You are on page 1of 10

ALCHEMY, Vol. 3 No.

2 Oktober 2014, hal 108 - 117

SINTESIS DAN KARAKTERISASI ZEOLIT Y DARI ABU AMPAS TEBU VARIASI


RASIO MOLAR SiO2/Al2O3 DENGAN METODE SOL GEL HIDROTERMAL

Alifatuz Zahro, Suci Amalia, Tri Kustono Adi, Nur Aini


Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

ABSTRACT

Bagasse ash contains high level of silica (SiO2). Silica is one of two principal raw materials to
manufacture zeolite, such as zeolite Y. Zeolite Y issynthetic faujasite-type zeolitewhich has high level of silica
with SiO2/Al2O3 molar ratio 1,5-3 and its structure is built by secondary building unit D6R. In laboratory and
industry, zeolite Y is used as catalyst support for hydrocracking of heavy petroleum fractions reaction,
adsorbent, and ion exchange agent, therefore, synthesis of zeolite Y is needed.
Variation of SiO2/Al2O3 molar ratio are 2 ; 2,5 and 3. Materials were mixed with composition 15SiO 2 :
1,0Al2O3 : 10Na2O : 300H2O and stirred for 30 minutes. After that, the mixture was allowed to stand for 30
minutes and then it was given hydrothermal treatment at 100 oC for 24 hours. The hydrothermal result was dried
at 100 oC for 12 hours. Synthesized materials are characterized by XRF, XRD and FTIR. The surface area
analysis was conducted with methylene blue adsorption.
The result of XRF showed that the percentage of silica content in bagasse ash was 44,6 %. XRD
exhibited two kinds of zeolite, zeolite Y and P, were formed. The result of FTIR confirmed about the formation
of zeolites by peaks that appeared were the characteristic functional group of zeolite Y framework. The
crystallinity of zeolite Y with SiO2/Al2O3 molar ratio 3 > 2,5 > 2. The surface area of zeolite Y with
SiO2/Al2O3 molar ratio 2, 2,5 and 3 were 15.0914 m2/gram, 15.0805 m2/gram, and 15.1747 m2/gram.

Keywords: Bagasse ash, zeolit Y, sol gel hydrothermal

ABSTRAK

Abu ampas tebu mengandung kadar silika (SiO2) yang tinggi. Silika yang tinggi dapat digunakan
sebagai komponen utama sintesis zeolit selain alumina, salah satunya adalah zeolit Y. Zeolit Y merupakan zeolit
sintetik jenis faujasit yang kaya akan silika dengan rentang rasio molar SiO 2/Al2O3 1,5-3 dengan bentuk struktur
SBU D6R. Zeolit Y dalam skala laboratorium maupun industri banyak dimanfaatkan sebagai padatan pendukung
katalis untuk reaksi hidrorengkah fraksi berat minyak bumi, bahan adsorben, maupun ion exchange (pertukaran
ion). Oleh karena itu, sintesis zeolit Y perlu untuk disintesis.
Tahap sintesis metode sol gel meliputi tahap pencampuran bahan sesuai rasio molar SiO 2/Al2O3 2, 2,5
dan 3 dengan komposisi molar 15SiO2 : 1,0Al2O3 : 10Na2O : 300H2O, distirer selama 30 menit dan dieramkan
selama 30 menit, dilanjutkan dengan hidrotermal pada suhu 100 ºC selama 24 jam dan tahap yang terakhir
adalah pengeringan zeolit Y pada suhu 100 ºC selama 12 jam. Hasil sintesis dikarakterisasi menggunakan XRF,
XRD, FTIR, dan uji luas permukaan dengan metode adsorpsi methylene blue.
Analisis XRF menunjukkan bahwa silika abu ampas tebu sebesar 44,6 %. Analisis XRD menunjukkan
hasil sintesis menghasilkan campuran zeolit Y dan P, kristalinitas zeolit Y rasio SiO2/Al2O33 > rasio SiO2/Al2O3
2,5 > rasio SiO2/Al2O32. Analisis pendukung dengan FTIR menunjukkan puncak-puncak yang muncul pada
ketiga rasio zeolit Y merupakan gugus fungsi terbentuknya kerangka zeolit Y. Luas permukaan zeolit Y dengan
adsorpsi methylene blue rasio SiO2/Al2O3 2, 2,5 dan 3 berturut-turut adalah sebagai berikut 15,0914 m2/gram,
15,0805 m2/gram, dan 15,1747 m2/gram.

