You are on page 1of 16

Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No.

3 September 2015

Effect of Relaxation with Changes Anxiety And Sleep Quality ICU Patient
in Intensive Care Unit

Pengaruh Relaksasi terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur pada Pasien


Intensive Care Unit

1
Sudiarto
2
Ari Suwondo
3
Agus Nurrudin

1
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang
Jl. Piet A. Tallo - Kupang
2
Program Studi Magister Epidemiologi Pascasarjana Universitas Diponegoro
3
RS Paru Dr Ario Wirawan Salatiga
E-mail: jrk@poltekkes-smg.ac.id

Abstract
The objective of study was to determine the effect of relaxation on anxiety and sleep
quality in ICU patients. This study used quasi Experimental research design with Pre and Post
test Control Group Design. Sample of this study is ICU patients that were 56 respondents,
consisted of 28 respondents provided a relaxation and dzikir intervention and 28 respondents
as a control group. Data were analyzed by univariate frequency distribution table, while the
bivariate data using paired t-test, Wilcoxon and Mann-Whitney. Research procedures
performed by observing and assessing check the level of anxiety and sleep quality before and
after intervention. Relaxation dhikr influence the change in the level of anxiety and sleep
quality. In the treatment group p-value of 0.001 anxiety levels and sleep quality 0.001, while
the p-value control group anxiety levels 0,001 dan 1.00 sleep quality. Independent test anxiety
levels p-value of 0.001 and 0.001 sleep quality. Relaxation and dzikir influence the change
level of anxiety and sleep quality. In the control group satitistik result there are significant
differences, although in severe anxiety kategiori, can relaxation and dzikir be recommended
as a nursing intervention to improve the quality of patient sleep and anxiety in hospital.

Keywords: relaxation; anxiety; sleep quality; ICU

Abstrak
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh relaksasi terhadap kecemasan dan
kualitas tidur pasien ICU. Jenis penelitian ini adalah quasi Experimental dengan rancangan
Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel pada peneletian ini adalah 56 responden pasien
ICU terdiri dari 28 diberikan relaksasi dzikir dan 28 kelompok kontrol. Data dianalisis secara
univariat dengan tabel distribusi frekuensi, sedangkan data bivariat menggunakan Paired t-
test, Wilcoxon dan Mann-whitney. Prosedur penelitian dilakukan dengan mengobservasi dan
menilai ceklist tingkat kecemasan dan kualitas tidur sebelum dan sesudah perlakuan.
Relaksasi dzikir berpengaruh terhadap perubahan tingkat kecemasan dan kualitas tidur.
Pada kelompok perlakuan p-value tingkat kecemasan 0,001 dan kualitas tidur 0,001,

___________________________________________________________________________________
847 Relaksasi terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015

sedangkan pada kelompok kontrol p-value tingkat kecemasan 0,001 dan kualitas tidur 1,00.
Pada uji independen tingkat kecemasan p-value 0,001 dan kualitas tidur 0,001. Relaksasi
dzikir berpengaruh terhadap tingkat kecemasan dan kualitas tidur pada pasien ICU . Pada
kelompok kontrol hasil satitistik ada perbedaan yang cukup signifikan walaupun masih
dalam kategori kecemasan berat, relaksasi dzikir dapat sebagai saran untuk tindakan
perawat dalam mengatasi kecemasan dan kualitas tidur pasien di rumah sakit.

