You are on page 1of 14

Diabetes Melitus Tipe Lain et causa Sindrom Cushing

Jackson Samuel 102013441


Vicky Asianto 102015082
Muhammad Rizal Shafiq 102015198
Gracelya Pattiasina 102012338
Aulia Kartika Yustisia 202013548
Fedora Jolie 102015054
Cudith Lofinci 102015086
Fransiska Oktavianna Pratiwi 102015161
Nur Syahira binti Afillah 102015219
KELOMPOK F3
Tutor PBL ; dr Reynard
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012
Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat 15510

Pendahuluan
Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol plasma berlebihan
dalam tubuh (hiperkortisolism),baik oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis
farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal(spontan).Penyakit ini ditandai dengan obesitas badan (truncal
obesity), hipertensi,mudah lelah, amenorea,hirsutisme,striae abdomen berwarna ungu, edema,
glukosuria,osteoporosis,dan tumor basofilikhipofisis.
Sindrom Cushing relatif langkah dan paling sering terjdi pada usia20 hingga 50tahun.
Orang yang menderitaobesitas dan DM-tipe2, disertai dengan hipertensi dan gula darah yang
tidak terkontrol ,akan meningkatkan risiko terserang penyakit ini.Sebagian besar kasus Sindrom
Cushing disebabkan iatrogenik pemberian glukokortikoid eksogen ,sedangkan keja dianta hunan
Sindrom Cushing endogen telah diperkirakan sebesar 13 kasus perjuta individu.Dari kasus-kasus
ini,sekitar 70% disebabkan hiperplasia adrenal bilateral oleh hipersekresi ACTH hipofisis atau
produksi ACTH oleh tumor nonendokrin (pituitaryACTH-producingtumor),15% karena ACTH
ektopik, dan 15% karena tumor adrenal primer.

Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.
Dengan dilakukanya anamnesis maka 70% diagnosis dapat ditegakkan. Sedangkan 30% sisanya
didapatkan dari pemeriksaan fisik dan penunjang.1
Keluhan Utama1
 Pasien datang dengan keluhan sering lemas sejak 2 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang1
 Apa yang pasien maksud mengenai keluhan lemas?
 Apakah pasien merasa lemas sepanjang waktu? Apakah lemas yang dimaksud adalah tak
bisa berolahraga, merasa lemas saat melakukan aktivitas, atau lelah?
 Kapan pertama kali timbul gejala? Apa yang tampaknya memicu gejala? Adakah gejala
fisik lain? Adakah perubahan sosial yang signifikan saat ini?
 Adakah sesak napas? Adakah penurunan berat badan, demam, atau hilang nya napsu
makan?
 Apakah terdapat peningkatan nafsu makan dan keinginan untuk minum, serta
peningkatan frekuensi untuk berkemih terutama pada malam hari ?
 Sejak kapan pasien mengalami gejala sering kencing?
 Apakah pasien sedang menggunakan obat diuretic?
 Adakah kelainan pada kulit seperti adanya pigmentasi, garis – garis ungu pada abdomen
atau mudah memar ?

Riwayat penyakit dahulu1


 Adakah riwayat penggunaan kortikosteroid?
 Adakah riwayat penyakit paru, seperti asma?
 Adakah riwayat diabetes melitus sebelumnya?
Riwayat penyakit keluarga1
 Adakah riwayat diabetes melitus dalam keluarga?

Riwayat pribadi dan sosial1


 Bagaimana pola makan/diet pasien?
 Apakah paien merokok, minum alcohol?

