3447 1 6892 1 10 20161201 PDF

You might also like

You are on page 1of 7

Evaluasi Keamanan Sumber Air Minum Desa Mojo…

Jurnal Agroteknologi Vol. 08 No. 02 (2014)

EVALUASI KEAMANAN SUMBER AIR MINUM DESA MOJO KECAMATAN


PADANG KABUPATEN LUMAJANG
Safety Evaluation of Drinking Water Resource at Mojo Village Padang Distric Lumajang
Regency

Aditya Oktavianto1), Nurhayati Nurhayati1,2)*, Enny Suswati3)


1)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
2)
Centre for Development of Advanced Science and Technology, Jember University
3)
Fakultas Kedokteran, Universitas Jember
Jalan Kalimantan No. 37, kampus Tegal Boto, jember 68121
*E-mail: nurhayati.ftp@unej.ac.id

ABSTRACT

Little known about the safety of natural water on enteric mikroflora population at Mojo
Village Padang Distric Lumajang Regency. We assessed the population of enteric microflora i.e
Salmonella and Eschericia coli in the wellspring. We performed a randomized sampling to evaluate
the population of Salmonella and Eschericia coli of three natural water resource at Mojo Village.
There were Jirun, Kali Tengah and Sumber Suko water resource. Medium to colony identification
were used Salmonella Chromogenic Agar (SCA) and Enteric Hektoin Agar (HEA). SCA resulted
blue colony for Eschericia coli and magentha or violet colony for Salmonella. While HEA resulted
orange colony for Eschericia coli and green for Salmonella. 250 mL of natural water was used to
growth the enteric microflora. We observed three water resource of Mojo Village contain enteric
microflora. The enteric microflora population was up to 2 log10 CFU/mL (more than 10 CFU/mL).
These was a fantastic population, because enteric population must no growth on drink water.
Assuming the enteric microflora come from fish faecal, because at the surrounding of water
resource growth the fish. Three water resource at Mojo Village were no safety to used as drink
water if without water treatment. The enteric microflora can dextructed by using filtration and UV
treatment or thermal process example water boiling.

Keywords: Jirun, Kali Tengah, Sumber Suko, Salmonella, Eschericia coli, water resource

PENDAHULUAN Pada tahun 2002, Departemen


Ketersediaan air bersih, sehat dan Kesehatan RI telah menetapkan kriteria
aman merupakan kebutuhan hajat hidup kualitas air secara mikrobiologis, melalui
yang vital bagi manusia. Jika ditinjau dari Keputusan Menteri Kesehatan No. 907
segi kualitas, air minum siap konsumsi tahun 2002 bahwa air minum tidak
yang tersedia hanya sekitar 0,03%. Salah diperbolehkan mengandung bakteri
satu desa yang memerlukan penyediaan air koliform dan Escherichia coli. Standar
bersih adalah Desa Mojo Kecamatan Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3553 –
Padang Kabupaten Lumajang. Desa 2006 menyebutkan bahwa air minum
tersebut selalu mengalami kesulitan dalam dalam kemasan selain tidak boleh
penyediaan air setiap musim kemarau. mengandung bakteri patogen yaitu
Penurunan kualitas air di antaranya Salmonella dan Pseudomonas aeruginosa,
disebabkan oleh cemaran mikrobiologi juga tidak boleh mengandung cemaran
terutama bakteri indikator sanitasi mikroba lebih besar dari 100 koloni/ml.
golongan koliform. Penelitian ini bertujuan Standar kualitas air adalah baku
untuk mengevaluasi keamanan sumber mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-
mata air untuk kebutuhan air minum bagi sifat fisik, kimia, radioaktif maupun
masyarakat Desa Mojo. bakteriologis yang menunjukkan

