You are on page 1of 8

Pusat Penelitian Sumber Daya Regional

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Policy Brief 07/2014

Penerapan Pajak sebagai Instrumen Pengendalian


Dampak Negatif terhadap Lingkungan

Muzzar Kresna, Ayu Nova Lissandhi, dan Kurnia Novianti

Pendahuluan

Pembangunan konvensional telah berhasil Perubahan pola tindakan produksi dan konsumsi
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tetapi gagal menjadi lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan
dalam aspek sosial dan lingkungan (Salim, dalam telah menjadi perhatian utama di komunitas
Azis, Napitupulu, Patunru, dan Resosudarmo, masyarakat global. Hal tersebut diawali oleh
2010:22). Hal ini dikarenakan pembangunan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa terhadap
konvensional meletakkan ekonomi pada pusat isu Lingkungan dan Pembangunan di Rio De
persoalan pertumbuhan, dan menempatkan faktor Janeiro, Brazil, tahun 1992, yang menghasilkan
sosial dan lingkungan pada posisi yang kurang rumusan kegiatan untuk mengimplementasikan
penting (Salim, dalam Azis dkk., 2010:22). Kondisi pencapaian target pembangunan berkelanjutan
ini menunjukkan perlunya model pembangunan melalui perubahan pola produksi dan konsumsi.
berkelanjutan yang dapat menghasilkan Selain itu, tindakan produksi dan konsumsi
keberlanjutan dari sisi ekonomi, sosial, dan berkelanjutan juga menjadi salah satu dari tujuh
lingkungan secara bersamaan dalam tiga jalur fokus utama dalam pembaruan Strategi
pertumbuhan yang terus bergerak maju (Salim, Pembangunan Berkelanjutan Uni Eropa di tahun
dalam Azis dkk., 2010:23). 2006.

Konsep mengenai pembangunan berkelanjutan Keterkaitan antara kegiatan ekonomi dengan


mulai menjadi perhatian utama pemimpin dunia sumber daya alam dan lingkungan menjadi penting.
sejak publikasi laporan Our Common Future oleh Hal ini dikarenakan proses produksi dan konsumsi
World Commision on Environment and tidak hanya membutuhkan sumber daya alam
Development (komisi Bruntland) pada tahun 1987 sebagai salah satu faktor input, tetapi juga akan
(White, dalam Devuyst, Hens, dan De Lannoy, menghasilkan output sisa (limbah) yang akan
2001:48). Dimana terdapat dua hal yang secara mempengaruhi kondisi maupun kelangsungan
implisit menjadi perhatian dalam konsep lingkungan (Fauzi, 2004:15). Masalah yang sering
pembangunan berkelanjutan oleh World muncul dalam pengelolaan sumber daya alam
Commission on Environment and Development adalah berbagai dampak negatif yang
tahun 1987 (Fauzi, 2004:231). Pertama, mengakibatkan manfaat diperoleh dari sumber daya
menyangkut pentingnya memperhatikan kendala sering tidak seimbang dengan biaya sosial yang
sumber daya alam dan lingkungan terhadap pola harus ditanggung (Fauzi, 2004:19). Permasalahan
pembangunan dan konsumsi. Kedua, menyangkut ini timbul karena karakteristik dari beberapa sumber
perhatian pada kesejahteraan generasi mendatang. daya alam dan lingkungan dikategorikan sebagai

©P2SDR-LIPI, 2014 Lt. 4, Gedung Herbarium


Tulisan ini merupakan pandangan penulis dan tidak berarti pandangan resmi P2SDR-LIPI Museum Ethnobotani Indonesia
Jl. Ir. H. Juanda 22 Bogor 16122
Fax: +62-251-8321039
Policy Brief 07/2014 2

