Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Pengaruh pemanasan terhadap perolehan lemak kakao selama pengepresan biji kakao
menggunakan pengepres mekanis telah diteliti. Variabel percobaan mencakup tekanan 30 dan
40 MPa dengan variasi suhu 50-90oC. Kandungan lemak rata-rata pada biji kakao sebesar
51,32%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tekanan tidak mempengaruhi rendemen
lemak kakao sedangkan faktor suhu berpengaruh nyata terhadap rendemen lemak kakao.
Rendemen tertinggi sebesar 34,95% diperoleh pada suhu 70oC dan tidak berbeda nyata
dengan rendemen pada suhu 80 dan 90oC. Asam lemak bebas meningkat dengan peningkatan
suhu pemanasan pengepres dan diduga karena penguraian trigliserida pada suhu diatas 80oC.
Profil asam lemak dari lemak kakao adalah asam palmitat 26,24%, stearat 42,23% dan oleat
26,53%. Komposisi ini hampir sama dengan komposisi lemak kakao dari berbagai sumber.
Dari hasil karakteristik solid fat content diperoleh bahwa lemak yang diperoleh memiliki sifat
pencairan pada suhu 20-30oC. Idealnya, lemak kakao mulai mencair pada kisaran suhu 30-
35oC. Kondisi ini menjadi pertimbangan pada proses perdagangan lemak kakao, karena akan
mempengaruhi penerapan penggunaan lemak kakao pada industri makanan (convectionary).
Kata kunci: kandungan lemak padat, konfeksionari, lemak kakao, pengepresan, pengepres
mekanis
3.2 Kadar Asam Lemak Bebas Secara umum, asam lemak pada minyak atau
lemak nabati terikat pada gugus gliserol dan
Analisis sidik ragam menunjukkan suhu membentuk triasilgliserol atau trigliserida.
pengepresan berpengaruh nyata terhadap Lemak kakao yang baik mengandung sekitar
kadar asam lemak bebas, sedangkan tekanan 98% trigliserida, kurang 1,75% asam lemak
tidak memberikan pengaruh nyata. Gambar 2 bebas, 0,3-0,5% digliserida, 0,1%
memperlihatkan kenaikan suhu secara nyata monogliserida, 0,2% sterol, 0,05-0,13%
menyebabkan kenaikan kadar asam lemak phosfolipid dan sejumlah kecil tocopherol.
bebas. Pada suhu 50 hingga 70oC, terjadi Susunan simetrik trigliserida pada lemak
peningkatan kadar asam lemak bebas tetapi kakao memegang peran dalam menentukan
tidak berbeda nyata, namun pada suhu sifat khas lemak kakao seperti karakteristik
pengepresan 80 dan 90oC terjadi kenaikan pencairan dan kristalisasinya. Asam lemak
kadar asam lemak bebas yang signifikan. pada lemak kakao terikat pada gugus gliserol
Pada suhu diatas 70oC diperkirakan sebagian dengan susunan seperti berikut (Minifie,
trigliserida lemak terurai membentuk asam 1999):
lemak bebas. Pada kondisi suhu 50oC kadar palmitat-oleat- stearat (POS) 36-42%
asam lemak bebas sudah mendekati nilai stearat-oleat-stearat (SOS) 23-29%
batas akhir yang ditentukan oleh CODEX. Hal palmitat-oleat-palmitat (POP) 13-19%
ini diduga karena perlakukan awal terhadap
biji yang tidak benar baik saat proses Kandungan asam stearat dan asam palmitat
pemeraman buah, penyimpanan biji, sortasi yang demikian tinggi pada lemak kakao Aceh
biji maupun proses fermentasi. diharapkan akan memberikan kontribusi pada
karakteristik pencairan dan kristalisasi
8
sehingga memberikan pencairan yang cepat
pada suhu tubuh saat dikonsumsi.
6.91c
7
Kadar A s am Lem ak Bebas (% )
4.75b
Solid fat content (SFC) merupakan salah satu
5 parameter khas yang sangat diperlukan
4
dalam bisnis lemak kakao. Industri coklat
membutuhkan parameter ini sebagai indikasi
3 sifat pencairan lemak kakao dalam proses
2.35a
2.02a pengolahan lemak dan penggunaannya di
2 1.69a industri makanan. Secara umum diharapkan
pencairan akan terjadi pada suhu tubuh yaitu
1
pada kisaran 30-35oC, sehingga pada kisaran
0
ini lemak kakao seharusnya mencair dengan
T1 = 50 T2 = 60 T3 = 70 T4 = 80 T5 = 90 cepat.