185
Evaluasi Keamanan Sumber Air Minum Desa Mojo…
Jurnal Agroteknologi Vol. 08 No. 02 (2014)

persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan Desa Mojo merupakan salah satu
Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Desa yang ada di Kecamatan Padang,
Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Kabupaten Lumajang. Desa Mojo
Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. mengalami kekurang tersediaannya
Bakteri enteropatogenik yang kebutuhan air layak konsumsi bagi
mencemari air antara lain: masyarakat. Krisis air bersih seperti yang
a. Salmonella sp. terjadi di Desa Mojo merupakan akibat
Salmonella merupakan bakteri belum dimaksimalkannya sumber air yang
patogen paling utama yang terdapat di air ada membuat warga kesulitan untuk
limbah yang dapat menyebabkan demam memenuhi kebutuhan sehari – hari,
typus, paratypus dan gastroenteristis terutama untuk masak dan minum. Desa
(radang lambung/perut). Diperkira-kan Mojo memiliki delapan sumber air aktif
bahwa hampir 0.1% penduduk dan satu rawa, tetapi untuk memenuhi
mengeluarkan Salmonella didalam tinja. kebutuhan air masyarakat desa masih
Salmonella adalah bakteri batang lurus, terkendala rendahnya posisi sumber air
gram negatif, tidak berspora, bergerak dari pemukiman warga (Anonim, 2013).
dengan flagel peritrik, berukuran 2 – 4 μm Salah satu cara untuk membunuh
x 0.5-0,8 μm. Suhu optimum pertumbuhan Salmonella sp. dan E. coli yaitu
Salmonella sp. ialah 37oC dan pada pH 6 – menggunakan metode pemanasan air baku
8. Komposisi dasar DNA Salmonella sp untuk minum seperti sterilisasi dan
adalah 50 – 52 mol% G + C, mirip dengan pasteurisasi. Sterilisasi adalah proses
Escherichia, Shigella, dan Citrobacter termal untuk mematikan semua mikroba
(Jawet’z, 2005). beserta spora – sporanya. Spora – spora
bersifat tahan panas, maka umumnya
b. Escherichia coli sp. diperlukan pemanasan selama 15 menit
Escherichia coli adalah salah satu pada suhu 121oC atau ekivalennya, artinya
jenis spesies utama bakteri gram negatif semua partikel bahan pangan tersebut
yang penghuni normal saluran pencernaan harus mengalami perlakuan panas.
manusia dan hewan berdarah panas. Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang
Bakteri E. coli adalah bakteri berbentuk diberikan pada bahan baku dengan suhu di
batang, Gram negatif, tidak membentuk bawah titik didih. Teknik ini digunakan
spora, aerobik dan fakultatif yang untuk mengawetkan bahan pangan yang
merugikan laktosa dengan meng-hasilkan tidak tahan suhu tinggi, misalnya susu.
asam dan gas dalam waktu 48 jam suhu Pasteurisasi tidak mematikan semua
35oC. Pada umumnya bakteri – bakteri mikroorganisme, tetapi hanya yang
yang ditemukan oleh Theodor Escherichia bersifat patogen dan tidak membentuk
ini, dapat menyebabkan masalah bagi ke- spora (Hidayat, 2007).
sehatan bagi manusia seperti diare,
muntaber dan masalah pencernaan lainnya. METODE PENELITIAN
Bakteri ini memfermentasi glukosa dan
karbohidrat lain dengan mengkonversi Alat dan Bahan
piruvat menjadi asam laktat. Sebagian Alat yang digunakan antara lain
besar strain memfermentasi laktosa. E.coli peralatan gelas untuk uji kuantitatif bakteri
membentuk indol dalam jumlah besar, enteropatogenik, pipet ukur, blue tip,
secara kuat mereduksi nitrat. Komposisi colony counter, inkubator, autoklaf,
dasar DNA E.coIi adalah 48 – 52 mol% G hotplate dan petridish.
+ C Mol (Supardi dan Sukamto, 1999). Bahan yang digunakan adalah air
dari beberapa lokasi di Desa Mojo. Selain
itu juga dibutuhkan akuades dan media

186
Evaluasi Keamanan Sumber Air Minum Desa Mojo…
Jurnal Agroteknologi Vol. 08 No. 02 (2014)

untuk menumbuhkan bakteri Keterangan:


entropatogenik yaitu media SCA N = Jumlah koloni per ml atau g sampel
(Salmonella Chromogenic Agar) dan HEA ∑ C = Jumlah koloni tiap cawan
(Hektoen Enteric Agar). n1 = jumlah cawan pada pengenceran
seri pertama
Tahapan Penelitian n2 = jumlah cawan pada pengenceran
Pengambilan sampel air seri kedua
Pengambilan air dilakukan pada tiga d = tingkat pengenceran seri pertama.
sumber (lokasi) mata air di Desa Mojo
Kecamatan Padang Kabupaten Lumajang
yaitu sumber Jirun, Kali Tengah dan Perhitungan nilai k (koefisien destruksi)
sumber Suko yang menghasilkan tujuh Perhitungan nilai k (koefisien
sampel air dari sumber dan tandonnya. destruksi) dilakukan dengan menggunakan
Selanjutnya dilakukan pengujian air secara rumus sebagai berikut:
kuantiatif terhadap bakteri
k = (ln N0 – ln Nt) / t
enteropatogenik.

