You are on page 1of 11

1

HUBUNGAN KERAPATAN MANGROVE TERHADAP KEPADATAN POPULASI


IKAN GELODOK (FAMILI: GOBIIDAE) DI DESA PULAU SEMBILAN
KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

The Relationships Mangrove Density with Population Density of Mudskipper (Family:


Gobiidae) in the Sembilan Island Village of Langkat Regency North Sumatera

Bill Maulana Bidawi1), Yunasfi2), Desrita2)


1)
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155 Email: bhiebill@gmail.com
2)
Staff Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 20155

ABSTRACT

Utilization of Mangrove Ecosystem as land conversion resulting decline in the


productivity of the mangrove ecosystem. The transition function of the mangrove ecosystem
damage and disrupt the microbial life in it. One of which is a Mudskipper. The research aims
to determine how the population density of Mudskipper and how the relationship of
mangrove density to the population density of Mudskipper. The research was conducted for
two months from March to April 2016 at the mangrove ecosystem in the Sembilan Island
village. The research used purposive random sampling method. There are three kind of fish
can be found in those areas, which are Periophthalmus chrysospilos, Periophthalmus gracilis,
and Boleophthalmus boddarti. The results of this research is the highest population density of
Mudskipper are found at station III with a value of 7400 Ind/ha and lowest were in station IV
with a value of 2600 Ind/ha. The highest density of mangrove are found at station 4 with a
value of 4800 Ind/ha and lowest were in station III with a value of 4066 Ind/ha and
categorized good. Relationship between the mangrove density and the population density of
Mudskipper exhibits a positive correlation with a value of 0,941.

Key Words : Identification, Mangrove, Mudskipper, Population Density.

Penanaman dilakukan karena


PENDAHULUAN banyaknya lahan kosong yang tadinya
Pulau Sembilan memiliki luas ± lahan mangrove, dikonversi oleh
15,65 km², termasuk didalamnya masyarakat untuk tambak maupun sawit.
perikanan dan ekositem mangrove. Secara Sebanyak 371 ha telah dilakukan konversi
administratif Desa Pulau Sembilan untuk sawit (Leandha, 2015). Adanya
berdekatan dengan Selat Malaka yang perubahan lingkungan ekosistem wilayah
terletak di kecamatan Pangkalan Susu pesisir laut secara tidak langsung
Kabupaten Langkat sumatera utara. Pada mempengaruhi sistem komunitas yang
pulau ini terdapat hutan vegetasi mangrove berada di dalamnya, termasuk terhadap
yang mengelilingi pulau dari abrasi dan keanekaragaman jenis dan struktur
intrusi air laut. Misalnya seperti tanaman komunitas yang berada dalam ekosistem
bakau, api-api, buta-buta, nypah bisa tersebut.
dijumpai di Pesisir Pulau Sembilan pada Ikan Gelodok adalah salah satu
saat pasang surut air laut. spesies yang hidupnya dipengaruhi oleh
2

