2013, 2(2): 144–152.
Pharmacy, 2012, 2(3): 454–465. 9. Chen J, Raymond K. Roles of rifampicin
4. Neuvonen PJ. Prediction and prevention in drug-drug interactions: underlying mo-
of severe adverse effects and hazardous lecular mechanisms involving the nuclear
interactions of drugs. Duodecim, 2013, pregnane x receptor. Annals of Clinical
129(1): 22–30. Microbiology and Antimicrobials, 2006,
5. Ismail M , Iqbal Z, Khattak MB, Javaid A, 5:(3) 1–11.
Khan TM. Prevalence, types and predic- 10. Badyal DK, Dadhich AP. Cytochrome
tors of potential drug-drug interactions in P450 and drug interactions. Indian Journal
pulmonology ward of a tertiary care hospi- of Pharmacology, 2001, 33(4): 248–259
tal. African Journal of Pharmacy and Phar- 11. Singh NP, Ganguli A, Prakash A. Drug-
macology, 2011, 5(10): 1303–1309. induced kidney diseases. Journal of Amer-
6. Abarca J, Malone DC, Skrepnek GH, Re- ican Pharmacist Association, 2003, 51:
hfeld RA, Murphy JE, Grizzle AJ, et al. 970–979.
Community pharmacy managers percep- 12. Wilcock A, Thomas J, Frisby J, Webster
tion of computerized drug-drug interaction M, Keeley V, Finn G, et al. Potential for
alerts. Journal of the American Pharma- drug interactions involving cytochrome
cists Association, 2006, 46(2): 148–153. P450 in patients attending palliative day
7. Dipiro JT, Talbert HL, Yee GC, Matzke care centres: a multicentre audit. British
GR, Wells BG, Posey L M. Pharmacother- Journal of Clinical Pharmacology, 2005,
apy. A pathophysiologic approach. Eighth 60(3): 326–329.
edition. The McGraw-Hill Companies: 13. Drug Interactions Checker. http://www.
New York. 2011. drugs.com/drug_interactions html. Diak-
8. Chelkeba L, Alemseged F, Bedad W. As- ses tanggal 10 Januari 2013.
sessment of potential drug-drug interac- 14. DEPKES. Pharmaceutical Care untuk Pe-
tions among outpatients receiving cardio- nyakit Tuberkulosis. Depkes RI: Jakarta.
vascular medications at Jimma University 2005.
Specialized Hospital, South West Ethiopia.

158

You might also like