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi2
a. Wajah dan leher: lihat adanya jerawat di wajah yang disebabkan karena kelebihan
androgen, wajah bulan (moon face), hirsutisme (munculnya rambut pada perempuan
dibagian dagu ataupun diatas bibir), tonjolan kerbau (buffalo hump). Buffalo hump
terjadi karena penumpukan lemak yang biasanya berkumpul di wajah, leher, area
interskapuler, badan, dan pelvic.
b. Kulit, kuku, rambut: pigmentasi abu-abu dan coklat pada leher dan aksila dapat
terjadi pada pasien dengan sindroma cushing. Striae ungu, biasanya pada abdomen
dan memar (ekimosis) merupakan tanda umum dari sindrom cushing. Edema juga
dapat terjadi pada penyakit ini. Pada pasien dengan sindrom cushing kulit pasien
menjadi tipis.
c. Dada: pada pasien dewasa pria, ginekomastia dapat berhubungan dengan
hipogonadisme, hipotiroidisme, dan juga sindroma cushing. Pada wanita yang tidak
menyusui, rabas putting mengindikasikan kelebihan prolaktin atau esterogen,
diabetes melitus atau sindroma cushing.
2. Palpasi: bisa dilakukan pada daerah tiroid tetapi tidak spesifik untuk pasien sindrom
cushing.2
3. Auskultasi pada daerah tiroid hanya untuk menyingkirkan kelainan tiroid.2
4. Pengukuran antropometri Pasien mengalami peningkatan jaringan adiposa di wajah
(moon face), punggung atas di pangkal leher (buffalo hump), dan di atas klavikula
(bantalan lemak supraklavikularis).Obesitas sentral dengan jaringan adiposa meningkat di
mediastinum dan peritoneum; peningkatan ratio pinggang-pinggul yakni > 1 pada pria
dan > 0,9 pada wanita.2

Pemeriksaan Penunjang
1. Irama sirkadian kortisol
Pada penderita sindroma cushing irama sirkadian ini hilang. Pada sebagian besar kasus
kortisol pukul 09.00 pagi normal namun pada malam hari kadar kortisol meningkat.
Pemeriksaan random pada pagi hari kurang memberikan manfaat untuk diagnosis,
sedangkan kadar kortisol tengah malam yang lebih dari 200 nmol/L (7,5μg/dl)
mengindikasikan sindrom cushing. Namum beberapa faktor perlu diperhitungkan seperti
stress pada saat diambil darah, penyakit lain bisa menyebabkan hasil positif palsu.
Idelanya pasien harus dirawat inap dirumah sakit selama 24-48 jam sebelum pengambilan
darah untuk kadar kortisol tengah malam. Hilangnya ritme sirkadian merupakan test yang
sensitive tetapi karena kelemahan metode pengukurannya maka pemeriksaan ini tidak
banyak dipakai.3
2. Kortisol saliva
CBG tidak terikat pada saliva sehingga pemeriksaan kortisol saliva memberikan
alternative yang cukup sensitive. Penderita tidak perlu rawat inap. Nilai normal kadar
kortisol tengah malam umumnya dibawah 0,15μg/dl. Kadar kortisol lebih dari 2,0 ng/mL
(5,5 nmol/L) menunjukan sensitive sebesar 100% dan 96 spesifik 96% untuk sindrom
cushing.3
3. Ekskresi kortisol bebas dalam urin
Metode pemeriksaan ini yaitu memeriksa kortisol bebas yang disekresi di urin merupakan
metode yang bagus untuk mendiagnosa sindrom cushing. Dalam keadaan normal kortisol
yang disekresi kurang dari 1% di urin. Pada keadaan ekeses, kapasitas CBG akan
terlampaui sehingga kadar kortisol bebas dalam plasma dan urin akan meningkat,
ekskresi urin juga akan meningkat. Kortisol bebas diukur dengan cara menampung urin
selama 24 jam. Nilai normal dengan cara HPLC/LC/MS adalah 5-50 μg/dl/24 jam.3
4. Tes supresi deksametason dosis rendah
Pada orang normal, pemberian glukortikoid dosis suprafisiologis akan mensupresi ACTH
dan sekresi kortisol. Pada sindrom cushing terjadi kegagalan supresi bila diberikan
dexametason dosis rendah. Test dilakukan pada tengah malam ini bermanfaat untuk
skrining. Deksametson diberikan 1 mg pada jam 23.00 dan besok paginya di ambil
sampel plasma untuk pengukuran kadar kortisol. Sindrom cushing bisa disingkirkan bila
kadar kortisol kurang dari 1,8 μg/dl.3

Working Diagnosis
Sindrom Cushing adalah gangguan hormonal yang disebabkan kortisol plasma berlebihan
dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam
dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis
hipotalamus-hipofisisadrenal (spontan). Sindrom Cushing iatrogenik dijumpai pada penderita
artritis reumatoid, asma, limfoma dan gangguan kulit umum yang menerima glukokortikoid
sintetik sebagai agen antiinflamasi. Pada sindrom Cushing spontan, hiperfungsi korteks adrenal
terjadi sebagai akibat rangsangan berlebihan oleh ACTH atau sebagai akibat patologi adrenal
yang mengakibatkan produksi kortisol abnormal.4
Sindrom Cushing dapat dibagi menjadi dua jenis: 1)dependent ACTH dan 2) independent
ACTH. Di antara jenis dependent ACTH, hiperfungsi korteks adrenal mungkin disebabkan oleh
sekresi ACTH kelenjar hipofisis yang abnormal dan berlebihan.
Sindrom Cushing relatif langka dan paling sering terjadi pada usia 20 hingga 50 tahun.
Orang yang menderita obesitas dan DM-tipe 2, disertai dengan hipertensi dan gula darah yang
tidak terkontrol, akan meningkatkan risiko terserang penyakit ini.5

