You are on page 1of 11

HUBUNGAN PENATALAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA

DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS MARTAPURA

Yohana Agustina Sitanggang, Nuzul Qur’aniati, Ilya Krisnana

Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Kampus C


Mulyorejo Surabaya 60115 Telp(031)5913752 ,5913754 ,Fax. (031)5913257
Email: sitanggangyohana@gmail.com

ABSTRACT

Introduction: Upper respiratory tract infection ( URTI ) is an acute respiratory infection


that attacks human with the most number of infection are infants. Family has a function as
a family health care that can be seen by five tasks of family health, the role of family is
very needed for the prevention to reduce morbidity and mortality rates in toddlers,
especially in cases of URTI. This study were aimed to analyze the relationship between
implementation of family health tasks with URTI incidence in toddlers patients. Method:
This study used correlation descriptive design. The samples were 147 families who have
toddlers had experienced URTI and have been visit Puskesmas Martapura during
November 2013. The variables are family health tasks and incindents of URTI in
toddlers.Samples were taken by consecutive sampling that appropiate with inclusion and
exclusion criterias. The data were analyzed by Spearman's rho with significance level (p) ≤
0.05. Result: The result showed that family health task and incindents of URTI in toddlers
did have negative significance correlation (r) = -0,387 and (p) = 0,01. Discussion:
Implementation of family health tasks had a weak correlation with URTI incidence in
toddlers patients. It is recommended to the stake holder of URTI disease in Puskesmas
Martapura to continue give a socialization about URTI definition, sign and symptom, and
right treatment especially for toddler with URTI disease. It is necessary futher research to
analyze the correlation between toddler characteristics with insindece of URTI.

Keywords : URTI , Family Health Task, Respiratory tract disease

unit terkecil dari masyarakat yang


PENDAHULUAN berfungsi untuk melaksanakan praktik
asuhan kesehatan yaitu mencegah
Infeksi saluran pernapasan akut terjadinya gangguan kesehatan dan atau
(ISPA) merupakan infeksi yang merawat anggota keluarga yang sakit.
menyerang saluran pernapasan manusia Menurut Bailon dan Maglaya (1998)
dengan jumlah penderita infeksi bahwa pemeliharaan kesehatan keluarga
kebanyakan pada balita (Depkes 2013). bergantung pada pelaksanaan tugas
Prevalensi ISPA di Indonesia kesehatan keluarga, yaitu mengenal
berdasarkan data riset kesehatan dasar masalah kesehatan, membuat keputusan
Riskesdas 2010 yaitu sebesar 35% tindakan kesehatan yang tepat, memberi
tertinggi terjadi pada balita. ISPA pada perawatan pada anggota keluarga yang
balita di sebabkan oleh beberapa faktor sakit, menciptakan suasana rumah yang
salah satunya adalah kemampuan sehat, dan memanfaatkan fasilitas
keluarga (Depkes 2001). Keluarga adalah kesehatan yang ada di masyarakat.
Hasil studi pendahuluan yang tinggi yaitu dalam rentang tahun 2005-
dilakukan berupa wawancara pada 10 ibu 2011, sebanyak 66% balita di Indonesia
balita mengenai penatalaksanaan tugas datang ke fasilitas kesehatan dengan
kesehatan keluarga adalah sebagai keluhan berupa gejala ISPA (Syahputra,
berikut, 9 dari 10 orang (90%) tidak 2012). Berdasarkan data dari Dinas
mengetahui mengenai ISPA baik Kesehatan Kabupaten Banjar Kalimantan
pengertian, tanda dan gejala maupun Selatan, ISPA masih merupakan urutan
penyebab dari ISPA, 7 dari 10 orang pertama dari penyakit terbanyak pada
(70%) dalam mengambil keputusan balita, yakni pada tahun 2011 ditemukan
tindakan tidak tepat diantaranya 3.0649 balita, tahun 2012 sebanyak
mengobati anak dirumah dengan 45.174 balita dan data terakhir pada bulan
membeli obat di warung, kurang Agustus tahun 2013 ditemukan 14.576
melakukan perawatan dirumah pada balita yang menderita ISPA (Dinkes
balita yang mengalami ISPA seperti Kabupaten Banjar 2013). Puskesmas
memberikan makan atau minum yang Martapura salah satu Puskesmas di
kurang tepat, tidak memberikan kompres wilayah Kabupaten Banjar merupakan
pada balita yang mengalami demam, salah satu penyumbang terbanyak kasus
masih belum melaksanakan secara baik ISPA pada balita yaitu pada Agustus
dalam memodifikasi lingkungan yang tahun 2013 ditemukan sebanyak 2.432
menunjang kesehatan seperti membakar balita menderita ISPA (Laporan Dinas
sampah dihalaman, membiarkan anak Kesehatan Kabupaten Banjar, 2013).
