You are on page 1of 6

Pola kuman dari infeksi luka operasi pada pasien multitrauma

1
Sidhit Barung, 2Heber B. Sapan, 2Winfrid M. Sumanti, 2Rudy Tubagus

1
Program Studi Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
KSM Ilmu Bedah Divisi Bedah Digestif RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
3
KSM Ilmu Bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: sidhit_barung@yahoo.co.id

Abstract: Surgical site infection (SSI) is the main surgery complication which can increase
morbidity, mortality, as well as the hospital cost. The prevalence of SSIs at a health care
reflects its sevice quality. This study was aimed to obtain the bacterial profile of SSIs among
multitraumatic patients at Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital from June through December 2016.
This was a descriptive study with a cross sectional design. Pus was obtained from SSIs of
laparotomy and ORIF operation wounds, and was further examined with PCR. The results
showed that of 16 samples, 3 samples were negative (18.75%) and 13 samples were positive
(81.25 %). The PCR test showed that the highest percentage of bacteria was Pseudomonas
aeruginosa (6 samples; 46.1%), followed by Escherichia coli (2 samples; 15.4%), and
Enterobacter hormaechei, Alcaligenes faecalis, Enterobacter cloacae, Bacteroides fragilis as
well as Proteus mirabilis (each of 1 sample; 7.7%). Conclusion: Based on the PCR test, there
were 7 types of bacteria at the SSIs of multitraumatic patients at Prof. Dr. R. D. Kandou
Hospital Manado, all of them were Gram negative, and the most common type was
Pseudomonas aeruginosa.
Keywords: bacterial profile, PCR, SSIs, multitraumatic patients

Abstrak: Infeksi luka operasi merupakan salah satu komplikasi utama operasi yang dapat
meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan penderita di rumah sakit. Angka
kejadian infeksi luka operasi pada suatu institusi penyedia pelayanan kesehatan mencerminkan
kualitas pelayanan pada institusi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pola
kuman infeksi luka operasi pada pasien multitrauma di ruang perawatan bedah RSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou selama bulan Juni-Desember 2016. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan
desain potong lintang. Apusan pus diambil dari luka operasi terinfeksi pada tindakan
laparotomi dan ORIF kemudian diperiksa dengan PCR. Hasil penelitian memperlihatkan dari
16 sampel yang diteliti ditemukan 3 sampel negatif (18,75%) dan 13 sampel positif (81,25 %).
Berdasarkan hasil PCR ditemukan pertumbuhan kuman terbanyak ialah Pseudomonas
aeruginosa sejumlah 6 sampel (46,1%), diikuti Escherichia coli sejumlah 2 sampel (15,4%),
serta Enterobacter hormaechei, Alkaligenes faecalis, Enterobacter cloacae, Bacteroides
fragilis, dan Proteus mirabilis, masing-masing sejumlah 1 sampel (7,7%). Simpulan:
Berdasarkan hasil PCR didapatkan 7 jenis kuman pada infeksi luka operasi dari pasien
multitrauma di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, kesemuanya tergolong bakteri Gram
negatif, dan yang tersering ialah Pseudomonas aeruginosa.
Kata kunci: pola kuman, PCR, infeksi luka operasi, pasien multitrauma

Ilmu bedah berkaitan erat dengan ilmu dilakukan karena mekanisme infeksi belum
infeksi bedah. Di masa lalu, tindakan bedah diketahui. Pencucian tangan dengan klorin
banyak mengalami komplikasi infeksi. sebelum tindakan pembedahan dan
Pada saat itu pencegahan infeksi belum penelitian mengenai infeksi akibat tindakan