Kata kunci: abu ampas tebu, zeolit Y, metode sol gel hidrotermal

I. PENDAHULUAN  


Allah SWT berfirman dalam Surat  
ali Imron ayat 191:  
    
   
   
  

108
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah Limbah ampas tebu diperlukan


sambil berdiri atau duduk atau dalam pemanfaatan yang tepat agar dapat
keadan berbaring dan mereka memikirkan dihasilkan suatu produk yang bernilai jual
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya tinggi dan dapat mengurangi pencemaran
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah limbah padat terhadap lingkungan.
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Ampas tebu memiliki kandungan
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami silika yang tinggi. Menurut Widati, dkk
dari siksa neraka (Qs. Ali Imron (3) : 191). (2010) kandungan silika sebesar 88,7 %.
Dengan kandungan silika yang tinggi
Surat Ali Imron ayat 191 dijelaskan tersebut, ampas tebu dapat dimanfaatkan
dalam tafsir Al-Aisar (Al jazairi, 2007). sebagai bahan utama sintesis zeolite selain
“Dan mereka memikirkan tentang alumina. Silika abu ampas tebu yang
penciptaan langit dan bumi…” yakni digunakan dalam sintesis merupakan silika
mereka memikirkan keberadaan langit dan amorf. Menurut Hanafi dan Nandang
bumi, pembentuknya, tentang keindahan (2011) Silika amorf terbentuk dengan
dan kebesaran penciptaannya serta segala dikalsinasi pada suhu pengabuan 500-
makhluk yang ditempatkan oleh Allah 600 selama 4 jam.
didalamnya, maka perenungan tersebut Salah satu zeolit sintesis yang
mendorong peneliti untuk berpikir banyak dikembangkan adalah zeolit Y.
(bertafakur) akan ciptaan Allah SWT yang Pemanfaatan zeolit Y menurut Saputra
sungguh luar biasa. Allah SWT (2006) yang lebih spesifik banyak
mencipatakan langit dan bumi seisinya digunakan sebagai removal, pemisah
secara adil dan teratur, yang wajib fruktosa-glukosa, pemisah N2 di udara,
direnungi dan disyukuri. Ada kelebihan bahan pendingin kering.
pasti ada kekurangan, begitu pula Zeolit Y telah berhasil disintesis
sebaliknya, hal itu saling oleh Sang dkk (2005) dengan komposisi
berkesinambungan sehingga kehidupan di molar 10Na2O : 1,0Al2O3 : 15SiO2 :
bumi ini berjalan secara dinamis. Seperti 300H2O. Berdasarkan komposisi rasio
halnya ampas tebu, ampas tebu banyak sintesis zeolit Y, terdapat perbedaan rasio
dikenal hanya sebagai limbah yang molar SiO2 dan Al2O3. Perbedaan rasio
merugikan lingkungan, yang kemudian molar tersebut berpengaruh terhadap
dikaji dan diteliti bisa menghasilkan produk kristalinitas sintesis zeolit Y yang
yang bernilai tinggi. dihasilkan. Rasio SiO2/Al2O3 akan
Ampas tebu merupakan limbah berpengaruh pada ukuran kristal zeolit,
padat produk stasiun gilingan pabrik gula, kristalinitas zeolit, luas permukaan zeolit
diproduksi dalam jumlah 32 % tebu, atau dan keasaman dari zeolit.
sekitar 10,5 juta ton per tahun atau per Rasio molar untuk zeolit Y adalah
musim giling se Indonesia. Ampas tebu rentang rasio 1-3 (Saputra, 2006). Menurut
juga dapat dikatakan sebagai produk hasil penelitian Rahman, dkk (2009)
pendamping, karena ampas tebu sebagian sintesis zeolit Y murni dihasilkan pada
besar dipakai langsung oleh pabrik gula rasio SiO2/Al2O3 2,43, sehingga pada
sebagai bahan bakar ketel untuk penelitian ini akan dilakukan variasi rasio
memproduksi energi keperluan proses, molar 2 : 2,5 : 3 untuk mendapatkan zeolit
yaitu sekitar 10,2 juta ton per tahun (97,4 % Y murni.
produksi ampas). Sisanya (sekitar 0,3 juta Pada penelitian ini sintesis zeolit Y
ton per tahun) terhampar di lahan pabrik dilakukan dengan metode sol gel
sehingga dapat menyebabkan polusi udara, hidrotermal. Metode sol-gel hidrotermal
pandangan dan bau yang tidak sedap di lebih disukai untuk sintesis zeolit karena
sekitar pabrik gula (Oktavia, 2011). dapat menghasilkan hasil sintesis zeolit

