Introduction: Upper respiratory tract infection ( URTI ) is an acute respiratory infection
that attacks human with the most number of infection are infants. Family has a function as a family health care that can be seen by five tasks of family health, the role of family is very needed for the prevention to reduce morbidity and mortality rates in toddlers, especially in cases of URTI. This study were aimed to analyze the relationship between implementation of family health tasks with URTI incidence in toddlers patients. Method: This study used correlation descriptive design. The samples were 147 families who have toddlers had experienced URTI and have been visit Puskesmas Martapura during November 2013. The variables are family health tasks and incindents of URTI in toddlers.Samples were taken by consecutive sampling that appropiate with inclusion and exclusion criterias. The data were analyzed by Spearman's rho with significance level (p) ≤ 0.05. Result: The result showed that family health task and incindents of URTI in toddlers did have negative significance correlation (r) = -0,387 and (p) = 0,01. Discussion: Implementation of family health tasks had a weak correlation with URTI incidence in toddlers patients. It is recommended to the stake holder of URTI disease in Puskesmas Martapura to continue give a socialization about URTI definition, sign and symptom, and right treatment especially for toddler with URTI disease. It is necessary futher research to analyze the correlation between toddler characteristics with insindece of URTI.
Keywords : URTI , Family Health Task, Respiratory tract disease
unit terkecil dari masyarakat yang
PENDAHULUAN berfungsi untuk melaksanakan praktik asuhan kesehatan yaitu mencegah Infeksi saluran pernapasan akut terjadinya gangguan kesehatan dan atau (ISPA) merupakan infeksi yang merawat anggota keluarga yang sakit. menyerang saluran pernapasan manusia Menurut Bailon dan Maglaya (1998) dengan jumlah penderita infeksi bahwa pemeliharaan kesehatan keluarga kebanyakan pada balita (Depkes 2013). bergantung pada pelaksanaan tugas Prevalensi ISPA di Indonesia kesehatan keluarga, yaitu mengenal berdasarkan data riset kesehatan dasar masalah kesehatan, membuat keputusan Riskesdas 2010 yaitu sebesar 35% tindakan kesehatan yang tepat, memberi tertinggi terjadi pada balita. ISPA pada perawatan pada anggota keluarga yang balita di sebabkan oleh beberapa faktor sakit, menciptakan suasana rumah yang salah satunya adalah kemampuan sehat, dan memanfaatkan fasilitas keluarga (Depkes 2001). Keluarga adalah kesehatan yang ada di masyarakat. Hasil studi pendahuluan yang tinggi yaitu dalam rentang tahun 2005- dilakukan berupa wawancara pada 10 ibu 2011, sebanyak 66% balita di Indonesia balita mengenai penatalaksanaan tugas datang ke fasilitas kesehatan dengan kesehatan keluarga adalah sebagai keluhan berupa gejala ISPA (Syahputra, berikut, 9 dari 10 orang (90%) tidak 2012). Berdasarkan data dari Dinas mengetahui mengenai ISPA baik Kesehatan Kabupaten Banjar Kalimantan pengertian, tanda dan gejala maupun Selatan, ISPA masih merupakan urutan penyebab dari ISPA, 7 dari 10 orang pertama dari penyakit terbanyak pada (70%) dalam mengambil keputusan balita, yakni pada tahun 2011 ditemukan tindakan tidak tepat diantaranya 3.0649 balita, tahun 2012 sebanyak mengobati anak dirumah dengan 45.174 balita dan data terakhir pada bulan membeli obat di warung, kurang Agustus tahun 2013 ditemukan 14.576 melakukan perawatan dirumah pada balita yang menderita ISPA (Dinkes balita yang mengalami ISPA seperti Kabupaten Banjar 2013). Puskesmas memberikan makan atau minum yang Martapura salah satu Puskesmas di kurang tepat, tidak memberikan kompres wilayah Kabupaten Banjar merupakan pada balita yang mengalami demam, salah satu penyumbang terbanyak kasus masih belum melaksanakan secara baik ISPA pada balita yaitu pada Agustus dalam memodifikasi lingkungan yang tahun 2013 ditemukan sebanyak 2.432 menunjang kesehatan seperti membakar balita menderita ISPA (Laporan Dinas sampah dihalaman, membiarkan anak Kesehatan Kabupaten Banjar, 2013). penderita ISPA bergaul dengan balita Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar yang sehat dan memanfaatkan