You are on page 1of 27

LAPORAN BEDAH

Kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan


Rotasi Interna Hewan Kecil
Klinik Hewan Pendidikan Brawijaya

Cystotomy pada Anjing

Oleh :
Andreas Beloalo Malino, S. KH

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Cystotomy adalah pembedahan pada vesika urinaria dan merupakan terapi terakhir dengan
membuka vesika urinaria dengan indikasi tertentu. Vesika urinaria adalah tampat untuk
menampung urine sementara yang berdiding otot kuat. Bentuk dan batas-batasnya bervariasi
sesuai dengan jumlah urin yang dikandung. Vesika urinaria yang kosong berbentuk piramid,
sedangkan vesika urinaria yang terisi bentuknya berubah menjadi bulat. Permukaan
posteriorcollum kurang lebih tidak berubah tempatnya, tetapi permukaan superiornya masuk ke
abdomen. Indikasi melakukan cystotomy adalah untuk mengambil sistik kalkuli, neoplasia, dan
untuk mengeksplorasi ruptur vesika urinaria yang merupakan abnormalitas yang paling sering
terjadi pada hewan kecil. Hasil akhir dari ruptur vesika urinaria juga mengakibatkan terjadinya
kebocoran urine ke dalam rongga abdomen.

Cystotomy adalah operasi membuka kantung kemih (vesika urinaria). Vesica urinaria
merupakan organ muskular berongga yang ukuran dan posisinya tergantung pada jumlah urine
didalamnya. Disamping itu pemberian makanan yang mengandung protein tinggi dapat juga
mendorong pembentukan sistik kalkuli. Cystotomy dilakukan terutama untuk mengeluarkan
kalkuli yang ada pada kantung kemih, tumor, trauma akibat kecelakaan atau tertusuk oleh benda
asing dan untuk tujuan biopsi. Pada keadaan kosong vesica urinaria mempunyai struktur
berdinding tebal, berbentuk seperti buah pir yang terletak diatas pelvis. Peritonium menutupi
bagian cranial dari vesica urinaria, bagian caudal ditutupi oleh fascia pelvis. Vesica urinaria
disuplai oleh arteri-arteri yang berasal dari arteri pudenda, cabang dari arteri obturatoria dan arteri
umbilikalis.
Vesica urinaria dibagi menjadi bagian leher atau servik vesica yang dihubungkan dengan
urethra, bagian cranial yang tumpul atau fundus vesica dan badan vesika urinaria atau corpus
vesika. Urin pada vesica urinaria diperoleh dari ginjal melewati ureter yang kemudian disimpan,
setelah disimpan urin dikeluarkan melewati urethra. Pengeluaran urin dari vesica urinaria disebut
mixturisi. Mixturisi merupakan aktivitas yang dirangsang oleh terjadinya distensi vesica urinaria
karena masuknya urin melalui ureter. Vesica urinaria akan beraksi terhadap masuknya urin secara
bertahap sampai tekanannya cukup tinggi untuk merangsang pusat reflek yang terdapat di dalam
corda spinalis. Hal ini akan menyebabkan timbulnya kontraksi dinding vesica urinaria melalui
saraf-saraf parasimpatik sacral. Reflek mengosongkan vesica urinaria dicegah oleh kontrol
volunter dari spincter eksternal yang mengelilingi leher vesica urinaria tersebut.
Cystotomy juga dapat dilakukan untuk pengangkatan kistik uretra dan calculi, identifikasi dan
biopsi dari bentukan lesi, perbaikan ureter ektopik, atau diagnosis infeksi saluran kemih resisten
terhadap pengobatan. Sebelum dilakukan cystotomy perlu evaluasi kondisi umum pasien dan
adanya tanda-tanda uremia.
Indikasi cystotomy adalah sebagai tindakan pengobatan saluran urogenital seperti tumor,
batu kencing, dan jendolan darah paba vesica urinaria. Cystotomy dilakukan untuk memperbaiki
kerusakan pada saluran urin. Sebelum dilalukan cystotomy terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi dan radiografi untuk meneguhkan diagnosa penyakit. Resiko dari cystotomy antara
lain bleeding (perdarahan), infeksi postoperasi, dan urine leakage.
Gangguan terhadap vesica urinaria dapat terjadi karena adanya endapan garam-garam fosfat,
oksalat, cystin dan urat pada vesica urinaria. Pertumbuhan jaringan yang abnormal pada dinding
vesica urinaria juga akan merangsang terbentuknya tumor atau neoplasma yang akan mengganggu
fungsi vesica urinaria sebagai penampung urin. Kondisi seperti itulah yang mendorong untuk
dilakukannya cystotomy.
Komplikasi yang umum terjadi biasanya berupa pendarahan, infeksi post-operasi, keluarnya
urin yang tidak dapat terkontrol, dan dehisensi (terbukanya luka kembali). Secara keseluruhan
komplikasi jarang terjadi, akan tetapi komplikasi yang serius dapat menyebabkan kematian
sehingga diperlukan tindakan lebih lanjut. Dalam kasus yang jarang terjadi, kantung kemih
mungkin tidak sembuh dengan baik setelah cystotomy dan urin mungkin mulai bocor ke perut.
Jika hal ini terjadi hewan peliharaan mungkin mulai merasa kurang nyaman dan menunjukan
tanda-tanda berupa perut yang buncit. Jika hewan tidak membaik setelah operasi atau mulai merasa
buruk (nafsu makan berkurang, lesu) segera lakukan pemeriksaan untuk menguatkan diagnosa
penyebab infeksi atau gangguan. Jika sudah bisa dipastikan bahwa kantung kemih bocor, maka
bisa segera dilakukan operasi untuk memperbaiki.
2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana teknik operasi cystotomy pada anjing ?