115
116 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 9, Nomor 2, Juli 2017, hlm. 115-120

pembedahan dipelopori oleh Semmelweis ketidakpuasan pasien, dan berkurangnya


pada tahun 1847.1,2 kualitas hidup.4
Infeksi luka operasi merupakan salah Multitrauma adalah cedera yang
satu komplikasi utama operasi yang dapat melibatkan 2 regio tubuh atau lebih, salah
meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan satunya dapat mengancam nyawa termasuk
biaya perawatan penderita di rumah sakit. cedera dengan injury severity score (ISS)
Angka kejadian infeksi luka operasi pada ≥16, atau cedera kompleks pada kedua
suatu institusi penyedia pelayanan kesehatan ekstremitas bawah, atau kombinasi cedera
mencerminkan kualitas pelayanan pada yang melibatkan satu ekstremitas atas dan
institusi tersebut. Survei WHO menunjuk- satu lagi pada ekstremitas bawah, dimana
kan bahwa angka kejadian infeksi luka ekstremitas bawah tidak dapat digunakan
operasi di dunia berkisar antara 5% sampai menopang tubuh, ataupun cedera kompleks
34%.3 pada pelvis.2
Komplikasi pada luka operasi sering Metode yang paling umum untuk
terjadi karena pembedahan yang merupa- mengindetifikasi spesies kuman ialah
kan tindakan dengan sengaja membuat luka metode kultur dengan menggunakan media
pada jaringan sehingga memberi suatu agar yang memungkinkan untuk identifi-
tempat jalan masuk untuk bakteri; hal ini kasi dan diferensiasi spesies kuman.
membutuhkan tingkat sterilitas yang Seiring dengan perkembangan ilmu
maksimal. Infeksi luka operasi dibagi atas pengetahuan dan teknologi dalam biologi
superfisial, dalam, dan organ, sehingga molekuler yang telah menghasilkan
penanganannya juga berbeda. Infeksi luka kemajuan sangat pesat dengan mengguna-
operasi dapat disebabkan oleh berbagai kan metode terbaru yaitu mesin polymerase
bakteri, yaitu bakteri Gram negatif, bakteri chain reaction (PCR) yang memungkinkan
Gram positif, dan bakteri anaerob.1,2 identifikasi sangat cepat, relatif mudah,
Infeksi luka operasi berhubungan sensitif dan spesifik, tetapi dengan biaya
dengan morbiditas yang cukup besar dan yang mahal.4
telah dilaporkan bahwa lebih dari sepertiga
kematian pasca operasi disebabkan karena METODE PENELITIAN
infeksi luka operasi. Penting untuk disadari Penelitian dilakukan terhadap infeksi
bahwa infeksi luka operasi dapat merupa- luka operasi pada pasien multitrauma di
kan luka yang relatif ringan tanpa ruang perawatan bedah IBS, OK cito dan
komplikasi sampai pada kondisi lain yang Irina A RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
mengancam jiwa. Hasil klinis lain dari Manado selama bulan Juni-Desember 2016.
infeksi luka operasi termasuk bekas luka Jenis penelitian ini ialah deskriptif.
buruk yang secara kosmetik tidak dapat Pada penelitian ini dilakukan
diterima, seperti hipertrofi atau keloid, pemeriksaan cairan pus dari infeksi luka
nyeri dan gatal, terbatasnya gerakan, operasi laparotomi dan open reduction
terutama bila terjadi di atas sendi.4 internal fixation (ORIF) dengan mengguna-
Infeksi luka operasi dapat melipat- kan metode PCR.
gandakan lamanya waktu pasien dirawat di
rumah sakit dan dengan demikian HASIL PENELITIAN
meningkatkan biaya perawatan kesehatan. Pada penelitian ini didapatkan 16
Biaya tambahan yang timbul akibat infeksi pasien dengan infeksi luka operasi.
luka operasi telah dilaporkan tergantung Berdasarkan besaran kuman yang didapat
pada jenis operasi dan tingkat keparahan dari hasil PCR, pada 16 jumlah sampel
infeksi. Biaya tambahan utama terkait yang diteliti ditemukan 3 sampel negatif
dengan operasi ulang, perawatan ekstra (18,75%) dan 13 sampel positif (81,25%)
keperawatan dan intervensi, serta biaya (Tabel 1).
pengobatan. Biaya tidak langsung Penelitian ini dilakukan pada jenis
diakibatkan oleh hilangnya produktivitas tindakan operasi laparotomi dan (ORIF).
Barung, Sapan, Sumanti, et al: Pola kuman dari infeksi luka operasi ... 117

