You are on page 1of 29

Laporan Praktikum Survey dan pengukuran

“ Theodolit “

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah.SWT karena atas berkat


rahmat dan hidayah-Nya sehingga laporan Praktikum SURVEY DAN
PENGUKURAN ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Praktikum ini merupakan suatu hal wajib bagi seluruh mahasiswa yang
memprogram mata kuliah ini . Hal ini dilakukan untuk menerapkan teori yang
didapatkan dalam ruang kuliah dengan di lapangan secara langsung .

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bpk Muliyadi S.ST selaku
dosen pembimbing mata kuliah SURVEY DAN PENGUKURAN sekaligus sebagai
asisten kelompok kami,yang telah banyak membantu,memberi arahan dan bimbingan
kepada kami selama penyusunan laporan ini serta kepada semua pihak dan rekan-
rekan yang telah banyak membantu kami

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa masih banyak


kekurangan. Sehingga penulis sangat mengharapkan sumbangan pemikiran dari para
pembaca . Baik itu berupa saran atau kritik yang sifatnya membangun untuk dapat
menyempurnakan laporan seperti ini di masa-masa yang akan datang.

Kami sangat berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan mahasiswa-mahasiswa S1 Arsitektur pada umumnya demi
peningkatan kemampuan kita di bidang survey dan pengukuran.
Kendari , juni 2009

PENULIS

1
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

BAB I
PENDAHULUAN

1.1Teori Singkat

1.1.1 Pengertian poligon

Poligon adalah rangkaian garis khayal diatas permukaan

bumi yang merupakan garis lurus yang menghubungkan titik-

titik dan merupakan suatu obyek pengukuran. Poligon juga biasa

disebut sebagai rangkaian segi banyak untuk pembuatan peta.

1. Pengukuran Poligon.

Ada dua macam pengukuran poligon, yaitu :

 Pengukuran jarak mendatar.

Pengukuran ini dapat dilakukan dengan menggunakan pita

ukur (roll meter) dan melalui pembacaan benang pada alat

ukur theodolit untuk mengetahui jarak optis (D).

2
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

 Pengukuran sudut mendatar.

Pengukuran sudut mendatar dalam hal ini adalah selisih

antara dua arah yang berlainan. Ada dua macam sudut

mendatar / sudut horizontal dalam ilmu ukur tanah, yaitu :

o Sudut arah ( β ) yaitu selisih antara A dan B.

A
B
β

o Sudut jurusan (  ) atau sudut azimuth yaitu sudut yang

terbentuk berdasarkan sumbu Y atau sudut yang

dibentuk searah putaran jarum jam sampai sudut yang

Y
ditentukan.
A A


X

2. Bentuk-Bentuk Poligon.

a. Poligon Terbuka,

Poligon terbuka terdiri atas tiga bagian yaitu :

3
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

 Poligon Lepas yaitu poligon yang apabila titik awalnya

diketahui atau hanya satu titik yang diketahui

koordinatnya.

 Poligon Terikat yaitu poligon yang titik awal dan titik

akhirnya diketahui koordinatnya.

 Poligon Terikat Sempurna yaitu apabila dua titik awal dan

titik akhir yang diketahui koordinatnya.

b. Poligon Tertutup.

Pada bentuk geometri ini sesungguhnya sama dengan

poligon terbuka, hanya sisi akhirnya yang merupakan sisi

awal dari α
poligon tersebut. P1
P0 β 30

P3
Ket : α = Sudut luar
α 20
β
β = Sudut
dalam P2
0

B.Tujuan Praktikum

1. Tujuan Instruksional Umum :

Memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat

mengerti dan memahami cara-cara penggunaan alat theodolit

dengan tepat.

4
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

2. Tujuan Instruksional Khusus :

Memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk melakukan

identifikasi setiap jenis pengukuran, yaitu : jarak, beda tinggi,

dan sudut yang diperlukan untuk penggambaran kerangka dasar

pemetaan.

C.Lokasi dan Waktu Praktikum

Lokasi praktikum kelompok VIII yaitu pada daerah Lapangan

Lakidende Kendari. Dengan patok pertama berada di depan

Lapangan Lakidende. Dan kembali ke patok awal dengan metode

pengukuran poligon tertutup.

Praktikum ukur tanah ini dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal

15 April 2005, dimulai pada pukul 09.00 Wita dan berakhir pada

pukul 13.30 Wita.

