You are on page 1of 6

TINJAUAN PUSTAKA

Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi


Operasi
Prilly Astari
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK
Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Tatalaksana definitif katarak adalah tindakan bedah. Beberapa teknik operasi katarak
makin berkembang dengan irisan lebih kecil, penyembuhan cepat, dan angka komplikasi rendah. Pemeriksaan periodik pasca operasi katarak
sangat penting untuk mendeteksi komplikasi.

Kata kunci: EKEK, fakoemulsifikasi, katarak, komplikasi, SICS.

ABSTRACT
Cataract is the leading cause of blindness in the world. The only treatment for cataracts is surgery. Improvements of cataract surgery techniques
include smaller surgical site, rapid recovery, and lower rates of complications. Periodic examination is essential to detect surgical complications.
Prilly Astari. Cataracts: Classification, Management, and Complications of Surgery.

Keywords: cataract, complication, ECCE, phacoemulsification, SICS.

PENDAHULUAN atau gabungan keduanya.2 Sekitar 90% kasus kapsul, epitel, korteks, dan nukleus (Gambar
Katarak merupakan penyebab utama katarak berkaitan dengan usia; penyebab lain 2). Kapsul lensa yang bersifat elastik berfungsi
kebutaan di seluruh dunia yang sebenarnya adalah kongenital dan trauma.2 untuk mengubah bentuk lensa pada proses
dapat dicegah.1 Penyakit katarak merupakan akomodasi.1-3
penyakit mata yang ditandai dengan ANATOMI LENSA MATA
kekeruhan lensa mata sehingga mengganggu Lensa adalah bagian dari bola mata yang EPIDEMIOLOGI
proses masuknya cahaya ke mata.1 Katarak berbentuk bikonveks, avaskular, transparan, Katarak
dapat disebabkan karena terganggunya terletak di belakang iris dan di depan vitreus, Pada tahun 2010, prevalensi katarak di Amerika
mekanisme kontrol keseimbangan air dan ditopang oleh Zonula Zinii yang melekat ke Serikat adalah 17,1%. Katarak paling banyak
elektrolit, karena denaturasi protein lensa korpus siliaris (Gambar 1). Lensa terdiri dari mengenai ras putih (80%) dan perempuan