Dari 11 tindakan laparotomi di temukan 11 Dari 13 jumlah sampel yang positif


positif PCR sedangkan pada 5 tindakan PCR, terdapat 7 macam spesies kuman
ORIF ditemukan 2 positif PCR (Tabel 2). (Tabel 3). Berdasarkan hasil PCR, kuman
terbanyak ialah Pseudomonas aeruginosa
Tabel 1. Hasil PCR kuman yang diambil dari (46,1%), diikuti oleh Escherichia coli
luka operasi yang terinfeksi (15,4%), Enterobacter hormaechei (7,7%),
Alcaligenes faecalis (7,7%), Enterobacter
Hasil PCR Jumlah sampel cloacae (7,7%), Bacteroides fragilis
%
kuman (n)
(7,7%), dan Proteus mirabilis (7,7%).
Positif 13 81,25
Negatif 3 18,75
Tabel 4 memperlihatkan distribusi
Total 16 100 jenis kuman berdasarkan tindakan operasi.
Dari 11 tindakan laparotomi ditemukan 2
sampel positif Escherichia coli, 1 sampel
Tabel 2. Hasil kultur kuman berdasarkan jenis positif Enterobacter cloacae, Bacteroides
tindakan operasi
fragilis, dan Proteus mirabilis, serta 6
Tindakan Positif Negatif Total sampel positif Pseudomonas aeruginosa.
operasi Pada 2 tindakan ORIF ditemukan masing-
Laparotomi 11 0 11 masing 1 sampel positif Enterobacter
ORIF 2 3 5 hormaechei dan Alcaligenes faecalis.
Total 13 3 16

Tabel 3. Distribusi jenis kuman hasil PCR


Jenis kuman Penggolongan berdasarkan Frekuensi Persentase
pengecatan Gram
Enterobacter hormaechei negatif 1 7,7%
Alcaligenes faecalis negatif 1 7,7 %
Escherichia colli negatif 2 15,4 %
Enterobacter cloacae negatif 1 7,7%
Bacteroides fragilis negatif 1 7,7%
Proteus Mirabilis negatif 1 7,7%
Pseudomonas aeruginosa negatif 6 46,1%
Total 13 100 %

Tabel 4. Distribusi jenis kuman hasil PCR berdasarkan tindakan operasi


Jenis kuman Tindakan operasi
Laparotomi ORIF
Escherichia coli 2 0
Enterobacter hormaechei 0 1
Alcaligenes faecalis 0 1
Pseudomonas aeruginosa 6 0
Enterobacter cloacae 1 0
Bacteriodes fragilis 1 0
Proteus mirabilis 1 0

BAHASAN luka operasi (surgical site infections)


Infeksi merupakan hasil masuknya, didefinisikan sebagai infeksi yang terjadi
pertumbuhan dan perkembangan dari sampai 30 hari setelah tindakan
mikroorganisme di dalam jaringan, yang pembedahan, atau sampai 1 tahun setelah
berakibat perubahan metabolisme dan tindakan pembedahan pada pasien yang
fisiologi dari jaringan itu sendiri. Infeksi dilakukan implan. Insidensi infeksi luka
118 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 9, Nomor 2, Juli 2017, hlm. 115-120