barang publik (public goods) yang berimbas pada sebaiknya juga menggunakan disinsentif untuk
tindakan konsumsi maupun eksploitasi yang menghindari arah pembangunan yang tidak
berlebihan. berkelanjutan dengan menerapkan instrumen fiskal,
kebijakan harga, dan pembebanan ongkos kepada
Konsumsi terhadap barang publik sering perilaku yang tidak berkelanjutan (Salim, dalam
menimbulkan dampak yang disebut sebagai Azis dkk., 2010:29).
eksternalitas. Eksternalitas adalah dampak tindakan
ekonomi seseorang atau satu pihak terhadap orang Kondisi Isu Terkini
atau pihak lain tanpa disertai aliran kompensasi
(Azis dkk., 2010:32). Dalam keterkaitannya dengan Terkait dengan upaya untuk meminimalisasi
sumber daya alam dan lingkungan, eksternalitas dampak perubahan iklim serta tindakan produksi
sangat penting untuk diketahui karena akan dan konsumsi yang tidak ramah lingkungan dalam
menyebabkan alokasi serta pengelolaan sumber kerangka konsep pembangunan berkelanjutan dapat
daya alam dan lingkungan menjadi tidak efisien. dicapai dengan penerapan instrumen ekonomi.
Eksternalitas juga menyebabkan perbedaan persepsi Penerapan instrumen ekonomi seperti : pajak,
akan biaya dari sudut pandang individu maupun denda, dan subsidi dapat diterapkan untuk
sudut pandang sosial (masyarakat). Akibatnya, memitigasi eksternalitas negatif terhadap
terjadi distorsi dimana harga dan kuantitas mungkin lingkungan. Selain itu, hal tersebut juga dapat
optimal secara pribadi tetapi di bawah optimal menghasilkan pengaruh yang cukup kuat untuk
secara sosial (Patunru, dalam Azis dkk., 2010: 32). merubah pola produksi dan konsumsi menjadi lebih
Dengan kata lain, jika mekanisme pasar tidak eksis berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan, terutama
maka alokasi sumber daya alam dan lingkungan dalam mengendalikan dampak eksternalitas negatif
akan tidak efisien dan tidak optimal (Azis, terhadap lingkungan, dapat dilakukan melalui tiga
2004:21). metode (Aziz, 2012). Pertama, melalui direct
regulation (peraturan atau regulasi langsung), yaitu
Pencemaran udara misalnya, adalah salah satu menetapkan standar tertentu yang membutuhkan
contoh eksternalitas negatif dimana suatu pengawasan. Kedua, melalui voluntary measures
mekanisme pasar tidak terjadi secara sempurna, (tindakan sukarela), yaitu melalui pemberian
karena menurut mekanisme pasar maka pelaku insentif tanpa penalti, namun sekaligus mengurangi
pencemaran (polluter) tersebut seharusnya biaya pengawasan. Ketiga adalah market instrument
membayar kompensasi terhadap masyarakat yang (instrumen ekonomi pasar), yaitu mendorong
terkena dampak pencemaran. Menurut Fauzi perilaku efisien berdasarkan dinamika penawaran
(2004:21-22), “barang publik, eksternalitas, dan dan permintaan melalui mekanisme harga pasar.
kegagalan pasar adalah satu mata rantai yang sering
timbul dalam pengelolaan sumber daya alam dan Riset Gap
lingkungan”. Hampir semua unsur lingkungan (air, Kelemahan utama penerapan regulasi langsung
udara, dan lainnya) adalah barang non-pasar, adalah biaya pelaksanaannya seringkali sangat
dimana tidak ada transaksi antara penjual dan mahal karena semua orang dihadapkan pada standar
pembelinya. Karena itu, tidak ada keseimbangan yang sama padahal terdapat perbedaan kemampuan
harga di pasar, sehingga dibutuhkan teknik valuasi tiap orang dalam memenuhi aturan tersebut. Selain
ekonomi untuk menerjemahkan nilainya ke dalam
itu, sistem regulasi langsung juga mengharuskan
satuan harga (Patunru, dalam Azis dkk., 2010:33). diterapkannya sistem pengawasan yang ketat agar
Selain itu, paradigma pembangunan berkelanjutan tujuan tercapai, hal ini dikarenakan terdapat insentif

Penerapan Pajak sebagai Instrumen Pengendalian Dampak Negatif terhadap Lingkungan