penderita ISPA bergaul dengan balita Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar
yang sehat dan memanfaatkan pelayanan memiliki program pemberantasan
kesehatan setelah melakukan pengobatan penyakit menular (P2M) salah satunya
sendiri dirumah. Penelitian yang adalah ISPA. Program pemberantasan
dilakukan oleh Nurhidayah (2010) penyakit ISPA menitikberatkan atau
menyatakan 51% keluarga memiliki memfokuskan kegiatannya pada
upaya yang tidak baik dalam penanggulangan ISPA pada balita
penatalaksanaan tugas kesehatan keluarga (Depkes RI 2002). Dalam
dengan pneumonia dan hasil penelitian pelaksanaannya, program pemberantasan
yang dilakukan oleh Su’udi (2008) penyakit ISPA memerlukan dukungan
menyatakan ada hubungan yang dari semua pihak termasuk keluarga.
signifikan antara tugas kesehatan Peran keluarga dalam penanggulangan
keluarga dengan kekambuhan penyakit dan pencegahan penyakit ISPA sangat
TB paru. Namun, dalam hal ini belum menentukan keberhasilan upaya
ada yang mengkaji tentang hubungan penanggulangan penyakit ISPA
tugas kesehatan keluarga dengan (Trapsilowati 1999 dalam Nurhidayah
kejadian ISPA pada balita sehingga 2008). Keluarga memiliki fungsi sebagai
membutuhkan penelitian lebih lanjut. perawatan atau pemeliharaan kesehatan
World Health Organization dimana fungsi ini mempertahankan
(2007) menyatakan kematian balita keadaan kesehatan keluarga, kemampuan
akibat penyakit ISPA mencapai 12,4 keluarga dalam memberikan asuhan
juta pada balita golongan umur 0-4 tahun kesehatan mempengaruhi status
setiap tahun di seluruh dunia, di mana kesehatan keluarga. Kesanggupan
dua pertiganya adalah bayi yaitu keluarga melaksanakan pemeliharaan
golongan umur 0-1 tahun dan sebanyak kesehatan dapat dilihat dari lima tugas
80,3% kematian ini terjadi di negara kesehatan keluarga (FK UI 2000).
berkembang. Indonesia merupakan Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga
negara berkembang juga menunjukkan yang baik kecenderungan akan
prevalensi kejadian ISPA yang cukup menurunkan angka kesakitan ataupun
kematian pada balita khususnya pada HASIL
kasus ISPA (Nurhidayah 2008). Ada
beberapa kerangka teori yang dapat Tabel 5.1 Distribusi responden, usia,
menjelaskan perilaku kesehatan salah menurut tingkat pendidikan,
satunya adalah teori Health Belief Model. dan usia balita di wilayah
Berdasarkan latar belakang diatas Puskesmas Martapura
maka rumasan masalah pada penelitian Desember 2013- Januari 2014
ini adalah “Adakah hubungan antara Demografi Kategori Jumlah Prosent
penatalaksanaan tugas kesehatan keluarga ase (%)
Usia 20 – 25 tahun 18 26
dengan kejadian ISPA pada balita di
26 – 30 tahun 24 34
wilayah kerja Puskesmas Martapura”?
31 – 35 tahun 16 23
36 – 40 tahun 12 17
BAHAN DAN METODE Total 70 100
Usia balita 1 – 3 tahun 58 83
Penelitian ini merupakan penelitian 4 -5 tahun 12 17
deskriptif dengan jenis penelitian Total 70 100
korelasional. Penelitian ini bertujuan Pendidikan SMP 36 51
untuk mengetahui hubungan antara SMA 34 49
variabel penalaksanaan tugas kesehatan Total 70 100
keluarga dengan kejadian ISPA pada Pekerjaan Ibu rumah 70 100
balita. Populasi terjangkau dalam tangga
penelitian ini adalah seluruh keluarga
yang memiliki balita yang berkunjung ke Berdasarkan tabel 5.1 diatas
Puskesmas Martapura yang pernah menunjukkan responden sebagian besar
mengalami ISPA selama bulan berpendidikan SMP sebanyak 51 % ( 36
November 2013 sebanyak 147 balita. responden), dengan usia responden
Proses sampling dalam penelitian ini sebagian besar berada pada kategori
menggunakan consecutive sampling yaitu antara 26 sampai 30 tahun sebanyak 34%
dengan memilih sampel yang memenuhi (24 balita), pekerjaan responden
kriteria penelitian dengan kurun waktu 2 seluruhnya (100%) sebagai ibu rumah
minggu dan di dapatkan jumlah sampel tangga dan usia balita yang mengalami
sebanyak 70 responden. ISPA pada balita sebagian besar berada
Variabel dalam penelitian ini adalah pada kategori 1 sampai 3 tahun
tugas kesehatan keluarga dan kejadian sebanyak 83% (58 balita).
ISPA pada balita.
Data yang telah dikumpulkan dan Tabel 5.2 Distribusi tugas keluarga dalam
di analisis. Data yang dianalisis pada mengenal penyakit ISPA
penelitian ini berupa analisis bivariat pada balita di wilayah kerja
dengan uji statistik menggunakan Puskesmas Martapura
Spearman Rho yang merupakan alat Desember 2013- Januari 2014
untuk menguji hipotesis asosiatif dua Kategori Frekuensi Prosentase (%)
variabel pada data yang berskala ordinal. Baik 0 0
Uji statistik ini digunakan untuk Cukup 56 80
Kurang 14 20
mengetahui ada tidaknya hubungan Total 70 100
antara penatalaksanaan tugas kesehatan
keluarga dengan kejadian ISPA pada Berdasarkan tabel 5.2 diatas
balita. menunjukkan 80% (56 responden) dalam
kategori cukup , dan 20 % (14 responden)
dalam kategori kurang.