operasi ditemukan sekitar 20% dan operasi, 60% tergolong bakteri anaerob,
tergantung pada prosedur pembedahan, dan kuman multispesies pada setiap luka
kriteria yang dipakai, dan kualitas data operasi terinfeksi.
yang terkumpul.9 Pseudomonas aeruginosa merupakan
Pada penelitian ini dilakukan kuman yang paling sering ditemukan
pemeriksaan cairan pus dengan mengguna- dengan jumlah 6 sampel (46,1%)
kan metode PCR pada 16 infeksi luka sedangkan kuman lain hanya ditemukan
operasi dari pasien multitruma di ruang pada 2 sampel Escherichia coli, dan
perawatan bedah RSUP Prof. Dr. R. D. masing-masing 1 sampel Enterobacter
Kandou Manado. Hasil pemeriksaan hormaechei, Alcaligenes faecalis,
dengan metode PCR mendapatkan 13 Enterobacter cloacae, Bacteroides fragilis,
sampel positif kuman dari 7 jenis kuman, dan Proteus mirabilis. Hasil tersebut dapat
yaitu: Enterobacter hormaechei, memberikan gambaran pola kuman pada
Alcaligenes faecalis, Escherichia coli, infeksi luka operasi di ruang perawatan
Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter bedah RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou yang
cloacae, Bacteroides fragilis, dan Proteus ternyata tidak sejalan dengan laporan hasil
mirabilis. Terdapat 3 sampel dengan PCR penelitian di negara lain.
negatif, artinya tidak ditemukan kuman Pseudomonas aeruginosa merupakan
pada luka operasi. Pada penelitian ini basilus Gram negatif yang motil dan hidup
digunakan metode PCR yang mendapatkan dalam suasana aerob. Bakteri ini
hasil lebih cepat dibandingkan dengan membentuk koloni pada manusia dan
metode lain dengan angka sensitifitas dan menimbulkan infeksi bila fungsi
spesifitas 99%.5 Hasil penelitian ini pertahanan tubuh abnormal. Oleh karena
mendapatkan kuman tersering ialah, itu Pseudomonas aeruginosa disebut
Pseudomonas aeruginosa diikuti oleh patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan
Escherichia coli. Hal ini tidak sepenuhnya kerusakan pada mekanisme pertahanan
sejalan dengan pernyataan Owen dan tubuh untuk memulai suatu infeksi. Bakteri
Stoessel9 yang melaporkan mikroorganisme ini tinggal pada manusia yang normal dan
tersering diisolasi ialah Staphylococcus berlaku sebagai saprofit pada usus halus
aureus, coagulase-negative staphylococci, dan kulit manusia.6
Enterococcus spp, dan Escherichia coli. Pseudomonas aeruginosa memroduksi
Hasil penelitian ini tidak selaras dengan sitotoksin dan protease (antara lain
laporan hasil penelitian retrospektif dari eksotoksin A dan S, hemolisin, dan
Cantlon et al.10 terhadap kejadian infeksi elastase). Isolat dari pasien fibrosis kistik
luka operasi di beberapa rumah sakit baik menghasilkan alginat polisakarida. Hal ini
di pedalaman maupun di kota di Midwest memungkinkan terbentuknya mikrokoloni
yang mendapatkan Staphylococcus aureus di mana organisme terlindung dari
sebagai patogen yang paling sering diikuti opsonisasi, fagositosis, dan antibiotik.7
oleh Enterobacteriaceas, streptococci sp, Pada laparotomi didapatkan hasil kuman
coagulase negative staphylococci, Pseudomonas aeruginosa masih tinggi; hal
enterococci sp, dan Pseudomonas ini dimungkinkan karena sampel diambil
aeruginosa; juga ditemukan MRSA tetapi di ruang sehingga rentan terhadap
dalam jumlah kecil. Hasil penelitian kontaminasi bakteri flora normal usus.
Wolcott et al.11 di Texas terhadap infeksi Bakteri ini akan berubah menjadi patogen
luka operasi kronis dengan menggunakan dan menyebabkan infeksi bila berada di
bacterial tag-encoded FLX amplicon luar habitat normalnya misalnya pada kulit
pyrosequencing (bTEFAP) yang divalidasi luka operasi.8
dengan quantitative polymerase chain Pada analisis data didapatkan hasil
reaction (qPCR) melaporkan terdapatnya sampel positif yang masih tinggi pada
uncharacterized bacteriodales sebagai operasi laparatomi dan ORIF; hal ini
populasi dominan di semua infeksi luka mencerminkan bahwa masih tingginya
Barung, Sapan, Sumanti, et al: Pola kuman dari infeksi luka operasi ... 119