2. Bagaimana manajemen pre-operasi dan post-operasi cystotomy pada anjing ?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui teknik operasi cystotomy pada anjing.


2. Untuk mengetahui manajemen pre-operasi dan post-operasi cystotomy pada anjing.

4. Manfaat

Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) bedah
Cystotomy pada anjing adalah mahasiswa memiliki kemampuan melakukan prosedur bedah
cystotomy dengan baik dan benar pada anjing beserta penanganan pre-operasi dan post-
operasinya.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Cystotomy

Cystotomy adalah prosedur operasi untuk membuka kantong kencing. Cystotomy


dilakukan terutama untuk mengeluarkan kalkuli yang ada pada kantong kencing dan uretra, tumor
kandung kemih, trauma akibat kecelakaan atau tertusuk oleh benda runcing, untuk tujuan biopsi,
memperbaiki ureter ektopik dan kantung kemih pecah, dan membantu dalam diagnosis untuk
mengobati infeksi saluran kencing.
Operasi cystotomy biasanya dilakukan apabila terjadi: Kalkuli yang ada pada kantong
kencing, Tumor kandung kemih, Trauma akibat kecelakaan atau tetusuk benda runcing, Tujuan
biopsy, Memperbaiki ureter ektopik dan kantung kemih pecah, Membantu dalam diagnosis untuk
mengobati infeksi saluran kencing.

Teknik Cystotomy

Sebelum dilakukan cystotomy perlu evaluasi kondisi umum pasien dan adanya tanda-tanda
uremia, oleh karena itu terapi cairan sangat perlu diberikan untuk menunjang status pasien.
Cystotomy adalah salah satu prosedur bedah yang paling umum dilakukan pada anjing dan kucing.
Kadang-kadang, pada anjing ataupun kucing terbentuk kristal abnormal dalam urin mereka yang
menyebabkan infeksi sekunder untuk penyakit sistemik, infeksi kandung kemih, atau
ketidakseimbangan gizi. Kristal-kristal dapat tumbuh menjadi batu padat yang dapat
menyebabkan iritasi kandung kemih atau infeksi. Selain itu, batu bisa masuk dalam uretra dan
mengganggu proses perkencingan pada hewan. Keberadaan batu dapat menyebabkan hewan
melakukan buang air kecil dalam volume kecil namun sering, menyebabkan kencing darah
kebiruan, atau tidak mampu buang air kecil. ureter ektopik juga diobati melalui suatu cystotomy.

2. Anatomi dan Sistem Urogenital Anjing

Sistem urinaria terdiri-dari sepasang ginjal yang terletak pada dinding posterior abdomen,
di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di belakang
peritoneum, dan karena itu di luar rongga peritonium, (ren, kitney) dengan saluran keluar urine
berupa ureter dari setiap ginjal. Ureter itu bermuara pada sebuah kandung kemih (urinary bladder,
vesica urinaria) di perut bagian bawah di belakang tulang kemaluan (pubic bone). Urine
selanjutnya dialirkan keluar melalui sebuah urethra.