D. Alat dan Bahan Yang Digunakan.

Dalam melaksanakan praktikum ini, alat dan bahan yang

digunakan di lapangan sebagai berikut :

1. Pesawat Theodolit lengkap,

Pesawat theodolit sebagai alat ukur universal yang

disamping dapat mengukur sudut horizontal dan sudut vertikal

5
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

juga dapat menentukan beda tinggi. Alat ukur theodolit secara

umum memiliki bagian-bagian sebagai berikut :

a. Pegangan,

b. Alat pembidik, berfungsi untuk membidik secara kasar

sasaran bidik.

c. Alat pencatat digital, berfungsi sebagai pembacaan sudut

horizontal dan sudut vertikal.

d. Pengatur mikrometer, berfungsi untuk mengatur garis skala

pembacaan (nonius).

e. Klem penyetel tinggi, berfungsi untuk membuka dan

mengunci pergerakan vertikal teropong.

f. Gelang penyetel jarak, berfungsi untuk titik fokus lensa yang

berguna untuk memperjelas obyek yang dibidik.

g. Okuler teropong, berfungsi untuk memperjelas nampaknya

benang sebagai standar pembacaan.

h. Sekrup penyetel tinggi, berfungsi untuk menggerakkan

secara halus teropong kearah vertikal.

i. Sekrup penyetel putaran, berfungsi untuk mengatur

pergerakkan putaran horizontal secara halus.

j. Klem penyetel putaran, berfungsi untuk mengunci dan

membuka putaran alat kearah horizontal.

k. Pelat dasar berkaki tiga yang dapat dibuka.


6
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

l. Nivo kotak, berfungsi untuk mengetahui kedataran alat.

m. Nivo tabung (alhidade), berfungsi untuk mengetahui

kedataran alat.

n. Unting-unting optis, berfungsi untuk mengetahui ketetapan

posisi alat terhadap patok.

o. Tiga buah sekrup penyetel, berfungsi untuk mengatur

kedudukan nivo.

p. Statif, yang berfungsi sebagai tempat kedudukan theodolit.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

7
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

2. Rambu (Bak) Ukur, berfungsi untuk mengetahui nilai

pembacaan.

3. Roll meter, berfungsi untuk mengukur jarak antar patok.

4. Payung, berfungsi untuk melindungi pesawat dari sinar matahari

maupun hujan karena lensa teropong pada pesawat sangat peka

terhadap sinar matahari.

5. Kompas, berfungsi untuk menentukan arah utara dari titik yang

diukur.

6. Parang, berfungsi untuk memotong rumput atau tanaman lain

yang menghalangi pembacaan bak ukur.

7. Patok, berfungsi sebagai suatu tanda dimana kita meletakkan

rambu ukur untuk mengukur suatu titik dilapangan.

8. Palu, berfungsi dalam pemasangan patok.

Disamping alat dan bahan utama diatas, masih ada beberapa

hal penting yang harus dipersiapkan guna memperlancar praktikum

yaitu :

 Blangko data dan alat tulis lainnya guna menulis hasil

pembacaan data yang diperoleh dilapangan.

 Kalkulator yang sangat berguna untuk melakukan koreksi atau

perhitungan sederhana dilapangan.

8
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

 Catatan lapangan yang dibuat sesuai dengan data dan metode

yang dipergunakan.

 Pengetahuan dasar pengukuran yang sangat membantu

jalannya praktikum.

BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Teknik Pengukuran.

2.1.1 Poligon Memanjang

9
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

Dalam pengukuran poligon, penentuan posisi suatu titik

menggunakan sistim koordinat dan yang dipakai adalah sistim

koordinat kartesian yang dinyatakan dengan absis dan ordinat.

Titik yang dimaksud disini adalah berupa pilar ( bench

mark ) atau patok kayu. Untuk penentuan titik dilakukan

pengukuran sudut dan jarak. Pengukuran sudut dan jarak disini

ada dua macam yaitu sudut vertikal dan sudut horizontal

sementara jarak yang dimaksud adalah jarak lurus dan

horizontal. Adapun profil memanjang terbagi dua yaitu :

 Poligon memanjang tertutup yaitu teknik pengukuran poligon

yang berputar mengelilingi suatu bidang, dimana titik

pengukuran merupakan titik akhir pengukuran. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini :

U P5 P4
0

P3
P0

P1 P2

 Poligon memanjang terbuka yaitu teknik pengukuran poligon

dimana titik awal pengukuran bukan merupakan titik akhir


10
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

pengukuran. Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar

dibawah ini :


U
P1 P3

P0 P2 Pn

1. Sistim Tachimetri

Sistim tachimetri adalah suatu teknik pengukuran dimana

alat hanya berdiri pada suatu titik dan dapat menembak lebih

dari satu titik untuk menentukan posisi dan ketinggian titik

tersebut.

