Professional Documents
Culture Documents
Subianto kepada media yang disebutnya tidak mau meliput acara Reuni 212
yang dihadiri "11 juta orang".
"Koreksi yang dilakukan terhadap wartawan, saya kira bukan pada tempatnya dan
kemudian dengan diksi ekspresi kemarahan yang tampak sikapnya bermusuhan,"
kata Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Ilham Bintang
dalam wawancara dengan wartawan BBC News Indonesia, Rohmatin Bonasir.
Delapan juta? 100.000 orang? Lagi-lagi debat soal jumlah peserta Reuni 212 di Monas
Prabowo diklaim bisa dapat 20-30 juta suara dari ulama 'pewaris nabi'
Rizieq Shihab diklaim sebagai 'vote-getter' melawan petahana, tetapi seberapa besar?
Dikatakannya sejumlah media melaporkan peserta Reuni 212 hanya ratusan ribu. Ia
merujuk pada acara Reuni 212 di Jakarta pada Minggu (02/12). Jumlah peserta
acara itu pun masih diperdebatkan sejauh ini.
Hak atas fotoHAFIDZ MUBARAK A/ANTARAImage captionPrabowo menyebut media
mempublikasikan berita bohong.
Lebih lanjut Prabowo, tanpa menyebut nama wartawan dan nama media,
mengatakan sebagian media mempublikasikan berita bohong. Ia pun mengajak
hadirin untuk tidak perlu menghormati wartawan.
"Boleh kau cetak ke sini dan ke sana. Saya tidak mengakui Anda sebagai jurnalis.
Enggak usah saya sarankan kalian hormat sama mereka lagi, mereka hanya
anteknya orang yang ingin menghancurkan Republik Indonesia," kata Prabowo,
sebagaimana dikutip berbagai media di Indonesia.
"Karena Pak Prabowo pasti tahu bahwa wartawan tidak mungkin menjadi pemecah
belah bangsa, tidak mungkin menghancurkan negeri ini karena wartawan itu bagian
integral dari bangsa Indonesia," tegasnya.
Mengakui pentingnya wartawan dan media bersedia menerima koreksi, Ilham
Bintang menyarankan kepada Prabowo untuk menggunakan jalur-jalur yang sudah
ada, misalnya memberikan hak jawab dan meminta koreksi, dan bila perlu, mengadu
ke Dewan Pers.
Wakil ketua Partai Gerindra pimpinan Prabowo, Ferry Juliantono, meminta agar
pernyataan ketua umumnya itu dianggap sebagai kritik terhadap media yang selama
ini dianggap memihak terkait dengan pemilihan umum legislatif dan pemilihan
presiden 2019.
"Pertama kami tentu berterima kasih atas jasa, andil media yang selama ini
membantu kami, Pak Prabowo Subianto.
"Media diharapkan berada dalam posisi yang netral, tidak berpihak dan kemudian
memberikan kedua kubu," kata Ferry Juliantono.
Namun, lanjutnya, karena sebagian perusahaan media di Indonesia dimiliki oleh
pimpinan partai politik yang sekarang berseberangan dalam berkoalisi, maka sulit
menemukan keseimbangan itu.
"Media-media tertentu sudah kelihatan menjadi partisan, tidak lagi menjadi pilar
demokrasi tetapi cenderung menjadi corong kekuasaan dan menyembunyikan fakta-
fakta yang ada," paparnya.