Sistem perkemihan terdiri atas sepasang ginjal dan ureter, satu kandung kemih dan uretra. Sistem
ini berperan memlihara homeostasis melalui proses rumit yang meliputi filtrasi, absorpsi aktif,
arbsorpsi pasif, dan sekresi. Hasilnya adalah terbentuknya urin, yang mengeluarkan berbagai
produk limbah metabolik. Urin yang diproduksi di ginjal mengalir melalui ureter ke kandung
kemih, tempat urin ditampung untuk sementara waktu, dan kemudian dikeluarkan melalui uretra.
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit ; dari jumlah ini, 124 ml
diarbsorpsi kembali oleh organ dan hanya 1ml yang diteruskan kedalam ureter ke dalam
urin. Kurang 1500 ml urin dibentuk setiap 24 jam. Ginjal juga mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh dan merupakan tempat pembuatan hormon renin, yaitu suatu zat yang
berpartisipasi dalam pengaturan tekanan darah.
Adapun masalah – masalah yang sering ditemukan pada sistem urinaria adalah : retensi,
inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola urine (frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan
urine suppression). Penyebab umum masalah ini adalah: obstruksi, pertumbuhan jaringan
abnormal, batu, infeksi dan masalah-masalah lain, sementara salah satu cara penanganan dari
masalah – masalah tersebut adalah dengan operasi.
Sistem urinaria terdiri dari dua buah ginjal, ureter, vesica urinaria dan urethra. Ginjal
adalah organ yang menyaring plasma dan unsur-unsur plasma dari darah, lalu secara
selektif menyerap kembali air dan unsur-unsur yang berguna dan mengeluarkan kelebihan dan
produk buangan plasma. Ginjal berperan utama dalam pemeliharaan cairan serta elektrolit dan
mengatur tekanan darah. Hasil metabolisme dibuang dari tubuh melalui ginjal dalam bentuk urin,
dialirkan melalui ureter dan ditampung sementara dalam kantung kemih (vesica urinaria) untuk
selanjutnya dibuang keluar melalui urethra.
Ginjal terletak pada bagian dorsal rongga abdomen pada tiap sisi dari aorta dan vena cava
tepat pada posisi ventral terhadap beberapa vertebrae lumbal pertama. Ginjal dikatakan
retroperitoneal artinya letaknya di luar rongga peritoneal. Faktor yang mempengaruhi kerja ginjal
adalah komposisi darah, tekanan darah arteri, hormon dan sistem saraf otonom. Suplai darah ke
ginjal sangat ekstensif bila dibandingkan dengan besarnya ginjal. Dua arteri renal mengalirkan
darah sebanyak seperempat dari keseluruhan darah yang beredar. Ureter adalah saluran muskular
yang mengalirkan urin dari pelvis ginjal ke vesica urinaria. Masing-masing ureter bergerak ke arah
caudal dan masuk ke vesica. Cara masuk ureter menembus dinding blader sedemikian rupa,
sehinggamembentuk suatu katup yang mencegah arus balik urine ke ginjal

Vesica urunaria pada betina


Mukosa memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri dari 5-10 lapis sel pada yang
kendor, apabila teregang (penuh urine) terdiri atas 3-4 lapis sel. Propria mukosa terdiri dari
jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limphonodulus atau kelenjar. Submukosa
terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar. Tunika muskularis tersusun oleh
lapisan otot longitudinal dan sirkuler (luar). Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat
ikat longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf.
Mikturisi adalah istilah yang berarti keluarnya urin dari vesica urinaria. Dalam keadaan
normal, ini merupakan aktivitas yang dirangsang oleh terjadinya distensi vesica urinaria karena
masuknya urin melalui ureter. Vesica urinaria akan beraksi terhadap masuknya urin secara
bertahap sampai tekanannya cukup tinggi untuk merangsang pusat reflek yang terdapat di dalam
corda spinalis. Hal ini akan menyebabkan timbulnya kontraksi dinding vesica urinaria melalui
saraf - saraf parasimpatik sacral. Reflek mengosongkan vesica urinaria dicegah oleh kontrol
volunter dari spincter eksternal yang mengelilingi leher vesica urinaria tersebut
PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan Fisik dan Persiapan Hewan


Signalement
Nama Hewan : Sibad

Jenis Hewan : Anjing

Ras : Mix

Jenis Kelamin : Betina

Warna : Coklat krem

Berat Badan : 10 kg

Umur : 1 Tahun

Sebelum dilakukan tindakan operasi, terlebih dahulu pasien diperiksa keadaan fisik secara
umum. Pemeriksaan fisik pada pasien meliputi pemeriksaan suhu, frekuensi nafas dan pulsus,
selaput mukosa, Sebelum dilakukan tindakan operasi, terlebih dahulu hewan dipuasakan 8 – 12
jam kemudian dilakukan pemberian terapi cairan infus setelah itu. Hewan diberikan
obat premedikasi. Premedikasi dilakukan untuk mempersiapkan hewan sebelum pemberian obat
anestesi. Tujuan dari pemberian premedikasi adalah untuk membuat hewan lebih tenang dan
terkendali, mengurangi dosis anestesi,mengurangi efek-efek otonomik yang tidak diinginkan,
mengurangi nyeri pre-operasi. Pada operasi ini digunakan Atropin sulfat sebagai premedikasi
dengan dosis 0,02-0,04 mg/kg BB secara subkutan, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
muntah, hipersalivasi dan sebagai sedatif. Selain itu salah satu tujuan dari obat premedikasi adalah
mempercepat induksi anestetika umum, setelah pasien diberikan premedikasi, lalu dilakukan
pencukuran rambut pada bagian ventral abdomen hingga bersih, hal ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi. Setelah 10 menit kemudian pasien diberikan anastesi. Tujuan dari
pemberian anastesi adalah mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dengan meminimalkan
kerusakan beberapa organ tubuh terutama pada pasien dengan kondisi khusus. Selain itu tujuan
anastesi juga untuk membuat hewan tidak terlalu banyak bergerak dan relaksasi muskulus,
(Sardjana dan kusumawati, 2004). Anestesi yang digunakan adalah kombinasi ketamin dengan
dosis 10 – 40mg/kgBB IM dan xylazine dengan dosis 1,1 – 2,2mg/kgBB IM. Dosis yang
digunakan pada anjing sibad dengan BB 10kg.