pelayanan memiliki program pemberantasan kesehatan setelah melakukan pengobatan penyakit menular (P2M) salah satunya sendiri dirumah. Penelitian yang adalah ISPA. Program pemberantasan dilakukan oleh Nurhidayah (2010) penyakit ISPA menitikberatkan atau menyatakan 51% keluarga memiliki memfokuskan kegiatannya pada upaya yang tidak baik dalam penanggulangan ISPA pada balita penatalaksanaan tugas kesehatan keluarga (Depkes RI 2002). Dalam dengan pneumonia dan hasil penelitian pelaksanaannya, program pemberantasan yang dilakukan oleh Su’udi (2008) penyakit ISPA memerlukan dukungan menyatakan ada hubungan yang dari semua pihak termasuk keluarga. signifikan antara tugas kesehatan Peran keluarga dalam penanggulangan keluarga dengan kekambuhan penyakit dan pencegahan penyakit ISPA sangat TB paru. Namun, dalam hal ini belum menentukan keberhasilan upaya ada yang mengkaji tentang hubungan penanggulangan penyakit ISPA tugas kesehatan keluarga dengan (Trapsilowati 1999 dalam Nurhidayah kejadian ISPA pada balita sehingga 2008). Keluarga memiliki fungsi sebagai membutuhkan penelitian lebih lanjut. perawatan atau pemeliharaan kesehatan World Health Organization dimana fungsi ini mempertahankan (2007) menyatakan kematian balita keadaan kesehatan keluarga, kemampuan akibat penyakit ISPA mencapai 12,4 keluarga dalam memberikan asuhan juta pada balita golongan umur 0-4 tahun kesehatan mempengaruhi status setiap tahun di seluruh dunia, di mana kesehatan keluarga. Kesanggupan dua pertiganya adalah bayi yaitu keluarga melaksanakan pemeliharaan golongan umur 0-1 tahun dan sebanyak kesehatan dapat dilihat dari lima tugas 80,3% kematian ini terjadi di negara kesehatan keluarga (FK UI 2000). berkembang. Indonesia merupakan Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga negara berkembang juga menunjukkan yang baik kecenderungan akan prevalensi kejadian ISPA yang cukup menurunkan angka kesakitan ataupun kematian pada balita khususnya pada HASIL kasus ISPA (Nurhidayah 2008). Ada beberapa kerangka teori yang dapat Tabel 5.1 Distribusi responden, usia, menjelaskan perilaku kesehatan salah menurut tingkat pendidikan, satunya adalah teori Health Belief Model. dan usia balita di wilayah Berdasarkan latar belakang diatas Puskesmas Martapura maka rumasan masalah pada penelitian Desember 2013- Januari 2014 ini adalah “Adakah hubungan antara Demografi Kategori Jumlah Prosent penatalaksanaan tugas kesehatan keluarga ase (%) Usia 20 – 25 tahun 18 26 dengan kejadian ISPA pada balita di 26 – 30 tahun 24 34 wilayah kerja Puskesmas Martapura”? 31 – 35 tahun 16 23 36 – 40 tahun 12 17 BAHAN DAN METODE Total 70 100 Usia balita 1 – 3 tahun 58 83 Penelitian ini merupakan penelitian 4 -5 tahun 12 17 deskriptif dengan jenis penelitian Total 70 100 korelasional. Penelitian ini bertujuan Pendidikan SMP 36 51 untuk mengetahui hubungan antara SMA 34 49 variabel penalaksanaan tugas kesehatan Total 70 100 keluarga dengan kejadian ISPA pada Pekerjaan Ibu rumah 70 100 balita. Populasi terjangkau dalam tangga penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki balita yang berkunjung ke Berdasarkan tabel 5.1 diatas Puskesmas Martapura yang pernah menunjukkan responden sebagian besar mengalami ISPA selama bulan berpendidikan SMP sebanyak 51 % ( 36 November 2013 sebanyak 147 balita. responden), dengan usia responden Proses sampling dalam penelitian ini sebagian besar berada pada kategori menggunakan consecutive sampling yaitu antara 26 sampai 30 tahun sebanyak 34% dengan memilih sampel yang memenuhi (24 balita), pekerjaan responden kriteria penelitian dengan kurun waktu 2 seluruhnya (100%) sebagai ibu rumah minggu dan di dapatkan jumlah sampel tangga dan usia balita yang mengalami sebanyak 70 responden. ISPA pada balita sebagian besar berada Variabel dalam penelitian ini adalah pada kategori 1 sampai 3 tahun tugas kesehatan keluarga dan kejadian sebanyak 83% (58 balita). ISPA pada balita. Data yang telah dikumpulkan dan Tabel 5.2 Distribusi tugas keluarga dalam di analisis. Data yang dianalisis pada mengenal penyakit ISPA penelitian ini berupa analisis bivariat pada balita di wilayah kerja dengan uji statistik menggunakan Puskesmas Martapura Spearman Rho yang merupakan alat