Policy Brief 07/2014 3

cukup besar dari pelaku eksternalitas untuk keseimbangan (ekuilibrium) yang sebenarnya
mengabaikan peraturan (Hartono dkk., dalam Azis karena pembentukan harga didasarkan pada
dkk., 2010:60). Selanjutnya, untuk mengatasi Marginal Private Cost. Sehingga, harga barang
penerapan regulasi langsung yang dinilai tidak akan dirasa lebih murah dan akan memicu tingkat
efisien maka dapat dilakukan pendekatan produksi yang lebih besar. Hal ini terjadi karena
mekanisme pasar sebagai alternatif solusi. Alasan dalam proses produksi tidak memperhitungkan
penting mengapa internalisasi eksternalitas dapat besarnya residual hasil kegiatan produksi yang
dianggap efektif dalam memecahkan berbagai dilepaskan ke alam dan berpotensi menimbulkan
problem lingkungan adalah karena solusi ini eksternalitas negatif bagi lingkungan. Selanjutnya,
menyentuh akar permasalahan (yaitu, tidak agar pengalokasian sumber daya menjadi optimal
diperhitungkannya biaya kerusakan lingkungan maka pembentukan harga di pasar harus berpatokan
akibat polusi) dan bukan immediate cause (sebab pada konsep Marginal Social Cost, dimana hal
langsung dari polusi, yaitu adanya polutan) tersebut dapat diperoleh dengan Marginal Private
(Hartono, Yusuf dan Resosudarmo, dalam Azis Cost ditambahkan biaya eksternalitas (Marginal
dkk., 2010:50). Externality Cost). Dengan demikian, mekanisme
pasar dapat terjadi dengan menetapkan harga barang
sama dengan besarnya Marginal Social Cost, seperti
Temuan ditunjukkan pada ilustrasi 2.1 di atas.

Pengimplementasian instrumen ekonomi untuk


P (Price) pengendalian dan pengelolaan sumber daya alam
MSC juga menjadi bagian penting dalam perumusan
kebijakan lingkungan di negara-negara anggota Uni
MC
Eropa (Cornelia dan Lenuta, 2012). Penggunaan
instrumen atau alat kebijakan ekonomi, seperti
P* pajak lingkungan telah dipromosikan dalam 6th
P1 Environmental tax Environment Actions Programmed (EAP), the
MR renewed EU sustainable development strategy, dan
AR
Europe 2020 strategy (Cornelia dan Lenuta, 2012).
Saat ini beragam jenis pajak lingkungan dapat
* ditemui di segenap penjuru negara-negara di Eropa.
0 Q Q1 Q (Output)
Contoh mekanisme penerapan pajak lingkungan
Gambar 2.1Pajak Lingkungan yang Optimal dalam
antara lain: pajak bahan bakar dari sumber daya
Kondisi Pasar Persaingan Tidak Sempurna alam tidak terbarukan yang diterapkan di Denmark,
Norwegia, Jerman, Perancis, Italia, Inggris, dan
Pajak merupakan bentuk yang relatif sederhana dari Republik Ceko; pajak nitrogen (pupuk) di Swedia;
pendekatan mekanisme ekonomi pasar untuk pajak emisi karbon di Denmark, Finlandia,
mengatasi eksternalitas negatif terhadap lingkungan. Republik Irlandia, Belanda, Norwegia, Slovenia,
Jenis pajak atau denda ini juga dikenal sebagai Swedia, Swiss, dan Inggris; serta penerapan pajak
corrective tax atau Pigouvian tax (Hartono dkk., sampah plastik di Republik Irlandia (Aziz, 2012;
dalam Azis dkk., 2010:61). Ketika terjadi Budilaksono, 2012:8; SBS, 2013).
eksternalitas negatif maka harga barang yang
ditetapkan oleh perusahaan tidak menunjukkan titik

Penerapan Pajak sebagai Instrumen Pengendalian Dampak Negatif terhadap Lingkungan