2. Persiapan alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam operasi cystotomy ini antara lain : meja operasi,, kain
drape, alat bedah mayor dan minor, tampon, spuit, pencukur rambut, tali, thermometer, stetoskop,
infusion set. Adapun bahan yang digunakan yaitu masker, glove, head cap, Alkohol 70%; Povidon
Iodine 10%, Sabun Chlorhexidine 4%, NaCl 0,9%, Infus Ringer Lactate dan benang yang
digunakan adalah, Polyglycolide absorbable suture 3-0, silk non absorbable suture 3-0.

Obat – obat pre operasi yang digunakan yaitu :

- Amoxicilin : 10 - 20mg/kgBB; IV
Dosis (mg/kg) x BB(kg) = 20mg x 10 = 2 ml
Sediaan (mg/ml) 100mg/ml
- Ketoprofen : 1mg/kgBB; IM
Dosis (mg/kg) x BB(kg) = 1mg x 10 = 10mg
Sediaan (mg/ml) 250mg/ml
- Atropin Sulfat : 0,02 – 0,04mg/kgBB; IV
Dosis (mg/kg) x BB(kg) = 0,04mg x 10 = 1,6 ml
Sediaan (mg/ml) 0,25mg/ml
- Ketamin : 10mg/kgBB; IV
Dosis (mg/kg) x BB(kg) = 10 mg x 10 = 1 ml
Sediaan (mg/ml) 100 mg/ml
- Xylazine : 2mg/kgBB; IM
Dosis (mg/kg) x BB(kg) = 2mg x 10 = 1 ml/
Sediaan (mg/ml) 20mg/ml
3. Persiapan Operator.

Sebelum dilakukan operasi, operator dan assisten mengganti baju dengan baju operasi saat
memasuki ruang operasi yang sudah disteril dan dibersihkan, menggunakan alas kaki, mencuci
tangan dengan sabun dari ujung jari sampai lengan lalu membilasnya dengan air mengalir,
kemudian dipasang penutup kepala, masker dan glove setelah itu langsung melakukan operasi.

4. OPERASI

Cystotomy merupakan operasi membuka kantong kencing atau vesical urinary. Pasien
yang telah teranastesi diletakkan di meja operasi dengan posisi dorsal recumbency (Gambar 1).

(1)

Daerah yang akan di insisi di desinfeksi dengan alkohol 70% dan povidone iodine 10%.
Kemudian dilakukan pemasangan drapping steril. Dilakukan insisi pada bagian caudal midline
±5cm (Gambar 2). Insisi dilakukan pada kulit lalu di preparir dengan menggunakan gunting blunt-
blunt , lalu insisi dilanjutkan pada fascia, muskulus dan peritoneum. Setelah semua lapisan
terinsisi maka kedua tepi yang telah disayat ditarik dengan Alis tissue forcep untuk memudahkan
mencari vesica urinary (Gambar 3).
(2) (3)

Setelah vesica urinary terlihat lalu di kelurkan secara perlahan-lahan (Gambar 4). Vesica
urinari diangkat ke permukaan dan di refleksikan ke Caudal. Sebelum dilakukan insisi pada vesica
urinari, urin di aspirasi terlebih dahulu, dengan cara menekan vesica urinari dan dapat juga
dilakukan dengan menggunakan spuit (Gambar 5). Setalah itu dilakukan jahitan penyangga atau
stay suture pada vesica urinary yang akan diinsisi untuk memudahkan dalam penyayatan (Gambar
6). Vesica urinary diinsisi pada daerah yang minim pembuluh darah yaitu pada apex sampai
trigonum, dilakukan sampai lapisan submucosa (Gambar 7).

(4) (6)
(5) (7)

Insisi pada vesica urinary hingga lapisan submukosaJika terdapat batu (uroliths) maka harus
dikeluarkan dari vesica urinary ,dan dilakukan teknik swab pada bagian mukosa pada vesical
urinary yang bertujuan mengeluarkan sisa kalkuli apabila ditemukan, kemudian dilakukan
pembilasan sampai bersih menggunakan NaCl fisiologis. Teknik jahitan pada vesica
urinari.Vesica urinary ditutup kembali dengan jahitan simple continuous pada lapisan submukosa
dan mukosa dengan menggunakan benang Polyglycolide absorbable suture 3.0, lapisan serosa
dijahit dengan pola simple interrupted menggunakan benang Polyglycolide absorbable suture 3.0
(Gambar 8). Selama kegiatan operasi vesica urinary selalu diteteskan NaCl, kemudian dilakukan
tes kebocoran dengan memasukkan cairan NaCl kedalam vesica urinary yang telah selesai dijahit.
Uji kebocoran dilakukan untuk memastikan bahwa vesic urinary telah tertutup kembali dengan
rapat, namun apabila terjadi kebocoran amati bagian yang bocor dan lakukan penjahitan ulang
pada bagian yang bocor (Gambar 9).