2. Sistim Kisi (Grid)

Sistim kisi (grid) adalah sistim pengukuran sebagai jaringan

siku-siku yang diterapkan di daerah tanpa peta dan tanpa

bangunan.

2.2 Sistim Pengukuran.

Supaya suatu pengukuran sudut dapat dilakukan dengan tepat

sistim sumbu- sumbu pada suatu theodolit harus memenuhi

syarat-syarat berikut :


11
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

 LL  VV, Sumbu nivo tabung

(alhidade) tegak lurus pada

sumbu pertama,

3. ZZ  HH, Garis bidik tegak lurus

pada sumbu kedua,

4. HH  VV, Sumbu kedua tegak

lurus pada sumbu pertama,

5. Sumbu nivo indeks harus sejajar

dengan garis bidik yang disetel

horizontal atau indeks yang

automatis harus bekerja.

C. Prosedur Pelaksanaan Praktikum

6. Peninjauan Lapangan.

Peninjauan lapangan langsung kita lakukan terlebih dahulu

sekaligus pemasangan patok-patok poligon (segi banyak)

keliling.

a. Patok harus cukup tertanam dalam tanah,

b. Harus digambar sketsa kedudukannya,

c. Tinggi patok dari tanah ± 5 – 10 cm,

d. Jarak antar patok 25 – 100 m dan bila memungkinkan patok

tersebut diberi label atau nomor patok.

12
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

7. Pengukuran Poligon (Sudut Poligon).

a. Keluarkan pesawat theodolit dari tempatnya,

b. Statif dipasang diatas patok yang

akan diukur beda tingginya dan

poringnya dikontrol ( nivo

dilihat ) diusahakan agar berada

diposisi mendatar, sehingga

mudah untuk menstabilkan nivo

theodolit,

c. Pesawat theodolit dipasang

diatas piringan statif dan sekrup

pengunci pesawat dikencangkan,

d. Cermin pencahayaan dibuka

agar cahaya tampak lebih terang

dalam pesawat,

e. Senteran patok dikontrol, apakah posisi patok sudah tepat

berada pada lingkaran hitam yang ada pada pesawat,

f. Posisi nivo pesawat distabilkan, diatur sedemikian rupa

sehingga nivo stabil dengan memutar sekrup penyetel

(pemutaran kencang/longgar agar dihindari),

g. Dengan kompas menentukan arah utaranya,

13
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

h. Mengatur sudut skala horizontal sehingga pada ninous 00 0 00

‘ 00 “ dengan membidik teropong kearah utara,

i. Bak ukur diletakkan pada patok yang telah ditentukan,

selanjutnya pesawat diarahkan ke patok yang telah

dipasangkan bak ukur kemudian melakukan pembacaan :

 Benang Benang Atas

L1 (Ba), Benang Bawah

L2 (Bb) dan Benang

Tengah i (Bt),

 Sudut Vertikal,

 Sudut Horizontal.

j. Langkah selanjutnya adalah memindahkan pesawat ke patok

berikutnya, kemudian mengatur kedudukan vertikal dan

horizontalnya. Lalu pesawat dinolkan ( 00 0


00 ‘ 00 “ ) pada

patok sebelumnya setelah itu pesawat diputar searah jarum

jam ke patok selanjutnya,

k. Setiap data hasil pembacaan dimasukkan ke dalam blangko

data yang telah disediakan,

l. Sebelum pesawat dipindahkan, maka tinggi pesawat diukur

terlebih dahulu.

m. Lakukan hal yang sama pada patok-patok selanjutnya hingga

pengukuran selesai.
14
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

D. Kesalahan Yang Terjadi Dalam Pengukuran

Dalam melakukan pengukuran kita tidak luput dari kesalahan-

kesalahan. Kesalahan itu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu :

Kesalahan Besar ( Mistakes Blunder )

Kesalahan besar (Mistakes Blunder) adalah kesalahan

pengukuran yang terjadi akibat kekeliruan dalam pengukuran.

Misalnya angka yang seharusnya 47,84 ditulis 48,74. Kesalahan ini

bila melebihi dari batas kewajaran maka pengukuran harus diulang.