Gambar 1. Anatomi bola mata1 Gambar 2. Anatomi lensa1


Alamat Korespondensi email: prillyastari@yahoo.com

748 CDK-269/ vol. 45 no. 10 th. 2018


TINJAUAN PUSTAKA

(61%).4 Menurut hasil survei Riskesdas 2013, senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya1,9, visus biasanya > 6/60. Pada pemeriksaan
prevalensi katarak di Indonesia adalah 1,4%, yaitu : dapat ditemukan iris normal, bilik mata depan
dengan responden tanpa batasan umur.5 1. Katarak nuklearis normal, sudut bilik mata normal, serta shadow
Katarak nuklearis ditandai dengan test negatif.1, 2, 9
Kebutaan akibat katarak kekeruhan sentral dan perubahan
Definisi kebutaan menurut WHO yaitu visus warna lensa menjadi kuning atau Imatur
< 3/60 pada mata terbaik dengan koreksi cokelat secara progresif perlahan-lahan Pada tahap berikutnya, opasitas lensa
terbaik.6 yang mengakibatkan turunnya tajam bertambah dan visus mulai menurun menjadi
penglihatan. Derajat kekeruhan lensa 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa bertambah
WHO memperkirakan sekitar 18 juta orang dapat dinilai menggunakan slitlamp. akibatnya iris terdorong dan bilik mata depan
mengalami kebutaan kedua mata akibat Katarak jenis ini biasanya terjadi bilateral, menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan
katarak.6 Jumlah ini hampir setengah (47,8%) namun dapat juga asimetris. Perubahan
dari semua penyebab kebutaan karena warna mengakibatkan penderita sulit
penyakit mata di dunia. Penyebab kebutaan untuk membedakan corak warna.
lainnya adalah kelainan refraksi tidak terkoreksi, Katarak nuklearis secara khas lebih
glaukoma, Age-Related Macular Degeneration, mengganggu gangguan penglihatan
retinopati DM, kebutaan pada anak, trakoma, jauh daripada penglihatan dekat.1 Nukleus
onchocerciasis, dan lain-lain.6 Indonesia lensa mengalami pengerasan progresif
menduduki peringkat tertinggi prevalensi yang menyebabkan naiknya indeks
kebutaan di Asia Tenggara sebesar 1,5% refraksi, dinamai miopisasi. Miopisasi
dan 50% di antaranya disebabkan katarak.2 menyebabkan penderita presbiopia dapat
Jumlah ini diperkirakan akan meningkat membaca dekat tanpa harus mengenakan
karena pertambahan penduduk yang pesat kacamata, kondisi ini disebut sebagai
dan meningkatnya usia harapan hidup di second sight.1, 2, 9
Indonesia.5
2. Katarak kortikal
Faktor risiko Katarak kortikal berhubungan dengan
Beberapa faktor risiko katarak dapat dibedakan proses oksidasi dan presipitasi protein
menjadi faktor individu, lingkungan, dan pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis
faktor protektif. Faktor individu terdiri ini biasanya bilateral, asimetris, dan
atas usia, jenis kelamin, ras, serta faktor menimbulkan gejala silau jika melihat ke
genetik.1,2 Faktor lingkungan termasuk arah sumber cahaya. Tahap penurunan
kebiasaan merokok, paparan sinar ultraviolet, penglihatan bervariasi dari lambat hingga
status sosioekonomi, tingkat pendidikan, cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi
diabetes mellitus, hipertensi, penggunaan untuk melihat ada tidaknya vakuola
steroid, dan obat-obat penyakit gout.2,7,8 degenerasi hidropik yang merupakan
Faktor protektif meliputi penggunaan aspirin degenerasi epitel posterior, dan
dan terapi pengganti hormon pada wanita.2 menyebabkan lensa mengalami elongasi
ke anterior dengan gambaran seperti
KLASIFIKASI BERDASARKAN USIA embun.1, 2, 9
Katarak kongenital
Sepertiga kasus katarak kongenital adalah 3. Katarak subkapsuler
diturunkan, sepertiga berkaitan dengan Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler
penyakit sistemik, dan sisanya idiopatik.2 anterior dan posterior. Pemeriksaannya
Separuh katarak kongenital disertai anomali menggunakan slitlamp dan dapat
mata lainnya, seperti PHPV (Primary ditemukan kekeruhan seperti plak di
Hyperplastic Posterior Vitreous), aniridia, korteks subkapsuler posterior. Gejalanya
koloboma, mikroftalmos, dan buftalmos (pada adalah silau, penglihatan buruk pada
glaukoma infantil).2 tempat terang, dan penglihatan dekat
lebih terganggu daripada penglihatan
Katarak senilis jauh.1, 9
Seiring berjalannya usia, lensa mengalami
kekeruhan, penebalan, serta penurunan daya MATURITAS KATARAK1, 2, 9
akomodasi, kondisi ini dinamakan katarak Iminens/insipiens
senilis. Katarak senilis merupakan 90% dari Pada stadium ini, lensa bengkak karena
semua jenis katarak.2 Terdapat tiga jenis katarak termasuki air, kekeruhan lensa masih ringan, Gambar 1. Anatomi bola mata1