(8) (9)
Setelah Vesica urinary selesai kemudian dimasukkan secara perlahan kedalam rongga peritoneum
dan diposisikan dengan baik kemudian dibilas dengan Nacl Fisiologis (Gambar 10). Dilanjutkan
dengan penjahitan pada muskulus menggunakan pola simple interrupted dengan benang
Polyglycolide absorbable suture 3.0, needle tapper (Gambar 11), pada subkutan menggunakan
pola simple continuous dengan benang Polyglycolide absorbable suture 3.0, needle round
(Gambar 12) dan terakhir pada bagian kuliat luar dijahit menggunakan pola simple interrupted
dengan benang Polyglycolide absorbable suture 3.0, needle tapper (Gambar 13). Selanjutnya
jahitan dioleskan dengan salep gentamycin lalu di bandage dengan kassa steril dan hypafix
(Gambar 14).

(10) (11)

(12) (13)
(14)

5. Post Operasi

KONTROL ANESTESI SIBAD

1. Atropin : 08.28
2. Ketamin : 08.43 ; 10.34 (1x dosis) ; 11.51 (1/2 dosis)
3. Xylazine : 08.43 ; 10.34 (1x dosis) ; 11.51 (1/2 dosis)
4. Amoxicillin : 08.40
5. Ketoprofen : 12.52
Mulai Operasi: 09.11 / 26-7-2018
Selesai Operasi: 12.37 / 26-7-2018

KONTROL PEMERIKSAAN SIBAD

Menit Heart Rate (x/menit) Respiration Rate (x/menit) Temperatur (oC)


0 108 44 38,2
15 104 40 38
30 92 32 37,8
45 96 28 37,6
Menit Heart Rate (x/menit) Respiration Rate (x/menit) Temperatur (oC)
60 104 28 37,6
75 108 32 37
90 116 40 36,6
105 112 36 36,4
120 104 32 36,2
135 96 28 35,9
150 108 24 35,6
165 112 28 35,2
180 116 32 34,8
195 112 36 34,4
210 104 36 34,2

KONTROL POST OPERASI SIBAD

Tanggal Keadaan Umum Terapi


27/07/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 37,8ºC 38ºC Amoxicillin (PO) √ √
App √ √ Ketoprofen (PO) √ -
Def √ - Gentamycin (topikal) √ -
Minum √ √
Urinasi √ √
HR 112x/m 116x/m
RR 40x/m 44x/m
CRT <2s <2s
Mukosa Rose rose
Catatan : Jahitan bagus, luka
agak basah dan agak merah
Tanggal Keadaan Umum Terapi
28/07/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 37,9 ºC 38,1ºC Amoxicillin (PO) √ √
App √ √ Ketoprofen (PO) √ -
Defe √ -
Minum √ √
Urinasi √ √
HR 104x/m 108x/m
RR 48x/m 40x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose rose
Catatan : -
Tanggal Keadaan Umum Terapi
29/07/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 37,8ºC 38,3ºC Amoxicillin (PO) √ √
App √ √ Ketoprofen (PO) √ -
Defe √ - Gentamycin topikal) √ -
Minum √ √
Urinasi √ -
HR 96x/m 108x/m
RR 40x/m 44x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose rose
Catatan : Jahitan bagus, luka
agak kering

Tanggal Keaadaan Umum Terapi


30/07/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 37,9ºC 38,2ºC Amoxicillin (PO) √ √
App √ √ Ketoprofen (PO) √ -
Defe - √
Minum √ √
Urinasi √ -
HR 96x/m 108x/m
RR 40x/m 44x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose rose
Catatan : -
Tanggal Keaadaan Umum Terapi
31/07/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 38,0ºC 38,6ºC Amoxicillin (PO) √ √
App √ √ Ketoprofen (PO) √ -
Defe - √ Gentamycin (topikal) √ -
Minum √ √
Urinasi √ √
HR 112x/m 108x/m
RR 40x/m 48x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose rose
Catatan :
Luka kering, sudah mulai
menyatu, jahitan bagus

Tanggal Keaadaan Umum Terapi


1/07/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 38,2ºC 38,3ºC
App √ √
Defe - √
Minum √ √
Urinasi √ -
HR 108x/m 104x/m
RR 44x/m 36x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose rose
Catatan : -
Tanggal Keaadaan Umum Terapi
2/07/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 37,8ºC 38,5ºC Gentamycin (topikal) √ -
App √ √
Defe - √
Minum √ √
Urinasi √ √
HR 96x/m 108x/m
RR 40x/m 44x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose rose
Catatan : Luka kering dan
menyatu, jahitan terlepas 1