109
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

dengan pembentukan kristal yang lebih PROSEDUR PENELITIAN


teratur susunannya dan lebih baik karena 1. Sintesis Zeolit Y (Sang, dkk., 2005)
dapat membentuk sol gel terlebih dahulu Komposisi molar yang digunakan
sebelum dilakukan hidrotermal. 10Na2O : 1,0Al2O3 : 15SiO2 : 300H2O. Pada
Berdasarkan latar belakang di atas, perlakuan awalnya ialah dengan
maka pada penelitian ini akan dilakukan mencampur bahan-bahan yang dibutuhkan
sintesis zeolit Y. Sumber silika yang diantaranya alumina (Al2O3), NaOH, silika
digunakan dari abu ampas tebu dengan dari abu ampas tebu, dan aquades (pH=7)
variasi molar SiO2/Al2O3 2, 2,5 dan 3 dimasukkan ke dalam botol hidrotermal tipe
dengan menggunakan metode sol-gel Teflon. Kemudian distirrer sampai
hidrotermal. Hasil sintesis zeolit Y dari abu homogen selama 30 menit dan dilakukan
ampas tebu ini dikarakterisasi dengan pemeraman selama 30 menit, kemudian
menggunakan X-Ray Fluorosence (XRF), dikristalisasi dengan metode hidrotermal
X-Ray Diffraction (XRD), FTIR, dan uji 100 °C selama 24 jam. Hasil padatan yang
luas permukaan dengan adsorpsi methylen diperoleh dicuci beberapa kali dengan
blue kemudian diuji menggunakan UV-Vis. aquades sampai mencapai pH=7-8,
kemudian dikeringkan pada suhu 100 °C
II. METODE PENELITIAN selama 12 jam. Hasil sintesis
Pelaksanaan Penelitian dikarakteriasasi menggunakan XRD untuk
Penelitian ini dilaksanakan pada mengetahui fase kristalnya dan kemurnian
bulan Februari – Mei 2014 di Laboratorium zeolit Y, dan FTIR digunakan untuk
Kimia Fisik Edukasi Universitas Negeri analisis struktur sintesis zeolit Y. Pada
Maulana Maulana Malik Ibrahim Malang penelitian ini menggunakan variasi
dengan beberapa tahapan meliputi: SiO2/Al2O3, sehingga komposisi molarnya
preparasi abu ampas tebu dengan metode sesuai perhitungan pada Tabel 1.
sol-gel hidrotermal yang dilakukan di
Laboratorium Kimia Fisik Edukasi Tabel 1 Perhitungan komposisi molar
Universitas Negeri Maulana Maulana Malik sintesis zeolit Y dari abu ampas
Ibrahim Malang, kemudian sintesis zeolit tebu dengan variasi rasio molar
dilanjutkan dengan tahap karakterisasi di SiO2/Al2O3 (2 : 2,5 : 3)
Laboratorium Sentral FMIPA Universitas Rasio Komposisi Molar Sintesis Simbol
Negeri Malang dan Laboratorium Kimia Zeolit Y
2 10 Na2O : 7,5Al2O3 : 15SiO2 : Y-1
Insitut Teknologi Sepuluh Nopember
300H2O
Surabaya. 2,5 10 Na2O: 6Al2O3 : 15SiO2 : Y-2
Alat dan Bahan Penelitian 300H2O
Alat-alat yang digunakan adalah: 3 10 Na2O: 5Al2O3 : 15SiO2 : Y-3
seperangkat alat gelas, neraca analitik, 300H2O
magnetic stirrer dan hot plate, stopwatch, Dari perhitungan komposisi molar
seperangkat refluks, desikator, oven pada Tabel 1. maka dapat dihitung jumlah
(Fischer Scientific), tanur listrik (Fischer bahan yang akan ditambahkan pada Tabel
Scientific), pH meter, termometer, botol 2.
hidrotermal tipe teflon, Spektroskopi UV-
Vis, XRD, XRF, dan FTIR. Tabel 2 Komposisi bahan sintesis zeolit Y
Bahan-bahan yang digunakan dari abu ampas tebu dengan variasi
adalah: abu ampas tebu dari hasil penelitian rasio molar SiO2/Al2O3 (2 : 2,5 : 3)
Amalia (2014) sebagai sumber silika (SiO2 dengan (1/250) resep
44,6% wt), aquades, natrium hidroksida Rasio NaOH SiO2 Al2O3 H2O
(NaOH 99,5% wt), alumina (Al2O3), 2 3,23 gr 8,08 gr 3,06 gr 20,88 gr
asam klorida (HCl 30 %), methylen blue, 2,5 3,23 gr 8,08 gr 2,45 gr 20,88 gr
dan kertas saring. 3 3,23 gr 8,08 gr 2,04 gr 20,88 gr
110
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

