Professional Documents
Culture Documents
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perawat Gawat Darurat
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Perawat Gawat Darurat
GAWAT DARURAT
Abstract: The performance of nurses is a major factor for determining the successful of hospital
services. Performance is influenced by the ability of labor, work motivation, support (leadership), the
existence of work, and their relationship with the organization. The purpose of this study is to analyze
the factors that affect the performance of the emergency nurses.The study design was analytic
correlation with a cross sectional approach. The population in this study are all nurses emergency
department at dr. R. Koesma Tuban hospital, RSNU Tuban hospital and Medika Mulia Tuban
hospital. The sample in this study were 40 nurses using probability sampling technique is simple
random sampling. Bivariate test used was Spearman test and linear regression multivariate
analysis.The result showed that related factor is the ability and the skills (p = 0.000) and had a level of
strong correlation (r = 0.678), Leadership factor (p = 0.000) and had a strong correlation level of (r =
0.662), cultural factors organization (p = 0.000) and had a very strong degree of correlation (r =
0.854), whereas unrelated factors are experience (p = 0.872).Factors related to the performance is
the ability and skill, leadership, organizational culture, while not related is an experience. Installation
Emergency nurse should understand and be able to apply the cultural approach at work, so it can be
an example for another health officer. We recommend further research using a cultural approach and
the other performance.
Abstrak: Kinerja perawat merupakan faktor utama dalam menentukan keberhasilan pelayanan di
rumah sakit. Kinerja dipengaruhi oleh kemampuan tenaga kerja, motivasi kerja, dukungan yang
diterima (kepemimpinan), keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan hubungan mereka
dengan organisasi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi kinerja
perawat gawat darurat. Rancangan penelitian ini adalah analitik korelasi dengan pendekatan waktu
(Cross Sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat instalasi gawat darurat RSUD
dr. R. Koesma Tuban, RSNU Tuban dan RS Medika Mulia Tuban. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 40 perawat dengan menggunakan teknik probability sampling yaitu simple random
sampling. Uji bivariat yang digunakan adalah uji Spearmen dan menggunakan uji regresi linier
sebagai uji multivariat. Dari hasil analisis diketahui faktor yang berhubungan adalah kemampuan dan
keterampilan (p=0,000) dan memiliki tingkat korelasi kuat (r =0,678), faktor Kepemimpinan (p=0,000)
dan memiliki tingkat korelasi yang kuat (r=0,662), faktor budaya organisasi (p=0,000) dan memiliki
tingkat korelasi yang sangat kuat (r=0,854), sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah
pengalaman (p=0,872). Faktor yang berhubungan dengan kinerja adalah kemampuan dan
keterampilan, kepemimpinan, budaya organisasi, sedangkan yang tidak berhubungan adalah
pengalaman. Sebaiknya perawat Instalasi Gawat Darurat lebih memahami dan mampu menerapkan
metode pendekatan budaya organisasi dalam malaksanakan tugas dan kinerja sehari-hari, sehingga
dapat menjadi contoh untuk petugas kesehatan yang lain. saran untuk penelitian selanjutnya adalah
menggunakan pendekatan teori tentang budaya organisasi dan kinerja yang lain.
231
232 | J.K.Mesencephalon, Vol.2 No.4, Oktober 2016, hlm 231-237
kesehatan dan perkembangan informasi adalah 78 % dari target 100 %, dan angka
yang demikian cepat dan diikuti oleh kejadian NDR (Net Death Rate) perbulan
tuntutan masyarakat akan pelayanan tahun 2015 yaitu Januari 2015 (7,8),
kesehatan yang lebih baik mengharuskan Februari 2015 (2.0), Maret 2015 (3,7),
sarana pelayanan kesehatan untuk April 2015 (7,9) Mei 2015 (3,7), Juni 2015
mengembangkan diri secara terus (0), Juli 2015 (1,8), Agustus 2015 (6,5),
menerus seiring dengan perkembangan September 2015 (2,2), Oktober 2015
yang ada pada masyarakat tersebut (4,5), Nopember 2015 (5,6), Desember
(Suharjo, 2006). 2015 (7,5). Dari data tersebut
Kinerja perawat merupakan faktor menunjukkan kinerja perawat dan tim
utama dalam menentukan keberhasilan khususnya di IGD RSNU Tuban masih
pelayanan di rumah sakit. Kinerja perawat kurang dengan diadanya data angka
sebenarnya sama dengan prestasi kerja di kepuasan pasien yang belum memenuhi
organisasi perusahaan. Perawat ingin target dan masih tingginya angka
diukur kinerjanya berdasarkan standar kematian NDR di Instalasi Gawat Darurat.