Tabel 5.3 Distribusi tugas kesehatan dalam memodifikasi lingkungan yang
keluarga dalam mengambil dapat menjamin kesehatan.
keputusan tindakan kesehatan Tabel 5.6 Distribusi tugas kesehatan
yang tepat di wilayah kerja keluarga dalam
Puskesmas Martapura pada memanfaatkan fasilitas
bulan Desember 2013- Januari pelayanan kesehatan di
2014 wilayah kerja Puskesmas
Kategori Frekuensi Prosentase (%) Martapura pada bulan
Positif 45 64 Desember 2013-Januari 2014
Negatif 25 36 Kategori Frekuensi Prosentase (%)
Total 70 100 Baik 70 100
Cukup - -
Berdasarkan tabel 5.3 di atas Total 70 100
menunjukkan sebagian besar responden Berdasarkan tabel 5.6 di atas
memiliki sikap positif yaitu 36 % ( 45 menunjukkan bahwa seluruh responden
responden) dan 36% ( 25 responden) dalam kategori baik dalam memanfaatkan
memiliki sikap negatif dalam mengambil fasilitas pelayanan kesehatan.
keputusan tindakan kesehatan yang tepat
bagi balita yang mengalami ISPA. Tabel 5.7 Distribusi kejadian ISPA pada
balita di wilayah kerja
Tabel 5.4 Distribusi tugas kesehatan Puskesmas Martapura pada
keluarga dalam merawat bulan Desember 2013- Januari
balita yang mengalami 2014
ISPA di wilayah kerja
Puskesmas Martapura pada Kategori Frekuensi Prosentase (%)
bulan Desember 2013- Selalu 0 0
Sering 14 20
Januari 2014 Jarang 56 80
Kategori Frekuensi Prosentase (%)
Total 70 100
Baik 21 30
Cukup 47 67
Kurang 2 3 Berdasarkan tabel 5.7
Total 70 100 menunjukkan sebagian besar yaitu 80%
Berdasarkan tabel 5.4 diatas (56 balita) dalam kategori jarang
menunjukkan 67% (50 responden) dalam mengalami ISPA dalam satu bulan dan
kategori cukup, kategori baik 30% ( 21 20% ( 14 balita ) dalam kategori sering.
responden) dan ada 3% (2 repsonden) Tabel 5.8 Analisa hubungan
dalam kategori kurang. penatalaksanaan tugas
kesehatan keluarga dengan
Tabel 5.5 Distribusi tugas kesehatan kejadian ISPA pada balita
keluarga dalam memodifikasi
Frekuensi ISPA
lingkungan yang dapat
menjamin kesehatan keluarga Jarang Sering Selalu Total
N % N % N % N %
Kategori Frekuensi Prosentase (%) Tugas Baik 31 44 3 4 0 0 34 100,00
Baik 60 86 kesehat
Cukup 8 11 an Cuk 25 36 10 14 0 0 35 100,00
Kurang 2 3 keluarg up
a Kura 0 0 1 1 0 0 1 100,00
Total 70 100
ng
Berdasarkan tabel 5.5 di atas Total 56 14 0 0 70 100,00
menunjukkan 86% ( 60 responden) dalam
Spearman’s rho : p = 0,01; koefisien korelasi (r) = -0,387
kategori baik, 11% (8 responden) dalam
kategori cukup dan 3% (2 responden)
Berdasarkan tabel 5.8 di atas dalam kategori cukup dan sebagian dalam
dapat di lihat bahwa dari 70 responden kategori kurang (no responden 5, 9, 10,
dalam melaksanakan tugas kesehatan 22, 38), keluarga yang berpendidikan
keluarga dalam kategori cukup yaitu 10 SMA sebagian besar dalam kategori
responden menyatakan anaknya sering cukup namun ada juga yang berada
mengalami ISPA, 25 responden dalam dalam kategori kurang (1, 2, 21, 33, 34,
kategori cukup menyatakan anaknya 38, 49, 53, 61, 66). Berdasarkan paparan
jarang mengalami ISPA, 31 responden diatas peneliti berpendapat bahwa
dalam kategori baik menyatakan pengetahuan keluarga dalam mengenal
anaknya jarang mengalami ISPA, 3 penyakit ISPA tidak tergantung oleh
responden dalam kategori baik tingkat pendidikan, hal tersebut juga
menyatakan anaknya sering mengalami didukung oleh teori yang dikemukakan
ISPA dan 1 responden dalam kategori oleh Erfandi (2009) bahwa pengetahuan
kurang menyatakan anaknya sering tidak mutlak diperoleh dari pendidikan
megalami ISPA. formal akan tetapi dapat diperoleh dari
pendidikan nonformal. Selain itu
PEMBAHASAN menurut teori HBM yang di kemukakan
oleh Rosenstock (1974) bahwa faktor
Pada penelitian ini menunjukkan pemodifikasi yang mempengaruhi
bahwa kemampuan keluarga dalam seseorang dalam bertindak selain
mengenal masalah ISPA di dapatkan pengetahuan yaitu usia, pekerjaan, dan
sebagian besar dalam kategori cukup pengalaman. Dilihat dari faktor pekerjaan
karena keluarga masih banyak yang tidak peneliti berpendapat bahwa pekerjaan
mengetahui penyebab dari ISPA (no mungkin mempengaruhi tingkat
responden 1, 5, 9, 38, 43, 49, 55, 61, 70), pengetahuan keluaraga karena secara
tanda dan gejala dimana hampir seluruh keseluruhan keluarga bekerja sebagai ibu
keluarga menjawab salah, dan akibat rumah tangga yang pekerjaannya