Kata kunci: relaksasi; Kecemasan; kualitas tidur; ICU

1. Pendahuluan monitor di ruang perawatan (Lei, Qiuli,


Sabrina, Xiaojing & Changli, 2009).
Pasien yang dirawat di rumah
Kecemasan merupakan
sakit mempunyai kecenderungan
perasaan yang paling umum dialami
meningkat kecemasan dan terganggu oleh pasien yang dirawat di rumah
tidurnya yang mungkin disebabkan sakit, menerangkan bahwa pasien yang
oleh aktifitas yang menimbulkan dirawat di rumah sakit menunjukkan
kegaduhan, lampu yang menyala gejala-gejala terutama kecemasan dan
terang ataupun pasien yang terpaksa ketakutan sebanyak 52%, biasanya
dibangunkan karena adanya prosedur berkaitan dengan ancaman penyakitnya
tindakan tertentu (Galih, 2013). (Atwater, 1998).
Pasien-pasien sakit kritis Metode terapi komplementer
cenderung mengalami kehilangan tidur, relaksasi diyakini sangat efektif dalam
kualitas tidur buruk, dan peningkatan mengatasi kecemasan dan gangguan
kecemasan, berbagai macam tidur. relaksasi yang digunakan adalah
penyebabnya, termasuk pasien ICU, dengan relaksasi yang melibatkan
intervensi tenaga medis, diagnostik dan keyakinan (Dobratz, 1995). Bukti
terapi, medikasi, serta ventilasi mekanis empirik melalui hasil penelitian telah
dan penyakit dasar. Tekanan psikologis membuktikan bahwa dengan relaksasi
yang dapat menyebabkan bingung dzikir menggunakan ayat-ayat Al-
pasien ICU karena jenis dan tingkat Qur’an dapat menurunkan berbagai
stres pada pasien di ICU sangat tinggi. bentuk kecemasan yang dialami
Pasien secara simultan terkena ancaman individu, hasilnya menunjukkan bahwa
bagi kehidupan, prosedur medis, orang yang sering membaca Al-Qur’an
ketidak mampuan untuk mengalami penurunan kecemasan.
mengkomunikasikan dan hilangnya Bahwa relaksasi dzikir dengan bacaan
kontrol personal (Jevon & Ewens, 2009). Al-Qur’an berpengaruh besar hingga
Hasil penelitian tentang kualitas 97% dalam memberikan ketenangan
tidur dan faktor yang mempengaruhi dan menyembuhkan berbagai penyakit
gangguan tidur menunjukan selama (Sholeh, 2005).
menjalani perawatan di rumah sakit, Tujuan penelitian ini adalah
jumlah pasien yang memiliki kualitas untuk Mengetahui apakah ada
tidur buruk sebesar 45,6% dan setelah pengaruh relaksasi dzikir terhadap
menjalani perawatan pasien yang kecemasan dan kualitas tidur pasien
kualitas tidurnya menurun adalah intensive care unit (ICU).
sebanyak 57,4%. Adapun faktor-faktor
yang berhubungan dengan kualitas
2. Metode
tidur pasien selama di rumah sakit
antara lain adalah adanya kecemasan Jenis penelitian ini adalah quasi
terkait penyakitnya, adanya ketidak experiments dengan rancangan pre–test
nyamanan, sering kencing dimalam post–test Control Group Design. Populasi
hari dan suara gaduh dari alat bedside studi atau sampel adalah Penderita
___________________________________________________________________________________
Sudiarto, Ari Suwondo, Agus Nurrudin 848
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015