Perlakuan panas Data yang diperoleh, diolah secara


Sumber air tersebut ditreatment statistik dan disajikan secara deskriptif
panas untuk mengetahui penaruh panas dalam bentuk tabel dan grafik yang
terhadap pertumbuhan bakteri disesuaikan dengan standar error/error bar.
enteropatogenik. Perlakuan pemanasan
(pas-teurisasi) dilakukan pada suhu 70oC PEMBAHASAN
(B1), 80oC (B2) dan 90oC (B3) selama
satu menit (C1) dan dua menit (C2). Analisis mikrobiologis di-lakukan
Perhitungan % destruksi menggunakan untuk mengevaluasi mutu mikrobiologis
rumus sebagai berikut: berdasarkan keber-adaan bakteri enterik
indikator sanitasi, yaitu Salmonella dan
%Destruksi = [(N0 – Nt) / N0 ] x 100% Escherichia coli yang merupakan bakteri
enteropatogenik.

Metode Analisis Populasi Bakteri Enteropatogenik pada


Perhitungan populasi bakteri Mata Air Desa Mojo
Analisis populasi bakteri dilakukan Ketujuh sumber mata air
dengan cara menumbuhkan bakteri pada mengandung bakteri enteropato-genik.
media salmonella chromogenic agar Media SCA menghasilkan warna koloni
(SCA) dan hektoen enteric agar (HEA) biru untuk bakteri Eschericia coli sp. dan
dengan tiga seri pengenceran yang warna ungu/magenta untuk bakteri
dihitung dengan metode Bacterio-logical Salmonella sp. Media HEA menghasilkan
Analitical Manual (BAM). warna koloni kuning hingga salmon untuk
Perhitungan metode BAM bakteri E. coli dan warna hijau untuk
menggunakan rumus sebagai berikut: bakteri Salmonella seperti pada Gambar
1.

187
Evaluasi Keamanan Sumber Air Minum Desa Mojo…
Jurnal Agroteknologi Vol. 08 No. 02 (2014)

Salmonellosis, seperti demam typus,


paratypus dan gastroenteristis jika
dilakukan proses pengolahan secara tidak
benar.

Morfologi dan Fisiologi Bakteri


Enteropatogenik
Pada pewarnaan Gram, Salmonella
Gambar 1. Populasi mikroba pada media dan Escherichia coli berwarna merah,
salmonella chromogenic agar sehingga kedua bakteri tersebut
(SCA) dan hektoin enteric agar
merupakan bakteri gram negatif dengan
(HEA)
Salmonella berbentuk batang lurus dan E.
Populasi bakteri entero-patogenik coli berbentuk batang pendek. E. coli
yang mencemari sumber mata air dan menghasilkan enzim katalase lebih banyak
tandonnya dapat dilihat pada Tabel 1 yang dari pada Salmonella. Selain itu E. coli
menunjukkan bahwa ketujuh sumber mata dapat memproduksi gas pada media LB
air mengandung bakteri enteropato-genik. dan Salmonella tidak memproduksi gas
Salmonella sp. ada pada masing – masing pada media tersebut.
sumber mata air dengan jumlah koloni
terbanyak terdapat pada Jirun Tandon 3, Destruksi Bakteri Enteropatogenik Asal
yaitu 5,2 x 101 CFU/ml dan E. coli sp. Mata Air dengan Metode Pemanasan
hanya ada pada Jirun Sumber, Kali Tengah Menurut Hariyono (2011)
dan Sumber Suko dengan koloni terbanyak Salmonella sp. mati pada suhu 56oC
terdapat pada Jirun Sumber, yaitu 1,7 x 103 selama 30 menit dan Escherichia coli sp.
CFU/ml. Bakteri yang tumbuh dari Jirun mati pada suhu 60oC selama 30 menit.
Sumber merupakan kontaminasi dari Kemampuan panas dalam mendestruksi
kotoran hewan berdarah panas, yaitu ikan bakteri Salmonella dan E. coli ditunjukkan
air tawar seperti ikan wader dan ikan oleh Gambar 2.
bluder. Adanya pertumbuhan Salmonella
sp. dari ketujuh sampel air tersebut dapat
dijelaskan bahwa sumber mata air yang
ada di Desa Mojo dapat memicu penyakit

Tabel 1. Populasi bakteri enteropatogenik sumber mata air

Perhitungan BAM (CFU/ml)