Policy Brief 07/2014 4

Finlandia merupakan negara pertama di Eropa yang terhadap seluruh jenis bahan bakar fosil (sumber
memperkenalkan pengimplementasian pajak karbon daya alam tidak dapat diperbarui) dengan tanpa
di tahun 1990. Dimana di Finlandia ditetapkan tarif melihat apakah peruntukannya adalah sebagai bahan
pajak yang harus dibayar adalah sebesar €20 untuk sumber daya energi ataupun tidak. Pajak karbon di
setiap ton emisi CO2 yang dihasilkan (SBS, 2013). Swiss adalah sebesar CHF 36 per metrik ton CO2
Sama seperti halnya Finlandia, penerapan pajak yang dihasilkan (SBS, 2013).
karbon di Belanda juga dimulai sejak tahun 1990
meskipun pada periode selanjutnya untuk objek Berdasarkan pada publikasi laporan Green Growth
pajak (tax base) dirubah menjadi pajak bahan bakar oleh Czech Statistical Office (2013), pajak
(fuels tax). Selain itu, sebagai upaya untuk lingkungan di Republik Ceko dapat diklasifikasikan
mendorong peningkatan kegiatan mendaur ulang, menjadi tiga jenis, yaitu: pajak energi, pajak
maka di Belanda pada tahun 2007 juga mulai transportasi, dan pajak pencemaran. Pajak
diperkenalkan konsep penerapan pajak terhadap lingkungan merupakan sebuah bentuk instrumen
kemasan barang yang dianggap mengandung ekonomi pasar yang mengenakan biaya atas produk
karbon. atau aktivitas tertentu yang terbukti menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan (Czech
Sementara itu, negara lain di Eropa yang juga Statistical Office, 2013). Di Republik Ceko, pajak
menerapkan pajak lingkungan adalah Swedia. energi mewakili jumlah terbesar dari keseluruhan
Dimulai pada tahun 1991, Swedia memberlakukan jenis pajak lingkungan, yaitu mencakup hampir
penerapan pajak terhadap penggunaan sumber daya 90% di tahun 2012 (Czech Statistical Office, 2013).
energi berbasis batu bara, minyak bumi, gas alam, Dimana penerimaan negara dari pajak lingkungan
dan avtur yang digunakan oleh maskapai yang sebesar 3,4 milyar Euro atau 90,4 milyar
penerbangan dengan rute perjalanan di dalam Koruna mencakup hingga 6,7% dari total
negeri. Pemerintah Swedia menetapkan tarif pajak keseluruhan penerimaan negara pajak dan iuran
karbon yang harus dibayar adalah sebesar USD 150 jaminan sosial di Republik Ceko, tahun 2012.
untuk tiap ton CO2 yang dihasilkan. Selain itu,
Swedia juga menaikkan harga bahan bakar berbasis Sementara itu di Indonesia, pengimplementasian
minyak bumi sejak pemberlakuan pajak karbon instrumen ekonomi untuk pengendalian pencemaran
tersebut, dimana hasilnya adalah polusi akibat emisi dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan
CO2 dapat diturunkan hingga sebesar 9% antara dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup
tahun 1990 hingga 2006 (SBS, 2013). telah di atur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Sedangkan di negara Denmark pajak lingkungan Lingkungan Hidup. Di dalam pasal 42 ayat 2C
dikenakan kepada semua konsumen sumber daya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 disebutkan
energi, tetapi pengecualian diberikan bagi bahwa instrumen ekonomi digunakan sebagai
perusahaan dari sektor industri yang penerapan insentif maupun disinsentif bagi upaya perlindungan
pajaknya lebih didasarkan pada jenis seumber daya dan pengelolaan lingkungan hidup. Selanjutnya,
energi yang digunakan dalam proses produksinya dijelaskan pada pasal 43 ayat 3 Undang-Undang
serta juga melihat apakah perusahaan tersebut No. 32 Tahun 2009 bahwa instrumen ekonomi yang
menjalankan skema voluntary dalam menjalankan dimaksud adalah penerapan pajak, retribusi dan
efisiensi energi. Sedangkan di negara Swiss subsidi lingkungan hidup. Dari Undang-Undang
pemberian insentif pajak karbon baru dilaksanakan tersebut dapat menjadi dasar hukum bahwa
sejak tahun 2008. Dimana pajak karbon dikenakan instrumen ekonomi berupa pajak lingkungan dapat