2. Karakterisasi b. Penentuan Waktu Kestabilan Larutan


2.1. Analisis Kristalisasi dan Kemurnian Methylene blue
Zeolit Y Menggunakan XRD Larutan methylene blue 5 ppm
Karakterisasi dengan XRD sebanyak 20 mL dishaker dengan
dilakukan terhadap abu ampas tebu dan variasi waktu 10, 20, 30, 40, 50, 60,
zeolit Y hasil sintesis variasi rasio molar 70, 80, dan 90 menit, kemudian diukur
SiO2/Al2O3 2, 2,5 dan 3. Mula-mula absorbansinya pada panjang
cuplikan dihaluskan hingga menjadi serbuk gelombang maksimum untuk setiap
yang halus, kemudian ditempatkan pada waktu tersebut dengan
preparat dan dipress dengan alat pengepres. spektrofotometer UV-Vis, kemudian
Selanjutnya, ditempatkan pada sampel ditentukan waktu kestabilan larutan
holder dan disinari dengan sinar-X pada methylene blue yaitu waktu penyerapan
sudut 2θ sebesar 10-50º (Rahman, 2009). methylene blue cenderung stabil.
Karakterisasi padatan sampel dengan c. Pembuatan Kurva Baku
difraksi sinar-X (XDR JEOL JDX-3530 X- Dibuat seri larutan baku methylene
ray Diffractometer) menggunakan radiasi blue dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6,
Cu-Kα pada panjang gelombang λ = 1,541 7 dan 8 ppm, kemudian dibuat kurva
Å, voltase 40 kV, dan arus 30 mA dengan hubungan antara konsentrasi dengan
rentang sudut 2θ = 5– 50º. absorbansi.
2.2. Analisis Gugus Fungsi Zeolit Y d. Penentuan Luas Permukaan
Menggunakan FTIR Sampel zeolit Y sesuai variasi rasio
Karakterisasi dengan FTIR molar (2, 2,5 dan 3) ditimbang 0,05
dilakukan terhadap zeolit Y hasil sintesis gram, ditambahkan 20 mL larutan
variasi rasio molar SiO2/Al2O3 (2 : 2,5 : 3). methylene blue 16 ppm, selanjutnya
Mula-mula cuplikan dihaluskan hingga dikocok dengan shaker selama waktu
menjadi serbuk yang halus menggunakan kestabilan pada 150 rpm. Campuran
mortal batu agate dengan dicampurkan disaring dan filtrat diukur
padatan KBr, kemudian ditempatkan pada absorbansinya dengan spektrofotometri
preparat dan dipress dengan alat pengepres UV-Vis pada panjang gelombang
untuk membentuk pellet. Selanjutnya maksimum, kemudian dihitung luas
ditempatkan pada sampel holder dan permukaan masing-masing sampel
dianalisa menggunakan FTIR. zeolit Y dengan variasi rasio molar (2 :
2.3. Analisis Luas Permukaan Zeolit Y 2,5 : 3).
dengan Metode Methylen Blue dan 3. Analisis Data
Diuji Menggunakan Luas permukaan dihitung dengan
Spektrofotometri UV-Vis rumus berikut:
Metode adsorpsi methylene blue
digunakan untuk penentuan luas permukaan
spesifik. Langkah-langkah yang dilakukan Keterangan:
adalah (Hidayah, 2004): S = Luas permukaan (m2/g)
a. Penentuan Panjang Gelombang Xm = Methylene blue yang terserap oleh 1 g
Maksimum Methylene blue (MB) adsorben (mg/g)
Larutan methylene blue 5 ppm A = Luas permukaan 1 molekul methylene
diukur pada panjang gelombang 600- blue
680 nm dengan interval panjang N = Bilangan Avogadro
gelombang 10 nm. Panjang gelombang
yang memberikan serapan maksimum M = Massa molekul methylene blue
merupakan panjang gelombang (320500 mg/mol)
maksimum.

111
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

III. HASIL DAN PEMBAHASAN 2,22 Ǻ) dengan intensitas relatif berturut-


1. Sintesis Zeolit Y turut : 55,59 % ; 51,08 % merupakan jenis
Pada penelitian ini sumber silika SiO2 kristobalit. Jenis SiO2 kuarsa dan
yang digunakan diperoleh dari abu ampas kristobalit merupakan jenis SiO2 kristalin.
tebu hasil penelitian Amalia (2014). Abu Pada Gambar 1 SiO2 kristalin sangat
ampas tebu yang telah dikarakterisasi sedikit, sehingga SiO2 abu ampas tebu
menggunakan XRF diketahui kandungan sebagian besar memiliki fasa amorf.
silikanya sebesar 44,6 %, hasil XRF abu
ampas tebu dapat diamati pada Tabel 4.1. Counts
800 Abu Ampas Tebu

Struktur dan fase yang terkandung SiO2 SiO2 600 ºC


dalam sampel ditentukan dengan teknik 600
kuarsa kuarsa
SiO2
difraksi sinar-X (XRD) pada sudut 2θ = 5- krisobalit

Intensitas
50º. Gambar 4.1 adalah difraktogram abu 400

ampas tebu hasil penelitian Amalia (2014).


Pola difraktogram XRD abu ampas 200 SiO2 (amorf)
tebu dievaluasi dengan membandingkan
0
nilai d (intensitas) dari puncak-puncak SiO2 10 20