Tanggal Keaadaan Umum Terapi


3/08/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 38ºC 38,2ºC
App √ √
Defe √ -
Minum √ √
Urinasi √ √
HR 104x/m 100x/m
RR 48x/m 44x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose rose
Catatan: -
Tanggal Keaadaan Umum Terapi
4/08/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 38,0ºC 38,4ºC Gentamycin (topikal) √ -
App √ √
Defe - √
Minum √ √
Urinasi √ √
HR 96x/m 104x/m
RR 40x/m 48x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose rose
Catatan :
Luka kering, lepas beberapa
jahitan

Tanggal Keaadaan Umum Terapi


5/08/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 37,8ºC 38,3 ºC
App √ √
Defe √ -
Minum √ √
Urinasi √ -
HR 104x/m 108x/m
RR 44x/m 40x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose rose
Catatan :
Tanggal Keaadaan Umum Terapi
6/08/18 Pagi Sore Obat (Inj/oral/vol) Pagi Sore
Suhu 38,1ºC 38,4ºC Gentamycin (topikal) √ -
App √ √
Defe √ -
Minum √ √
Urinasi √ √
HR 96x/m 100x/m
RR 40x/m 36x/m
CRT <2s <2s
Mukosa rose Rose
Catatan :
Luka menutup sempurna,
lepas semua jahitan

Menurut Schwartz and Seymour (2000) bahwa ada empat fase penyembuhan lukayakni:
1. Koagulasi
Terjadinya luka baik yang bersifat traumatik atau yang berbentuk pada pembedahan
menyebabkan pendarahan dari pembuluh yang rusak. Vasokonstriksi segera terjadi sebagai akibat
dilepaskannya ketekolamin ke dalam lingkungan cedera. Bradikinin, serotonin, dan histamin
merupakan senyawa vasoaktif lain yang dilepaskan oleh sel mast ke jaringan sekitar. Senyawa-
senyawa ini mengawali pristiwa diapedesis, yaitu keluarnya sel-sel intravaskular ke dalam ruang
ekstravaskular daerah yang luka. Suatu bekuan darah terbentuk dari trombosit yang dikeluarkan
dari ekstravasasi darah. Faktor-faktor pembekuan yang dilepaskan dari trombosit menghasilkan
fibrin yang bersifat hemostatik dan membentuk suatu jaringan yang akan menampung migrasi
lebih lanjut sel-sel inflamasi dan fibroblas. Fibrin merupakan produk akhir dari aliran
proses pembekuan. Tanpa kerja fibrin ini maka kekuatan akhir dari sesuatu luka akan berkurang.
Trombosit juga penting karena menghasilkan sitokin esensial yangdapat mempengaruhi peristiwa
penyembuhan luka.
2. Inflamasi
Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira – kira hari kelima. Pembuluh
darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi), dan
reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh darah saling
melengket, dan Bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari
pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan
serotonin dan histamin yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan,
penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan pembengkakan. Tanda
dan gejala klinik reaksiradang menjadi jelas berupa warna kemerahan karena kapiler melebar
(rubor),suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
3. Fibroplasia
Fibroplasia adalah fase penyembuhan luka yang ditandai oleh sintesis kolagen. Sintesis
kolagen dimulai dalam 24 jam setelah cedera, namun tidak akan mencapai puncaknya hingga 5
hari kemudian. Setelah 7 hari, sintesis kolagen akan berkurang secara perlahan-lahan.
Remodelling luka mengacu pada keseimbangan antara sintesis kolagen dan degradasi kolagen.
Pada saat serabut-serabut kolagen tua diuraikan oleh kolagenase jaringan, serabut-serabut baru di
bentuk dengan kepadatan pengerutan yang makin bertambah. Proses ini akan meningkatkan
kekuatan potensial dari jaringan parut. Pada tahap ini juga terjadi pembersihan jaringan yang mati
oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag.
4. Sitokin
Sitokin memungkinkan berjalannya seluruh komunikasi untuk interaksi antar sel. Mereka
mungkin juga berperan penting dalam jalur farmakologis klinis di berbagai tempat
penatalaksanaan penyembuhan luka. Misalnya, sitokin tampaknya ikut mengatur peranan dan
pengaturan fibrosis, penyembuhan luka kronik, cangkokan kulit, vaskularisasi, peningkatan
kekuatan tendon dan tulang setelah perbaikan, dan barangkali juga mengendalikan proses
keganasan.