Penerapan Pajak sebagai Instrumen Pengendalian Dampak Negatif terhadap Lingkungan


Policy Brief 07/2014 5

diterapkan untuk mengatasi dampak negatif gasses). Namun, penerapan pajak lingkungan jika
terhadap lingkungan hidup di Indonesia walaupun tidak diimbangi dengan stimulus berupa
bentuk implementasinya masih belum juga dapat pengurangan tingkat pajak yang lain di satu sisi
dilaksanakan. tentu akan menimbulkan disinsentif bagi kegiatan
perekonomian nasional suatu negara. Hal ini
dikarenakan konsep pajak adalah sebagai tambahan
biaya lain yang harus ditanggung oleh produsen
Rekomendasi Kebijakan
maupun konsumen akibat terjadinya kenaikan pada
Landasan rasional pajak lingkungan adalah tingkat harga barang secara umum (inflasi) sehingga
internalisasi dari biaya eksternal yang tidak akan berpengaruh pada kemampuan atau daya beli
tercantum di dalam pembentukan harga di pasar. masyarakat. Salah satu kebijakan penting terkait
Menganalisis skema penerapan pajak lingkungan di interaksi antara kebijakan fiskal dan kebijakan
Eropa dapat dilihat bahwa yang menjadi sasaran lingkungan dalam kerangka pembangunan
utama adalah upaya pengurangan gas berkelanjutan adalah pengimplementasian reformasi
karbondioksida (CO2). Hal tersebut dilakukan pajak lingkungan (environmental tax reform) di
seiring dengan upaya memitigasi dampak perubahan negara-negara Uni Eropa, termasuk salah satu yang
iklim akibat pemanasan global. Dimana senyawa menerapkan yakni Republik Ceko sejak tahun 2007.
karbondioksida merupakan kontributor terbesar
dalam pembentukan gas rumah kaca (green house

Gambar 3.1 Ilustrasi Model Implementasi Kebijakan Reformasi Pajak Lingkungan

Penerapan Pajak sebagai Instrumen Pengendalian Dampak Negatif terhadap Lingkungan


Policy Brief 07/2014 6

Mekanisme reformasi pajak lingkungan metode produksi paling efisien terkait dampak
dilaksanakan dengan cara melakukan substitusi negatif dari residual yang dihasilkan.
antara sebagian proporsi penerimaan negara dari
pajak penghasilan dengan pemasukan dari pajak
lingkungan, yaitu melalui pengurangan tarif pajak
penghasilan yang diimbangi dengan penetapan tarif
pajak pada aktivitas atau sumber-sumber yang
menimbulkan eksternalitas negatif terhadap
lingkungan, seperti ditunjukkan pada ilustrasi 3.1 di
atas. Reformasi pajak lingkungan di Republik Ceko
dilakukan dengan mengurangi tingkat pajak
penghasilan dan iuran kontribusi jaminan sosial
yang diikuti dengan pemberlakuan pajak terhadap
penggunaan sumber daya energi tidak terbarukan
serta pajak terhadap aktivitas yang dapat mencemari
lingkungan alam. Dimana dari pelaksanaan
reformasi pajak lingkungan akan menghasilkan
prospek terjadinya kondisi double dividend, yaitu Tentang Penulis
kondisi dimana penerapan pajak lingkungan dapat
menghasilkan dua manfaat utama yakni bagi Muzzar Kresna, Ayu Nova Lissandi,
kondisi makroekonomi suatu negara berupa dan Kurnia Novianti adalah peneliti
menstimulasi pertumbuhan ekonomi dari sisi pada Pusat Penelitian Sumber
peningkatan konsumsi domestik yang berkelanjutan Daya Regional, Lembaga Ilmu
atau ramah lingkungan sekaligus mendorong Pengetahuan Indonesia.
terjadinya keunggulan kompetitif di pasar tenaga
kerja, dan perbaikan lingkungan hidup. Selanjutnya, Policy Brief ini merupakan salah
melalui penerapan pajak lingkungan maka pihak satu output dari penelitian yang
pencemar (polluters) sebenarnya diberi kebebasan dibiayai DIPA PSDR-LIPI tahun
untuk mencemari lingkungan namun disertai 2010-2014 tentang Pengelolaan
konsekuensi sanksi berupa harga yang harus dibayar Lingkungan dan Pembangunan
untuk setiap unit residual yang dihasilkan. Selain Berkelanjutan di Eropa.
itu, esensi dari pendekatan pajak lingkungan adalah
memberikan insentif atau kesempatan bagi pihak
pencemar untuk berinovasi dalam menemukan