obyektif yang terbuka dan dapat Kinerja dari individu tenaga kerja,
dikomunikasikan. Jika perawat dipengaruhi oleh banyak faktor, di
diperhatikan dan diberi penghargaan yang antaranya: kemampuan tenaga kerja,
tinggi, mereka akan lebih berpacu untuk motivasi kerja, dukungan yang diterima
mencapai prestasi yang lebih tinggi. (kepemimpinan), keberadaan pekerjaan
Kinerja perawat adalah aktivitas perawat yang mereka lakukan, dan hubungan
dalam mengimplementasikan sebaik- mereka dengan organisasi (Mathis &
baiknya suatu wewenang, tugas dan Jackson, 2006). Peran kepemimpinan
tanggung jawabnya dalam rangka sangat strategis dan penting dalam
pencapaian tujuan tugas pokok profesi sebuah pelayanan kesehatan (rumah
dan terwujudnya asuhan keperawatan sakit) sebagai salah satu penentu
yang bermutu (Haryono, 2004). keberhasilan pencapaian misi, visi dan
Berdasarkan hasil survei awal tujuan. Maka dari itu, tantangan dalam
yang dilakukan pada tanggal 13 Maret mengembangkan strategi pelayanan yang
2016 dengan Kepala Ruang di Ruang IGD jelas terutama terletak pada pelayanan di
dan dengan Staf Komite Keperawatan di satu sisi dan tergantung pada
Ruang Komite Keperawatan RSUD Dr. R. kepemimpinan (Sunarsih, 2001).
Koesma Tuban didapatkan bahwa Menurut Gibson, Ivancevich, &
terdapat beberapa komplain dari pasien Donnelly (1996) ada tiga kelompok
dan keluarga pasien tentang pelayanan variabel yang mempengaruhi perilaku
administrasi yang lama, komplain ini kerja dan kinerja yaitu: variabel individu,
disampaikan baik secara lisan langsung variabel organisasi dan variabel
maupun lewat surat saran, bahwa angka psikologis. Faktor-faktor yang
kepuasan pasien di IGD belum mencapai mempengaruhi kinerja adalah faktor dari
target (92%) sebab target kepuasan variabel individu yang terdiri dari
sebesar 100%. Selain itu didapatkan data kemampuan dan keterampilan, latar
jumlah kunjungan di tahun 2013 sejumlah belakang, dan demografis. Faktor yang
15.790 pasien, tahun 2014 sejumlah mempengaruhi kinerja yang kedua adalah
15.039 pasien, tahun 2015 sejumlah faktor dari variabel psikologi yang terdiri
17.718 pasien, menunjukkan bahwa dari persepsi, sikap, kepribadian,
terdapat peningkatan kunjungan pasien di motivasi, kepuasan kerja dan stres kerja.
IGD. Dengan adanya Beberapa komplain Faktor yang ketiga yang mempengaruhi
dan peningkatan jumlah kunjungan maka kinerja adalah faktor organisasi yang
kinerja perawat dituntut untuk menjadi terdiri dari kepemimpinan, kompensasi,
lebih baik. konflik, kekuasaan, struktur organnisasi,
Survey kedua dilakukan tanggal 4 desain pekerjaan, desain organisasi dan
Mei 2016 dengan Direktur RSNU Tuban sistem imbalan (Gibson, Ivancevich, &
dan komite keperawatan RSNU Tuban di Donnelly, 1996).
dapatkan bahwa angka kepuasan pasien
Karyo dkk, Analisis Faktor – Faktor... | 233
Ba’diah (2008) di salah satu rumah lain, dan mempunyai kebutuhan yang
sakit di Cirebon, yang menyatakan bahwa bersifat pribadi dan social (Muninjaya,
supervisi berhubungan dengan kinerja 1999).
perawat. Hal ini menggambarkan bahwa, Penilaian kinerja adalah “evaluasi
apabila kepala ruangan melakukan terhadap perilaku, prestasi kerja dan
supervisi dengan baik maka perawat potensi pengembangan yang telah
pelaksana juga akan menghasilkan kinerja dilakukan”. Dengan demikian penilaian
yang baik, begitu pula sebaliknya dengan kinerja merupakan wahana untuk
pengawasan yang terstandar (Ba'diah, mengevaluasi perilaku dan kontribusi
2008). pegawai terhadap pekerjaan dan
Pengarahan adalah fase kerja organisasi (Hasibuan, 2008). Beberapa
manajemen, dimana manajer berusaha faktor yang dapat dijadikan ukuran kinerja,
memotivasi, membina komunikasi, yaitu efektivitas, otoritas dan tanggung
menangani konflik, kerja sama, dan jawab, disiplin, dan inisiatif
negosiasi. Pengarahan yang efektif akan (Prawirosentono, 1999).