o
Suhu Pengepresan ( C) Tabel 1. Perbandingan komposisi asam lemak
Gambar 2. Pengaruh suhu terhadap kadar asam dari berbagai lemak kakao
lemak bebas Komposisi (%)
Asam
Lemak Penelitian Pantai
3.3 Komposisi Asam Lemak pada Malaysia*)
ini Gading*)
Lemak Kakao
C16:0 26.24 25.8 24.9
Lemak kakao yang diperoleh memperlihatkan C16:1 0.10 - -
kandungan komposisi asam lemak yang C18:0 43.23 36.9 37.4
didominasi oleh asam palmitat 26,24%, asam C18:1 26.53 32.9 33.5
stearat 43,23% dan asam oleat 26,53%
C18:2 2.78 2.8 2.6
sebagaimana yang diperlihatkan pada Tabel 1.
Dominasi ketiga jenis asam lemak ini C18:3 0.20 0.2 0.2
merupakan ciri khas dari lemak yang berasal C20:0 0.97 1.2 1.2
dari buah kakao. Perbandingan dengan kakao C20:1 - - -
dari berbagai sumber memperlihatkan C22:0 - 0.2 0.2
kemiripan profil asam lemaknya. Lipp dan *)
Lipp dan Enklam (1998)
Enklam (1998) telah menyimpulkan bahwa
daerah asal kakao memberikan pengaruh
Gambar 3 memperlihatkan profil SFC lemak
terhadap komponen pembentuk lemak dan
kakao hasil penelitian dibandingkan dengan
komposisi asam lemak buah kakao.
lemak kakao Malaysia. Secara umum terlihat
Eti Indarti / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 6 No. 2 53
bahwa lemak kakao Aceh mengalami ini tidak jauh berbeda dengan umumnya
pencairan pada kisaran suhu 20-30oC. Hal ini komposisi lemak kakao dariberbagai sumber.
berarti pada suhu ruang, lemak kakao Aceh Karakteristik solid fat content lemak yang
berada pada fasa semi-padat. Berbeda diperoleh memiliki sifat pencairan pada suhu
dengan lemak kakao Malaysia yang pencairan 20-30oC. Idealnya, lemak kakao mulai
cepat terjadi pada kisaran suhu 30-35oC. mencair pada kisaran suhu 30-35oC. Kondisi
Secara komersil, karakteristik yang ini menjadi pertimbangan pada proses
diperlihatkan oleh lemak kakao Aceh ini tidak perdagangan lemak kakao, karena akan
diinginkan karena lemak mencair tidak pada mempengaruhi penerapan penggunaan lemak
suhu tubuh. Disamping itu, pada suhu 30oC kakao pada industri makanan (convec-
dan selebihnya lemak kakao tidak mencair tionary).
sepenuhnya dimana sekitar 4-5% lemak
masih merupakan padatan. Hal ini dapat
berdampak tidak menyenangkan saat Daftar Pustaka
dikonsumsi yaitu sensasi berlendir (waxy dan
chewy). Untuk penggunaan lebih lanjut dari FAO-WHO (2001) Codex Standard for Cocoa
lemak kakao Aceh, maka perlu mendapat Butter – CODEX STAN 86-1981, Rev. 1-
perlakuan tambahan seperti fraksionasi untuk 2001.
menghilangkan fraksi tak-mampu-leleh, Hui, Y. H. (1996) Bailey's Industrial Oil and
tempering (perlakuan panas) dan penam- Fat Products. Fifth Edition. John Wiley &
bahan lemak susu (milk fat) sehingga bisa Sons, INC. New York.
diperoleh lemak kakao yang berbentuk padat Indarti, E. dan Arpi, N. (2006) Aneka produk
pada suhu kamar (Hui, 1996). olahan hasil pertanian: pembuatan,
pemanfaatan dan analisis ekonomi pada
100 industri kecil daerah Aceh, GVC-Italian
90
Cooperation, Banda Aceh.
P=30 MPa T=40oC Indarti, E., Arpi, N., Husna, N. E., dan
80
Budijanto, S. (2008) Optimization of cocoa
Solid Fat Content (%)
Mulato, S., Widyotomo, S., Misnawi, cocoa nibs, Journal of Food Engineering,
Suharyanto, E. (2005) Pengolahan Produk 80, 1157-1170.
Primer dan Sekunder Kakao, Pusat Venter, M. J., Willems, P., Kuipers, N. J. M.,
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, dan de Haan, A. B. (2006) Gas assisted
Jember. mechanical expression of cocoa butter
Venter, M. J., Kuipers, N. J. M., de Haan, A. B. from cocoa nibs and edible oils from
(2007) Modelling and experimental oilseeds, Journal of Supercritical Fluids, 37,
evaluation of high pressure expression of 350-358.