Penerapan Pajak sebagai Instrumen Pengendalian Dampak Negatif terhadap Lingkungan


Policy Brief 07/2014 7

Daftar Pustaka

Abdullah, Sabah and Bruce Morley. “Environmental taxes and economic growth: Evidence
from panel causality tests.” Energy Economics 42 (2014): 27-33.
Alton, Theresa et al.. “Introducing carbon taxes in South Africa.” Applied Energy 116 (2014):
344-354.
Amundsen, Eirik S. and Ronnie Schob. “Environmental taxes on exhaustible resorces.”
European Journal of Political Economy 15 (1999): 311-329.
Azis, Iwan J. et al. (Ed). Pembangunan Berkelanjutan Peran dan Kontribusi Emil Salim.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), 2010.
Barker, Terry et al.. “Carbon leakage from unilateral Environmental Tax Reforms in Europe,
1995-2005.” Energy Policy 35 (2007): 6281-6292.
Baumol, W. “On taxation and the control of externalities.” American Economic Review 62(3)
(1972): 307-321.
Baumol, W. and W. Oates. “The use of standards and prices for the protection of the
environment.” Swedish Journal of Economics 73 (1971): 42-54.
Baumol, W. and W. Oates. The Theory of Environmental Policy. Cambridge: Cambridge
University Press, 1988.
Bosquet, Benoit. “Environmental tax reform: does it work? A survey of the empirical
evidence.” Ecological Economics 34 (2000): 19-32.
Bossier, Francis and Thierry Brechet. “A fiscal reform for increasing employment and
mitigating CO2 emissions in Europe.” Energy Policy 23 (1995): 789–798.
Bovenberg, A. L. and R. de Mooij. “Environmental levies and distortionary taxation.”
American Economic Review 84 (1994): 1085–1089.
Bovenberg, A. L. and Lawrence H. Goulder. ”Optimal environmental taxation in the presence
of other taxes: general equilibrium analysis.” American Economic Review 86 (1996): 985 –1000.
Cornelia, Piciu Gabriela and Lenuta Trica Carmen. “Trends in the Evolution of Environmental Taxes.” Procedia
Economics and Finance 3 (2012a): 716-721. doi: 10.1016/S2212-5671(12)00219-5.
Cornelia, Piciu Gabriela and Lenuta Trica Carmen. “Assessing the Impact and Effectiveness
of Environmental Taxes.” Procedia Economics and Finance 3 (2012b): 728-733.
Czech Statistical Office. (2013). Green Growth In The Czech Republic Selected Indicators
2013. Prague, Czech Republic: Author.
Dale, Virginia H. et al.. “Indicators for assessing socioeconomic sustainability of bioenergy
systems: A short list of practical measures.” Ecological Indicators 26 (2013): 87-102.
Devuyst, Dimitri, Luc Hens and Walter De Lannoy (Ed.).How Green Is the City? Sustainability Assessment and
the Management of Urban Environments. New York: Columbia University Press, 2001.
Ekins, Paul et al.. “Increasing carbon and material productivity through environmental tax
reform.” Energy Policy 42 (2012): 365-376.
Eurostat. (2013). Environmental taxes A statistical guide. Luxembourg City, Luxembourg:
Publications Office of the European Union.
Fauzi, Akhmad. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Field, Barry C. and Nancy D. Olewiler. Environmental Economics. 2nd Canadian ed. Toronto: McGraw-Hill
Ryerson, 2002.
Goulder, Lawrence H.. “Climate change policy’s interactions with the tax system.” Energy
Economics 40 (2013): S3-S11.
Government Council for Sustainable Development. (2009). Progress Report on the Czech

Penerapan Pajak sebagai Instrumen Pengendalian Dampak Negatif terhadap Lingkungan


Policy Brief 07/2014 8

Republic Sustainable Development Strategy. Prague, Czech Republic: Author.