keberadaan dari hutan mangrove. Ketika Fakultas Pertanian Universitas Sumatera


kawasan mangrove itu dalam kondisi baik Utara. Peta lokasi penelitian dapat dilihat
maka produktivitas ikan di kawasan pada Gambar 1.
mangrove mengalami peningkatan.
Kawasan yang ditumbuhi oleh mangrove
selalu berkaitan dengan kawasan perikanan
yang penting, sehingga hilangnya
mangrove akan menurunkan produksi
perikanan. Penurunan jumlah spesies
dalam suatu habitat mempengaruhi jumlah
kualitas dan kuantitas Ikan Gelodok.
Pemanfaatan hutan mangrove
sebagai alih fungsi lahan mengakibatkan
turunnya produktivitas hutan mangrove di Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Sumber
Desa Pulau Sembilan. Peralihan fungsi peta : Alos Avnir)
tersebut merusak mangrove dan
mengganggu kehidupan biota di dalamnya. Alat dan Bahan
Salah satunya adalah Ikan Gelodok. Alat yang digunakan dalam
Kepadatan populasi Ikan Gelodok sangat penelitian ini adalah kamera, rol meter,
bergantung pada daya toleransinya toples, thermometer, pH meter,
terhadap perubahan lingkungan. Salah refraktometer, tali, tanggok, alat tulis,
satunya adalah ekosistem mangrove yang Global Positioning System (GPS),
merupakan habitatnya. Oleh sebab itu, timbangan digital, cool box, penggaris,
keterkaitan antara kerapatan mangrove dan kertas millimeter, buku identifikasi
kepadatan populasi Ikan Gelodok pada mangrove (Noor dkk., 2006) dan buku
ekosistem mangrove di Desa Pulau identifikasi ikan (Kottelat, dkk., 1993)
Sembilan perlu dikaji. Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sampel jenis mangrove
METODE PENELITIAN dan sampel Ikan Gelodok untuk
Waktu dan Tempat Penelitian diidentifikasi, substrat, KOH-KI, MnSO4,
Penelitian ini dilaksanakan pada Na2S2O3, H2SO4, amilum, formalin 4%,
bulan April-Juni 2016 di Desa Pulau alkohol, dan aquades.
Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu
Kabupaten Langkat Sumatera Utara. Penentuan Stasiun
Pengambilan sampel Ikan Gelodok Metode yang digunakan dalam
dilakukan dengan interval waktu 2 minggu penentuan lokasi pengambilan sampel
selama 2 bulan. Identifikasi jenis adalah purposive random sampling pada
mangrove dan jenis ikan gelodok akan empat stasiun pengamatan. Penentuan
dilakukan langsung di lapangan dan di stasiun pengamatan dapat dilihat pada
Laboratorium Terpadu Manajemen Gambar 1. Pembagian stasiun pe-
Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian ngambilan sampel antara lain :
Universitas Sumatera Utara. - Stasiun 1, Merupakan Area hutan
Pengukuran parameter fisika dan mangrove yang masih alami dan
kimia perairan dilakukan langsung di memiliki kerapatan tumbuhan yang
lapangan dan analisis substrat dilakukan di tinggi. (4°8'35"LU dan 98°14'38"BT)
Laboratorium Riset dan Teknologi
3