CDK-269/ vol. 45 no. 10 th. 2018 749


TINJAUAN PUSTAKA

sering terjadi glaukoma. Pada pemeriksaan belum efektif untuk menghilangkan katarak.1, 2 sederhana dan hampir dapat dikerjakan
didapatkan shadow test positif.1, 2, 9 pada berbagai kondisi. Terdapat beberapa
Tujuan tindakan bedah katarak adalah kekurangan EKIK, seperti besarnya ukuran
Matur untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan. irisan yang mengakibatkan penyembuhan
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi Keputusan melakukan tindakan bedah luka yang lama, menginduksi astigmatisma
keruh seluruhnya dan visus menurun drastis tidak spesifik tergantung dari derajat tajam pasca operasi, cystoid macular edema (CME),
menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat penglihatan, namun lebih pada berapa besar dan ablasio retina.1,9 Meskipun sudah banyak
lambaian tangan dalam jarak 1 meter. Pada penurunan tersebut mengganggu aktivitas ditinggalkan, EKIK masih dipilih untuk kasus-
pemeriksaan didapatkan shadow test negatif.1, pasien.1 Indikasi lainnya adalah bila terjadi kasus subluksasi lensa, lensa sangat padat, dan
2, 9
gangguan stereopsis, hilangnya penglihatan eksfoliasi lensa.1,2 Kontraindikasi absolut EKIK
perifer, rasa silau yang sangat mengganggu, adalah katarak pada anak-anak, katarak pada
Hipermatur dan simtomatik anisometrop.2 dewasa muda, dan ruptur kapsul traumatik,
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga sedangkan kontraindikasi relatif meliputi
nukleus jatuh dan lensa jadi turun dari Indikasi medis operasi katarak adalah bila miopia tinggi, sindrom Marfan, katarak
kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh terjadi komplikasi antara lain: glaukoma Morgagni, dan adanya vitreus di kamera okuli
seluruhnya, visus sudah sangat menurun fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis anterior.1
hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi fakoantigenik, dislokasi lensa ke bilik
komplikasi berupa uveitis dan glaukoma. Pada depan, dan katarak sangat padat sehingga Beberapa kelebihan dan kekurangan EKIK
pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik menghalangi pandangan gambaran fundus dapat dilihat pada Tabel 1.
mata depan dalam, sudut bilik mata terbuka, karena dapat menghambat diagnosis
serta shadow test positif palsu.1, 2, 9 retinopati diabetika ataupun glaukoma.2 Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler (EKEK)
EKEK konvensional
TATALAKSANA Beberapa jenis tindakan bedah katarak : EKEK adalah jenis operasi katarak dengan
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK) membuang nukleus dan korteks lensa melalui
adalah tindakan bedah. Beberapa penelitian EKIK adalah jenis operasi katarak dengan lubang di kapsul anterior. EKEK meninggalkan
seperti penggunaan vitamin C dan E dapat membuang lensa dan kapsul secara kantong kapsul (capsular bag) sebagai
memperlambat pertumbuhan katarak, namun keseluruhan. EKIK menggunakan peralatan tempat untuk menanamkan lensa intraokuler
(LIO). Seperti terlihat di Tabel 2, teknik ini
mempunyai banyak kelebihan seperti trauma
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan EKIK1,2
irisan yang lebih kecil sehingga luka lebih
Kelebihan Kekurangan stabil dan aman, menimbulkan astigmatisma
Memerlukan peralatan yang relatif sederhana Penyembuhan luka lama karena besarnya irisan
lebih kecil, dan penyembuhan luka lebih
Pemulihan penglihatan segera setelah operasi Pencetus astigmatisma cepat.2 Pada EKEK, kapsul posterior yang intak
menggunakan kacamata +10 dioptri mengurangi risiko CME, ablasio retina, edema
Dapat menimbulkan iris dan vitreus inkarserata kornea, serta mencegah penempelan vitreus
ke iris, LIO, atau kornea.1
Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan EKEK1
b) Small Incision Cataract Surgery(SICS)
Kelebihan Kekurangan
Teknik EKEK telah dikembangkan menjadi
Trauma endotel kornea kecil Risiko astigmatisma ada walaupun kecil
suatu teknik operasi dengan irisan sangat
Tidak menimbulkan iris dan vitreus inkarserata Perbaikan penglihatan lebih lambat dan buruk
dibandingkan SICS kecil (7-8 mm) dan hampir tidak memerlukan
Luka yang lebih stabil dan aman jahitan, teknik ini dinamai SICS. Oleh karena
Penyembuhan luka cepat irisan yang sangat kecil, penyembuhan relatif
lebih cepat dan risiko astigmatisma lebih kecil
Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan SICS2, 9, 10 dibandingkan EKEK konvensional. SICS dapat
Kelebihan Kekurangan mengeluarkan nukleus lensa secara utuh atau
Kurve pembelajaran lebih pendek dibandingkan Risiko astigmatisma ada walaupun sangat kecil dihancurkan. Teknik ini populer di negara
fakoemulsifikasi
berkembang karena tidak membutuhkan
Instrumentasi lebih sederhana Dapat terjadi hifema dan edema kornea pasca operasi
peralatan fakoemulsifikasi yang mahal,
Risiko komplikasi lebih rendah
Biaya lebih murah
dilakukan dengan anestesi topikal, dan bisa
dipakai pada kasus nukleus yang padat.
Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan Fakoemulsifikasi1, 2 Beberapa indikasi SICS adalah sklerosis nukleus
Kelebihan Kekurangan derajat II dan III, katarak subkapsuler posterior,
Luka akibat operasi ringan Kurve pembelajaran lebih panjang dibandingkan SICS dan awal katarak kortikal.1, 2
Perbaikan penglihatan lebih baik dan cepat Biaya mahal
Tidak terjadi astigmatisma pasca bedah Peralatan tidak portabel