Sampel Media SCA Media HEA
Salmonella E. coli Salmonella E. coli
Jirun Sumber 1,8 x 100 1,7 x 103 0 9,5x102
Jirun Tandon1 8,2 x 100 1,0 x 100 0 0
0
Jirun Tandon2 1,0 x 10 0 0 0
Jirun Tandon3 5,2 x 101 0 0 0
Kali Tengah 4,6 x 100 1,8 x 100 1,5 x 101 1,7x101
Sumber Suko 4,6 x 100 1,8 x 100 1,8 x 100 1,2x101
0 0
PDAM 1,0 x 10 0 2,7 x 10 0

188
Evaluasi Keamanan Sumber Air Minum Desa Mojo…
Jurnal Agroteknologi Vol. 08 No. 02 (2014)

90 panas untuk beberapa waktu karena


80 adanya ikatan yang kompleks dari
70 komponen penyusunnya. Lipoprotein
60 berfungsi sebagai penstabil membran luar
50 dan tempat perlekatan membran luar. LPS
40 terikat pada membran luar dengan ikatan
30 hidrofobik.
20 Komponen lipid dinding sel
10 Escherichia coli lebih besar dari pada
0
Salmonella, sehingga E. coli lebih tahan
B1C1 B1C2 B2C1 B2C2 B3C1 B3C2 panas dari pada Salmonella. Hal ini
dikarenakan panas akan lebih dahulu
Gambar 2. Persentase dekstruksi Salmonella berinteraksi dengan lipid penyusun
sp. ( ) dan Eschericia coli sp. ( )
pada perlakuan suhu pemanasan 70oC
dinding sel (Supardi, 1999).
(B1), 80oC (B2), 90oC (B3) selama 1
menit (C1) dan 2 menit (C2) Nilai k (Koefisien Destruksi) Bakteri
Enteropatogenik
Perhitungan koefisien destruksi ini
Gambar 2 menunjukkan persentase diakukan untuk mengetahui nilai k dari
destruksi tertinggi adalah pada perlakuan Salmonella sp. dan Escherichia coli sp.
B3C2 baik pada Salmonella maupun dengan cara membandingkan antara
Escherichia coli, yaitu berturut – turut populasi awal (No) dengan populasi setelah
sebesar 74,78% dan 83,19% dan yang pemanasan selama waktu tertentu (Nt) tiap
paling rendah adalah pada perlakuan satuan waktu (t). Setelah dilakuan
B1C1, yaitu berturut – turut 21,70% dan perhitungan, diperoleh kurva seperti
16,87%. Ditinjau dari lama waktu yang Gambar 3.
digunakan untuk pemanasan, semua Koefisien destruksi bakteri semakin
perlakuan mengalami peningkatan besar seiring tingginya suhu yang
persentase destruksi setelah di-lakukan digunakan dalam pemanasan. Hal ini
pemanasan selama 2 menit (C2). ditunjukkan oleh kurva pada Gambar 3
Persentase destruksi E. coli lebih besar yang terus naik dari perlakuan B1C1
dari pada Salmonella karena populasi hingga perlakuan B3C1 maupun perlakuan
bakteri ini juga lebih tinggi yang B1C2 hingga perlakuan B3C2. Namun,
menyebabkan proses transfer panas antar jika dibandingkan berdasarkan lama waktu
sel semakin cepat sehingga dalam waktu 2 pemanasan, Salmonella memiliki niai k
menit mampu mendestruksi 83,19% sel E. yang menurun, misalnya pada perlakuan
coli. Pada pemanasan selama 1 menit B1C1 (0,24) dengan B1C2 (0,21).
sebagian besar bakteri ini masih mampu
bertahan, berbeda dengan Salmonella yang
telah mengalami destruksi lebih besar
dibandingkan E. coli pada waktu
pemanasan 1 menit. (Hariyono, 2011).
Perbedaan ketahanan bakteri gram
negatif terhadap pemanasan dikarenakan
adanya perbedaan komponen penyusun
peptidoglikan sel seperti lipoprotein,
membran luar dan lipopolisakarida (LPS).
Meski-pun peptidoglikan lebih tipis,
bakteri gram negatif mampu menahan