- Stasiun 2, Merupakan daerah Pengambilan Contoh Ikan Gelodok


rehabilitasi mangrove. Stasiun ini (Famili: Gobiidae)
secara geografis terletak pada titik Pengambilan contoh Ikan Gelodok
koordinat (98°14’42”BT, 4°8’42”LU) dilakukan di dalam plot pada setiap transek
- Stasiun 3, Merupakan Area hutan yang sudah disediakan. Ikan Gelodok yang
mangrove yang dikonversi menjadi terdapat dalam plot diambil menggunakan
lahan tambak serta memiliki kerapatan alat tangkap tanggok dan tangan. Setelah
mangrove yang rendah Stasiun ini ditangkap ikan-ikan tersebut dimasukkan
secara geografis terletak pada titik ke dalam plastik dan diberi alkohol
koordinat (98°14’39”BT, 4°8’44”LU). kemudian nantinya akan dihitung jumlah
- Stasiun 4, Merupakan area hutan Ikan Gelodok yang tertangkap.
mangrove yang memiliki kerapatan
tumbuhan mangrove yang sangat
Analisis Data
rendah. Stasiun ini secara geografis
terletak pada titik koordinat Analisis Kondisi Ekosistem Mangrove
(98°14’60”BT, 4°8’60”LU) Analisis data yang dilakukan
menurut prosedur Kusmana (1997)
Pengamatan Vegetasi Mangrove mencakup nilai kerapatan jenis :
Penentuan lokasi penelitian 1. Kerapatan Jenis
berdasarkan metode purposive sampling Kerapatan Jenis (K) adalah jumlah
yang dianggap telah mewakili daerah tegakan jenis :
penelitian tersebut dan analisis vegetasi
mangrove dengan metode transeks Jumlah individu
K=
(transect methods) yang dibagi menjadi 5 Luas Petak Contoh
stasiun pengamatan dengan menggunakan
3 plot pada setiap stasiun. Transek Analisis Biota
diletakkan tegak lurus garis pantai menuju 1. Kepadatan Populasi
daratan dengan ukuran 10 x 10 m Kepadatan populasi Ikan Gelodok
panjangnya, tergantung kondisi lapangan. dapat dihitung dalam persatuan luas
Identifikasi jenis mengrove dapat langsung (Krebs, 1989).
dilapangan dan jenis mangrove yang
belum diketahui jenisnya akan
diidentifikasi di Laboratorium Terpadu
Manajemen Sumberdaya Perairan dengan Keterangan:
mengacu pada buku identifikasi Noor, D = Kepadatan populasi (Individu/m2)
dkk., (2006). x = Jumlah individu pada area yang
Menurut Onrizal dan Kusmana diukur (Individu)
(2005) ukuran tegakan yang digunakan m = Luas area pengambilan contoh (2 x
dalam kegiatan analisis vegetasi hutan 2 m)
mangrove adalah sebagai berikut
a. Petak contoh 10 x 10 m untuk pohon 2. Indeks Keanekaragaman Shannon
berdiameter >10 cm dengan tinggi Wienner
>1.5 m. Rumus indeks keseragaman
b. Petak contoh 5 x 5 m untuk anakan dinyatakan sebagai berikut (Brower, dkk.,
pohon (pancang) dengan diameter <10 1990). yaitu :
cm dan tinggi diatas 1.5 m.
c. Petak contoh 2 x 2 m untuk semai.
4

Keterangan: X = Kerapatan Mangrove (ind/ha)


H′ : Indeks keanekaragaman Shannon - a = Konstanta
Wienner b = slope
Pi : Proporsi jumlah individu spesies ke-i
terhadap jumlah jumlah individutotal Hasil dan Pembahasan
yaitu Pi = ni/N dengan ni : jumlah
suatu spesies i N : total jumlah Hasil
spesies. Analisis Data Kerapatan Mangrove
Kerapatan spesies mangrove pada
Hubungan Kerapatan Mangrove stasiun I, stasiun II, stasiun III dan stasiun
dengan Kepadatan Populasi Ikan IV dapat dilihat pada Gambar 15. Jumlah
Gelodok Kerapatan spesies tertinggi terdapat pada
Untuk mengetahui hubungan stasiun IV dengan nilai 4800 Ind/ha,
kerapatan mengrove dengan kepadatan kemudian stasiun I dengan nilai sebesar
populasi Ikan Gelodok menggunakan 4700 Ind/ha dan stasiun II dengan nilai
persamaan linier (Situmorang, dkk., 2010). 4500 Ind/ha serta kerapatan terendah
tedapat pada stasiun III dengan nilai
Y = a + bX sebesar 4066 Ind/ha. Hasil Kerapatan
Vegetasi Mangrove berdasarkan setiap
Keterangan : stasiun dapat dilihat pada Gambar 2
Y = Kepadatan Ikan Gelodok (ind/ha)

Gambar 2.
Stasiun I. sedangkan untuk nilai terendah yaitu 133
Ind/ha yaitu jenis A. alba dan A
Kerapatan mangrove pada tingkat
afficinalis. Hasil transek pada stasiun 1
pohon di stasiun 1 didominasi oleh S. alba
dapat dilihat pada Gambar 3.
dengan nilai tertinggi yaitu 767 Ind/ha,
5

Gambar 3.

Stasiun 2. 733 Ind/ha, dan nilai terendah yaitu 133


yaitu jenis N. fruticans. Hasil transek pada
Hasil transek mangrove pada
stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 4.
tingkat pohon di stasiun 2 didominasi oleh
R. Apiculata dengan nilai tertinggi yaitu

Gambar 4.