Desember 2013- Januari 2014 untuk menguji hipotesis asosiatif dua Kategori Frekuensi Prosentase (%) variabel pada data yang berskala ordinal. Baik 0 0 Uji statistik ini digunakan untuk Cukup 56 80 Kurang 14 20 mengetahui ada tidaknya hubungan Total 70 100 antara penatalaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan kejadian ISPA pada Berdasarkan tabel 5.2 diatas balita. menunjukkan 80% (56 responden) dalam kategori cukup , dan 20 % (14 responden) dalam kategori kurang. Tabel 5.3 Distribusi tugas kesehatan dalam memodifikasi lingkungan yang keluarga dalam mengambil dapat menjamin kesehatan. keputusan tindakan kesehatan Tabel 5.6 Distribusi tugas kesehatan yang tepat di wilayah kerja keluarga dalam Puskesmas Martapura pada memanfaatkan fasilitas bulan Desember 2013- Januari pelayanan kesehatan di 2014 wilayah kerja Puskesmas Kategori Frekuensi Prosentase (%) Martapura pada bulan Positif 45 64 Desember 2013-Januari 2014 Negatif 25 36 Kategori Frekuensi Prosentase (%) Total 70 100 Baik 70 100 Cukup - - Berdasarkan tabel 5.3 di atas Total 70 100 menunjukkan sebagian besar responden Berdasarkan tabel 5.6 di atas memiliki sikap positif yaitu 36 % ( 45 menunjukkan bahwa seluruh responden responden) dan 36% ( 25 responden) dalam kategori baik dalam memanfaatkan memiliki sikap negatif dalam mengambil fasilitas pelayanan kesehatan. keputusan tindakan kesehatan yang tepat bagi balita yang mengalami ISPA. Tabel 5.7 Distribusi kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Tabel 5.4 Distribusi tugas kesehatan Puskesmas Martapura pada keluarga dalam merawat bulan Desember 2013- Januari balita yang mengalami 2014 ISPA di wilayah kerja Puskesmas Martapura pada Kategori Frekuensi Prosentase (%) bulan Desember 2013- Selalu 0 0 Sering 14 20 Januari 2014 Jarang 56 80 Kategori Frekuensi Prosentase (%) Total 70 100 Baik 21 30 Cukup 47 67 Kurang 2 3 Berdasarkan tabel 5.7 Total 70 100 menunjukkan sebagian besar yaitu 80% Berdasarkan tabel 5.4 diatas (56 balita) dalam kategori jarang menunjukkan 67% (50 responden) dalam mengalami ISPA dalam satu bulan dan kategori cukup, kategori baik 30% ( 21 20% ( 14 balita ) dalam kategori sering. responden) dan ada 3% (2 repsonden) Tabel 5.8 Analisa hubungan dalam kategori kurang. penatalaksanaan tugas kesehatan keluarga dengan Tabel 5.5 Distribusi tugas kesehatan kejadian ISPA pada balita keluarga dalam memodifikasi Frekuensi ISPA lingkungan yang dapat menjamin kesehatan keluarga Jarang Sering Selalu Total N % N % N % N % Kategori Frekuensi Prosentase (%) Tugas Baik 31 44 3 4 0 0 34 100,00 Baik 60 86 kesehat Cukup 8 11 an Cuk 25 36 10 14 0 0 35 100,00 Kurang 2 3 keluarg up a Kura 0 0 1 1 0 0 1 100,00 Total 70 100 ng Berdasarkan tabel 5.5 di atas Total 56 14 0 0 70 100,00 menunjukkan 86% ( 60 responden) dalam Spearman’s rho : p = 0,01; koefisien korelasi (r) = -0,387 kategori baik, 11% (8 responden) dalam kategori cukup dan 3% (2 responden) Berdasarkan tabel 5.8 di atas dalam kategori cukup dan sebagian dalam dapat di lihat bahwa dari 70 responden kategori kurang (no responden 5, 9, 10, dalam melaksanakan tugas kesehatan 22, 38), keluarga yang berpendidikan keluarga dalam kategori cukup yaitu 10 SMA sebagian besar dalam kategori responden menyatakan anaknya sering cukup namun ada juga yang berada mengalami ISPA, 25 responden dalam dalam kategori kurang (1, 2, 21, 33, 34, kategori cukup menyatakan anaknya 38, 49, 53, 61, 66). Berdasarkan paparan jarang mengalami ISPA, 31 responden diatas peneliti berpendapat bahwa dalam kategori baik menyatakan pengetahuan keluarga dalam mengenal anaknya jarang mengalami ISPA, 3 penyakit ISPA tidak tergantung oleh responden dalam kategori baik tingkat pendidikan, hal tersebut juga menyatakan anaknya sering mengalami didukung oleh teori yang dikemukakan ISPA dan 1 responden dalam kategori oleh Erfandi (2009) bahwa pengetahuan kurang menyatakan anaknya sering tidak mutlak diperoleh dari pendidikan megalami ISPA. formal akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan nonformal. Selain itu PEMBAHASAN menurut teori HBM yang di kemukakan oleh Rosenstock (1974) bahwa faktor Pada penelitian ini menunjukkan pemodifikasi yang mempengaruhi bahwa kemampuan keluarga dalam