yang dapat ditimbulkan oleh ISPA (no mengurus rumah tangga dan sebagian
responden 2, 4, 6, 8, 9, 13, 21, 23, 33, 34, besar waktunya di habiskan di rumah,
36). Kemampuan keluarga dalam sehingga informasi yang di dapatkan
mengenal masalah ISPA dapat kurang luas dari keluarga atau ibu yang
dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga. bekerja di luar rumah. Bekerja dapat
Pengetahuan (knowledge) memperoleh banyak pengalaman dan dari
merupakan hasil “tahu” seseorang setelah pengalaman tersebut akan memperoleh
orang tersebut melakukan penginderaan pengetahuan baru dan terus berkembang,
terhadap suatu objek tertentu. sehingga keluarga yang tidak bekerja
Pengetahuan atau kognitif merupakan pada umumnya sedikit memperoleh
domain yang sangat penting untuk pengalaman dan pengetahuan (Mubarak,
terbentuknya tindakan seseorang. 2009). Dilihat dari sisi usia, dimana
Menurut Erfandi (2009) pengetahuan keluarga yang berada dalam kisaran usia
adalah sebagai suatu pembentukan yang 20 sampai 25 tahun berada pada kategori
terus menerus oleh seseorang yang setiap cukup di bandingkan dengan keluarga
saat mengalami reorganisasi karena yang berada pada kisaran usia antara 26
adanya pemahaman-pemahaman baru. sampai 30 tahun, usia 31 sampai 35 tahun
Selain itu menurut Sunaryo (2004) dan usia 36 sampai 40 tahun dalam
mengatakan bahwa pengetahuan di kategori cukup dengan nilai hampir
pengaruhi oleh pendidikan. Dilihat dari mencapai baik. Hal ini sejalan dengan
tingkat pendidikan keluarga rata-rata teori Hurlock (2004) yang menyatakan
berpendidikan SMP dan SMA, keluarga bahwa umur adalah indeks yang
yang berpendidikan SMP sebagian besar menempatkan individu- individu dalam
kategori perkembangan. Usia yang bersikap positif memiliki balita
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang pernah mengalami ISPA lebih dari
seseorang, semakin bertambah usia satu kali dalam satu bulan dan keluarga
seseorang semakin bertambah pula kecenderungan membawa balitanya ke
pengalaman dan pengetahuan yang fasilitas pelayanan kesehatan ( no
diperoleh seseorang. Dengan kemampuan responden 6, 13, 21, 34, 40, 42, 48, 60)
dan pengetahuan keluarga tentang adanya sehingga dari pengalaman tersebut
masalah kesehatan dalam keluarga, maka keluarga sudah mengetahui atau
apabila ada anggota keluarga yang memahami tindakan apa yang harus
memiliki gejala atau tanda suatu penyakit diambil. Selain itu berdasarkan teori
dalam hal ini penyakit ISPA dapat HBM bahwa individu dalam bertindak di
dicegah untuk terjadi maupun dapat di pengaruhi oleh faktor pemodifikasi salah
deteksi dini mungkin sehingga penyakit satunya usia, namun dalam penelitian ini
yang di derita oleh anggota keluarga hal tersebut tidak sejalan dengan
tidak semakin parah dan tidak terulang kemampuan keluarga dalam mengambil
lagi. keputusan karena dari keluarga yang
Hasil penelitian ini menunjukkan bersikap positif secara keseluruhan
bahwa kemampuan keluarga dalam tersebar pada rentang usia dari 20
mengambil keputusan tindakan kesehatan sampai 40 tahun sehingga peneliti
yang tepat dalam mengatasi ISPA pada berpendapat bahwa usia tidak ada
balita di dapatkan mayoritas responden pengaruhnya dengan kemampuan
dalam kategori positif. Keluarga sudah keluarga dalam mengambil keputusan
mampu mengambil keputusan yang tepat yang tepat dalam mengatasi ISPA pada
pada balita yang mengalami ISPA seperti balita. Sikap positif dari keluarga dalam
keluarga lansung membawa balita yang mengambil keputusan yang tepat tentang
mengalami ISPA kepelayanan kesehatan tindakan yang akan dilakukan kepada
dan keluarga dapat menjawab tindakan anggota keluarga yang sakit akan sangat
awal yang harus di lakukan pada balita berpengaruh terhadap proses
yang mengalami ISPA. Friedman (1998) penyembuhan dan kualitas pengobatan
mengatakan bahwa keputusan yang balita yang mengalami ISPA. Apabila
menyangkut penanganan penyakit dari keputusan yang di ambil oleh keluarga
seorang anggota keluarga harus ditangani tepat dan cepat maka akan sangat
di rumah, di sebuah klinik medis atau membantu dalam proses penyembuhan
rumah sakit, cenderung dirundingkan sekaligus mencegah terjadi kembali
dikalangan keluarga. Menurut penyakit ISPA pada balita.