menjalani perawatan di ruang ICU RS deskripsi kelompok perlakuan pada


Ken Saras kabupaten Semarang dan post-test nilai mean 19,04 artinya
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. sebagian besar responden mengalami
Jumlah sampel dalam penelitian ini di penurunan tingkat kecemasan, hal ini
hitung berdasarkan metode Slovin menunjukan bahwa secara umum
sebesar 28 responden tiap kelompok. kelompok perlakuan pada tingkat
Variabel penelitian ini adalah Relaksasi kecemasan ringan dan deskripsi
Dzikir sebagai variabel bebas variabel kecemasan kelompok kontrol
sedangkan Kecemasan dan Kualitas pada pos-test nilai mean 29,32 artinya
Tidur variabel terikat. Analisa data sebagian besar responden pada tingakat
terdiri dari analisis univariat, analisis kecemasan sedang dan berat. Dengan
bivariat (Paired t-test dan independent kata lain responden mengalami
sampel t-test). penurunan tingkat kecemasan dengan
dilakukanya perlakuan.
3. Hasil dan Pembahasan Hasil deskripsi variabel kualitas
tidur kelompok kontrol pada pre-test
Hasil nilai mean 11,11 dan kelompok
Responden kelompok kontrol perlakuan sebelum perlakuan nilai
dalam penelitian ini sebagian besar mean 11,39 menggambarkan bahwa
berumur 22-50 tahun atau dewasa nilai rata-rata pilihan jawaban
sebanyak 26 responden yaitu sebesar responden terlihat dan terwakili dari
92,9% dan umur diatas 50 tahun atau angka mean, artinya sebagian besar
lansia sebanyak 2 responden sebesar responden kelompok kontrol dan
7,14%, pada kelompok perlakuan perlakuan memiliki kualitas tidur yang
sebagian besar adalah dewasa yaitu 22 buruk. Sedangkan hasil deskripsi
kelompok perlakuan pada post-test
responden sebesar 78,6% dan lansia 6
nilai mean 5,14 artinya sebagian besar
responden sebesar 21,4%. Jenis kelamin
responden memiliki kualitas tidur yang
kelompok kontrol laki-laki adalah
baik. Pada kelompok kontrol hasil
42,9% dan perempuan sebesar 57,1%.
deskripsi post-test nilai mean 8,50
Sedangkan kelompok perlakuan jenis
artinya sebagian besar responden
kelamin responden laki-laki adalah
memiliki kualitas tidur buruk, Dengan
46,4% dan perempuan 53,6%. Pada
kata lain secara empiris responden
penelitian ini sebagian besar responden
memiliki kualitas tidur yang baik
53,6%, dengan penyakit jantung, 21,4%
dengan dilakukanya perlakuan.
cidera kepala, 14,3% penyakit paru
Hasil analisis uji t-test terdiri
sedangkan PNS 10,7% saraf dan pada
dari 28 responden tiap kelompok, nilai
kelompok perlakuan menunjukkan
rerata pada kelompok perlakuan
bahwa sebagian besar responden 46,4%
sebelum relaksasi dzikir 29,5 dan
dengan penyakit jantung, 17,9%
standar deviasi 1,774 sedangkan nilai
masing-masing cidera kepala, paru dan
rerata pada kelompok kontrol 30,64
saraf.
standar deviasi dan nilai p = 0,068
Hasil deskripsi variabel
sehingga dapat diartikan bahwa tidak
kecemasan kelompok kontrol pre-test
ada perbedaan kecemasan yang
nilai mean 30,64 dan kelompok
bermakna antara kelompok perlakuan
perlakuan pre-test nilai mean 29,5
dan kontrol sebelum dilakukan
menggambarkan bahwa nilai rata-rata
relaksasi dzikir.
pilihan jawaban responden terlihat dan
Hasil analisis uji Mann-Whitney
terwakili dari angka mean, artinya
terdiri dari 28 responden tiap kelompok,
sebagian besar responden mengalami
nilai rerata pada kelompok perlakuan
kecemasan berat. Sedangkan hasil

___________________________________________________________________________________
849 Relaksasi terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015