seseorang dalam bertindak selain mengenal masalah ISPA di dapatkan pengetahuan yaitu usia, pekerjaan, dan sebagian besar dalam kategori cukup pengalaman. Dilihat dari faktor pekerjaan karena keluarga masih banyak yang tidak peneliti berpendapat bahwa pekerjaan mengetahui penyebab dari ISPA (no mungkin mempengaruhi tingkat responden 1, 5, 9, 38, 43, 49, 55, 61, 70), pengetahuan keluaraga karena secara tanda dan gejala dimana hampir seluruh keseluruhan keluarga bekerja sebagai ibu keluarga menjawab salah, dan akibat rumah tangga yang pekerjaannya yang dapat ditimbulkan oleh ISPA (no mengurus rumah tangga dan sebagian responden 2, 4, 6, 8, 9, 13, 21, 23, 33, 34, besar waktunya di habiskan di rumah, 36). Kemampuan keluarga dalam sehingga informasi yang di dapatkan mengenal masalah ISPA dapat kurang luas dari keluarga atau ibu yang dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga. bekerja di luar rumah. Bekerja dapat Pengetahuan (knowledge) memperoleh banyak pengalaman dan dari merupakan hasil “tahu” seseorang setelah pengalaman tersebut akan memperoleh orang tersebut melakukan penginderaan pengetahuan baru dan terus berkembang, terhadap suatu objek tertentu. sehingga keluarga yang tidak bekerja Pengetahuan atau kognitif merupakan pada umumnya sedikit memperoleh domain yang sangat penting untuk pengalaman dan pengetahuan (Mubarak, terbentuknya tindakan seseorang. 2009). Dilihat dari sisi usia, dimana Menurut Erfandi (2009) pengetahuan keluarga yang berada dalam kisaran usia adalah sebagai suatu pembentukan yang 20 sampai 25 tahun berada pada kategori terus menerus oleh seseorang yang setiap cukup di bandingkan dengan keluarga saat mengalami reorganisasi karena yang berada pada kisaran usia antara 26 adanya pemahaman-pemahaman baru. sampai 30 tahun, usia 31 sampai 35 tahun Selain itu menurut Sunaryo (2004) dan usia 36 sampai 40 tahun dalam mengatakan bahwa pengetahuan di kategori cukup dengan nilai hampir pengaruhi oleh pendidikan. Dilihat dari mencapai baik. Hal ini sejalan dengan tingkat pendidikan keluarga rata-rata teori Hurlock (2004) yang menyatakan berpendidikan SMP dan SMA, keluarga bahwa umur adalah indeks yang yang berpendidikan SMP sebagian besar menempatkan individu- individu dalam kategori perkembangan. Usia yang bersikap positif memiliki balita mempengaruhi tingkat pengetahuan yang pernah mengalami ISPA lebih dari seseorang, semakin bertambah usia satu kali dalam satu bulan dan keluarga seseorang semakin bertambah pula kecenderungan membawa balitanya ke pengalaman dan pengetahuan yang fasilitas pelayanan kesehatan ( no diperoleh seseorang. Dengan kemampuan responden 6, 13, 21, 34, 40, 42, 48, 60) dan pengetahuan keluarga tentang adanya sehingga dari pengalaman tersebut masalah kesehatan dalam keluarga, maka keluarga sudah mengetahui atau apabila ada anggota keluarga yang memahami tindakan apa yang harus memiliki gejala atau tanda suatu penyakit diambil. Selain itu berdasarkan teori dalam hal ini penyakit ISPA dapat HBM bahwa individu dalam bertindak di dicegah untuk terjadi maupun dapat di pengaruhi oleh faktor pemodifikasi salah deteksi dini mungkin sehingga penyakit satunya usia, namun dalam penelitian ini yang di derita oleh anggota keluarga hal tersebut tidak sejalan dengan tidak semakin parah dan tidak terulang kemampuan keluarga dalam mengambil lagi. keputusan karena dari keluarga yang Hasil penelitian ini menunjukkan bersikap positif secara keseluruhan bahwa kemampuan keluarga dalam tersebar pada rentang usia dari 20 mengambil keputusan tindakan kesehatan sampai 40 tahun sehingga peneliti yang tepat dalam mengatasi ISPA pada berpendapat bahwa usia tidak ada balita di dapatkan mayoritas responden pengaruhnya dengan kemampuan dalam kategori positif. Keluarga sudah keluarga dalam mengambil keputusan mampu mengambil keputusan yang tepat yang tepat dalam mengatasi ISPA pada pada balita yang mengalami ISPA seperti balita. Sikap positif dari keluarga dalam keluarga lansung membawa balita yang mengambil keputusan yang tepat tentang mengalami ISPA kepelayanan kesehatan tindakan yang akan dilakukan kepada dan keluarga dapat menjawab tindakan anggota keluarga yang sakit akan sangat awal yang harus di lakukan pada balita