30
Position [°2Theta] (Copper (Cu))
40

pada sampel dengan puncak-puncak SiO2


dari JCPDS (Joint Committee on Power Gambar 1 Hasil XRD abu ampas tebu
Diffraction Standar) dimana puncak SiO2 (Sumber: Amalia, 2014)
ditemukan pada daerah 2θ = 20°-27°
(Hanafi dan Nandang, 2010). Sintesis zeolit Y dengan metode sol
gel terdapat dua tahapan utama yaitu
Tabel 3 Data hasil XRF abu ampas tebu hidrolisis dan polikondensasi (Widodo,
Nama Kadar 2010). Pada tahap hidrolisis terjadi pada
Unsur Unsur saat awal pencampuran komponen zeolit
Si 44,6 % dengan distirrer selama 30 menit.
Fe 25,0 % Komponen zeolit diantaranya SiO2 dari abu
K 11,8 % ampas tebu, Al2O3, NaOH dan H2O. Pada
Ca 9,48 % tahap ini, SiO2 dari abu ampas tebu dan
Al2O3 sebagai prekursor, terhidrolisis
Ni 2,80 %
dengan penambahan air pada kondisi basa
P 1,9 %
(dengan penambahan NaOH) menghasilkan
Ti 1,4 % sol (koloid yang mempunyai padatan
Zn 0,98 % tersuspensi dalam larutannya).
Mn 0,72 % Fungsi NaOH dalam sintesis zeolit
Cu 0,47 % sebagai aktivator selama peleburan untuk
Cr 0,27 % membentuk garam silikat dan aluminat
Re 0,3 % yang larut dalam air, yang selanjutnya
Eu 0,3 % berperan dalam pembentukan zeolit selama
V 0,08 % proses hidrotermal.
Ba 0,05 % Tahap selanjutnya dari metode sol
Sumber : Amalia (2014) gel adalah polikondensasi, pada tahapan ini
terjadi proses transisi sol menjadi gel.
Puncak SiO2 pada Gambar 1 Untuk menghasilkan gel yang maksimal,
ditemukan pada 2θ = 27,90º (d = 3,19Ǻ) diperlukan tahap pemeraman / pematangan
dan 28,36º (d = 3,14Ǻ) dengan intensitas gel yang dilakukan selama 30 menit.
relatif berturut-turut : 75,34 % ; 100 % Berdasarkan hasil penelitian Widiawati
merupakan jenis SiO2 kuarsa, sedangkan (2005) menyebutkan bahwa pada tahap
2θ = 40,56º (d = 2,22 Ǻ) dan 40,68º (d = pemeraman (ageing) terjadi reaksi
112
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

pembentukan jaringan gel yang kaku, kuat bertambah dengan bertambahnya rasio
dan menyusut dalam larutan. Tahapan ini SiO2/Al2O3.
merupakan tahapan yang berperan penting Pada penelitian ini hasil sintesis
dalam sintesis zeolit karena meliputi proses zeolit yang terbentuk berupa campuran
pembentukan gel yang merupakan awal dari zeolit Y dan P dengan hasil zeolit Y yang
pembentukan inti dan pertumbuhan kristal. paling dominan. Hal ini disebabkan oleh
Setelah terbentuk gel kemudian pembentukan kerangka faujasit dapat
dilanjutkan dengan hidrotermal pada suhu mengalami keadaan metastabil dan juga
100 ºC selama 24 jam. Tujuannya untuk zeolit Y lebih kompetitif terhadap zeolit P.
meningkatkan kistalinitas dan membentuk Hasil terbaik sintesis zeolit Y pada
keseragaman susunan kristal pada zeolit. penelitian ini pada rasio 2,5 dengan
Menurut Warsito dkk (2008) pembentukan kristalinitas yang tinggi dan sedikit
kristal zeolit terjadi pada proses campuran zeolit P, rasio ini sesuai dengan
hidrotermal. Pada tahap pembentukan hasil penelitian Rahman dkk (2009) dengan
kristal, gel amorf akan mengalami penataan rasio terbaik hasil sintesis zeolit Y adalah
ulang pada strukturnya yang terurai 2,43.
membentuk susunan yang lebih teratur
dengan adanya pemanasan, sehingga dapat
terbentuk embrio inti kristal. Pada keadaan
ini terjadi kesetimbangan antara embrio inti
kristal, gel amorf sisa, dan larutan lewat
jenuh pada keadaan metastabil. Jika gel
amorf sisa larut kembali, maka akan terjadi
pertumbuhan kristal dari embrio inti
tersebut sampai gel amorf sisa habis dan
terbentuk kristal dalam keadaan stabil.
Tahap terakhir metode sol gel
hidrotemal adalah drying (pengeringan)
untuk menghilangkan air dan cairan yang
tidak diinginkan dalam zeolit Y, sehingga
dapat memperluas permukaan zeolit Y.
2. Karakterisasi Zeolit Y
2.1. Analisis Kristalisasi dan Kemurnian Gambar 2 Difraktogram zeolit Y rasio
Zeolit Y menggunakan XRD SiO2/Al2O3 2, 2,5 dan 3 hasil
Struktur dan fasa yang terkandung perbandingan dengan zeolit Y
dalam sampel zeolit Y ditentukan dengan standar
menggunakan teknik difraksi sinar-X pada
sudut 2θ= 5-50º. Gambar 2 merupakan Semakin tinggi rasio intensitas
difraktogram zeolit Y rasio SiO2/Al2O3 2, puncak semakin tinggi. Intensitas puncak
2,5, dan 3. rasio SiO2/Al2O3 3 > rasio SiO2/Al2O3 2,5 >
Gambar 2 menunjukkan pola rasio SiO2/Al2O3 2. Semakin tinggi rasio
difraksi sinar X zeolit Y rasio SiO2/Al2O3 2, SiO2/Al2O3 maka kristalinitas semakin
2,5, dan 3. Pada gambar tersebut sudut 2θ = meningkat, sesuai dengan Armaroli dkk
27,71º (rasio 2), 27,85º (rasio 2,5), dan (2010) dan Kholifah dkk (2010).
27,88º (rasio 3) merupakan puncak yang
cukup tinggi pada zeolit Y, namun 2.2. Analisis Gugus Fungsi Zeolit Y
terbentuk juga puncak zeolit P. Puncak ini Menggunakan FTIR (Fourier
sesuai dengan zeolit Y dan P standar Transform Infra Red Spectroscopy)
JCPDS, terlihat puncak zeolit P semakin Karakterisasi zeolit Y dengan
spektrofotometer infra merah (IR) bertujuan
113
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