Stasiun 3. sedangkan yang paling rendah yaitu jenis


Aegiceras floridum dan L. littorea dengan
Hasil transek mangrove tingkat
nilai 167 ind/ha. Hasil transek pada stasiun
pohon di stasiun 3 didominasi oleh R.
3 dapat dilihat pada Gambar 5.
stylosa dengan nilai kerapatan 567 Ind/ha,
6

Gambar 5.
Stasiun 4. 767 Ind/ha, sedangkan yang paling rendah
Kategori tingkat pohon pada S. Caseolaris dan B. Gymnorhyza dengan
stasiun 4 diketahui tertinggi didominasi nilai 133 Ind/ha. Hasil transek pada stasiun
oleh B. cylindrica dengan nilai tegakan 4 dapat dilihat pada Gambar 6
.

Gambar 6.

Analisis biota nilai 7400 Ind/ha dan kepadatan populasi


terendah terdapat pada stasiun 4 yaitu 2600
1. Kepadatan Populasi Ikan Gelodok
Ind/ha. Kepadatan populasi pada setiap
Kepadatan populasi Ikan Gelodok
stasiun dapat dilihat pada Gambar 7.
tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan
7

Gambar 7.
Indeks Keanekaragaman Ikan Gelodok pada stasiun 4 yaitu 1,0971 dan nilai
indeks keanekaragam terendah pada
Nilai indeks keanekaragaman
stasiun 3 yaitu 1,0917. Grafik nilai indeks
tertinggi di Desa Pulau Sembilan
keanekaragaman Ikan Gelodok dapat
Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten
dilihat pada Gambar 8.
Langkat Provinsi Sumatera Utara ialah

Gambar 8.

Hubungan Kerapatan Mangrove dilihat pada Gambar 10. Model hubungan


terhadap Kepadatan Populasi Ikan antara kerapatan mangrove dengan
Gelodok kepadatan populasi Ikan Gelodok
ditunjukan dengan persamaan y = -6,188x
Hubungan antara kerapatan
+ 32973 dengan koefisien determinasi R2
mangrove terhadap kepadatan populasi
sebesar 0,885 dan koefisien korelasi r =
Ikan Gelodok di Desa Pulau Sembilan
0,941
Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten
Langkat Provinsi Sumatera Utara dapat
8

Gambar 10.