Tanpa memandang penyebab, tahapan penyembuhan luka terbagi atas :


Fase koagulasi : setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah luka yang diikuti
dengan aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga terbentuk klot hematoma. Proses ini diikuti
oleh proses selanjutnya yaitu fase inflamasi.
Fase inflamasi : Fase inflamasi mempunyai prioritas fungsional yaitu memulai hemostasis,
menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi oleh bakteri patogen terutama bakteria. Pada
fase ini platelet yang membentuk klot hematom mengalami degranulasi, melepaskan faktor
pertumbuhan seperti platelet derived growth factor (PDGF) dan transforming growth factor
ß(βTGF), granulocyte colony stimulating factor (G-CSF), C5a, TNFα, IL-1 dan IL-8. Leukosit
bermigrasi menuju daerah luka. Terjadi deposit matriks fibrin yang mengawali proses penutupan
luka. Proses ini terjadi pada hari 2 - 4.
Fase proliperatif : Fase proliperatif terjadi dari hari ke 4 -21 setelah trauma. Keratinosit
disekitar luka mengalami perubahan fenotif. Regresi hubungan desmosomal antara keratinosit
pada membran basal menyebabkan sel keratin bermigrasi kearah lateral. Keratinosit bergerak
melalui interaksi dengan matriks protein ekstraselular (fibronectin,vitronectin dan kolagen tipe I).
Faktor proangiogenik dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial growth factor (VEGF)
sehingga terjadi neovaskularisasi dan pembentukan jaringan granulasi.
Fase Remodelling : Remodelling merupakan fase yang paling lama pada proses
penyembuhan luka,terjadi pada hari ke 21 hingga 1 tahun. Terjadi kontraksi luka, akibat
pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan kekuatan
kontraksi pada penyembuhan luka. Pada fase ini terjadi juga remodelling kolagen. Kolagen tipe
III digantikan kolagen tipe I yang dimediasi matriks metalloproteinase yang disekresi makrofag,
fibroblas, dan sel endotel. Pada masa 3 minggu penyembuhan, luka telah mendapatkan kembali
20% kekuatan jaringan normal.

Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka Operasi Proses penyembuhan luka


dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Vaskularisasi,mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan peredaran darah yang
baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
2. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel membutuhkan
kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang mengalami kekurangan kadar hemoglobin
dalam darah akan mengalami proses penyembuhan lama.
3. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan usia
seseorang. Namun selanjutnya, proses penuaan dapat menururnkan sistem perbaikan sel sehingga
dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
4. Penyakit lain, memengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya penyakit, seperti diabetes
melitus dan ginjal, dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena kandungan
zat gizi yang terdapat didalamnya. Sebagai contoh, vitamin A diperlukan untuk membantu proses
epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis kolagen; vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada
sistem enzim yang mengukur metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak; vitamin C dapat
berfungsi sebagai fibroblas, dan mencegah adanya infeksi, serta membentuk kapiler-kapiler darah;
dan vitamin K yang membantu sintesis protombin dan berfungsi sebagai zat pembekuan darah.
6. Kegemukan, obat-obatan dan stress, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Orang yang
terlalu gemuk, banyak mengonsumsi obat-obatan atau stress akan mengalami proses penyembuhan
luka yang lebih lama.

Dari semua ahli bedah manusia Amerika yang hebat, William Halsted sangat berpengaruh
karena prinsip-prinsip bedah yang menanggung namanya. Meskipun mereka berusia lebih dari
satu abad, prinsipnya sama relevannya saat ini pada hewan manusia, hewan kecil, hewan besar,
dan pembedahan hewan eksotik. Pada masanya, Halsted disebut "bapak operasi yang aman. "
Mari” kita tinjau tujuh prinsip kebahagiaan bedah dari Halsted.

1. Tangani jaringan dengan lembut

Bedah adalah invasif menurut definisi. Namun kita harus berusaha meminimalkan trauma
iatrogenik pada jaringan. Thumb atau forsep jaringan harus digunakan untuk mengambil jaringan
dengan hati-hati, sebagai lawan untuk menghancurkannya. Apakah kita menggunakan diseksi
tajam atau tumpul, itu harus seakurat anatomis mungkin.Ironisnya, penanganan jaringan halus juga
berarti menggunakan pisau pisau bedah dengan benar. Setelah awal dan akhir sayatan
diidentifikasi, pisau bedah harus digunakan untuk membuat satu sayatan dalam satu laluan ke
kedalaman yang sesuai. Menjadi plin-plan atau menggunakan pisau bedah seperti kuas cat jauh
lebih traumatis pada kulit karena sayatan akan memiliki ujung bergerigi. Selain itu, pisau harus
dijaga tetap tegak lurus dengan kulit untuk memastikan aposisi jaringan yang tepat selama
penjahitan.

2. Kontrol perdarahan dengan hati-hati

Bloodletting keluar dari mode di akhir abad ke-19. "Semua bleeders berhenti ... akhirnya"
adalah pepatah umum dan hukum volum yang tak terbantahkan. Namun kita harus melakukan
yang terbaik untuk mencegah atau menghentikan pendarahan menggunakan hemostasis yang teliti.
Elektrokauter, ligatur dan agen hemostatik adalah beberapa dari banyak cara untuk mengendalikan
perdarahan.
3. Pertahankan suplai darah

Melestarikan suplai darah merupakan konsekuensi langsung dari diseksi yang


cermat. Sementara banyak pembuluh darah, termasuk yang besar, dapat dikorbankan, kita harus
berusaha untuk melestarikannya bila mungkin karena mereka akan membantu penyembuhan.