untuk mengidentifikasi gugus fungsi yang seperti pada Gambar 4.4 pada setiap
terdapat pada zeolit Y hasil sintesis dan sampel.
untuk mengetahui terbentuknya struktur
kerangka aluminasilikat zeolit. Zeolit secara
umum mempunyai daerah serapan infra
merah yang khas di sekitar bilangan
gelombang 1200-300 cm-1 karena pada
daerah ini memuat vibrasi fundamental
kerangka tertrahedral (SiO4/AlO4) yang
merupakan satuan-satuan pembangun
kerangka zeolit (Murni dan Helmawati,
2006 ) seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3.

Gambar 3 Struktur kerangka


aluminosilikat zeolit

Hasil spektra IR zeolit Y hasil


sintesis ditunjukkan pada Gambar 4.4
dengan interpretasi spektra IR pada Tabel Gambar 4 Spektra infra merah zeolit Y
4.3. rasio molarSiO2/Al2O3 a) 2 b)
Pada struktur zeolit diketahui 2,5 dan c) 3
karakter aluminosilikat terdapat jaringan
internal dan eksternal, yang merupakan Tabel 4 Interpretasi spektra IR zeolit Y
jaringan internal zeolit ditunjukkan pada hasil sintesis rasio 2, 2,5 dan 3
daerah serapan sekitar 500-420 cm-1, 820- Bilangan
Bilangan gelombang (cm-1)
650 cm-1, dan 1250-950 cm-1. Daerah gelombang
Standar* Zeolit Interpretasi
serapan sekitar 820-650 cm-1 mewakili No Zeolit
Y rasio
Zeolit
Y rasio
Y
vibrasi ulur simetri O-Si-O dan O-Al-O, rasio
2 2,5
3
sedangkan daerah serapan sekitar 1250-950 Vibrasi tekuk
cm-1 mewakili vibrasi ulur asimetri, serta 1 500-420 456 458 428 T-O (Si-O atau
Al-O)
vibrasi tekuk dari Si-O dan Al-O pada 2 650-500 577 574 515 Cincin ganda
kerangka aluminosilikat pada zeolit muncul Vibrasi ulur
pada daerah serapan 500-420 cm-1. Spektra 3 820-650 713 713 722 simetri O-Si-O
atau O-Al-O
pada daerah-daerah tersebut ditunjukkan Vibrasi ulur
oleh semua sampel zeolit yang dianalisis. 4 1250-950 1047 1049 1028
asimetri
O Si O
Cincin ganda merupakan karakter kerangka O Al O
zeolit pada jaringan eksternal antara lapisan 5 1650-1645 1646 1647 1646
Vibrasi tekuk
Si-OH
zeolit satu dengan yang lainnya. Karakter 6 3200-3600 3445 3447 3463 Ikatan ulur O-H
spesifik cincin ganda tersebut ditunjukkan
*Warsito, dkk (2008)
pada daerah serapan 650-500 cm-1. Serapan
pada daerah 650-500 cm-1 juga ditunjukkan
Pengaruh variasi molar SiO2/Al2O3
pada semua sampel. Adanya vibrasi ulur
dapat diketahui dari data FTIR, menurut
dan tekuk tersebut menunjukkan telah
Widiawati (2005), daerah panjang
terbentuknya kerangka aluminosilikat
gelombang yang memberikan informasi
pengaruh rasio SiO2/Al2O3 adalah 650-800
114
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