berpengaruh terhadap proses yang mengalami ISPA. Friedman (1998) penyembuhan dan kualitas pengobatan mengatakan bahwa keputusan yang balita yang mengalami ISPA. Apabila menyangkut penanganan penyakit dari keputusan yang di ambil oleh keluarga seorang anggota keluarga harus ditangani tepat dan cepat maka akan sangat di rumah, di sebuah klinik medis atau membantu dalam proses penyembuhan rumah sakit, cenderung dirundingkan sekaligus mencegah terjadi kembali dikalangan keluarga. Menurut penyakit ISPA pada balita. Notoatmodjo (2003) ada beberapa tahap Hasil penelitian ini menunjukkan kejadian dalam pembuatan keputusan bahwa kemampuan keluarga dalam yaitu: tahap pengalaman atau pengenalan menciptakan lingkungan yang menjamin gejala, tahap asumsi peranan sakit, tahap kesehatan mayoritas dalam kategori baik kontak dengan pelayanan kesehatan seperti keluarga selalu membersihkan ,tahap ketergantungan pasien, tahap tempat tinggal, pengolahan sampah dan penyembuhan atau rehabilitasi. kebutuhan pencahayaan di dalam rumah. Berdasarkan paparan diatas peneliti Kesehatan lingkungan pada berpendapat bahwa ada beberapa faktor hakekatnya adalah suatu kondisi atau yang mempengaruhi keluarga dalam keadaan lingkungan yang optimum mengambil keputusan, antara lain sehingga berpengaruh positif terhadap pengalaman keluarga terhadap gejala terwujudnya status kesehatan yang sebelumnya dalam hal ini gejala penyakit optimum pula (Notoatmodjo 2003). ISPA dan kontak sebelumnya dengan Adapun yang di maksud dengan usaha pelayanan kesehatan, dimana keluarga kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau mengoptimalkan kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga lingkungan hidup manusia agar menjadi terhadap petugas kesehatan dan fasilitas media yang baik untuk mewujudkan kesehatan tersebut terjangkau oleh kesehatan yang optimal bagi manusia keluarga dalam memanfaatkan pelayanan yang hidup di dalamnya. kesehatan, dimana biasa mengunjungi Ketidakmampuan keluarga memelihara pelayanan kesehatan yang biasa lingkungan rumah yang bisa dikunjungi dan cenderung yang paling mempengaruhi kesehatan dan dekat misalnya Posyandu, Puskemas, pengembangan pribadi anggota keluarga maupun Rumah Sakit. Persepsi keluarga disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) terhadap sehat sakit erat hubungannya keluarga kurang dapat melihat dengan perilaku mencari pengobatan. keuntungan atau manfaat pemeliharaan Respon keluarga yang sakit adalah sangat lingkungan di masa yang akan datang; 2) bervariasi mulai tidak melakukan apa-apa ketidaktahuan keluarga akan higiene dengan alasan tidak mengganggu, sanitasi; 3) ketidaktahuan keluarga melakukan tindakan tertentu seperti tentang usaha penyakit; 4) sikap atau mengobati sendiri, mencari fasilitas pandangan hidup keluarga; 5) kesehatan tradisional, mencari ketidakkompakkan keluarga; 6) sumber – pengobatan di warung obat, mencari sumber keluarga tidak seimbang atau pengobatan ke fasilitas kesehatan modern tidak cukup (Mubarak 2009). Peneliti yang diselenggarakan oleh pemerintah berpendapat bahwa keluarga sebagian atau lembaga-lembaga swasta seperti besar sudah dapat menjalankan tugasnya balai pengobatan, Puskesmas dengan dengan baik dalam memodifikasi mencari pengobatan yang lingkungan yang dapat menjamin diselanggarakan oleh dokter. Apabila kesehatan bagi anggota keluarga, sesuai persepsi sehat-sakit masyarakat belum dengan teori hal ini mungkin di dukung sama dengan konsep sehat sakit, maka oleh kemampuan keluarga dalam melihat jelas masyarakat belum tentu atau tidak keuntungan atau manfaat pemeliharaan mau menggunakan fasilitas yang lingkungan, sikap dan pandangan diberikan dan apabila persepsi sehat- keluarga, kekompakan antar anggota sakit masyarakat sudah sama pengertian keluarga dan sebagainya. kita, maka kemungkinan besar fasilitas Hasil penelitian ini menunjukkan yang diberikan akan mereka pergunakan bahwa secara keseluruhan keluarga (Notoatmodjo 2003). Awalnya keluarga dalam kategori baik dalam menyatakan sebelum memanfaatkan memanfaatkan fasilitas pelayanan pelayanan kesehatan keluarga terlebih kesehatan hal ini dapat dilihat dari dulu melakukan tindakan pengobatan pernyataan keluarga yang menjawab sendiri di