Diabetes Melitus Tipe Lain


Diabetes jenis ini dahulu kerap disebut diabetes sekunder, atau DM tipe lain. Etiologi
diabetes jenis ini, meliputi: (a) penyakit pada pankreas yang merusak sel β, seperti
hemokromatosis, pankreatitis, fibrosis kistik; (b) sindrom hormonal yang mengganggu sekresi
dan/atau menghambat kerja insulin, seperti akromegali, feokromositoma, dan sindrom Cushing;
(c) obat-obat yang menggangu sekresi insulin (fenitoin [Dilantin]) atau menghambat kerja
insulin (estrogen dan glukokortikoid); (d) kondisi tertentu yang jarang terjadi, seperti kelainan
pada reseptor insulin; dan (e) sindrom genetic.5
Differential Diagnosa
1. Cushing Disease

Penyakit Cushing adalah kondisi dimana hipofisis mensekresi ACTH terlalu banyak.
Penyakit ini merupakan salah satu penyebab Sindrom Cushing. Penyakit Cushing disebabkan
oleh tumor atau hiperplasia dari hipofisis. Keadaan terlalu banyaknya ACTH bisa mengakibatkan
meningkatnya produksi dan pengeluaran kortisol, suatu hormon stress. Biasanya kortisol
dikeluarkan pada saat seseorang mengalami keadaan yang stress, hormon ini mengatur
penggunaan karbohidrat, lemak, dan protein tubuh serta menolong penurunan imun sehingga
reaksi radang tidak terlalu parah.6
Gejala yang diberikan adalah obesitas badan, dengan tangan dan kaki yang kurus, muka
bulan, dan terhambatnya pertumbuhan pada anak-anak. Perubahan kulit ditandai dengan jerawat
dan infeksi kulit, striae ungu, dan kulit yang tipis dan mudah robek. Kelemahan dan penipisan
tulang juga bisa terjadi. Pada pria ini juga berdampak pada penurunan libido dan impotensi.6
Secara umum, langkah pertama dalam menentukan diagnosis adalah memastikan keadaan
kortisol yang berlebihan dalam darah (sindrom Cushing). Hal ini dilakukan dengan tes hormon.
Setelah diagnosis didirikan, diperlukan pemeriksaan MRI untuk menetukan apakah terdapat
tumor hipofisis. Pada penyakit Cushing, biasanya ditemukan tumor yang sangat kecil
(microadenoma). Jika tidak terdapat tumor, maka nilai inferior petrosal sinus sampling (IPSS)
akan rendah. Dalam beberapa kasus, MRI gagal untuk mengidentifikasi kelainan dengan
demikian dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan IPSS. IPSS harus dilakukan oleh
neuroradiologist yang berpengalaman karena memiliki resiko, dan jika dilakukan tidak tepat,
dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Jika tingkat ACTH pada IPSS sama dengan vena di
bawah jantung, maka dapat menunjukan adanya tumor di bagian tubuh yang lain (tumor ektopik)
yang memproduksi ACTH. Pada penyakit Cushing, tingkat ACTH dalam IPSS jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan vena di bawah jantung.6
Untuk penatalaksanaan, yang perlu dilakukan adalah operasi untuk menghilangkan tumor
hipofisis bila memungkinkan. Setelah operasi, hipofisis akan perlahan-lahan kembali ke arah
normal. Selama proses ini mungkin diperlukan penambahan kortisol sementara. Selain
pembedahan, radiasi hipofisis juga mungkin digunakan. Bila kedua cara diatas gagal, maka
pemberian obat yang membuat tubuh berhenti mengeluarkan kortisol juga bisa diberikan. Bila
gagal juga, adrenelektomi adalah jalan lain untuk mengurangi sekresi kortisol.Prognosis bila
tidak diobati adalah buruk, operasi bisa mengobati, tetapi tumor mungkin saja tumbuh kembali.6