meningkatkan dukungan perawat untuk Hasil ini sesuai dengan penelitian
mencapai tujuan manajemen keperawatan Cinantya (2010) yang menyatakan bahwa
dan tujuan asuhan keperawatan terdapat hubungan yang cukup berarti
(Swanburg, 2000). Pengarahan dilakukan antara kegiatan morning briefing dengan
oleh para pimpinan bisa secara individu motivasi kerja karyawan dengan nilai
maupun secara kelompok. Organisasi (r=0,597, p<0,05). Hasil penelitian yaitu
yang tahu manfaat pengarahan ini selalu terdapat hubungan antara kegiatan
melakukan secara rutin dengan maksud morning briefing dengan motivasi kerja
menjalin komunikasi secara vertical karyawan. Hubungan tersebut
maupun horizontal, sehingga dapat menunjukkan bahwa komunikator, isi
mendiskusikan pemecahan masalah pesan dan intensitas kegiatan
secara efektif (Mortimer, 1996). berhubungan dengan prestasi,
Fungsi pengarahan selalu berkaitan pengakuan, tanggung jawab, dan
erat dengan perencanaan kegiatan kemajuan kerja karyawan.
keperawatan di ruang rawat inap dalam Kesimpulannya, terdapat hubungan
rangka menugaskan perawat untuk antara kegiatan morning briefing dengan
melaksanakan mencapai tujuan yang motivasi kerja karyawan. Hal itu berarti
telah ditentukan. Kepala ruangan dalam bahwa program kegiatan morning briefing
melakukan kegiatan pengarahan melalui: yang diadakan oleh perusahaan dapat
saling memberi motivasi, membantu memotivasi karyawan ESQ Leadership
pemecahan masalah, melakukan Center. Saran yang dapat diberikan yaitu
pendelegasian, menggunakan komunikasi sebaiknya kegiatan morning briefing
yang efektif, melakukan kolaborasi dan diadakan evaluasinya agar kegiatan
koordinasi (Swanburg, 2000). Memotivasi tersebut dapat lebih maksimal lagi dalam
adalah menunjukkan arah tertentu memotivasi karyawan ESQ Leadership
kepada perawat atau staf dan Center (Cinantya, 2010).
mengambil langkah yang perlu untuk Wujud kinerja dalam pelayanan,
memastikan mereka sampai pada biasanya dapat dilihat dari keramah-
tujuan (Soeroso, 2003). tamahan, pengetahuan produk, kesigapan
Kepala ruangan haruslah dalam membantu, dan antusiasme para
menunjukkan bahwa ia memiliki pegawai dalam menangani suatu
kemampuan bekerja yang harmonis, persoalan. Masalah pelayanan juga sering
bersikap objektif dalam menghadapai dikaitkan dengan lokasi, jumlah produk
persoalan dalam pelayanan keperawatan jasa yang ditawarkan, serta keuntungan
melalui pengamatan, dan objektif juga yang akan didapat oleh pelanggan
dalam menghadapi tingkah laku stafnya. (Hasibuan, 2008).
Kepala ruangan harus peka akan kodrat Keith Davis dikutip oleh
manusia yang punya kelebihan dan Mangkunegara (2006), ada beberapa
kekurangan, memerlukan bantuan orang faktor yang mempengaruhi pencapaian
236 | J.K.Mesencephalon, Vol.2 No.4, Oktober 2016, hlm 231-237
kinerja pegawai yaitu faktor kemampuan lain dari kulturkorporasi juga merupakan
dan faktor motivasi. Motivasi diartikan faktor-faktor penting yang memengaruhi
sebagai sikap (attitude) pimpinan yang kinerja perawat pelaksana (Siregar, 2006).
terhadap situasi keja di lingkungan
organisasinya. Mereka yang bersikap KESIMPULAN DAN SARAN
positif terhadap situasinya akan
mewujudkan motivasi yang tinggi Faktor yang berhubungan dengan
sebaliknya jika mereka mewujudkan sikap kinerja adalah kemampuan dan
negatif maka rendahlah motivasinya. keterampilan, faktor Kepemimpinan, faktor
Situasi kerja dimaksud adalah hubungan budaya organisasi, sedangkan faktor yang
kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, tidak berhubungan adalah pengalaman
pola kepemimpinan kerja dan kondisi Sebaiknya perawat Instalasi Gawat
kerja (Mangkunegara, 2006). Darurat lebih memahami dan mampu
Besarnya pengaruh motivasi menerapkan metode pendekatan budaya
(meliputi: prestasi, pengembangan, organisasi dalam malaksanakan tugas
kondisi kerja, pengakuan, tanggungjawab dan kinerja sehari-hari, sehingga dapat
dan pendapatan) terhadap kinerja perawat menjadi contoh untuk petugas kesehatan
pelaksana sebesar 85,7%, sisanya 14,3% yang lain. Sebaiknya peneliti selanjutnya
dipengaruhi oleh faktor tingkat menggunakan pendekatan teori tentang
keterampilan, teknologi yang digunakan, budaya organisasi dan kinerja yang lain.
sikap manajemen, cara mereka
memperlakukan perawat, lingkungan kerja
fisik dan psikologis, serta aspek-aspek
DAFTAR PUSTAKA