rumah terkait ISPA yang di bahwa mereka selalu memanfaatkan alami oleh balita (responden no 1, 2, 3, 4, fasilitas pelayanan kesehatan dalam 8, 10, 11, 13, 19, 25, 27, 28, 31, 32, 33, mengatasi masalah ISPA yang di alami 38, 39, 44, 44, 45, 47, 49) namun secara balita, keluarga merasa masalah keseluruhan keluarga selalu kesehatannya teratasi setelah di bawa ke memanfaatkan fasilitas pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan dan kesehatan dalam membantu mengatasi keluarga selalu melakukan anjuran yang masalah kesehatan yang di alami anggota diberikan oleh petugas kesehatan. keluarga khususnya balita yang Memanfaatkan fasilitas kesehatan mengalami ISPA. Berdasarkan untuk mengatasi gangguan pemaparan di atas peneliti berpendapat perkembangan yang di alami balita bahwa keluarga yang memanfaatkan merupakan kemampuan keluarga dalam fasilitas pelayanan kesehatan sudah mengetahui keberadaaan fasilitas memilki persepsi yang benar tentang sehat- sakit ditunjukkan dengan perilaku dukung oleh petugas kesehatan sebagai pencarian pengobatan dimana keluarga sumber informasi tentang ISPA, selalu memanfaatkan fasilitas kesehatan pengobatan dan perawatan serta dalam mengatasi masalah kesehatan yang pencegahan terjadinya ISPA pada balita. di alami oleh anggota keluarga dan Pada penelitian ini menunjukkan keluarga menyatakan merasakan bahwa ada hubungan antara tugas keuntungan dan manfaat dari fasilitas kesehatan keluarga dengan kejadian pelayanan kesehatan. Hal tersebut sejalan ISPA pada balita. Dari hasil uji statistik dengan teori yang di kemukakan oleh spearman rho menunjukkan nilai Bailon dan Maglaya (1998) bahwa signifikansi p= 0,01 berarti p ≤ 0,05 keluarga yang memanfaatkan fasilitas yang berarti adanya hubungan yang kesehatan karena keluarga mengetahui bermakna antara tugas kesehatan keuntungan atau manfaat yang diperoleh keluarga dengan kejadian ISPA pada dari fasilitas kesehatan, pengalaman yang balita. Hasil secara keseluruhan baik terhadap petugas kesehatan, fasilitas penatalaksanaan tugas kesehatan keluarga kesehatan yang ada terjangkau oleh di dapatkan mayoritas dalam kategori keluarga dan adanya fasilitas keluarga cukup dimana keluarga masih cukup yang mendukung. dalam melaksanakan tugas kesehatan Hasil penelitian ini menunjukkan dalam mengenal penyakit ISPA, dan dari kunjungan di Puskesmas Martapura cukup dalam hal merawat balita yang pada bulan Desember 2013 sampai pada mengalami ISPA bulan Januari 2014, didapatkan Menurut Friedman (1998), bahwa sebanyak 80% (56 balita) dalam tugas kesehatan keluarga tidak dilakukan kategori jarang mengalami ISPA dan secara terpisah oleh tiap anggota 20% (14 responden) dalam kategori keluarga, akan tetapi tugas-tugas tersebut sering mengalami ISPA dan berdasarkan ditanggung secara bersama dengan usia balita yang mengalami ISPA di anggota dari suatu kelompok atau dapatkan sebagian besar yaitu 80% (56 keluarga. Pada kenyataannya, terkait balita) pada usia antara 1 sampai 3 tahun dengan tugas itu berubah seiring dengan dan 17% (12 balita) pada usia antara 4-5 kondisi dan situasi, hal ini dapat tahun. Ini dikarenakan pada umur ini diketahui apabila terdapat salah satu anak sudah mulai beraktivitas di luar anggota keluarga yang sakit. Peran rumah selain itu sistem kekebalan tubuh keluarga selama sehat dan sakit terdapat yang belum sempurna, juga diakibatkan peran primer yaitu menjadi perawat. Pada adanya paparan berbagai polutan yang saat anggota keluarga sakit, maka menyebabkan anak sering terserang dibutuhkan kemampuan keluarga dalam ISPA. hal pengetahuan, pembuatan keputusan Menurut Depkes (2001) faktor tentang kesehatan, tindakan untuk yang mempengaruhi terjadinya ISPA mengatasi penyakit atau perawatan, pada balita antara lain: kekurangan penggunaan layanan kesehatan, serta vitamin A, tinggal di lingkungan padat, sikap dan ekspresi (Friedman 1998). udara kotor atau hawa dingin, tidak Hasil penelitian ini menunjukkan mendapatkan ASI ekslusif, imunisasi bahwa penatalaksanaan tugas kesehatan tidak lengkap, daya tahan tubuh rendah, yang cukup masih mununjukkan dan tertular penderita batuk lain. Balita terjadinya kejadian ISPA pada balita. Hal merupakan anggota keluarga yang sangat ini dipengaruhi