Pembahasan sehingga akan mendukung proses ekologi


di kawasan pesisir.
Analisis Data Kerapatan Mangrove
Stasiun III merupakan daerah
Stasiun I merupakan stasiun
dengan kondisi lahan mangrove yang
dengan kondisi mangrove alami memiliki
sebagian lahannya telah dikonversi
kerapatan pohon yang tinggi yaitu seluas
menjadi lahan tambak ikan dan udang bagi
4700 Ind/ha. Kerapatan tertinggi terdapat
masyarakat setempat, yang mempunyai
pada spesies mangrove yaitu S. alba
luas kerapatan terendah seluas 4066
dengan jumlah kerapatan dengan nilai 767
Ind/ha. Kerapatan tertinggi terdapat pada
Ind/ha, dan kerapatan terendah terdapat
spesies mangrove yaitu R. stylosa dengan
pada spesies mangrove yaitu A. alba dan
jumlah kerapatan seluas 567 Ind/ha, dan
A. officinalis dengan jumlah kerapatan
kerapatan terendah terdapat pada spesies
seluas 133 Ind/ha. Tingginya jumlah
mangrove yaitu A. floridum dan L. littorea
dominasi S. alba pada stasiun I diketahui
dengan jumlah kerapatan seluas 167
bahwa daerah ini sangat sesuai dengan
Ind/ha. Tingginya kerapatan mangrove
pertumbuhan jenis S. alba, karena stasiun
jenis R. stylosa pada stasiun III
ini berdekatan dengan garis pantai,
menyebabkan tingginya nilai C-Organik
biasanya mangrove jenis ini berasosiasi
pada stasiun III. Hal ini didukung oleh
dengan jenis mangrove lainnya seperti
penelitian Jesus (2012), bahwa tingginya
Avicennia spp (Bengen dan Dutton, 2004).
kandungan C-organik di stasiun Ulmera
Nilai kerapatan tertinggi pada
disebabkan dominasi Rhizophora yang
stasiun II terdapat pada spesies mangrove
banyak terpengaruh pasang surut karena
yaitu R. apiculata dengan nilai 733 Ind/ha.
tanah sering mengalami reduksi saat
Kerapatan spesies mangrove terendah
pasang dan teroksidasi saat surut.
dengan kerapatan dengan nilai 133 Ind/ha
Stasiun 4 merupakan daerah
terdapat pada N. fruticans. Stasiun II
mangrove yang masih alami dengan
merupakan lahan rehabilitasi dikarenakan
tingkat kerapatan yang tinggi dengan nilai
pernah dilakukan kegiatan penanaman
4800 ind/ha. Kerapatan tertinggi terdapat
mangrove dengan kerapatan pohon dengan
pada spesies mangrove yaitu B. cylindrica
nilai 4500 Ind/ha. Menurut Suryawan
dengan jumlah kerapatan 767 Ind/ha, dan
(2007) penanaman dan perlindungan
jumlah kerapatan terendah terdapat pada
mangrove merupakan salah satu sistem
pelindung kestabilan garis pantai secara spesies mangrove S. Caseolaris dan B.
gymnorhyza dengan jumlah kerapatan 133
alami agar tidak mengalami abrasi
Ind/ha. Tingginya dominasi pohon pada
9