Notoatmodjo (2003) ada beberapa tahap Hasil penelitian ini menunjukkan
kejadian dalam pembuatan keputusan bahwa kemampuan keluarga dalam
yaitu: tahap pengalaman atau pengenalan menciptakan lingkungan yang menjamin
gejala, tahap asumsi peranan sakit, tahap kesehatan mayoritas dalam kategori baik
kontak dengan pelayanan kesehatan seperti keluarga selalu membersihkan
,tahap ketergantungan pasien, tahap tempat tinggal, pengolahan sampah dan
penyembuhan atau rehabilitasi. kebutuhan pencahayaan di dalam rumah.
Berdasarkan paparan diatas peneliti Kesehatan lingkungan pada
berpendapat bahwa ada beberapa faktor hakekatnya adalah suatu kondisi atau
yang mempengaruhi keluarga dalam keadaan lingkungan yang optimum
mengambil keputusan, antara lain sehingga berpengaruh positif terhadap
pengalaman keluarga terhadap gejala terwujudnya status kesehatan yang
sebelumnya dalam hal ini gejala penyakit optimum pula (Notoatmodjo 2003).
ISPA dan kontak sebelumnya dengan Adapun yang di maksud dengan usaha
pelayanan kesehatan, dimana keluarga kesehatan lingkungan adalah suatu usaha
untuk memperbaiki atau mengoptimalkan kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga
lingkungan hidup manusia agar menjadi terhadap petugas kesehatan dan fasilitas
media yang baik untuk mewujudkan kesehatan tersebut terjangkau oleh
kesehatan yang optimal bagi manusia keluarga dalam memanfaatkan pelayanan
yang hidup di dalamnya. kesehatan, dimana biasa mengunjungi
Ketidakmampuan keluarga memelihara pelayanan kesehatan yang biasa
lingkungan rumah yang bisa dikunjungi dan cenderung yang paling
mempengaruhi kesehatan dan dekat misalnya Posyandu, Puskemas,
pengembangan pribadi anggota keluarga maupun Rumah Sakit. Persepsi keluarga
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) terhadap sehat sakit erat hubungannya
keluarga kurang dapat melihat dengan perilaku mencari pengobatan.
keuntungan atau manfaat pemeliharaan Respon keluarga yang sakit adalah sangat
lingkungan di masa yang akan datang; 2) bervariasi mulai tidak melakukan apa-apa
ketidaktahuan keluarga akan higiene dengan alasan tidak mengganggu,
sanitasi; 3) ketidaktahuan keluarga melakukan tindakan tertentu seperti
tentang usaha penyakit; 4) sikap atau mengobati sendiri, mencari fasilitas
pandangan hidup keluarga; 5) kesehatan tradisional, mencari
ketidakkompakkan keluarga; 6) sumber – pengobatan di warung obat, mencari
sumber keluarga tidak seimbang atau pengobatan ke fasilitas kesehatan modern
tidak cukup (Mubarak 2009). Peneliti yang diselenggarakan oleh pemerintah
berpendapat bahwa keluarga sebagian atau lembaga-lembaga swasta seperti
besar sudah dapat menjalankan tugasnya balai pengobatan, Puskesmas dengan
dengan baik dalam memodifikasi mencari pengobatan yang
lingkungan yang dapat menjamin diselanggarakan oleh dokter. Apabila
kesehatan bagi anggota keluarga, sesuai persepsi sehat-sakit masyarakat belum
dengan teori hal ini mungkin di dukung sama dengan konsep sehat sakit, maka
oleh kemampuan keluarga dalam melihat jelas masyarakat belum tentu atau tidak
keuntungan atau manfaat pemeliharaan mau menggunakan fasilitas yang
lingkungan, sikap dan pandangan diberikan dan apabila persepsi sehat-
keluarga, kekompakan antar anggota sakit masyarakat sudah sama pengertian
keluarga dan sebagainya. kita, maka kemungkinan besar fasilitas
Hasil penelitian ini menunjukkan yang diberikan akan mereka pergunakan
bahwa secara keseluruhan keluarga (Notoatmodjo 2003). Awalnya keluarga
dalam kategori baik dalam menyatakan sebelum memanfaatkan
memanfaatkan fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan keluarga terlebih
kesehatan hal ini dapat dilihat dari dulu melakukan tindakan pengobatan
pernyataan keluarga yang menjawab sendiri di rumah terkait ISPA yang di
bahwa mereka selalu memanfaatkan alami oleh balita (responden no 1, 2, 3, 4,
fasilitas pelayanan kesehatan dalam 8, 10, 11, 13, 19, 25, 27, 28, 31, 32, 33,
mengatasi masalah ISPA yang di alami 38, 39, 44, 44, 45, 47, 49) namun secara
balita, keluarga merasa masalah keseluruhan keluarga selalu
kesehatannya teratasi setelah di bawa ke memanfaatkan fasilitas pelayanan
fasilitas pelayanan kesehatan dan kesehatan dalam membantu mengatasi
keluarga selalu melakukan anjuran yang masalah kesehatan yang di alami anggota
diberikan oleh petugas kesehatan. keluarga khususnya balita yang
Memanfaatkan fasilitas kesehatan mengalami ISPA. Berdasarkan
untuk mengatasi gangguan pemaparan di atas peneliti berpendapat
perkembangan yang di alami balita bahwa keluarga yang memanfaatkan
merupakan kemampuan keluarga dalam fasilitas pelayanan kesehatan sudah
mengetahui keberadaaan fasilitas memilki persepsi yang benar tentang
sehat- sakit ditunjukkan dengan perilaku dukung oleh petugas kesehatan sebagai
pencarian pengobatan dimana keluarga sumber informasi tentang ISPA,
selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan pengobatan dan perawatan serta
dalam mengatasi masalah kesehatan yang pencegahan terjadinya ISPA pada balita.