2. Diabetes Mellitus tipe II


Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah
penyakit kronik yang disebabkan oleh ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi
hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, ataugabungan dari kedua hal tersebut.7
Diabetes mellitus dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya
produksi insulin oleh pankreas.
2. Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan
insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.
Gejala klasik diabetes antara lain poliuria (sering berkemih), polidipsia (sering haus),
polifagia (sering lapar), dan berat badan turun. Gejala lain yang biasanya ditemukan pada saat
diagnosis antara lain: adanya riwayat penglihatan kabur, gatal-gatal, neuropati perifer, infeksi
vagina berulang, dan kelelahan. Meskipun demikian, banyak orang tidak mengalami gejala
apapun pada beberapa tahun pertama dan baru terdiagnosis pada pemeriksaan rutin.Pasien
dengan diabetes melitus tipe 2 jarang datang dalam keadaan koma hiperosmolar nonketotik
(yaitu kondisi kadar glukosa darah sangat tinggi yang berhubungan dengan menurunnya
kesadaran dan tekanan darah rendah).7

Pada penderita diabetes melitus tipe 2, kelelahan yang luar biasa merupakan gejala yang
paling awal dirasakan. Pasien akan merasakan tubuhnya lemas walaupun tidak melakukan
aktifitas yang tidak terlalu berat. Penurunan berat badan secara drastis. Kelebihan lemak dalam
tubuh akan menyebabkan resistensi tubuh terhadap insulin meningkat. Pada orang yang telah
menderita diabetes, walaupun ia makan makanan secara berlebihan tubuhnya tidak menjadi
gemuk dan malah mengurus hal ini disebabkan karena otot tidak mendapatkan cukup energi
untuk tumbuh. Gangguan penglihatan.5 Kadar gula yang tinggi dalam darah akan menarik cairan
dalam sel keluar, hal ini akan menyebabkan sel menjadi keriput. Keadaan ini juga terjadi pada
lensa mata, sehingga lensa menjadi rusak dan penderita akan mengalami gangguan penglihatan.
Gangguan penglihatan ini akan membaik bila diabetes melitus berhasil ditangani dengan baik.
Bila tidak tertangani, gangguan penglihatan ini akan dapat memburuk dan menyebabkan
kebutaan.
Sering terinfeksi dan bila luka sulit sekali sembuh. Keadaan ini bisa terjadi karena kuman
tumbuh subur akibat dari tingginya kadar gula dalam darah. Selain itu, jamur juga sangat
menikmati tumbuh pada darah yang tinggi kadar glukosanya.

Etiologi
Sindrom Cushing dapat diakibatkan oleh pemberian glukortikoid jangka panjang dalam
dosis farmakologik (latrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan pada gangguan aksis
hipotalamus-hipofise-adrenal (spontan) pada sindrom cusing spontan, hiperfungsi korteks
adrenal terjadi akibat ransangan belebihan oleh ACTH atau sebab patologi adrenal yang
mengakibatkan produksi kortisol abnormal.7
1. AdenomapenghasilACTHhipofisis yaitu:
- Adenoma hipofisis yang mensekresi ACTH berasal dari corticotrophs
dihipofisis anterior.
- ACTH yang disekresi oleh corticotrophs dilepaskan ke dalam sirkulasi dan
bekerja pada korteks adrenal untuk menghasilkan hiperplasiadan
merangsangsekresisteroidadrenal.
- Adenoma yang besar dapat menyebabkan hilangnya produksi hormonlainnyadari
hipofisisanterior(TSH,FSH,LH,hormon
pertumbuhan,danprolaktin)danhormonvasopresindihipofisis posterior.

Epidemiologi
Sindrom Cushing relatif langka dan paling sering terjadi pada usia 20 tahun hingga 50
tahun. Orang yang menderita obesitas dan DM tipe 2, disertai dengan hipertensi dan gula darah
yang tidak terkontrol, akan meningkatkan resiko terserang sindrom ini.5
Sebagian besar kasus sindrom Cushing disebabkan iatrogenik pemberian glukokortikoid
eksogen, sedangkan kejadian tahunan sindrom Cushing endogen telah diperkirakan sebesar 13
kasus per juta individu. Dari kasus-kasus lain, sekitar 70% disebabkan hiperplasia adrenal
bilateral oleh hipersekresi ACTH hipofisis atau produksi ACTH oleh tumor non endokrin
(pituitary ACTH-producing tumor), 15% karena ACTH ektopik, dan 15% karena tumor adrenal
primer. Insiden hiperplasia hipofisis adrenal tiga kali lebih besar pada wanita dari pada laki-laki,
kebanyakan muncul pada usia dekade ketiga atau keempat. Insiden puncak dari sindrom
Cushing, baik yang disebabkan oleh adenoma adrenal maupun hipofisis terjadi sekitar 25-40
tahun. Pada ACTH ektopik, insiden lebih sering pada laki-laki dibanding wanita.5