750 CDK-269/ vol. 45 no. 10 th. 2018


TINJAUAN PUSTAKA

Fakoemulsifikasi pseudoeksfoliasi, floppy iris syndrome, dan katarak.13


Teknik operasi fakoemulsifikasi menggunakan zonulopati.11 Apabila terjadi PCR, sebaiknya
alat tip ultrasonik untuk memecah nukleus lakukan vitrektomi anterior untuk 3. Glaukoma sekunder
lensa dan selanjutnya pecahan nukleus mencegah komplikasi yang lebih berat.11 Bahan viskoelastik hialuronat yang
dan korteks lensa diaspirasi melalui insisi PCR berhubungan dengan meningkatnya tertinggal di dalam KOA pasca operasi
yang sangat kecil. Dengan demikian, risiko cystoid macular edema, ablasio katarak dapat meningkatkan tekanan
fakoemulsifikasi mempunyai kelebihan retina, uveitis, glaukoma, dislokasi LIO, dan intraokular (TIO), peningkatan TIO ringan
seperti penyembuhan luka yang cepat, endoftalmitis postoperatif katarak.11 bisa terjadi 4 sampai 6 jam setelah
perbaikan penglihatan lebih baik, dan operasi, umumnya dapat hilang sendiri
tidak menimbulkan astigmatisma pasca 3. Nucleus drop dan tidak memerlukan terapi anti
bedah. Teknik fakoemulsifikasi juga dapat Salah satu komplikasi teknik glaukoma, sebaliknya jika peningkatan
mengontrol kedalaman kamera okuli anterior fakoemulsifikasi yang paling ditakutkan TIO menetap, diperlukan terapi anti-
serta mempunyai efek pelindung terhadap adalah nucleus drop, yaitu jatuhnya seluruh glaukoma.1 Glaukoma sekunder dapat
tekanan positif vitreus dan perdarahan koroid. atau bagian nukleus lensa ke dalam berupa glaukoma sudut terbuka dan
Teknik operasi katarak jenis ini menjadi pilihan rongga vitreus. Jika hal ini tidak ditangani tertutup. Beberapa penyebab glaukoma
utama di negara-negara maju.1 dengan baik, lensa yang tertinggal dapat sekunder sudut terbuka adalah hifema,
menyebabkan peradangan intraokular TASS, endoftalmitis, serta sisa masa
KOMPLIKASI berat, dekompensasi endotel, glaukoma lensa. Penyebab glaukoma sekunder
Komplikasi operasi katarak dapat terjadi sekunder, ablasio retina, nyeri, bahkan sudut tertutup adalah blok pupil, blok
selama operasi maupun setelah operasi. kebutaan. Sebuah studi di Malaysia siliar, glaukoma neovaskuler, dan sinekia
Pemeriksaan periodik pasca operasi katarak melaporkan insidensi nucleus drop pasca anterior perifer.1
sangat penting untuk mendeteksi komplikasi fakoemulsifikasi sebesar 1,84%.12 Faktor
operasi. risiko nucleus drop meliputi katarak 4. Uveitis kronik
yang keras, katarak polar posterior, Inflamasi normal akan menghilang setelah
Komplikasi selama operasi miopia tinggi, dan mata dengan riwayat 3 sampai 4 minggu operasi katarak dengan
1. Pendangkalan kamera okuli anterior vitrektomi.12 pemakaian steroid topikal.1 Inflamasi yang
Pada saat operasi katarak, pendangkalan menetap lebih dari 4 minggu, didukung
kamera okuli anterior (KOA) dapat terjadi Komplikasi setelah operasi dengan penemuan keratik presipitat