di alami oleh anggota keluarga dan Pada penelitian ini menunjukkan
keluarga menyatakan merasakan bahwa ada hubungan antara tugas
keuntungan dan manfaat dari fasilitas kesehatan keluarga dengan kejadian
pelayanan kesehatan. Hal tersebut sejalan ISPA pada balita. Dari hasil uji statistik
dengan teori yang di kemukakan oleh spearman rho menunjukkan nilai
Bailon dan Maglaya (1998) bahwa signifikansi p= 0,01 berarti p ≤ 0,05
keluarga yang memanfaatkan fasilitas yang berarti adanya hubungan yang
kesehatan karena keluarga mengetahui bermakna antara tugas kesehatan
keuntungan atau manfaat yang diperoleh keluarga dengan kejadian ISPA pada
dari fasilitas kesehatan, pengalaman yang balita. Hasil secara keseluruhan
baik terhadap petugas kesehatan, fasilitas penatalaksanaan tugas kesehatan keluarga
kesehatan yang ada terjangkau oleh di dapatkan mayoritas dalam kategori
keluarga dan adanya fasilitas keluarga cukup dimana keluarga masih cukup
yang mendukung. dalam melaksanakan tugas kesehatan
Hasil penelitian ini menunjukkan dalam mengenal penyakit ISPA, dan
dari kunjungan di Puskesmas Martapura cukup dalam hal merawat balita yang
pada bulan Desember 2013 sampai pada mengalami ISPA
bulan Januari 2014, didapatkan Menurut Friedman (1998), bahwa
sebanyak 80% (56 balita) dalam tugas kesehatan keluarga tidak dilakukan
kategori jarang mengalami ISPA dan secara terpisah oleh tiap anggota
20% (14 responden) dalam kategori keluarga, akan tetapi tugas-tugas tersebut
sering mengalami ISPA dan berdasarkan ditanggung secara bersama dengan
usia balita yang mengalami ISPA di anggota dari suatu kelompok atau
dapatkan sebagian besar yaitu 80% (56 keluarga. Pada kenyataannya, terkait
balita) pada usia antara 1 sampai 3 tahun dengan tugas itu berubah seiring dengan
dan 17% (12 balita) pada usia antara 4-5 kondisi dan situasi, hal ini dapat
tahun. Ini dikarenakan pada umur ini diketahui apabila terdapat salah satu
anak sudah mulai beraktivitas di luar anggota keluarga yang sakit. Peran
rumah selain itu sistem kekebalan tubuh keluarga selama sehat dan sakit terdapat
yang belum sempurna, juga diakibatkan peran primer yaitu menjadi perawat. Pada
adanya paparan berbagai polutan yang saat anggota keluarga sakit, maka
menyebabkan anak sering terserang dibutuhkan kemampuan keluarga dalam
ISPA. hal pengetahuan, pembuatan keputusan
Menurut Depkes (2001) faktor tentang kesehatan, tindakan untuk
yang mempengaruhi terjadinya ISPA mengatasi penyakit atau perawatan,
pada balita antara lain: kekurangan penggunaan layanan kesehatan, serta
vitamin A, tinggal di lingkungan padat, sikap dan ekspresi (Friedman 1998).
udara kotor atau hawa dingin, tidak Hasil penelitian ini menunjukkan
mendapatkan ASI ekslusif, imunisasi bahwa penatalaksanaan tugas kesehatan
tidak lengkap, daya tahan tubuh rendah, yang cukup masih mununjukkan
dan tertular penderita batuk lain. Balita terjadinya kejadian ISPA pada balita. Hal
merupakan anggota keluarga yang sangat ini dipengaruhi oleh ketidakmampuan
tergantung kepada keluarga atau orang dan ketidaktahuan keluarga dalam
tua sehingga keluarga atau orang tua mengenal dan merawat balita yang
berperan penting dalam menjaga agar megalami ISPA seperti sebagian keluarga
balita tidak mengalami ISPA dengan di tidak langsung membawa balitanya ke
fasilitas kesehatan, keluarga mempunyai sebelumnya dan juga sikap terhadap
kebiasaan membeli obat-obat yang dijual penyakit yang di hadapi.