stasiun ini disebabkan stasiun ini masih (1997) diacu oleh Suke (2014), Jumlah
alami, karena jarang terdapat aktivitas dari populasi ikan dalam suatu perairan
masyarakat. Selain itu stasiun ini sangat biasanya ditentukan oleh pakan yang ada.
cocok bagi pertumbuhan B. cylindrica Beberapa faktor yang berhubungan dengan
dengan subtrat liat atau lempung berliat populasi tersebut, yaitu jumlah dan
karena di beberapa plot ada substrat kualitas pakan yang tersedia dan mudah
dengan tekstur berliat keras, substrat ini didapatnya pakan tersebut.
diketahui sangat cocok untuk pertumbuhan
jenis dari B. cylindrica (Bengen, 2001).
Indeks Keanekaragaman Ikan Gelodok
Nilai indeks keanekaragaman
Kepadatan Populasi Ikan Gelodok tertinggi di Desa Pulau Sembilan
Terlihat perbedaan kepadatan
Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten
populasi pada setiap stasiunnya Langkat ialah pada Stasiun IV yaitu 1, 097
dikarenakan karakteristik yang berbeda dan nilai indeks keanekaragam terendah
pada setiap stasiunnya terutama tinggi pada stasiun III yaitu 1,092. Hal ini
rendahnya tingkat kerapatan mangrove.. dikarenakan beberapa faktor yang
Hal ini di duga karena ikan gelodok hanya mempengaruhi Ikan Gelodok di ekosistem
memanfaatkan ekosistem mangrove mangrove. Hal ini sesuai Effendi (1997),
sebagai tempat mencari makan. Menurut menyatakan bahwa tinggi rendahnya nilai
Menurut Barnes, dkk., (2005) diacu oleh indeks keanekaragaman jenis dapat
Gosal, dkk., (2013), menyatakan bahwa disebabkan oleh berbagai faktor, antara
ikan gelodok yang termasuk dalam genus lain jumlah jenis atau individu yang
Periophthalmus adalah karnivora. secara didapat dan adanya beberapa jenis yang
keseluruhan dapat dikatakan bahwa ikan
ditemukan dalam jumlah yang lebih
gelodok selektif dalam memilih makanan. melimpah dari pada jenis lainnya.
Lebih lanjut Genisa (2003) dan Nontji
(1987) diacu oleh Endrawati dan Irwani
Hubungan Kerapatan Mangrove
(2012), menambahkan bahwa pergerakan
terhadap Kepadatan Ikan Gelodok
ikan karnivora dan berhabitat di perairan Hasil analisis regresi linier
dangkal, memanfaatkan daerah estuaria, sederhana antara kerapatan mangrove
atau muara bertanaman mangrove sebagai terhadap kepadatan Ikan Gelodok di
daerah pencarian makan secara aksidental, peroleh persamaan y =-6,188x + 32973.
sehingga keberadaannya pada daerah Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh
tersebut relatif lebih pendek. adalah sebesar 0,885 artinya pengaruh
Tingginya kepadatan populasi ikan kerapatan mangrove terhadap kepadatan
gelodok pada stasiun III yaitu dengan nilai Ikan Gelodok sebesar 88,5%. Koefisien
7400 Ind/ha diduga akibat rendahnya korelasi (r) yang diperoleh adalah r =
tingkat kerapatan mangrove pada stasiun 0,941 (Gambar 25) artinya antara
tersebut. Akibat rendahnya tingkat kerapatan mangrove dengan kepadatan
kerapatan mangrove maka terdapat banyak Ikan Gelodok berkorelasi sangat kuat.
lahan kosong yang bersubstrat lumpur Menurut Redjeki (2013) Ikan Gelodok
dimana banyak ikan golodok berkumpul ditemukan pada ekosistem mangrove
pada daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan karena seluruh siklus hidupnya dijalankan
Gunarto (2004) diacu oleh di daerah hutan mangrove (ikan penetap
Wahyudewantoro (2011), yang sejati), dan feeding habit dari Ikan
menyatakan bahwa daerah atau substrat Gelodok umumnya adalah bahan organik
lumpur merupakan habitat berbagai yang ada di dasar perairan/substrat.
nekton, yang menandakan daerah tersebut Menurut Sasekumer dan Chong
kaya akan sumber pakan. Menurut Effendi (1998) diacu oleh Khaironizam dan Norma
10