Ini sangat penting dengan perbaikan fraktur. Misalnya, otot harus diangkat dari tulang hanya jika
perlu untuk menghindari penyembuhan yang tertunda atau menciptakan sequestrum.

4. Amati asepsis yang ketat

Asepsis bedah meliputi persiapan instrumen, OR, pasien, praktisi dan staf. Inilah mengapa
kami merekomendasikan memakai topi, masker, gaun dan sarung tangan untuk melakukan
operasi.Selain itu, penggosokan menyeluruh pada pasien, ahli bedah, dan asisten sangat penting.

Kesalahan terkecil selama setiap langkah kontinum ini dapat menyebabkan infeksi. Paling-paling,
itu mungkin infeksi insisional. Paling buruk, itu bisa menjadi bencana ketika melibatkan implan
ortopedi.

5. Minimalkan ketegangan jaringan

Tegangan berlebihan selama penjahitan organ seperti usus, kandung kemih dan kulit tidak
diperlukan, jika tidak merugikan. Menerapkan jahitan adalah bentuk seni. Mereka tidak bisa
terlalu ketat — menghancurkan dan menekan nekrosis bisa terjadi — dan mereka harus
membolehkan pembengkakan pasca operasi. Pada saat yang sama, mereka tidak bisa terlalu
longgar, yang bisa menyebabkan kebocoran atau dehiscence.

6. Menerapkan jaringan secara akurat

Tujuan penutupan luka adalah untuk menyatukan ujung-ujungnya untuk memungkinkan


penyembuhan. Sekali lagi, ini berlaku, antara lain, ke usus, kandung kemih dan kulit. Ini sangat
berbeda dari pencekikan atau penghancuran, yang mungkin telah disarankan di masa lalu
(misalnya di usus) tetapi sekarang secara universal dihalangi. Tumpang tindih tepi sayatan tidak
dianjurkan.
7. Hilangkan ruang mati

Ini adalah akibat wajar dari prinsip sebelumnya kecuali bahwa sebagian besar berhubungan
dengan otot dan penutupan kulit. Dengan kata lain, setelah laparotomi, kita harus menghilangkan
ruang mati dengan menjahit secara hati-hati berbagai lapisan insisi perut. Setelah pengangkatan
tumor besar, hilangkan ruang mati untuk menurunkan risiko pembentukan seroma atau hematoma.

Jika diperlukan, drain pasif atau aktif harus digunakan jika perdarahan atau drainase
diantisipasi.Dengan mencegah akumulasi cairan, kita membiarkan lapisan-lapisan jaringan
menempel satu sama lain, sehingga mempercepat penyembuhan.

Prinsip Lainnya

Sungguh luar biasa bahwa Halsted memahami pentingnya prinsip-prinsip bedah yang mendasar
ini sejak dini Apa pun jenis atau tingkat operasi yang Anda lakukan, jenis apa pun yang Anda
kerjakan, hormati prinsip-prinsip Halsted.

• Jaga agar jaringan tetap lembab, terutama organ perut dan toraks.

• Buat sayatan kulit yang cukup besar untuk pekerjaan yang sedang dikerjakan.

• Mengambil biopsi bila diperlukan, dan selalu menyerahkannya ke lab.

• Berikan bantuan nyeri yang memadai.

• Membuat jahitan kulit yang cantik.


PENUTUP

Kesimpulan
Cytostomy merupakan suatu tindakan penbedahaan atau oprasi yang membuka kantung kencing
(vesica urinaria) dan menutupnya seperti semula. Cytostomy penting di pelajari karena merupakan
terapi akhir pada penanganan gangguan yang ada di vesica urinaria.

Saran
Proses penanganan cytostomy harus segera di tangani untuk mengurangi rasa sakit hewan pada
saat mengeluarkan urine dan menghindari infeksi pada saluran urinaria.
DAFTAR PUSTAKA

Fossum, T.W. (2008). Small Animal Surgery, ed 2nd Mosby, St. Lois London. Philandelphia sydney.
Toronto.

Ibrahim, R. (2008). Pengantar Ilmu Bedah Umum Veterinary. Syiah Kuala University Press. Banda Aceh.

Hickman, J. and R. G. Walker, (2013). An Atlas of Veterineri Surgery. Oliver and Boyd. Edinburg.

Rawlings, C. A.; Mahaffey, M. B.; Barsanti, J. A. et al. Use of laparoscopicassisted cystoscopy for
removal of urinary calculi in dogs. 2003
Rudd, R. G.; Hendrickson, D. A. (2009). Minimally invasive surgery of the urinary system. In:
FREEMAN, L.J. (Ed.).

Snell, R. S. (2008). Anatomi klinik, ed 3.Alih bahasa. Dharma,A. Dan M.M.C. Mulyani. Penerbit buku
kedokteran. EGC. Jakarta.

Tilley, L.P. and Smith,F.W.K. (2007). The 5-Minute Veterinery Consult, Canine and Feline. Lippincott
Williams and Wilkins.

You might also like