Gujarati, Damodar N. and Dawn C. Porter. Basic Econometrics. 6th ed. New York: McGraw-
Hill, 2009.
Kneller, Richard, Michael F. Bleaney and Norman Gemmell. “Fiscal policy and growth:
implication from OECD countries.” Journal of Public Economics 74(2) (1999):171-190.
Kuskova, Petra, Alena Markova and Klara Najmanova. (2009). Czechs in a Consumer
Paradise (!?) Trends in Consumption of Czech Households Over the Past Twenty Years. Prague, Czech
Republic: CENIA.
Leiter, Andrea M., Arno Parolini, and Hannes Winner. “Environmental regulation and
investment: evidence from European industries.” Ecological Economics 70 (2011): 759-770.
Ministry of the Environment of the Czech Republic. (2004). State Environmental Policy of the Czech Republic
2004-2010. Prague, Czech Republic: Author.
Ministry of the Environment of the Czech Republic. (2008). Framework of Programmes on
Sustainable Consumption and Production in the Czech Republic. Prague, Czech Republic: Author.
Ministry of the Environment of the Czech Republic. (2010). The Strategic Framework for
Sustainable Development in the Czech Republic. Prague, Czech Republic: Author.
Ministry of the Environment of the Czech Republic. (2011). Report On The Environment of
the Czech Republic. Prague, Czech Republic: CENIA.
Ministry of the Environment of the Czech Republic. (2013). The State Environmental Policy
of the Czech Republic 2012-2020 (Summary). Prague, Czech Republic: Author.
Myles, G.. “Taxation and economic growth.” Fiscal Study 21 (2000): 141-168.
Patuelli, Roberto, Peter Nijkamp and Eric Pels. “Environmental tax reforms and the double
dividend: a meta-analytical performance assessment.” Ecological Economics 55 (2005): 564-583.
Pautrel, Xavier. “Pollution and life expectancy: how environmental policy can promote
growth.” Ecological Economics 68 (2009): 1040-1051. doi: 10.1016/j.ecolecon.2008.07.011.
Pearce, David W. and R. Kerry Turner. Economics of Natural Resources and the Environment.
Hertfordshire: Harvester Wheatsheaf, 1990.
Pigou, A. C.. The Economics of Welfare. 4th ed. London: Macmillan, 1932.
Rapanos, Vasilis T. And Michael L. Polemis. ”Energy demand and environmental taxes: the
case of Greece.” Energy Policy 33 (2005):1781-1788.
Ricci, Francesco. “Channels of transmission of environmental policy to economic
growth.”Ecological Economics 60 (4) (2007): 688-699.
Scrimgeour, Frank, Les Oxley and Koli Fatai. “Reducing carbon emissions? The relative
effectiveness of different types of environmental tax: the case of New Zealand.
”Environmental Modelling & Software 20 (2005): 1439-1448.
Sobotovicova, Sarka. 2011. Environmental Taxes In The Czech Republic.
(http://www.opf.slu.cz/aak/2011/02/sobotovicova.pdf, accessed on July 3, 2014).
Vojacek, Ondrej and Jaroslav Klusak. “Environmental tax reform : qualitative research in the
Czech Republic.” Resource productivity, environmental tax reform ans sustainable
growth in Europe (petrE). (2007): 62-70. (http://petre.org.uk/pdf/vojacek_klusak_ETR_czech.pdf,
accessed on July 3, 2014).
Wadsworth, Yoland. Do It Yourself Social Research. 2nd ed. New South Wales: Allen &
Unwin, 1997.
Wulansari, Dyah et al.. Cara Cerdas Menguasai EViews. Jakarta: Penerbit Salemba Empat,
2011.

Penerapan Pajak sebagai Instrumen Pengendalian Dampak Negatif terhadap Lingkungan

You might also like