cm-1. Zeolit dengan rasio SiO2/Al2O3 tinggi


akan memiliki frekuensi getaran di daerah
650-800 cm-1 yang lebih tinggi. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya kenaikan
spektra pada panjang gelombang sampel
zeolit Y rasio SiO2/Al2O3 2, 2,5 dan 3
berturut-turut 713 cm-1 dan 722cm-1.
Spektra zeolit dapat mengalami pergeseran. Panjang gelombang
Pergesaran tersebut disebabkan oleh
berkurangnya jumlah Al-O dalam kerangka Gambar 6 Kurva hubungan antara
zeolit dengan rasio molar SiO2/Al2O3 yang absorbansi dengan panjang
semakin tinggi. Semakin tinggi rasio gelombang dari methylene
SiO2/Al2O3 maka jumlah Al akan semakin blue
sedikit dibandingkan Si, sehingga dengan
berkurangnya Al-O dalam kerangka zeolit Gambar 6 menunjukkan bahwa
menyebabkan intensitas pada daerah Al-O panjang gelombang maksimal methylene
berkurang yang berakibat bergesernya blue pada λ = 664,0 nm. Hal ini sesuai
puncak ke daerah frekuensi getaran Si-O, dengan penelitian Rianto (2012). Pada
artinya bergeser ke frekuensi getaran yang panjang gelombang tersebut merupakan
lebih tinggi. Sehingga, dapat disimpulkan daerah sinar tampak (visible) dengan warna
sampel zeolit Y yang memiliki puncak pita komplementer methylene blue adalah biru,
pada panjang gelombang 650-800 cm-1 sehingga warna serapan yang dihasilkan
adalah sampel zeolit Y rasio SiO2/Al2O3 3 > adalah warna merah.
sampel zeolit Y rasio SiO2/Al2O3 2,5 > 2.3.2. Penentuan Waktu Kestabilan
sampel zeolit Y rasio SiO2/Al2O3 2. Larutan Methylene blue
Penentuan waktu kestabilan
2.3. Analisis Luas Permukaan dengan methylene blue bertujuan untuk mengetahui
Adsorpsi Methylene Blue Kemudian waktu pengukuran yang paling stabil.
Dianalisis Menggunakan UV-Vis Waktu kestabilan ditentukan dengan
2.3.1. Penentuan Panjang Gelombang mengukur hubungan antara waktu
Maksimum Methylene Blue (MB) pengukuran dengan absorbansi larutan.
Penentuan luas permukaan zeolit Y Hasil pengukuran waktu kestabilan
dilakukan untuk mengetahui kapasitas methylene blue dapat dilihat Gambar 7.
adsorpsi zeolit Y terhadap larutan
methylene blue. Senyawa methylene blue
merupakan senyawa berwarna. Hal ini Waktu kestabilan
dapat diketahui dari struktur methylene blue (operasional)
pada Gambar 5 yang memiliki ikatan
terkonjugasi yang merupakan ikatan
rangkap yang berselang-seling dengan satu
ikatan tunggal. Hasil pengukuran panjang
gelombang maksimum methylene blue
ditunjukkan pada Gambar 6
N Gambar 7 Grafik hasil pengukuran waktu
kestabilan methylene blue
CH3
CH3 S N
N Pada Gambar 7 menunjukkan waktu
CH3
CH3 kestabilan (waktu operasional) methylene
Gambar 5 Struktur Methylene blue blue pada rentang waktu 40-50 menit.
Rentang waktu tersebut sesuai dengan
115
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

penelitian Rianto (2012) dimana waktu ukuran pori zeolit, sehingga penyerapan
operasional zeolit pada menit ke-40 yang zeolit juga semakin besar.
menghasilkan serapan methylene blue pada
zeolit lebih banyak. Tabel 5 Luas permukaan zeolit Y dalam
2.3.3. Pembuatan Kurva Baku satuan waktu
Hasil pengukuran kurva baku Nama Zeolit Luas Permukaan Spesifik
ditunjukkan Gambar 8. (m2/gram)
Z-Y rasio 3 15,1787
Z-Y rasio 2,5 15,0805
Z-Y rasio 2 15,0914
*Z-Y = zeolit Y

IV. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Karakterisasi zeolit Y hasil sintesis
dibandingkan dengan data JCPDS (Joint
Gambar 8 Kurva baku methylene blue Committee Powder Diffraction Standarts)
konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 menghasilkan campuran zeolit Y dan P.
dan 8 ppm Dari ketiga rasio molar SiO2/Al2O3 hasil
terbaik pada rasio 2,5. Semakin tinggi rasio
Pembuatan kurva baku dilakukan molar SiO2/Al2O3 maka kristalinitas zeolit
dengan menggunakan berbagai konsentrasi juga semakin tinggi, dengan hasil zeolit Y
larutan methylan blue yakni 1, 2, 3, 4, 5, 6, rasio SiO2/Al2O3 3 > rasio SiO2/Al2O3 2,5 >
7 dan 8 ppm. Pembuatan kurva baku rasio SiO2/Al2O3 2. Hasil terbentuknya
bertujuan untuk menentukan hubungan didukung pula dengan data FTIR ketiga
antara absorbansi dengan konsentrasi rasio SiO2/Al2O3 menghasilkan puncak-
methylene blue. puncak pada panjang gelombang yang
2.3.4. Penentuan Luas Permukaan membentuk kerangka zeolit. Puncak khas
Hasil adsorpsi zeolit terhadap untuk zeolit Y ditemukan pada daerah
larutan methylene blue dianalisis dengan serapan 1047 cm-1, 1049 cm-1 dan 1050 cm-
mengukur berat methylene blue teradsorpsi 1
.Hasil uji luas permukaan zeolit Y rasio
oleh zeolit (mg/g) dengan mencari selisih molar SiO2/Al2O3 2, 2,5 dan 3 dengan
konsentrasi larutan methylene blue sebelum adsorpsi methylene blue berturut-turut
diadsorpsi oleh adsorbat dan konsentrasi adalah 15,0914, 15,0805, dan 15,1747.
methylene blue setelah diadsorpsi oleh
adsorbat. Hasil uji luas permukaan zeolit Y Saran
rasio SiO2/Al2O3 2, 2,5 dan 3 dapat diamati Untuk penelitiandisarankan untuk
pada Tabel 4.4 menghasilkan zeolit Y murni dengan
Tabel 5 menunjukkan adanya penambahan bibit silika dan templat
perbedaan luas permukaan spesifik zeolit Y organik, sintesis zeolit sebaiknya
terhadap masing-masing rasio molar menggunakan autoklaf, analisis luas
SiO2/Al2O3. Luas permukaan spesifik permukaan dengan metode BET karena
tertinggi yang didapatkan dari perlakuan hasil lebih akurat dan spesifik, serta
ketiga variasi rasio molar SiO2/Al2O3 rasio diperlukan aplikasi lebih lanjut pada zeolit
3 sebesar 15,1787 m2/gram. Hal ini sesuai Y agar dapat dimanfaatkan secara optimal
dengan pengaruh rasio molar terhadap luas baik dalam skala laboratorium maupun
permukaan zeolit. Kasmui dkk (2008) industri.
menyatakan bahwa semakin besar rasio
molar SiO2/Al2O3 , maka semakin besar
116
ALCHEMY, Vol. 3 No. 2 Oktober 2014, hal 108 - 117