189
Evaluasi Keamanan Sumber Air Minum Desa Mojo…
Jurnal Agroteknologi Vol. 08 No. 02 (2014)

1,00 destruksi Salmonella adalah pada


perlakuan B3C2, yaitu sebesar 0,45,
0,80
sedangkan E. coli pada perlakuan B2C2,
0,60 yaitu sebesar 0,26. Sumber mata air
digunakan sebagai air minum, namun
0,40 harus dipanaskan terlebih dahulu hingga
0,20 mendidih. Selain itu, diperlukan teknologi
destruksi yang lain seperti filtrasi
0,00 membran untuk menyaring mikroba.
B1C1 B1C2 B2C1 B2C2 B3C1 B3C2
UCAPAN TERIMAKASIH
Gambar 3. Kurva koefisien destruksi Salmonella
sp. ( ) dan Escherichi coli sp. ( )
Ucapan terimakasih ditujukan
pada perlakuan suhu pemanasan kepada kepada Dirjen DIKTI DP2M yang
70oC (B1), 80oC (B2), 90oC (B3) telah memsupport penelitian ini melalui
selama 1 (C1) menit dan 2 menit Program Ipteks bagi Wilayah 2014.
(C2)
DAFTAR PUSTAKA
Gambar 3 menunjukkan bahwa Anonim. 2013. BPBD Suplai Air Bersih Untuk
Salmonella mengalami kenaikan niai k Wilayah Lumajang Terimbas
tertinggi pada perlakuan perlakuan B3C2 Kekeringan. http://sidik-news.com/
(0,69) dan Escherichia coli mengalami [Diakses Tanggal 16 januari 2014]
kenaikan nilai k pada perlakuan B2C2
Bell, C., Neaves, P., and Williams, A. P. 2005.
(0,68). Perbedaan nilai k pada Salmonella Food Microbiology: Labo-ratory
dan E. coli disebabkan oleh perbedaan Practice. Blackwell Publishing, USA.
komposisi komponen penyusun dinding
sel, karena penentuan nilai k berbanding Dirjen POM, Depkes R.I. 1994. Kumpulan
Peraturan Perundang-undangan di
lurus dengan nilai persentase destruksi.
Bidang Makanan. Bhakti Husada,
Semakin tinggi persentase des-truksinya, Jakarta.
maka nilai k juga akan tinggi (≤ 1) dengan
kata lain dapat didefinisikan bahwa nilai k Hariyono, Purbowarsito. 2011. “Uji
menunjukkan jumlah bakteri yang Bakteriologis Air Sumur Di Kecamatan
Semampir Surabaya”. Skripsi. Depar-
terdestruksi dalam satuan log/menit.
temen Biologi Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Airlangga,
KESIMPULAN Surabaya.
Ketujuh sumber mata air (jirun
sumber, jirun tandon 1, jirun tandon 2, Hidayat, Nur. 2007. Pasteurisasi.
jirun tandon 3, kali tengah, sumber suko, http://catatanringannurhidayat.wordpres
s.com [Diakses Tanggal 16 juni 2014].
PDAM) mengandung bakteri penyebab
gangguan saluran cerna (entero-patogenik) J.D. Perry, Michael Furs, Jeffrey Taylor. 1999.
yaitu Sal-monella sp. dan Escherichia coli Chromogenic Media Dehydrated
sp. Semakin tinggi suhu dan waktu Culture For Microbiology. Journal
pemanasan yang digunakan, maka Clinical Microbiology.
persentase dan nilai koefisien (k) destruksi Jawetz, Melnick, Adelberg. 2005. Medical
Sal-monella dan E. coli juga tinggi. Microbiology. Book I. Salemba Medika,
Perlakuan pemanasan terbaik pada Jakarta.
suhu 90oC selama 2 menit dengan King, S., and Metzger, W. I. 1968. A new
persentase destruksi sebesar 74,78% pada plating medium for the isolation of
Salmonella dan 83,19% pada E. coli. enteric pathogens. I. Hektoen enteric
Peningkatan tertinggi nilai koefisien agar. Appl. Microbiol, 16: 577-578.

190
Evaluasi Keamanan Sumber Air Minum Desa Mojo…
Jurnal Agroteknologi Vol. 08 No. 02 (2014)

Mahida, N.U. 1986. Pencemaran Air dan


Pemanfaatan Limbah Industri. CV.
Rajawali, Jakarta.
Supardi, I. dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi
dalam Peng-olahan dan Keamanan
Pangan. Alumni, Bandung.
Saripah, Hudaya. 2012. Pelatihan Teknologi
Pengolahan Hasil Pertanian Peng-
olahan dan Pengawetan Pangan.
http://nikenutri-tionist.blogspot.com
[Diakses Tanggal 16 juni 2014]

191

You might also like