2,00 dan standar deviasi 0,001 kelompok perlakuan dan kelompok


sedangkan nilai rerata pada kelompok kontrol sesudah realaksasi dzikir.
kontrol 1,5 dengan standar deviasi 0,51 Hasil analisis uji Mann-Whitney
dan nilai p = 1,000 sehingga dapat terdiri dari 28 responden tiap kelompok,
disimpulkan bahwa tidak ada median perlakuan dan kontrol 5 dan 11,
perbedaan kualitas tidur yang dengan minimal-maksimal 4-16 dan 9-
bermakna antara sebelum dilakukan 13, dan nilai p=0,001 sehingga dapat
relaksasi dzikir pada kelompok disimpulkan bahwa ada perbedaan
perlakuan dan kelompok kontrol. yang bermakna antara kelompok
Hasil analisis uji paired t-test perlakuan dan kelompok kontrol
terdiri dari 28 responden tiap kelompok, sesudah realaksasi dzikir.
nilai rerata sebelum relaksasi dzikir
29,50 dan nilai rerata sesudah relaksasi Pembahasan
dzikir 19,04, standar deviasi sebelum
Hasil penelitian ini
dan sesudah relaksasi dzikir 1,774 dan
menunjukkan bahwa sebagian besar
3,012, dan nilai p = 0,001 sehingga dapat
responden kelompok kontrol adalah
diartikan bahwa ada perbedaan yang
dewasa sebesar 92% dan kelompok
bermakna antara sebelum dan sesudah
perlakuan 78,6% yang berkisar antara
dilakukan relaksasi dzikir terhadap
umur 22-50 tahun. Hasil penelitian ini
perubahan kecemasan.
sesuai dalam penelitian tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat
Hasil analisis uji paired t-test
kecemasan menunjukkan bahwa usia
terdiri dari 28 responden tiap kelompok,
yang lebih tua akan lebih sensitif dalam
nilai rerata pre-test dan post-test adalah
mempersepsikan kecemasan bila
30,64 dan 29,32, standar deviasi Pre-test
dibandingkan usia yang lebih muda
dan Post-test 2,725 dan 2,465, dan nilai
(Laura, Cindy, Calia dan Michael, 2011).
p=0,001 sehingga dapat diartikan bahwa
Penelitian lain juga menunjukkan
ada perbedaan yang bermakna antara
bahwa usia mempunyai peranan yang
Pre-test dan Post-test terhadap
penting dalam mempersepsikan dan
perubahan kecemasan pada kelompok
mengekspresikan kecemasan, pasien
kontrol walaupun masih dalam
dewasa memiliki respon yang berbeda
kategori tingkat kecemasan berat.
terhadap kecemasan dibandingkan
Hasil analisis uji Wilcoxon
pada lansia (Smeltzer and Barre, 2010).
terdiri dari 28 responden tiap kelompok,
Namun berbeda dengan hasil penelitian
nilai median pre-test dan post-test
yang lainya menyatakan bahwa tidak
adalah 11 dan 8,5, sedangkan nilai
ada perbedaan persepsi kecemasan,
minimum dan maximum pre-test dan
antara orang muda dengan orang tua
post-test adalah 9-13 dan 7-10 dan nilai
(Edward and Fillingham, 2000).
p=1,00 sehingga dapat diartikan bahwa
Beberapa penelitian juga melaporkan
tidak ada perbedaan yang bermakna
bahwa orang tua memiliki kemampuan
antara pre-test dan post-test terhadap
tingkat toleransi kecemasan yang lebih
perubahan kualitas tidur pada
tinggi daripada orang dengan usia yang
kelompok kontrol.
lebih muda (Gagliese and Melzack,
Hasil analisis uji Mann-Whitney
1997). selain itu orang dengan usia lebih
terdiri dari 28 responden tiap kelompok,
tua mengungkapkan tingkat kecemasan
median perlakuan dan kontrol 19,5 dan
yang lebih rendah dari pada orang yang
29, dengan minimal-maksimal 13-24 dan
24-34, dan nilai p = 0,001 sehingga dapat lebih muda (Dobratz, 1995).
disimpulkan bahwa ada perbedaan
yang bermakna antara Hasil penelitian ini telah
menujukkan tingkat kecemasan yang

___________________________________________________________________________________
Sudiarto, Ari Suwondo, Agus Nurrudin 850
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015