oleh ketidakmampuan tergantung kepada keluarga atau orang dan ketidaktahuan keluarga dalam tua sehingga keluarga atau orang tua mengenal dan merawat balita yang berperan penting dalam menjaga agar megalami ISPA seperti sebagian keluarga balita tidak mengalami ISPA dengan di tidak langsung membawa balitanya ke fasilitas kesehatan, keluarga mempunyai sebelumnya dan juga sikap terhadap kebiasaan membeli obat-obat yang dijual penyakit yang di hadapi. bebas tanpa resep dokter serta sebagian 3. Tugas keluarga dalam merawat balita keluarga masih kurang optimal dalam yang mengalami ISPA sebagian besar menciptakan lingkungan tempat tinggal dengan kategori cukup. Keluarga yang mendukung kesehatan. masih ada yang tidak memberikan Pada saat ada anggota keluarga kompres pada balita yang mengalami atau balita yang mengalami ISPA, maka demam karena ISPA, membiarkan dibutuhkan kemampuan keluarga dalam anak yang yang mengalami ISPA hal pengetahuan, sikap keluarga dalam bermain di luar rumah dan keluarga mengambil keputusan yang tepat, tidak mengetahui keadaan anaknya tindakan atau perawatan untuk mengatasi sebelum di bawa kepelayanan masalah kesehatan, menciptakan kesehatan. Hal ini dapat dipengaruhi lingkungan yang mendukung kesehatan oleh keluarga yang belum mengetahui dan pemanfaatan fasilitas pelayanan keadaan penyakitnya, sifat dan kesehatan yang baik dari keluarga, perawatan yang dibutuhkan, dan sikap dengan adanya pengetahuan yang luas keluarga terhadap balita yang tentang penyakit ISPA, adanya mengalami ISPA. kemampuan keputusan yang tepat, cara 4. Tugas keluarga dalam menciptakan perawatan dan pengobatan yang baik dan lingkungan yang dapat menjamin benar dari keluarga, kemampuan keluarga kesehatan sebagaian besar dengan dalam menciptakan lingkungan yang kategori baik. Keluarga sudah mampu mendukung kesehatan serta keluarga menjaga kebersihan tempat memanfaatkan fasilitas pelayanan tinggal,dan kebutuhan pencahayaan di kesehatan yang ada, sehingga masalah dalam rumah. kesehatan dalam hal ini ISPA pada balita 5. Tugas keluarga dalam memanfaatkan dapat dikurangi. pelayanan kesehatan secara keseluruhan dalam kategori baik. KESIMPULAN DAN SARAN Keluarga selalu memanfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan dalam Kesimpulan mengatasi masalah kesehatan yang di 1. Tugas keluarga dalam mengenal alami anggota keluarga. Hal ini dapat penyakit ISPA sebagian besar dengan dipengaruhi oleh persepsi keluarga kategori cukup. Hal ini dipengaruhi terhadap penyakit dan pelayanan oleh pengatahuan, usia dan pekerjaan kesehatan. keluarga. 6. Penatalaksanaan tugas kesehatan 2. Tugas keluarga dalam menngambil keluarga berhubungan signifikan keputusan yang tepat dalam mengatasi dengan kejadian ISPA pada balita di masalah ISPA yang dialami balita wilayah kerja Puskesmas Martapura. sebagian besar dengan kategori Keluarga mayoritas dalam kategori positif. Keluarga mampu mengambil cukup melaksanakan tugas kesehatan keputusan tindakan kesehatan yang dalam mengenal penyakit ISPA dan tepat dalam mengatasi ISPA pada merawat balita yang mengalami ISPA balita seperti membawa langsung sehingga berpengaruh terhadap balita ke fasilitas pelayanan kesehatan kejadian ISPA pada balita. dan keluarga mengetahui tindakan awal yang dilakukan pada balita yang Saran mengalami ISPA.Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman 1. Kepada pemegang program P2 ISPA di Puskesmas Martapura untuk lebih mensosialisasikan lagi tentang ISPA Corwin, J, E 2009, Buku Saku khususnya pada keluarga yang Patofisiologi, Edisi 3 Revisi, memiliki balita baik mengenai ISPA, EGC, Jakarta. tanda dan gejala dan perawatan yang Departemen Kesehatan RI 2001, Buku tepat bagi balita yang mengalami Ajar ISPA Program D-III ISPA. Keperawatan, Ditjen PPM PL- 2. Kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Pusat Diknakes, Jakarta. Banjar diharapkan lebih meningkatkan Departemen Kesehatan RI 2010, lagi dukungan dan partisipasi terhadap Pedoman Tatalaksana Pneumonia setiap program yang direncanakan Balita, Ditjen PPM PL-Pusat Puskesmas Martapura, khususnya Diknakes, Jakarta. program penanggulangan penyakit Departemen Kesehatan RI 2002, ISPA pada balita di wilayah kerja Pedoman Pemberantasan