infeksi kuman pada pasien dengan infeksi Gram negatif, dan yang tersering ialah
luka operasi. Hasil ini dapat dipengaruhi Pseudomonas aeruginosa.
oleh beberapa faktor: antara lain: faktor Hasil PCR yang negatif pada sebagian
ekstrinsik dari luar misalnya kebersihan kecil sampel mungkin disebabkan oleh
alat kedokteran dan lingkungan sekitar desinfeksi yang baik sebelum operasi dan
rumah sakit yang kontak langsung dengan prosedur operasi yang cukup steril
kuman; serta faktor intrisik, antara lain usia mengingat terjadinya suatu infeksi
(semakin tua usia, semakin besar risiko diakibatkan oleh virulensi kuman tersebut
terkena infeksi) dan gizi (gizi buruk lebih dan daya tahan penderita.
mudah terkena infeksi).5
Ditemukannya bakteri Pseudomonas SARAN
aeruginosa sebagai penyebab tersering dari Dengan perawatan luka yang baik
infeksi pasca operasi pada penelitian ini maka akan didapatkan hasil yang maksimal
mungkin disebabkan karena bakteri ini sehingga dapat menghindari atau menekan
merupakan flora normal pada usus dan kejadian infeksi pasca operasi antara lain
kulit manusia. Selain itu Pseudomonas oleh kuman-kuman yang oportunistik yang
dapat tumbuh subur pada cairan pada keadaan tertentu atau dengan penyakit
desinfektan, sehingga bakteri ini sangat dasar yang lain akan berubah dari non-
mudah menyebar dengan cepat pada pasien patogen menjadi patogen.
maupun lingkungan rumah sakit.5
Penyebab infeksi yang masih tinggi DAFTAR PUSTAKA
dapat disebabkan dari autoinfeksi yaitu 1. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Infeksi. Buku
bakteri yang memang sudah terdapat di Ajar Ilmu Bedah (2nd ed). Jakarta:
dalam tubuh manusia dan berpindah ke EGC, 2004.
bagian lain dari tubuh atau yang berasal 2. Nichols RL. Infeksi bedah dan pemilihan
antibiotika. Sabiston Buku Ajar Ilmu
eksogen dari lingkungan rumah sakit
Bedah. Jakarta: EGC, 1992; p. 176-
seperti udara ruang operasi, peralatan yang 211.
tidak steril, maupun petugas rumah sakit 3. Bailman G, Dunn D. Surgical infections.
yang kurang menerapkan perilaku aseptik Schwarzts Principles of Surgery (10th
dan antiseptik. Untuk mengurangi terjadi- ed). New York: Mc Graw-Hill, 2015.
nya infeksi, ruangan operasi setiap akan 4. Nucki NH. Pencegahan infeksi luka operasi.
digunakan wajib disterilkan terlebih Available from:
udaranya, mempunyai ventilasi yang baik, http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
lantai disapu dan dibersihkan setiap hari, content/uploads/2009/04/pencegahan_i
serta kebersihan tempat tidur diperhatikan. nfeksi_luka_operasi.pdf
Peralatan yang steril dan petugas yang 5. Barie PS. Surgical site infections:
epidemiology and prevention. Surg
bekerja secara aseptik antara lain sterilisasi
Infect (Larchmt). 2002;3 Suppl 1:S9-
semua peralatan yang digunakan di ruang 21.
operasi, tindakan cuci tangan, serta 6. Euparelia JP, Chatterjee AK, Duttagupta
pemakaian alat pelindung diri dengan benar SP, Mukherji S. Strain specificity in
sangat berperan dalam mencegah terjadinya antimicrobial activity of silver and
infeksi pada luka operasi.8 copper nanoparticles. Acta
Biomaterialia. 2008;4(3):707-16.
SIMPULAN 7. Irianto K. Bakteriologi, Mikologi & Virologi:
Dari hasil penelitian terhadap infeksi Panduan Medis 7 Klinis. Bandung:
luka operasi pada pasien multitrauma di Alfabeta, 2012; p. 78-9.
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 8. Nichols RL. Surgical infection: prevention and
pada bulan Juni 2016 - Desember 2016, treatment – 1965-1995. Am J Surg.
1996;172:68-74.
berdasarkan hasil PCR didapatkan 7 jenis 9. Owens CD, Stoessel K. Surgical site
kuman pada infeksi luka operasi dari pasien infections: epidemiology, microbiology
multitrauma, kesemuanya tergolong bakteri
120 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 9, Nomor 2, Juli 2017, hlm. 115-120

and prevention. J Hosp Infect. 2008;70 2006;34(8):526-9.


Suppl 2:3-10. 11. Wolcott RD, Gontcharova V, Sun Y,
10. Cantlon CA, Stemper ME, Schwan WR, Zischakau A, Dowd SE. Bacterial
Hoffman MA, Qutaishat SS. Significant diversity in surgical site infections: not
pathogens isolated from surgical site just aerobic cocci any more. J Wound
infections at a community hospital in the Care. 2009;18(8):317-23.
Midwest. Am J Infect Control.

You might also like