Patofisiologi
Secarafisiologis hipotalamus berada di otak dan kelenjar hipofisis berada tepat di
bawahnya. Inti paraventrikular (PVN) dari hipotalamus melepaskan Corticotrophin-
releasinghormone(CRH),yang merangsang kelenjar hipofisis untuk melepaskan
adrenocorticotropin (ACTH). ACTH bergerak melalui darah ke kelenjar adrenal kemudian
merangsang pelepasan kortisol. Kortisol disekresi oleh korteks kelenjar adrenal dari daerah
yang disebut zona fasciculate sebagai respons terhadap ACTH. Peningkatan kadar kortisol
menyebabkan umpan balik negatif (negative feedback) pada hipofisis sehingga menurunkan
jumlah ACTH yang dilepaskan dari kelenjar hipofisis.8
Sindrom Cushing mengcu terhadap kelebihan kortisol berdasarkan etiologi apapun, baik
kelebihan kadar pemberian glukokortikoid eksogen ataupun over produksi kortisol endogen.
Over produksi glukokortikoid endogen atau hiperkortisolisme yang independen ACTH biasanya
disebabkan oleh neoplasma yang mensekresikortisol dalam korteks kelenjar adrenal
(neoplasmaadrenocortical primer). Biasanya merupakan sebuah adenoma dan jarang
karsinoma.10Adenoma ini menyebabkan kadar kortisol dalam darah sanga ttinggi, terjadinya
umpan balik negatif terhadap hipofisis dari tingkat kortisol yang tinggi akan menyebabkan
tingkat ACTH sangat rendah.8
Pada kasus lain dengan dependen ACTH, sindrom Cushing hanya merujuk kepada
hiperkortisolisme sekunder akibat produksi berlebihan ACTH dari cortico trophic pituitary
adenoma. Hal ini menyebabkan kadar ACTH dalam darah meningkat bersamaan dengan kortisol
dari kelenjar adrenal. Kadar ACTH tetap tinggi karena tumor menyebabkan hipofisis menjadi
tidak responsif terhadap umpan balik negatif dari kadar kortisol yang tinggi. ACTH jugadapat
disekresi berlebihan pada pasien-pasien dengan neoplasma yang memiliki kapasitas untuk
menyintesis dan melepaskan peptida mirip ACTH baik secara kimia maupun fisiologik. ACTH
berlebihan yang dihasilkan dalam keadaan ini menyebabkan rangsangan yang berlebihan
terhadap sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan disebabkan oleh penekanan pelepasan ACTH
hipofisis. Jadi, kadar ACTH yang tinggi pada penderita ini berasal dari neoplasma dan bukan dari
kelenjar hipofisisnya. Sejumlah besar neoplasma dapat menyebabkan sekresi ektopik ACTH.
Neoplasma-neoplasma ini biasanya berkembang dari jaringan-jaringan yang berasal dari lapisan
neuro ektodermal selama perkembangan embrional. Karsinoma seloat paru, karsinoid bronkus,
timoma, dan tumor sel-sel pulau dipankreas , merupakan contoh-contoh yang paling sering
ditemukan. Beberapa tumor ini mampu menyekresi CRH Hektopik. Pada keadaan ini, CRH
ektopik merangsang sekresi ACTH hipofisis, yang menyebabkan terjadinya sekresi kortisol
secara berlebihan oleh korteks adrenal. Jenis sindrom Cushing yang disebabkan oleh sekresi
ACTH yang berlebihan-hipofisis atau ektopik- seringkali disertai hiperpigmentasi.
Hiperpigmentasi ini disebabkan oleh sekresi peptida yang berhubungan dengan ACTH dan
kerusakan bagian-bagian ACTH yang memiliki aktivitas melanotropik. Pigmentasi terdapat pada
kulitdan selaput lendir.8
Hiperplasia bilateral micronodular dan hiperplasia macronodular merupakan penyebab
Cushing sindrom yang langka. Sindrom Cushing juga merupakan penyakit autoimun pertama kali
diidentifikasi pada manusia.8