karena cairan yang masuk ke KOA tidak 1. Edema kornea granulomatosa yang terkadang disertai
cukup, kebocoran melalui insisi yang Edema stromal atau epitelial dapat terjadi hipopion, dinamai uveitis kronik. Kondisi
terlalu besar, tekanan dari luar bola mata, segera setelah operasi katarak. Kombinasi seperti malposisi LIO, vitreus inkarserata,
tekanan vitreus positif, efusi suprakoroid, dari trauma mekanik, waktu operasi dan fragmen lensa yang tertinggal,
atau perdarahan suprakoroid.2 Jika saat yang lama, trauma kimia, radang, atau menjadi penyebab uveitis kronik.1
operasi ditemukan pendangkalan KOA, peningkatantekanan intraokular (TIO), Tatalaksana meliputi injeksi antibiotik
hal pertama yang harus dilakukan adalah dapat menyebabkan edema kornea.1,2 intravitreal dan operasi perbaikan posisi
mengurangi aspirasi, meninggikan Pada umumnya, edema akan hilang LIO, vitreus inkarserata, serta pengambilan
botol cairan infus, dan mengecek insisi. dalam 4 sampai 6 minggu.1Jika kornea fragmen lensa yang tertinggal dan LIO.1
Bila insisi terlalu besar, dapat dijahit tepi masih jernih, maka edema kornea
jika perlu. Tekanan dari luar bola mata akan menghilang. Edema kornea yang 5. Edema Makula Kistoid (EMK)
dapat dikurangi dengan mengatur ulang menetap sampai lebih dari 3 bulan EMK ditandai dengan penurunan visus
spekulum kelopak mata. Hal berikutnya biasanya membutuhkan keratoplasti setelah operasi katarak, gambaran
adalah menilai tekanan vitreus tinggi tembus.1 karakteristik makula pada pemeriksaan
dengan melihat apakah pasien obesitas, oftalmoskopi atau FFA, atau gambaran
bull-necked, penderita PPOK, cemas, 2. Perdarahan penebalan retina pada pemeriksaan OCT.1
atau melakukan manuver Valsava. Pasien Komplikasi perdarahan pasca operasi Patogenesis EMK adalah peningkatan
obesitas sebaiknya diposisikan anti- katarak antara lain perdarahan retrobulbar, permeabilitas kapiler perifovea dengan
trendelenburg.1, 2 perdarahan atau efusi suprakoroid, dan akumulasi cairan di lapisan inti dalam
hifema.1 Pada pasien-pasien dengan dan pleksiformis luar.1 Penurunan tajam
2. Posterior Capsule Rupture (PCR) terapi antikoagulan atau antiplatelet, penglihatan terjadi pada 2 sampai 6 bulan
PCR dengan atau tanpa vitreous loss adalah risiko perdarahan suprakoroid dan efusi pasca bedah.1
komplikasi intraoperatif yang sering suprakoroid tidak meningkat.1 Sebagai
terjadi.11 Studi di Hawaii menyatakan tambahan, penelitian lain membuktikan EMK terjadi pada 2-10% pasca EKIK,
bahwa 0,68% pasien mengalami PCR bahwa tidak terdapat perbedaan risiko 1-2% pasca EKEK, dan < 1% pasca
dan vitreous loss selama prosedur perdarahan antara kelompok yang fakoemulsifikasi.14 Angka ini meningkat
fakoemulsifikasi.11 Beberapa faktor menghentikan dan yang melanjutkan pada penderita diabetes mellitus
risiko PCR adalah miosis, KOA dangkal, terapi antikoagulan sebelum operasi dan uveitis. Sebagian besar EMK akan