bebas tanpa resep dokter serta sebagian 3. Tugas keluarga dalam merawat balita
keluarga masih kurang optimal dalam yang mengalami ISPA sebagian besar
menciptakan lingkungan tempat tinggal dengan kategori cukup. Keluarga
yang mendukung kesehatan. masih ada yang tidak memberikan
Pada saat ada anggota keluarga kompres pada balita yang mengalami
atau balita yang mengalami ISPA, maka demam karena ISPA, membiarkan
dibutuhkan kemampuan keluarga dalam anak yang yang mengalami ISPA
hal pengetahuan, sikap keluarga dalam bermain di luar rumah dan keluarga
mengambil keputusan yang tepat, tidak mengetahui keadaan anaknya
tindakan atau perawatan untuk mengatasi sebelum di bawa kepelayanan
masalah kesehatan, menciptakan kesehatan. Hal ini dapat dipengaruhi
lingkungan yang mendukung kesehatan oleh keluarga yang belum mengetahui
dan pemanfaatan fasilitas pelayanan keadaan penyakitnya, sifat dan
kesehatan yang baik dari keluarga, perawatan yang dibutuhkan, dan sikap
dengan adanya pengetahuan yang luas keluarga terhadap balita yang
tentang penyakit ISPA, adanya mengalami ISPA.
kemampuan keputusan yang tepat, cara 4. Tugas keluarga dalam menciptakan
perawatan dan pengobatan yang baik dan lingkungan yang dapat menjamin
benar dari keluarga, kemampuan keluarga kesehatan sebagaian besar dengan
dalam menciptakan lingkungan yang kategori baik. Keluarga sudah mampu
mendukung kesehatan serta keluarga menjaga kebersihan tempat
memanfaatkan fasilitas pelayanan tinggal,dan kebutuhan pencahayaan di
kesehatan yang ada, sehingga masalah dalam rumah.
kesehatan dalam hal ini ISPA pada balita 5. Tugas keluarga dalam memanfaatkan
dapat dikurangi. pelayanan kesehatan secara
keseluruhan dalam kategori baik.
KESIMPULAN DAN SARAN Keluarga selalu memanfaatkan
fasilitas pelayanaan kesehatan dalam
Kesimpulan mengatasi masalah kesehatan yang di
1. Tugas keluarga dalam mengenal alami anggota keluarga. Hal ini dapat
penyakit ISPA sebagian besar dengan dipengaruhi oleh persepsi keluarga
kategori cukup. Hal ini dipengaruhi terhadap penyakit dan pelayanan
oleh pengatahuan, usia dan pekerjaan kesehatan.
keluarga. 6. Penatalaksanaan tugas kesehatan
2. Tugas keluarga dalam menngambil keluarga berhubungan signifikan
keputusan yang tepat dalam mengatasi dengan kejadian ISPA pada balita di
masalah ISPA yang dialami balita wilayah kerja Puskesmas Martapura.
sebagian besar dengan kategori Keluarga mayoritas dalam kategori
positif. Keluarga mampu mengambil cukup melaksanakan tugas kesehatan
keputusan tindakan kesehatan yang dalam mengenal penyakit ISPA dan
tepat dalam mengatasi ISPA pada merawat balita yang mengalami ISPA
balita seperti membawa langsung sehingga berpengaruh terhadap
balita ke fasilitas pelayanan kesehatan kejadian ISPA pada balita.
dan keluarga mengetahui tindakan
awal yang dilakukan pada balita yang Saran
mengalami ISPA.Hal ini dapat
dipengaruhi oleh pengalaman 1. Kepada pemegang program P2 ISPA
di Puskesmas Martapura untuk lebih
mensosialisasikan lagi tentang ISPA Corwin, J, E 2009, Buku Saku
khususnya pada keluarga yang Patofisiologi, Edisi 3 Revisi,
memiliki balita baik mengenai ISPA, EGC, Jakarta.
tanda dan gejala dan perawatan yang Departemen Kesehatan RI 2001, Buku
tepat bagi balita yang mengalami Ajar ISPA Program D-III
ISPA. Keperawatan, Ditjen PPM PL-
2. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pusat Diknakes, Jakarta.
Banjar diharapkan lebih meningkatkan Departemen Kesehatan RI 2010,
lagi dukungan dan partisipasi terhadap Pedoman Tatalaksana Pneumonia
setiap program yang direncanakan Balita, Ditjen PPM PL-Pusat
Puskesmas Martapura, khususnya Diknakes, Jakarta.
program penanggulangan penyakit Departemen Kesehatan RI 2002,
ISPA pada balita di wilayah kerja Pedoman Pemberantasan
Puskesmas Martapura seperti Penyakit Infeksi Saluran
dukungan dana untuk dapat Pernapasan Akut Untuk
mengoptimalkan program Puskesmas Penanggulangan Pneumonia
Martapura dalam melaksanakan Pada Balita, Depkes RI, Jakarta.
penyuluhan kesehatan. Departemen Kesehatan RI 2013,
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan Pedoman Pengendalian Infeksi
melakukan penelitian dengan mencoba Saluran Pernapasan Akut
melihat hubungan antara karaktersitik Tatalaksana Pneumonia Balita,
balita dengan kejadian ISPA pada Ditjen PPM PL-Pusat Diknakes,
balita di wilayah kerja Puskesmas Jakarta.