Gejala Klinis
Banyak tanda-tanda dan simtomp sindrom Cushing menyertai kerja glukokortikoid.
Mobilisasi jaringan ikat suportif perifer menyebabkan kelemahan otot dan kelelahan;
osteoporosis, striae kulit, dan mudah berdarah bawah kulit. Osteoporosis bisa menyebabkan
kolaps korpus vertebra dan tulang lain. Peningkatan glukoneogenesis hati dan resistensi insulin
dapat menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Diabetes melitus klinis dijumpai pada kira-kira
20% pasien, yang mungkin bersifat individu dengan predisposisi diabetes. Hiperkortisolisme
mendorong penumpukan jaringan adiposa pada tempat-tempat tertentu, khususnya di wajah
bagian atas (menyebabkan moon face), daerah antara kedua tulang belikat (buffalo hump) dan
mesentrik (obesitas badan). Jarang tumor lemak episentral dan pelebaran mediastinum sekunder
terhadap penumpukan lemak. Alasan untuk distribusi yang aneh jaringan adiposa ini belum
diketahui, tetapi berhubungan dengan resistensi insulin dan/atau peningkatan kadar insulin.
Wajah tampak pletorik, tanpa disertai peningkatan sel darah merah. Hipertensi sering terjadi dan
bisa dijumapi perubahan emosional, mudah tersinggung dan emosi labil sampai depresi berat,
bingung, atau psikosis. Pada wanita, peningkatan kadar androgen adrenal yang dapat
menyebabkan jerawat, hirsutis, dan oligomenorea atau amenorea. Beberapa tanda-tanda dan
simptom pada pasien dengan hiperkortisolisme, misalnya obesitas, hipertensi, osteoporosis, dan
diabetes, adalah nonspesifik dan karena itu kurang membantu dalam mendiagnosis
hiperkortisolisme. Sebaliknya, tanda-tanda mudah berdarah, striae yang khas, miopati dan
virilisasi (meskipun kurang sering) adalah lebih sugestif sindrom Cushing.5
Kecuali pada sindrom Cushing iatrogenik, kadar kortisol di plasma dan urin menigkat.
Kadang-kadang hipokalemia, hipokloremia, dan alkalosis metabolik dijumpai, terutama dengan
produksi ACTH ektopik.5

Penatalaksanaan
1. Sindrom Cushing yang disebabkan oleh penggunaan kortikosteroid
Perlahan-lahan mengurangi dosis obat (jika memungkinkan) di bawah pengawasan
medis. Jika tidak bisa berhenti minum obat karena penyakit, tekanan darah, kadar gula
darah, kadar kolesterol, dan kepadatan tulang harus dimonitor. Pemberian obat tersebut
harus diupayakan untuk dikurangi atau dihentikan secara bertahap hingga tercapai dosis
minimal yang adekuat untuk mengobati proses penyakit yang ada dibaliknya (misalnya,
penyakit otoimun serta alergi dan penolakan terhadap organ yang ditransplantasikan).
Biasanya terapi yang dilakukan setiap dua hari sekali akan menurunkan gejala Sindrom
Cushing dan memungkinkan pemulihan daya responsif kelenjar adrenal terhadap ACTH.8
2. Neoplasma Adrenal
Bila diagnosis adenoma atau karsinoma ditegakkan, dilakukan eksplorasi
adrenaldenganeksisitumor.Olehkarena kemungkinanatrofiadrenalkontralateral,
pasiendiobatipra-danpascaoperatifjikaakandilakukanadrenalektomitotal,bila disangkakan
lesi unilateral, rutin menjalani tindakan bedah efektif sama dengan pasien Addison. Obat
utama untuk pengobatan karsinoma kortikoadrenal adalah mitotan (o,p’-DDD),
isomer dari insektisida DDT. Obat ini menekan produksi
kortisoldanmenurunkankadarkortisolplasmadanurin.Obatinibiasanyadiberikan
dalamdosisterbagitigasampaiempatkalisehari,dengandosisditingkatkansecara
bertahapmenjadi8sampai10gperhari.Padakebanyakanpasien,mitotanhanya menghambat
steroidogenesisdan tidakmenyebabkanregresimetastasistumor.5
3. HiperplasiaBilateral
Pasien dengan hiperplasia bilateral mengalami peningkatan kadar ACTH absolut
atau relatif. Terapi harus ditujukan untuk mengurangi kadar ACTH,
pengobatanidealadalahpengangkatan.Kadang-kadangeksisitidakmemungkinkan
olehkarenapenyakitsudahlanjut.Padakeadaanini,medikatauadrenalektomibisa memperbaik
hiperkortisolisme. Penghambatan steroidogenesis juga bisa diindikasikan pada subjek
cushingoid berat sebelum intervensi pembedahan. Adrenalektomi kimiawi mungkin
lebih unggul dengan pemberian penghambat steroidogenesis ketokonazol (600-
1200mg/hari). Mitotan (2-3g/hari)dan
penghambatsintesissteroidaminoglutetimid(1g/hari)danmetiraponi(2-3g/hari)
mungkinefektifsecaratunggalataukombinasi.5