Puskesmas Martapura seperti Penyakit Infeksi Saluran dukungan dana untuk dapat Pernapasan Akut Untuk mengoptimalkan program Puskesmas Penanggulangan Pneumonia Martapura dalam melaksanakan Pada Balita, Depkes RI, Jakarta. penyuluhan kesehatan. Departemen Kesehatan RI 2013, 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan Pedoman Pengendalian Infeksi melakukan penelitian dengan mencoba Saluran Pernapasan Akut melihat hubungan antara karaktersitik Tatalaksana Pneumonia Balita, balita dengan kejadian ISPA pada Ditjen PPM PL-Pusat Diknakes, balita di wilayah kerja Puskesmas Jakarta. Martapura, mengingat pada hasil Efendi, F & Makhfudli 2009, penelitian ini ditemukan kejadian Keperawatan Kesehatana ISPA dengan kasus terbanyak pada Komunitas, Salemba Medika, balita usia 1 sampai 3 tahun dengan Jakarta. banyak faktor yang mempengaruhi. Hidayat, A, A 2007, Metodologi Penelitian Keperawatan Dan KEPUSTAKAAN Teknik Analisis Data, Salemba Medika, Jakarta. Arikunto, S 2007. Prosedur Penelitian Isnaini, M 2013, Pengaruh Kebiasaan suatu Pendekatan Praktek, Merokok Keluarga Di Dalam Rineka Cipta, Jakarta. Rumah Terhadap Kejadian ISPA Ali, Z 2010, Buku Ajar Pengantar Pada Balita, diakses tanggal 10 Keperawatan Keluarga, EGC, Oktober 2013, . Jakarta. http://repository.unri.ac.id. Azwar,S 2011, Sikap Manusia Teori Dan Karim, L, 2012 Upaya Keluarga Dalam Pengukurannya, Pustaka Belajar, Keluarga Dalam Pencegahan Yogyakarta. Dan Perawatan ISPA, Public Ariwibowo A, S, 2008, Analisis Peran Health Journal, diakses tanggal 25 Keluarga Dalam Menangani Oktober 2013, ISPA Berulang Pada Balita Di http://pustaka.unpad.ac.id. Wilayah Kerja Puskesmas Mojo Dinkes 2013, Profil Kesehatann Surabaya, Skripsi Keperawatan, Kabupaten Banjar Tahun 2013, Fakultas Keperawatan Universitas Dinkes Kabupaten Banjar, Air Langga. Martapura. Mubarak, W 2012, Ilmu Keperawatan Sulistyo, A 2012, Keperawatan Komunitas, Salemba Medika, Keluarga; Konsep Teori, Proses Jakarta. Dan Praktis Keperawatan, Graha Maulana, H,D,J 2009, Promosi Ilmu, Yogyakarta. Kesehatan, EGC, Jakarta. Sunaryo 2004, Psikologi Untuk Muras, F,G 2012, Perbedaan Tingkat Keperawatan, EGC, Jakarta. Pengetahuan Tentang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Syaputra, H, Sabrina, F & Utomo,W Antara Ibu Yang Memiliki Balita 2013, ‘Perbandingan Kejadian Pernah ISPA Dan Belum Di ISPA Balita Pada Keluarga Yang Posyandu Melati III Kampung Merokok Di Dalam Rumah Binong, diakses tanggal 8 Dengan Keluarga Yang Tidak November 2013, Merokok’, Journal ACC, diakses http://dspace.library.uph.edu. tanggal 19 Oktober 2013, Nursalam 2013, Metodologi Penelitian http://repository.unri.ac.id. Ilmu Keperawatan, Salemba Situmorang, E, P 2012, Pengaruh Medika,Jakarta. Perilaku Kesehatan Terhadap Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Kejadian Karies Gigi pada Murid Pendidikan Dan Perilaku Sekolah Dasar Binaan UKGS di Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Kecamatan Medan Tuntungan Notoatmodjo, Soekidjo 2003, Ilmu Kota Medan,diakses tanggal 8 Kesehatan Masyarakat: Prinsip- November 2013, Prinsip Dasar, Rineka Cipta, http://repository.usu.ac.id Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo 2010, Metodologi Widoyono 2011, Penyakit Tropis. Jakarta Penelitian Kesehatan, Rineka : Penerbit Erlangga. Cipta, Jakarta. WHO 2007, Buku Pedoman Pencegahan Nurhidayah, I, Fatimah, S, & dan Pengendalian, Infeksi Rakhmawati W 2010, Upaya Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Keluarga Dalam Pencegahan Yang Cenderung Menjadi Dan Perawatan ISPA Di Rumah Epidemi dan Pandemi di Fasilitas Pada Balita, diakses tanggal 10 Pelayanan Kesehatan, Pedoman oktober 2013, Interim WHO. 2007, diakses http://pustaka.unpad.ac.id. tanggal 10 oktober 2013, Redaksi, T 2010, Gambaran http://apps.who.int/iris/bitstream. Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Pada Balita Dengan Pneumonia Di Wilayah Kerja Puskesmas Banjaran Nambo Kabupaten Bandung, Jurnal Keperawatan, diakses tanggal 10 Oktober 2013, http://jurnal.unpad.ac.id. Supartini, 2004 Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta. Setiawati, S & Dermawan, A, C 2008, Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta, Trans Info Media.