Martapura, mengingat pada hasil Efendi, F & Makhfudli 2009,
penelitian ini ditemukan kejadian Keperawatan Kesehatana
ISPA dengan kasus terbanyak pada Komunitas, Salemba Medika,
balita usia 1 sampai 3 tahun dengan Jakarta.
banyak faktor yang mempengaruhi. Hidayat, A, A 2007, Metodologi
Penelitian Keperawatan Dan
KEPUSTAKAAN Teknik Analisis Data, Salemba
Medika, Jakarta.
Arikunto, S 2007. Prosedur Penelitian Isnaini, M 2013, Pengaruh Kebiasaan
suatu Pendekatan Praktek, Merokok Keluarga Di Dalam
Rineka Cipta, Jakarta. Rumah Terhadap Kejadian ISPA
Ali, Z 2010, Buku Ajar Pengantar Pada Balita, diakses tanggal 10
Keperawatan Keluarga, EGC, Oktober 2013, .
Jakarta. http://repository.unri.ac.id.
Azwar,S 2011, Sikap Manusia Teori Dan Karim, L, 2012 Upaya Keluarga Dalam
Pengukurannya, Pustaka Belajar, Keluarga Dalam Pencegahan
Yogyakarta. Dan Perawatan ISPA, Public
Ariwibowo A, S, 2008, Analisis Peran Health Journal, diakses tanggal 25
Keluarga Dalam Menangani Oktober 2013,
ISPA Berulang Pada Balita Di http://pustaka.unpad.ac.id.
Wilayah Kerja Puskesmas Mojo Dinkes 2013, Profil Kesehatann
Surabaya, Skripsi Keperawatan, Kabupaten Banjar Tahun 2013,
Fakultas Keperawatan Universitas Dinkes Kabupaten Banjar,
Air Langga. Martapura.
Mubarak, W 2012, Ilmu Keperawatan Sulistyo, A 2012, Keperawatan
Komunitas, Salemba Medika, Keluarga; Konsep Teori, Proses
Jakarta. Dan Praktis Keperawatan, Graha
Maulana, H,D,J 2009, Promosi Ilmu, Yogyakarta.
Kesehatan, EGC, Jakarta. Sunaryo 2004, Psikologi Untuk
Muras, F,G 2012, Perbedaan Tingkat Keperawatan, EGC, Jakarta.
Pengetahuan Tentang Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Syaputra, H, Sabrina, F & Utomo,W
Antara Ibu Yang Memiliki Balita 2013, ‘Perbandingan Kejadian
Pernah ISPA Dan Belum Di ISPA Balita Pada Keluarga Yang
Posyandu Melati III Kampung Merokok Di Dalam Rumah
Binong, diakses tanggal 8 Dengan Keluarga Yang Tidak
November 2013, Merokok’, Journal ACC, diakses
http://dspace.library.uph.edu. tanggal 19 Oktober 2013,
Nursalam 2013, Metodologi Penelitian http://repository.unri.ac.id.
Ilmu Keperawatan, Salemba Situmorang, E, P 2012, Pengaruh
Medika,Jakarta. Perilaku Kesehatan Terhadap
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Kejadian Karies Gigi pada Murid
Pendidikan Dan Perilaku Sekolah Dasar Binaan UKGS di
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Kecamatan Medan Tuntungan
Notoatmodjo, Soekidjo 2003, Ilmu Kota Medan,diakses tanggal 8
Kesehatan Masyarakat: Prinsip- November 2013,
Prinsip Dasar, Rineka Cipta, http://repository.usu.ac.id
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo 2010, Metodologi Widoyono 2011, Penyakit Tropis. Jakarta
Penelitian Kesehatan, Rineka : Penerbit Erlangga.
Cipta, Jakarta. WHO 2007, Buku Pedoman Pencegahan
Nurhidayah, I, Fatimah, S, & dan Pengendalian, Infeksi
Rakhmawati W 2010, Upaya Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Keluarga Dalam Pencegahan Yang Cenderung Menjadi
Dan Perawatan ISPA Di Rumah Epidemi dan Pandemi di Fasilitas
Pada Balita, diakses tanggal 10 Pelayanan Kesehatan, Pedoman
oktober 2013, Interim WHO. 2007, diakses
http://pustaka.unpad.ac.id. tanggal 10 oktober 2013,
Redaksi, T 2010, Gambaran http://apps.who.int/iris/bitstream.
Pelaksanaan Tugas Kesehatan
Keluarga Pada Balita Dengan
Pneumonia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Banjaran Nambo
Kabupaten Bandung, Jurnal
Keperawatan, diakses tanggal 10
Oktober 2013,
http://jurnal.unpad.ac.id.
Supartini, 2004 Konsep Dasar
Keperawatan Anak, EGC, Jakarta.
Setiawati, S & Dermawan, A, C 2008,
Penuntun Praktis Asuhan
Keperawatan Keluarga, Jakarta,
Trans Info Media.

You might also like