Kesalahan Sistimatis ( Sistimatic Error )

Kesalahan yang terjadi pada setiap kali pengukuran.

Umumnya kesalahan ini terjadi karena alat ukur itu sendiri.

Misalnya panjang roll meter yang tidak tepat atau mungkin

peralatan ukurnya sudah tidak sempurna. Kesalahan ini dapat

dihilangkan dengan perhitungan koreksi atau mengkaligrasi

alat/memperbaiki alat.

Kesalahan Yang Tidak Terduga/Acak ( Accidental Error )

Kesalahan acak yaitu kesalahan pengukuran yang terjadi

secara kebetulan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya.

Kesalahan ini dapat terjadi karena hal – hal yang tidak diketahui

dengan pasti dan tidak diperiksa. Misalnya ada getaran pada alat

ukur itu sendiri ataupun pada permukaan tanah. Kesalahan ini

dapat dikoreksi dengan melakukan observasi beberapa kali, dan


15
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

dari observasi tersebut diambillah nilai rata – rata sebagai hasil

pengukuran.

E. Rumus – Rumus Yang Digunakan.

Untuk perhitungan Patok Utama, perhitungan dasar yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Perhitungan Jarak Optis Patok Utama ( DOn)

Rumus :

DOn= ( Ba – Bb ) x
100
Dimana :

DOn = Jarak Optis Patok Utama (m)

Ba = Benang Atas Patok Utama (mm)

Bb = Benang Bawah Patok Utama (mm)

2. Perhitungan Sudut Horizontal ( Σβ )

Rumus :
16
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

Σβ = β1 + β2 + β3 + . . . .
+ βn
Dimana :

Σβ = Jumlah Sudut Horizontal

βn = Sudut Horizontal

3. Perhitungan Koreksi Sudut

a) Jumlah Kesalahan Terkoreksi ( ΣK )

Rumus : ΣK = Σβ – (n ± 2) .

Dimana :
ΣK = Jumlah Kesalahan Terkoreksi

n = Banyaknya Titik Pengamatan

Σβ = Jumlah Sudut Horizontal

(n ± 2). 180 0
= Jumlah Sudut Teoritis

(n + 2)  Untuk Data Sudut Luar

(n – 2)  Untuk Data Sudut Dalam

b) Koreksi Sudut Horizontal ( Δβ )

Rumus :

Δβ = ± ΣK /
n
Dimana :

Δβ = Koreksi Sudut Tiap Titik Sudut Horizontal


17
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

ΣK = Jumlah Kesalahan Terkoreksi

n = Banyaknya Titik Pengamatan

4. Perhitungan Azimuth Benar ( α n )


Rumus : 0
αn = αn-1 + βn ± Δβ – 180  Sudut Luar
αn = αn-1 ± βn ± Δβ ± αn = αn-1 – βn ± Δβ + 180 0
 Sudut Dalam

Dimana :

αn = Azimuth Benar Sudut Yang Dicari

αn-1 = Azimuth Benar Titik Sebelumnya

Δβ = Koreksi Sudut Tiap Titik Sudut Horizontal

βn = Sudut Horizontal Titik Yang Ditinjau

5. Perhitungan Jarak Proyeksi ( DPn )

Rumus :

DPn = DOn . Cos 2


( 90 0

–γ)
Dimana :

DPn = Jarak Proyeksi (m)

DOn = Jarak Optis Patok Utama (m)

γ = Sudut Vertikal Patok Utama

6. Perhitungan Jarak Horizontal ( DXn )

Rumus :
18
DXn = DPn . Sin  n
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

Dimana :

DXn = Jarak Horizontal Yang Ditinjau (m)

DPn = Jarak Proyeksi Titik Yang Ditinjau (m)

αn = Azimuth Benar Sudut Yang Telah Dikoreksi

7. Perhitungan Jarak Vertikal ( DYn )

Rumus :

DYn = DPn . Cos  n

Dimana :

DYn = Jarak Vertikal Yang Ditinjau (m)

DPn = Jarak Proyeksi Titik Yang Ditinjau (m)

αn = Azimuth Benar Sudut Yang Telah Dikoreksi

8. Perhitungan Koreksi Jarak Horizontal ( δDXn )

Rumus :

DPn
δDXn = x
DP
ΣDX
Dimana :

δDXn = Koreksi Jarak Sudut Horizontal (m)