V. DAFTAR PUSTAKA Oktavia, D. 2011. Pengolahan Limbah


Amalia, S. 2014. Aktivitas Zeolit X dari Pabrik Gula. http//:blogspot.com.
Abu Ampas Tebu sebagai Peukar Pengolahan-Limbah-Pabrik-
Kation untuk Menurunkan Gula.html. (Diakses tanggal 22 Mei
Kesadahan Air. Laporan Hasil 2013).
Penelitian. Jurusan Kimia. Fakultas Rahman, M.M., Hasnida, N., dan Nik,
Sains dan Teknologi. UIN Maliki W.B.W. 2009. Preparation of
Malang. Zeolite Y Using Local Raw Material
Armaroli, T., Simon, L.J., Digne, M., Rice Hush as a Silica Source. J. Sci.
Montanari, T., Bevilacqua, M., Res. 1 (2), 285-291. Journal Of
Valtchev, V., Patarin, J., dan Busca, Scientific Research. University of
G. 2006. Effects of crystal size and Malaysia.
Si/Al ratio on the surface properties Rianto, L.B., 2012. Modifikasi dan
of H-ZSM-5 zeolites. Applied Karakterisasi Zeolit Alam Malang
Catalysis A: General. Vol. 306. hal. dengan Penambahan Logam
78-84. Titanium menggunakan Metode
Hanafi, A. dan Nandang. A. 2010. Studi Impregnasi. Skripsi. Universitas
Pengaruh Bentuk Silika dari Abu Islam Negeri Maulana Malik
Ampas Tebu terhadap Kekuatan Ibrahim. Malang.
Produk Keramik. Jurnal Kimia Sang, S., Liu, Z., Tian, P., Liu, Z., Qu, L.,
Indonesia. Volume 5 : 35-38. dan Zhang, Y. 2006. Synthesis of
Universitas Sebelas Maret. Small Crystals Zeolite NaY. Material
Surakarta. Letters 60. 1131-1133. China.
Kasmui, Muhlisin, Z., dan Sumarni, W. Saputra, R. 2006. Pemanfaatan Zeolit
2008. Kajian Pengaruh Variasi Sintetis Sebagai Alternatif
Rasio Si/Al dan Variasi Kation Pengolahan Limbah Industri.
Terhadap Perubahan Ukuran Pori Warsito, S., Sriatun dan Taslimah. 2008.
Zeolit Y Dengan Menggunakan Pengaruh Penambahan Surfaktan
Metode Mekanika Molekuler. Cetyltrimethylammoniium Bromide
Khalifah, S.N., Hartanto, D., dan (n-CTMABr) pada Sintesis Zeolit-Y.
Prasetyoko, D. 2009. Sintesis dan Universitas Diponegoro. Semarang.
Karakterisasi ZSM-5 Mesopori Widati, A.A., Baktir, A. Hamami, S., dan
dengan Variasi Rasio SiO2/Al2O3. Rahmawati, R. 2010. Synthesis of
Tesis Tidak Diterbitkan. Surabaya: Zeolite a from Baggase and Its
Jurusan Kimia Anorganik. Fakultas Antimicrobial Activity on Candida
FMIPA Insitut Teknologi Surabaya. albicans.15 (2): 78-81. Department
Surabaya. of Chemistry. University of
Murni, D., dan Helmawati. 2006. Studi Airlangga. Surabaya.
Pemanfaatan Abu Sabut Sawit Widodo, S. 2010. Teknologi Sol Gel Pada
sebagai Sumber Silika pada Sintesis Pembuatan Nano Kristalin Metal
Zeolit 4A. Laporan Penelitian. Oksida Untuk Aplikasi Sensor Gas.
Program Studi Sarjana Teknik Seminar Rekayasa Kimia dan
Kimia. Fakultas Teknik. Universitas Proses. ISSN : 1411-4216. LIPI.
Riau. Pekanbaru : Riau. Bandung.

117

You might also like