lebih tinggi pada orang dewasa antara bermakna antara kelompok kontrol dan
22-50 tahun. perlakuan sebelum dilakukan relaksasi
Hal ini dapat dipengaruhi oleh dzikir. Sedangkan pada kualitas tidur
berbagai faktor, salah satunya adalah sebelum relaksasi dzikir nilai rerata
penyakit kronis (Gagliese and Melzack, kelompok perlakuan 2,00 dan standar
1997). deviasi 0,001, pada kelompok kontrol
Hasil penelitian ini nilai rerata 1,5 dengan standar deviasi
menunjukkan bahwa jenis kelamin 0,51 dan p=1,000 sehingga dapat
responden laki-laki dan perempuan disimpulkan bahwa tidak ada
hampir sama, yaitu sebesar 42,9% dan perbedaan kualitas tidur yang
57,1% pada kelompok kontrol demikian bermakna antara sebelum dilakukan
juga pada kelompok perlakuan laki-laki relaksasi dzikir pada kelompok
46,4% dan perempuan 53,6%. Hasil ini perlakuan dan kelompok kontrol.
sesuai dengan penelitian yang Hasil analisis uji statistik pada
menunjukkan bahwa perempuan lebih kelompok perlakuan menggunakan
sensitif terhadap kecemasan dari pada paired t-test terdiri dari 28 responden
laki-laki (Laura, et all, 2011). tiap kelompok, nilai rerata sebelum
Perempuan mengungkapkan rasa relaksasi dzikir 29,50 dan nilai rerata
cemas yang lebih tinggi daripada laki- sesudah relaksasi dzikir 19,04, standar
laki (Atwater, 1998). Perbedaan tingkat deviasi sebelum dan sesudah relaksasi
persepsi kecemasan ini disebabkan dzikir 1,774 dan 3,012, dan nilai p=0,001
karena perbedaan otak sehingga dapat diartikan bahwa ada
secara anatomis dalam perbedaan yang bermakna antara
mempersepsikan cemas, pada sebelum dan sesudah dilakukan
perempuan letak persepsi cemas berada relaksasi dzikir terhadap perubahan
pada limbik yang berperan sebagai kecemasan. Sedangkan pada kelompok
pusat utama emosi seseorang kontrol hasil analisis uji paired t-test
sedangkan pada laki-laki terletak pada terdiri dari 28 responden tiap kelompok,
korteks prefrontal yang berperan nilai rerata pre-test dan post-test adalah
sebagai pusat analisa dan kognitif. Jadi 30,64 dan 29,32, standar deviasi pre-test
secara emosional perempuan lebih dan post-test relaksasi dzikir 2,725 dan
sensitif dalam mempersepsikan rasa 2,465, dan nilai p = 0,001 sehingga dapat
cemas (Brattberg, Parker & Thorslund, diartikan bahwa ada perbedaan yang
1997). bermakna antara pre-test dan post-test
Hasil penelitian yang telah terhadap perubahan kecemasan pada
dilakukan oleh peneliti menunjukan kelompok kontrol walaupun masih
bahwa terdapat pengaruh dari relaksasi dalam tingkat kecemasan kategori berat.
dzikir terhadap penurunan kecemasan Untuk mengetahui perbedaan antara
pasien intensive care unit (ICU). kelompok perlakuan dan kelompok
Sebelumnya melakukan uji analisis kontrol dengan uji Mann-Whitney terdiri
kesetaraan responden kelompok kontrol dari 28 responden tiap kelompok,
dan kelompok perlakuan pada median perlakuan dan kontrol 19,5 dan
kecemasan sebelum dilakukan rileksasi 29, dengan minimum-maximum 13-24
dzikir nilai rerata pada kelompok dan 24-34, dan nilai p = 0,001 sehingga
perlakuan sebelum relaksasi dzikir 29,5 dapat disimpulkan bahwa ada
dan standar deviasi 1,774 sedangkan perbedaan yang bermakna antara
nilai rerata pada kelompok kontrol kelompok perlakuan dan kelompok
30,64 standar deviasi 2,725 dan nilai p = kontrol sesudah realaksasi dzikir.
0,068 sehingga dapat diartikan bahwa Dalam penelitian ini hasil
tidak ada perbedaan kecemasan yang deskripsi variabel kecemasan pada

___________________________________________________________________________________
851 Relaksasi terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015