DPn = Jarak Proyeksi Titik Yang Ditinjau (m)

ΣDP = Jumlah Jarak Proyeksi (m)

19
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

ΣDX = Jumlah Jarak Sudut Horizontal (m)

9. Perhitungan Koreksi Jarak Vertikal ( δDYn )

Rumus :

DPn
δDYn = x
DP
ΣDY
Dimana :

δDYn = Koreksi Jarak Sudut Vertikal (m)

DPn = Jarak Proyeksi Titik Yang Ditinjau (m)

ΣDP = Jumlah Jarak Proyeksi (m)

ΣDY = Jumlah Jarak Sudut Vertikal (m)


10.Perhitungan Koreksi Linier ( δL )

Rumus :

 D X  2   D Y  2
δL =
D P

Dimana :

δL = Koreksi Linier (m)

ΣDX = Jumlah Jarak Sudut Horizontal (m)

ΣDY = Jumlah Jarak Sudut Vertikal (m)

ΣDP = Jumlah Jarak Proyeksi (m)

11.Perhitungan Koordinat Titik Terhadap Sumbu Horizontal

( Xn )
20
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

Rumus :
Xn = Xn-1 + DXn-1 –
δDXn-1
Dimana :

Xn = Koordinat Sumbu Horizontal Yang Ditinjau (m)

Xn-1 = Koordinat Sumbu Horizontal Titik Sebelumnya (m)

DXn-1 = Jarak Horizontal Titik Sebelumnya (m)

δDXn = Koreksi Jarak Sudut Horizontal Titik Sebelumnya (m)

12.Perhitungan Koordinat Titik Terhadap Sumbu Vertikal

( Yn )

Rumus :
Yn = Yn-1 + DYn-1 –
δDYn-1
Dimana :

Yn = Koordinat Sumbu Vertikal Yang Ditinjau (m)

Yn-1 = Koordinat Sumbu Vertikal Titik Sebelumnya (m)

DYn-1 = Jarak Vertikal Titik Sebelumnya (m)

δDYn = Koreksi Jarak Sudut Vertikal Titik Sebelumnya (m)

13.Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama ( ΔHn )


21
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

Rumus :

ΔHn = Tpswt + ½ DOn Sin 2 ( 90 0 – γ )


– Bt
Dimana :

ΔHn = Beda Tinggi Patok Utama (m)

Tpswt = Tinggi Pesawat (m)

DOn = Jarak Optis Patok Utama (m)

γ = Sudut Vertikal Patok Utama

Bt = Benang Tengah (mm)

14.Perhitungan Koreksi Beda Tinggi Patok Utama ( δΔH )

Rumus :

δΔH = –
H
n
Dimana :

δΔH = Koreksi Beda Tinggi Patok Utama (m)

ΣΔH = Jumlah Beda Tinggi Patok Utama (m)

n = Banyaknya Titik Pengamatan

22
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

15.Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama ( Pn )

Rumus :

Pn = Pn-1 ± ΔHn-1 ±
δΔH
Dimana :

Pn = Tinggi Titik Patok Utama (m)

Pn-1 = Tinggi Titik Patok Sebelumnya (m)

ΔHn-1 = Beda Tinggi Patok Sebelumnya (m)

δΔH = Koreksi Beda Tinggi Patok Utama (m)

16.Perhitungan Luas Areal Pengukuran ( L )

Rumus :

 X n .Yn1    Yn .X n1 
L=
2

Dimana :

L = Luas Areal Pengukuran ( m2 )

X = Koordinat Titik Terhadap Sumbu Horizontal (m)

Y = Koordinat Titik Terhadap Sumbu Vertikal (m)

Untuk perhitungan patok detail, perhitungan dasar yang

digunakan adalah sebagai berikut :

17.Perhitungan Jarak Optis Patok Detail ( DOndet )

Rumus :

DOndet = ( Ba – Bb ) x
100
23
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

Dimana :

DOndet = Jarak Optis Patok Detail (m)

Ba = Benang Atas (mm)

Bb = Benang Bawah (mm)

18.Perhitungan Azimuth Benar ( α ndet )

Rumus :

αndet = αn – βndet ± βn

Dimana :

αndet = Azimuth Benar Detail Sudut Yang Dicari

αn = Azimuth Benar Patok Utama

βndet = Sudut Horizontal Detail

βn = Sudut Horizontal Patok Utama

19.Perhitungan Jarak Proyeksi Detail ( DPndet )

Rumus :