CDK-269/ vol. 45 no. 10 th. 2018 751


TINJAUAN PUSTAKA

mengalami resolusi spontan, walaupun hipopion.1 TASS memiliki onset lebih dan vitrektomi anterior telah terbukti
5% diantaranya mengalami penurunan akut, yaitu dalam 24 jam pasca operasi menurunkan kejadian PCO.18 Pemakaian
tajam penglihatan yang permanen.14 katarak, sedangkan endoftalmitis terjadi LIO dengan sisi tajam (sharp-edge optic)
setelah 3 sampai 10 hari operasi. TASS juga yang terbuat dari akrilik dan silikon,
6. Ablasio retina menimbulkan keluhan nyeri minimal atau serta penggunaan agen terapeutik
Ablasio retina terjadi pada 2-3% pasca bahkan tanpa nyeri. Beberapa penyebab seperti penghambat proteasome, juga
EKIK, 0,5-2% pasca EKEK, dan <1% pasca TASS adalah pembilasan alat-alat operasi menurunkan kejadian PCO.18
fakoemulsifikasi. Biasanya terjadi dalam yang tidak adekuat, penggunaan
6 bulan sampai 1 tahun pasca bedah pembersih enzimatik, salah konsentrasi 10. Surgically Induced Astigmatism (SIA)
katarak.1 Adanya kapsul posterior yang detergen, ultrasonic bath, antibiotik, Operasi katarak, terutama teknik EKIK
utuh menurunkan insidens ablasio epinefrin yang diawetkan, alat single- dan EKEK konvensional, mengubah
retina pasca bedah, sedangkan usia use yang digunakan berulang kali saat topografi kornea dan akibatnya timbul
muda, miopia tinggi, jenis kelamin laki- pembedahan.16 Meskipun kebanyakan astigmatisma pasca operasi. Risiko SIA
laki, riwayat keluarga dengan ablasio kasus TASS dapat diobati dengan steroid meningkat dengan besarnya insisi (>
retina, dan pembedahan katarak yang topikal atau NSAIDs topikal, reaksi 3 mm), lokasi insisi di superior, jahitan,
sulit dengan rupturnya kapsul posterior inflamasi terkait TASS dapat menyebabkan derajat astigmatisma tinggi sebelum
dan hilangnya vitreus meningkatkan kerusakan parah jaringan intraokular, operasi, usia tua, serta kamera okuli
kemungkinan terjadinya ablasio retina yang dapat mengakibatkan kehilangan anterior dangkal.19 AAO menyarankan
pasca bedah.15 penglihatan.16 untuk membuka jahitan setelah 6-8
minggu postoperatif untuk mengurangi
7. Endoftalmitis 9. Posterior Capsule Opacification (PCO) / astigmatisma berlebihan.1,19
Endoftalmitis termasuk komplikasi pasca kekeruhan kapsul posterior
operasi katarak yang jarang, namun PCO merupakan komplikasi pasca operasi 11. Dislokasi LIO(Lensa Intra Okuler)
sangat berat.1 Gejala endoftalmitis katarak yang paling sering.1 Sebuah Angka kejadian dislokasi LIO dilaporkan
terdiri atas nyeri ringan hingga berat, penelitian melaporkan PCO rata-rata sebesar 0,19-3,00%.20 Dislokasi LIO dapat
hilangnya penglihatan, floaters, fotofobia, terjadi pada 28% pasien setelah lima tahun terjadi di dalam kapsul (intrakapsuler)
inflamasi vitreus, edem palpebra atau pasca operasi katarak.17 Insidensi PCO atau di luar kapsul (ekstrakapsuler).1
periorbita, injeksi siliar, kemosis, reaksi lebih tinggi pada anak-anak. Mekanisme Penyebab dislokasi LIO intrakapsuler
bilik mata depan, hipopion, penurunan PCO adalah karena tertinggalnya sel-sel adalah satu atau kedua haptik terletak di
tajam penglihatan, edema kornea, serta epitel lensa di kantong kapsul anterior sulkus, sedangkan beberapa penyebab
perdarahan retina. Gejala muncul setelah lensa, yang selanjutnya berproliferasi, lalu dislokasi LIO ekstrakapsuler mencakup
3 sampai 10 hari operasi katarak. Penyebab bermigrasi ke kapsul posterior lensa.1 pseudoeksfoliasi, gangguan jaringan
terbanyak adalah Staphylococcus Berdasarkan morfologi, terdapat 2 jenis ikat, uveitis, retinitis pigmentosa, miopia
epidermidis, Staphylococcus aureus, dan PCO, jenis fibrosis (fibrosis type) dan jenis tinggi, dan pasien dengan riwayat operasi
Streptococcus.1 Penanganan endoftalmitis mutiara (pearl type). Jenis kedua lebih vitreoretina.21 Tatalaksana kasus ini adalah
yang cepat dan tepat mampu mencegah sering menyebabkan kebutaan. PCO dengan reposisi atau eksplantasi LIO.21
infeksi yang lebih berat. Tatalaksana dapat efektif diterapi dengan kapsulotomi
pengobatan meliputi kultur bakteri, Nd:YAG laser; beberapa komplikasi SIMPULAN
antibiotik intravitreal spektrum luas, prosedur laser ini seperti ablasio retina, Katarak merupakan penyebab utama
topikal sikloplegik, dan topikal steroid.1 merusak LIO, cystoid macular edema, kebutaan di seluruh dunia. Sebagian besar
peningkatan tekanan intraokular, kasus katarak berkaitan dengan usia. Operasi
8. Toxic Anterior Segment Syndrome perdarahan iris, edema kornea, subluksasi katarak bertujuan untuk mengoptimalkan
TASS merupakan inflamasi pasca operasi LIO, dan endoftalmitis.1 fungsi penglihatan. Pemilihan teknik operasi
yang akut dan non-infeksius. Tanda berdasarkan pertimbangan dan pemeriksaan
dan gejala TASS dapat menyerupai Pencegahan PCO lebih ditekankan. Teknik periodik dilakukan untuk mencegah
endoftalmitis, seperti fotofobia, edema operasi pada anak-anak menggunakan komplikasi operasi.
kornea, penurunan penglihatan, akumulasi kapsuloreksis posterior (posterior
leukosit di KOA, dan kadang disertai continuous curvilinear capsulorrhexis)