Komplikasi
Sindrom cushing mengakibatkan beragam komplikasi sistemik diantaranya obesitas
senttral, hipertensi, gangguan toleransi glukosa dan diabetes, dislipidemia, thrombosis, kelainan
psikiatri, penyakit ginjal, osteoporosis, bersama-sama dengan meningkatnya resiko
kardiovaskular. Hal yang menyebabkan kematian pada sindrom cushing adalah sepsis dan
infeksi. Remisi dan normalitas kortisol seringkali tidak menghilangkan resiko kardiovaskular
tersebut dan riwayat sindrom cushing adalah resiko yang permanen dari penyakit kardiovaskular.
Hal yang terpenting yang mempengaruhi harapan hidup adalah level kortisol, sehingga tujuan
utama dari pengelolaan adalah menurunkan kadar kortisol bersamaan dengan mengontrol resiko
kardiovaskular.5
Pasien dengan sindrom cushing mengalami suatu keadaan penurunan daya tahan tubuh
yang signifikan akibat kelebihan kortisol, akibatnya pasien mudah terinfeksi kuman yang pada
orang normal hanya sebagai kuman komensal sehingga diperlukan profilaksis untuk kuman
tertentu seperti pneumicystic carinii.5

Prognosis
Jika tidak diobati secara adekuat maka secara signifikan akan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas, serta survival median dari pasien hanya sekitar 4,6 tahun. Dari beberapa studi
didapatkan angka kematian sindrom cushing non malignansi sekitar 2-4 kali dibandingkan
dengan populasi normal. Sedangkan sindrom cushing dengan penyakit dasar keganasan
prognosisnya sangat buruk.5

Kesimpulan
Sindrom Cushing merupakan gangguan hormonal yang disebabkan kortisol plasma
berlebihan dalam tubuh (hiperkortisolisme), baik oleh pemberian glukokortikoid jangka panjang
dalam dosis farmakologik (iatrogen) atau oleh sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan
aksis hipotalamus-hipofisisadrenal (spontan) yang ditandai dengan obesitas badan (truncal
obesity), hipertensi, mudah lelah, amenorea, hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema,
glukosuria, osteoporosis, dan tumor basofilik hipofisis.
Penegakkan diagnosis dari sindroma Cuhsing ini dapat dilakukan dengan anamnesis
mengenai gejala-gejala yang terkait, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti yang
telah dijelaskan di atas. Penatalaksanaannya untuk sindrom cushing ini pun harus sesuai dengan
etiologi serta mekanisme patofisiologisnya.

Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h. 70,
142.
2. Morton PG. Panduan pemeriksaan kesehatan. Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2005.h. 435-8.
3. Adi S, Pranoto A. Gangguan korteks adrenal. Dalam:Ilmu penyakit dalam. Ed:6. Jilid 2.
Jakarta: Interna Publishing; 2014.h.2494-2506
4. Schteingart DE. Gangguan hipersekresi adrenal dalam patofisiologi konsep klinis proses
– proses penyakit. Vol 2. Ed.VI. Jakarta : EGC; 2005. h. 1240-42.
5. Piliang S, Bahri C. Hiperkortisolisme.Dalam:buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III.
Ed.V. Jakarta : Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia;2006. h. 2063 – 68.
6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007. h. 992-1007.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Diabete mellitus.
Dalam:Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi Ke-5. Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing;
2009. h. 1881, 2062-8.
8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Vol 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006.h. 1240-1.

You might also like