DPndet = DOndet . Cos 2


( 90 0
–γ)

Dimana :

DPndet = Jarak Proyeksi Detail (m)

DOndet = Jarak Optis Patok Detail (m)

γ = Sudut Vertikal Detail

24
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

20.Perhitungan Jarak Horizontal Detail ( DXndet )

Rumus :

DXndet = DPndet . Sin  ndet

Dimana :

DXndet = Jarak Horizontal Detail Yang Ditinjau (m)

DPndet = Jarak Proyeksi Detail Titik Yang Ditinjau (m)

αndet = Azimuth Benar Detail Sudut Yang Telah Dikoreksi

21.Perhitungan Jarak Vertikal Detail ( DYndet )

Rumus :

DYndet = DPndet . Cos  ndet

Dimana :

DYndet = Jarak Vertikal Detail Yang Ditinjau (m)

DPndet = Jarak Proyeksi Detail Titik Yang Ditinjau (m)

αndet = Azimuth Benar Detail Sudut Yang Telah Dikoreksi

22. Perhitungan Koordinat Detail Terhadap Sumbu

Horizontal ( Xndet )

Rumus :

Xndet = Xn ± DXndet

Dimana :

Xndet = Koordinat Detail Terhadap Sumbu Horizontal (m)

Xn = Koordinat Sumbu Horizontal Patok Utama (m)

25
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

DXndet = Jarak Horizontal Detail Yang Ditinjau (m)

23. Perhitungan Koordinat Detail Terhadap Sumbu Vertikal

( Yndet )

Rumus :

Yndet = Yn ± DYndet

Dimana :

Yndet = Koordinat Detail Terhadap Sumbu Vertikal (m)

Yn = Koordinat Sumbu Vertikal Patok Utama (m)

DYndet = Jarak Vertikal Detail Yang Ditinjau (m)

24. Perhitungan Beda Tinggi Patok Detail ( ΔHndet )

Rumus :

ΔHndet = Tpswt + ½ DOndet Sin 2 ( 90 0 – γ )


– Bt
Dimana :

ΔHndet = Beda Tinggi Patok Detail (m)

Tpswt = Tinggi Pesawat (m)

DOndet = Jarak Optis Patok Detail (m)

γ = Sudut Vertikal Patok Detail

Bt = Benang Tengah Patok Detail (mm)

25. Perhitungan Tinggi Titik Detail ( Pndet )


26
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

Rumus :

Pndet = Pn ± ΔHndet

Dimana :

Pndet = Tinggi Titik Patok Detail (m)

Pn = Tinggi Titik Patok Utama (m)

ΔHndet = Beda Tinggi Patok Detail (m)

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang kami lakukan, maka dapat kami

simpulkan bahwa :

27
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

1. Poligon adalah rangkaian garis khayal diatas permukaan bumi

yang merupakan garis lurus yang menghubungkan titik-titik dan

merupakan suatu obyek pengukuran. Poligon juga biasa disebut

sebagai rangkaian segi banyak untuk pembuatan peta.

2. Theodolit adalah alat ruang yang digunakan untuk mengukur

jurusan, jarak dan beda tinggi titik dipermukaan tanah,

3. Untuk mendapatkan hasil yang benar maka hasil pengukuran

sudut jurusan, jarak dan beda tinggi harus mendapatkan koreksi

dengan ketentuan tidak melebihi batas toleransi,

4. Untuk mendapatkan tinggi titik dipermukaan tanah guna

penggambaran peta kontur maka diperlukan pengukuran beda

tinggi pada poligon.

5. Kesalahan yang cukup besar dalam pengukuran ini karena

kurangnya ketelitian dalam membaca alat ukur terutama

pengukur belum berpengalaman.

B. Saran

Saran-saran yang dapat kami berikan bertolak dari kesimpulan

yang kami buat adalah :


28
Laporan Praktikum Survey dan pengukuran
“ Theodolit “

1. Agar waktu pelaksanaan

praktikum dapat dipercepat sehingga dalam pembuatan laporan

tidak terburu-buru.

2. Untuk menghindari

kesalahan-kesalahan yang besar sebaiknya dalam menjalankan

praktikum, praktikan harus dibimbing sebaik-baiknya mengingat

praktikan baru pertama kali melakukan pengukuran seperti ini.

3. Untuk mendapatkan hasil

yang baik dan maksimal diperlukan tingkat ketelitian yang

sangat tinggi.

29

You might also like