You are on page 1of 8

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN ACUTE LUNG OEDEMA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Emergency Nursing II

Dosen Pengampu:

Nurma Afiani S.Kep., Ners., M.Kep.,

DISUSUN OLEH:

WINA SRIANDINI
1507. 14201. 450

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2018
STUDI KASUS

A. Kasus

Seorang perempuan usia 42 tahun datang ke IGD dengan keluhan sesak


nafas yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, dan memberat sejak 2 hari
terakhir. Sesak bertambah bila beraktivitas, sesak nafas berkurang dengan
istirahat. Pasien merasa lebih nyaman jika tidur dengan posisi setengah duduk
atau diganjal dengan 3 bantal. Pasien juga sering terbangun malam hari karena
merasa sesak. Pasien juga mengeluh mual tanpa disertai muntah. Hasil
pemeriksaan ditemukan:

1. RR :35x/menit
2. Suhu : 36,5
3. TD : 130/80 MmHg
4. Nadi : 80x/menit

Hasil pemeriksaan fisik ditemukan:

1. Rochi(+) pada seluruh lapang paru


2. Hasil EKG menunjukan sinus takikardi dengan hipertrofi atrium kiri
3. Hasil laboratorium menunjukan pc02 rendah

Gambaran radiologi ditemukan:

1. Pelebaran atau penebalan hilus


2. Corak paru meningkat (lebih dari 1/3lateral)
3. Kranialisasi vaskuler
B. Pembahasan

Berdasarkan tanda dan gejala pada kasus, didapat pasien mengalami


ALO (acute lung odema). Gejala yang paling umum dari ALO adalah sesak nafas
yang disebabkan oleh penimbunan yang berangsur-asur, selain itu gejala yang
sering dikeluhkan oleh pasien ALO adalah mudah lelah, dan sesak nafas ketika
melakukan aktifitas. Tingkat oksigen darah yang rendah mungkin terdektesi pada
pasien-pasien dengan pulmonary edema. Suara abnormal pada paru juga salah
satu manifesati klinis pada pasien ALO.

Edema Paru terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang
merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya
udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas
(oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan
pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai “air
dalam paru-paru” ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda.
Klasifikasi pulmonary edema dibagi menjadi dua yaitu cardiogenic pulmonary
edema dan non-cardiogenic pulmonary edema. Edema paru kardiogenik
disebbkan oleh adanya kelainan pada organ jantung, sedangkan non-cardiogrnik
pulmonary edema adalah edema yang umumnya disebabkan oleh acute
respiratori distress syndrome (ARDS), gagal ginjal, trauma otak, dan lain
sebagainya. Pada kasus tersebut tergolong pada stadium 2, dengan hasil
pemeriksaan radiologi menunjukan batas pembuluh darah kabur, septa
interlobularis menebar, gangguan fungsi ventrikel kiri.
C. ASUHAN KEPERAWATAN ACUTE LUNG OEDEMA

1. Pengkajian

1. Identitas :
Umur : Klien dewasa dan bayi cenderung mengalami dibandingkan
remaja/dewasa muda
2. Riwayat Masuk
Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau
batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak. Kesadaran kadang
sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada trauma. Berbagai
etiologi yang mendasar dengan masing-masik tanda klinik mungkin
menyertai klien
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis,
pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan
serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien
4. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Integumen
i. Subyektif :-
ii. Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat
dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat,
kemerahan
b. Sistem Pulmonal
i. Subyektif : sesak nafas, dada tertekan
ii. Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi,
batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan
otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut
meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor,
ronchii pada lapang paru,
c. Sistem Cardiovaskuler
i. Subyektif : sakit dada
ii. Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah
vasokontriksi, kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak
teratur, suara jantung tambahan
d. Sistem Neurosensori
i. Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
ii. Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
e. Sistem Musculoskeletal
i. Subyektif : lemah, cepat lelah
ii. Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi
paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan
f. Sistem genitourinaria
i. Subyektif :-
ii. Obyektif : produksi urine menurun/normal,
g. Sistem digestif
i. Subyektif : mual, kadang muntah
ii. Obyektif : konsistensi feses normal/diare
h. Studi Laboratorik :
i. Hb : menurun/normal
ii. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar
oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
iii. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal

2. Diagnose

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan dan


pemasangan alat bantu nafas
2. Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan distensi kapiler
pulmonar
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan area invasi mikroorganisme
sekunder terhadap pemasangan selang endotrakeal
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
otot jantung
3. Intervensi

N Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional


o
1 Ketidakefektif Pola nafas 1. Berikan HE 1. Informasi yang
an pola nafas kembali efektif pada pasien adekuat dapat
berhubungan setelah tentang membawa pasien
dengan dilakukan penyakitnya lebih kooperatif
keadaan tindakan dalam memberikan
tubuh yang keperawatan terapi
lemah selama 3 × 24 2. Atur posisi 2. Jalan nafas yang
jam, dengan semi fowler longgar dan tidak
kriteria hasil: ada sumbatan
- Tidak terjadi proses respirasi
hipoksia atau dapat berjalan
hipoksemia 3. Observasi dengan lancar.
- Tidak sesak tanda dan 3. Sianosis merupakan
- RR normal gejala salah satu tanda
(16-20 × / sianosis manifestasi
menit) ketidakadekuatan
- Tidak suply O2 pada
terdapat 4. Berikan terapi jaringan tubuh
kontraksi otot oksigenasi perifer .
bantu nafas 4. Pemberian oksigen
- Tidak secara adequat
terdapat dapat mensuplai dan
sianosis memberikan
5. Observasi cadangan oksigen,
tanda-tanda sehingga mencegah
vital terjadinya hipoksia.
5. Dyspneu, sianosis
merupakan tanda
terjadinya gangguan
nafas disertai
dengan kerja
6. Observasi jantung yang
timbulnya menurun timbul
gagal nafas. takikardia dan
capilary refill time
yang
memanjang/lama.
6. Ketidakmampuan
7. Kolaborasi tubuh dalam proses
dengan tim respirasi diperlukan
medis dalam intervensi yang kritis
memberikan dengan
pengobatan menggunakan alat
bantu pernafasan
(mekanical
ventilation).
7. Pengobatan yang
diberikan berdasar
indikasi sangat
membantu dalam
proses terapi
keperawatan

2 Gangguan Fungsi 1. Berikan HE 1. Informasi yang


pertukaran pertukaran gas pada adekuat dapat
Gas dapat pasien membawa pasien
berhubungan maksimal tentang lebih kooperatif
dengan setelah penyakitny dalam memberikan
distensi dilakukan a terapi
kapiler tindakan 2. Jalan nafas yang
pulmonar keperawatan longgar dan tidak
selama 3 × 24 2. Atur posisi ada sumbatan
jam dengan pasien proses respirasi
kriteria hasil: semi fowler dapat berjalan
- Tidak terjadi dengan lancer
sianosis 3. Posisi yang berbeda
- Tidak sesak 3. Bantu menurunkan resiko
- RR normal pasien perlukaan akibat
(16-20 × / untuk imobilisasi
menit) melakukan 4. Pemberian oksigen
- BGA normal: reposisi secara adequat
 partial secara dapat mensuplai dan
pressure of sering memberikan
oxygen 4. Berikan cadangan oksigen,
(PaO2): 75- terapi sehingga mencegah
100 mm Hg oksigenasi terjadinya hipoksia
 partial 5. Dyspneu, sianosis
pressure of merupakan tanda
carbon terjadinya gangguan
dioxide nafas disertai
(PaCO2): 5. Observasi dengan kerja
35-45 mm tanda – jantung yang
Hg tanda vital menurun timbul
 oxygen takikardia dan
content capilary refill time
(O2CT): 15- yang
23% memanjang/lama.
 oxygen 6. Kolaborasi 6. Pengobatan yang
saturation dengan tim diberikan berdasar
(SaO2): 94- medis indikasi sangat
100% dalam membantu dalam
 bicarbonate memberika proses terapi
(HCO3): n keperawatan
22-26 pengobatan
mEq/liter
 pH: 7.35-
7.45

You might also like