(2002), Ikan Gelodok merupakan ikan DAFTAR PUSTAKA


yang sangat aktif pada saat air surut dan
Bengen, D. G. dan I. M. Dutton 2004.
banyak beristirahat di habitat mangrove.
Interaction: Mangroves, Fisheries
Hutan mangrove sangat penting untuk
and Forestry Management in
mendukung populasi ikan tersebut, karena
Indonesia. H. 632-653. dalam
menyediakan bahan organik untuk sumber Northcote. T. G. dan Hartman (Ed),
makanan. Worldwide Watershed interaction
and Management. Blackwell
KESIMPULAN DAN SARAN Science. Oxford. UK.
Kesimpulan
1. Berdasarkan penelitian dan Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan.
perhitungan yang dilakukan diketahui Yayasan Pustaka Nusantara,
bahwa kerapatan mangrove di Desa Yogyakarta.
Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan
Susu Kabupaten Langkat Provinsi Endrawati, H. dan Irwani. 2012.
Sumatera Utara memiliki nilai Komposisi dan Kelimpahan
kerapatan tertinggi pada stasiun IV, Ichtyofauna di Perairan Morosari,
kemudian stasiun I dan stasiun II dan Kecamatan Sayung, Kabupaten
kerapatan terendah tedapat pada Demak. Buletin Oseanografi
Marina. 5 (1): 34-40.
stasiun III.
2. Berdasarkan penelitian dan
Gosal, L. M., D. Y. Katili., M. F. O.
perhitungan yang dilakukan diketahui
Singkoh., dan J. E. W. S.
bahwa Ikan Gelodok yang hidup pada
Tamanampo. 2013. Kebiasaan
Ekosistem Mangrove di Desa Pulau
Makanan Ikan Gelodok
Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu
(Periophthalmus sp.) di Kawasan
Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera
Mangrove Pantai Meras,
Utara memiliki jumlah kepadatan
Kecamatan Bunaken, Kota
tertinggi pada stasiun III, kemudian
Manado, Sulawesi Utara. Jurnal
stasiun II dan stasiun I, dan kepadatan
Bios Logos. 3 (2): 44-49.
populasi terendah terdapat pada
stasiun IV.
Hillel, D. 1982. Introduction to Soil
3. Hubungan kerapatan mangrove dan
Rhysics. Academic Press, Inc.
laju kepadatan populasi Ikan Gelodok
San Diego. Calipornia.
pada ekosistem mangrove di Desa
Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan
Khaironizam, M. Z. dan Norma, R. 2002.
Susu Kabupaten Langkat Provinsi
Lenght-Weight Relationship of
Sumatera Utara diketahui berkorelasi
Mudskippers (Gobiidae:
positif artinya tingkat hubungan kedua
Oxudercinae) in Coastal Areas of
variabel sangat kuat.
Selangor, Malaysia. NAGA,
WorldFish Center Quartely. 25 :
Saran 3-4.
Penelitian ini adalah langkah awal
untuk mengetahui jenis ikan yang hidup di Kottelat, M. Anthony, J. Sri N. K. dan
kawasan hutan mangrove. Diharapkan agar Soetikno, W. 1993. Freshwater
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Fishes of Western Indonesia and
perbandingan hubungan panjang bobot Sulawesi. Periplus Edition.
berdasarkan jenis kelamin, kebiasaan Jakarta.
makanan, dan tingkat kematangan gonad.
11

Krebs, C. J. 1989. Ecologycal Suryawan, F. 2007. Keanekaragaman


Methodology. University of British Vegetasi Mangrove Pasca
Colombia. Harper Collians Tsunami di Kawasan Pesisir
Publisher. New York. Pantai Timur Nangroe Aceh
Darussalam. Universitas Syiah
Kusmana, C. 1997. Metode Survei Kuala. Banda Aceh.
Vegetasi. Penerbit Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Wahyudewantoro, G. dan Haryono. 2011.
Ikan Kawasan Mangrove pada
Kusmana, C., Onrizal dan Sudarmadji. Beberapa Sungai di Sekitar
2003. Jenis–Jenis Pohon Taman Nasional Ujung Kulon,
Mangrove di Teluk Bintuni. Pandeglang: Tinjauan Musim
Papua. IPB dan PT Bintui Utama Hujan. Jurnal Ilmu-Ilmu Hayati
Murni. dan Fisik. 13 (2): 217-225.

Leandha, M. 2015. Hutan Bakau Nyaris


Hilang di Kabupaten Langkat,
Sumatera Utara. Kompas.com.
Medan.

Noer, A. H. 2009. Model Dinamik Rantai


Makanan pada Ekosistem
Mangrove di Laguna Tasilaha.
Jurnal Media Litbang Sulteng. 2
(2): 110 – 120.

Redjeki. S. 2013. Komposisi dan


Kelimpahan Ikan di Ekosistem
Mangrove di Kedung Malang,
Jepara. Jurnal Ilmu Kelautan. 18
(1): 54-60.

Situmorang, S.H., Muda, I., Dalimunthe,


D.M.J., Fadli dan Syarief, F. 2010.
Analisis Data untuk Riset
Manajemen dan Bisnis. USU
Press. Medan.

Suke, M. D. 2014. Kepadatan Populasi


Ikan Gelodok (Periophthalmus
argentilineatus) pada Tegakan
Mangrove Desa Bulalo
Kecamatan Kwandang Kabupaten
Gorontalo Utara. [Skripsi].
Universitas Negeri Gorontalo.
Gorontalo.

You might also like