DAFTAR PUSTAKA
1. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and clinical Science course. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2015.
2. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2012.
3. Boyd K. Parts of the Eye. American Academy of Ophthalmology; 2016 [6 November 2017]; Available from: https://http://www.aao.org/eye-health/anatomy/parts-
of-eye.
4. Cataracts statistics and data [Internet]. National Eye Institute; 2010 [8th November 2016]; Available from: https://nei.nih.gov/eyedata/cataract.
5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, 2013.

752 CDK-269/ vol. 45 no. 10 th. 2018


TINJAUAN PUSTAKA

6. Gilbert C, Ackland P, Resnikoff S, Gilbert S, Keeffe J, Cross C, et al. Vision 2020 global initiative for the elimination of avoidable blindness: Action plan 2006-2011.
Geneva: World Health Organization, 2007.
7. Pujiyanto TI. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian katarak senilis. Semarang: Universitas Diponegoro; 2004.
8. Pradhevi L, Moegiono, Atika. Effect of type-2 diabetes mellitus on cataract incidence rate at ophthalmology outpatient clinic, dr Soetomo Hospital, Surabaya. Folia
Medica Indonesiana. 2012;48(3):137-43.
9. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 6th ed. Edinburgh: Butterworth Heinemann/Elsevier; 2007.
10. Khan MT, Jan S, Hussain Z, Karim S, Khalid MK, Mohammad L. Visual outcome and complications of manual sutureless small incision cataract surgery. Pak J
Ophthalmol. 2010;26(1):32-8.
11. Chen M, LaMattina KC, Patrianakos T, Dwarakanathan S. Complication rate of posterior capsule rupture with vitreous loss during phacoemulsification at a Hawaiian
cataract surgical center: a clinical audit. Clin Ophthalmol. 2014;8:375-8.
12. Tajunisah I, Reddy SC. Dropped Nucleus Following Phacoemulsification Cataract Surgery. Med J Malaysia. 2007;62(5):364-7.
13. Katz J, Feldman MA, Bass EB, et al; Study of medical testing for cataract surgery team. Risks and benefits of anticoagulant and antiplatelet medication use before
cataract surgery. Ophthalmology. 2003;110(9):1784-8.
14. Rotsos TG, Moschos MM. Cystoid macular edema. Clin Ophthalmol. 2008;2(4):919-30.
15. Haug SJ, Bhisitkul RB. Risk factors for retinal detachment following cataract surgery. Curr Opini Ophthalmol. 2012;23(1):7-11.
16. Peck CMC, Brubaker J, Clouser S, Danford C, Edelhauser HE, Mamalis N. Toxic anterior segment syndrome: Common causes. J Cataract Refractive Surg. 2010;36(7):1073-
80.
17. Schaumberg DA, Dana MR, Christen WG, Glynn RJ. A Systematic overview of the incidence of posterior capsule opacification. Ophthalmology. 1998;105(7):1213-21.
18. Awasthi N, Guo S, Wagner BJ. Posterior capsular opacification: A Problem reduced but not yet eradicated. Arch Ophthalmol. 2009;127(4):555-62.
19. Hamer CA, Buckhurst PJ, Buckhurst H. Surgically Induced Astigmatism. 2017.
20. Gimbel HV, Condon GP, Kohnen T, Olson RJ, Halkiadakis I. Late in-the-bag intraocular lens dislocation: incidence, prevention, and management. J Cataract Refract
Surg. 2005;31(11):2193-2204.
21. Fernandez-Buenaga R, Alio J, Perez-Ardoy A, Larrosa-Quesada A, Pinilla-Cortes L, Barraquer R, et al. Late in-the-bag intraocular lens dislocation requiring explantation:
risk factors and outcomes. Eye. 2013;27:795-802.

CDK-269/ vol. 45 no. 10 th. 2018 753

You might also like