kelompok kontrol menggambarkan merupakan perpanjangan serabut otot


bahwa nilai rata-rata post-test pilihan tersebut (Subandi, 2009). Pada waktu
jawaban responden terlihat dan orang mengalami ketegangan dan
terwakili dari angka mean, nilai mean kecemasan yang bekerja adalah system
bekisar antara 29,32 artinya sebagian syaraf simpatis, sedangkan pada waktu
besar responden mengalami kecemasan rileks yang bekerja adalah sistem syaraf
berat dan deskripsi kecemasan pada parasimpatis.
kelompok perlakuan nilai post-test mean Relaksasi dzikir berusaha
19,04 hal ini berarti sebagian besar mengaktifkan kerja syaraf parasimpatis.
responden mengalami kecemasan Keadaan rileks menurunkan aktivitas
ringan. Hasil tersebut menunjukkan amygdala, mengendurkan otot, dan
bahwa secara umum kelompok melatih individu mengaktifkan kerja
perlakuan memiliki kecemasan ringan, sistem syaraf parasimpatis sebagai
dengan kata lain responden memiliki counter aktivitas sistem syaraf simpatis
kecemasan yang kurang baik saat tanpa (Kalat, 2007).
intervensi. Hasil deskripsi variabel Relaksasi merupakan salah satu
kecemasan kelompok kontrol pada teknik dalam terapi perilaku. Relaksasi
post-test menggambarkan bahwa nilai merupakan metode atau teknik yang
rata-rata pilihan jawaban responden digunakan untuk membantu manusia
terlihat dan terwakili dari angka mean, belajar mengurangi atau mengontrol
nilai mean bekisar antara 29,32 artinya reaktivitas fisiologis yang menimbulkan
sebagian besar responden masih masalah bagi dirinya. Tujuan relaksasi
mengalami kecemasan berat. adalah untuk mengurangi tingkat
Berdasarkan hasil tersebut gejolak fisiologis individu dan
menunjukkan bahwa variabel membawa individu ke keadaan yang
kecemasan, masing-masing indikator lebih tenang baik secara fisik maupun
mengalami penurunan dibanding psikologis (Dobratz, 1995). Relaksasi
dengan tanpa intervensi. Hal ini sebagai salah satu teknik yang telah
menunjukkan bahwa secara umum terbukti dapat mereduksi kecemasan
kelompok perlakuan memiliki pada berbagai subjek juga telah terbukti
kecemasan yang berkurang, dengan efektif mengurangi kecemasan,
kata lain responden memiliki tingkat menyatakan bahwa kesehatan manusia
kecemasan yang menurun dengan seutuhnya ditunjukkan oleh empat hal,
dilakukannya intervensi. yaitu sehat secara biologis, psikologis,
Hasil uji statistik setelah sosial, dan spiritual, menyatakan
dilakuakan intervesi pengaruh relaksasi bahwa elemen spiritual dalam diri
dzikir terhadap kecemasan diperoleh p manusia, mengintegrasikan dan
=0,001 (p <0,05). Dengan signifikansi mempersatukan elemen kebutuhan
yang lebih kecil dari 0,05 maka fisik, emosi, dan intelektual di dalam
diperoleh bahwa Hipotesis 1 diterima. tubuh manusia dalam pertumbuhan
Hal ini berarti bahwa tingkat dan perkembangannya (Hawari, 2006).
kecemasan yang semakin menurun dari Bahwa proses intervensi terhadap klien
responden akan sangat baik setelah yang mempertimbangkan keyakinan
diberikan relaksasi dzikir. agama yang dianut menjadi penting
Salah satu intervensi yang telah untuk menghindari resistensi apabila
terbukti efektif untuk mengurangi proses yang dilakukan dirasakan klien
kecemasan dan telah sering digunakan sebagai suatu hal yang berbeda dengan
adalah teknik relaksasi. Ketegangan aturan agama yang diyakininya. Bagi
merupakan kontraksi serabut otot umat Muslim, keimanan yang penting
skeletal, sedangkan relaksasi salah satunya adalah percaya pada

___________________________________________________________________________________
Sudiarto, Ari Suwondo, Agus Nurrudin 852
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015

wahyu Allah sebagai sumber perbuatan mengingat, menyebut,


pengetahuan yang sempurna. Beberapa mengerti, menjaga dalam bentuk
penelitian menunjukkan hubungan ucapan-ucapan lisan, gerakan hati atau
antara coping religius dengan gerakan anggota badan yang
kecemasan yang turut menunjukkan mengandung arti pujian, rasa syukur
pentingnya unsur spiritual dan religius dan do’a dengan cara-cara yang
dalam penanganan kecemasan (Lei, et diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
all, 2009; Sholeh, 2005). untuk memperoleh ketentraman batin,
Relaksasi pernafasan adalah atau mendekatkan diri (taqarrub)
relaksasi dengan cara mengatur langkah kepada Allah, dan agar memperoleh
dan kedalaman pernafasan bahwa keselamatan serta terhindar dari siksa
pernafasan yang tepat adalah Allah (Suhaimi, 2005).
merupakan pereda stress (Benson, 2000). Hasil penelitian ini
Dzikir secara etimologi berasal dari kata menunjukkan bahwa pada kelompok
adz-dzikr yang artinya adalah ingat. perlakuan hasil analisis uji Wilcoxon
Dzikir ialah mengingat nikmat-nikmat terdiri dari 28 responden tiap kelompok,
Tuhan. Lebih jauh, nilai median sebelum dan sesudah
berdzikir meliputi pengertian relaksasi dzikir adalah 12 dan 5,
menyebut lafal-lafal dzikir dan sedangkan nilai minimum dan
mengingat Allah dalam setiap waktu, maximum sebelum dan sesudah
takut dan berharap hanya kepada-Nya, relaksasi dzikir adalah 6-15 dan 4-6 dan
merasa yakin bahwa diri manusia nilai p = 0,001 sehingga dapat diartikan
selalu berada di bawah kehendak Allah bahwa ada perbedaan yang bermakna
dalam segala hal dan urusannya antara sebelum dan sesudah dilakukan
(Sholeh, 2005). Dzikir dipilih karena relaksasi dzikir terhadap perubahan
pelafalan berulang kata-kata yang kualitas tidur, sedangkan pada
diyakini akan lebih berefek pada tubuh kelompok kontrol hasil analisis uji
dibandingkan kata-kata yang tidak ada Wilcoxon terdiri dari 28 responden tiap
artinya. Dzikir membantu individu kelompok, nilai median pre-test dan
membentuk persepsi yang lain selain post-test adalah 11 dan 8,5, sedangkan
ketakutan yaitu keyakinan bahwa nilai minimum dan maximum pre-test
stresor apapun akan dapat dihadapi dan post-test adalah 9-13 dan 7–10 dan
dengan baik dengan bantuan Allah. nilai p = 1,00 sehingga dapat diartikan
Umat islam percaya bahwa penyebutan bahwa tidak ada perbedaan yang
Allah secara berulang (dzikir) dapat bermakna antara pre-test dan post-test
menyembuhkan jiwa dan terhadap perubahan kualitas tidur pada
menyembuhkan berbagai penyakit (Lei, kelompok kontrol.
et all, 2009; Sholeh, 2005). Saat seorang Berdasarkan hasil tersebut
muslim membiasakan dzikir, ia akan menunjukkan bahwa terdapat
merasa dirinya dekat dengan Allah, peningkatan kualitas tidur setelah
berada dalam penjagaan dan adanya intervensi. Hal ini
lindungan-Nya, yang kemudian akan menunjukkan bahwa secara umum
membangkitkan percaya diri, kekuatan, kelompok perlakuan memiliki
perasaan aman, tenteram, dan bahagia. peningkatan kualitas tidur kearah baik,
Dzikir akan membuat seseorang merasa dengan kata lain secara empiris
tenang sehingga kemudian menekan responden memiliki kualitas tidur yang
kerja sistem syaraf simpatis dan meningkat setelah di lakukan intervensi.
mengaktifkan kerja sistem syaraf Untuk mengetahui perbedaan antara
parasimpatis (Sholeh, 2005). kelompok perlakuan dan kelompok
Dzikir merupakan suatu kontrol setelah dilakukan intervensi

___________________________________________________________________________________
853 Relaksasi terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015

relaksasi dzikir dengan hasil analisis uji frase secara ritmis dapat menimbulkan
Mann-Whitney terdiri dari 28 responden tubuh menjadi rileks. Pengulangan
tiap kelompok, median perlakuan dan tersebut harus disertai dengan sikap
kontrol 5 dan 11, dengan minimal- pasif terhadap rangsang baik dari luar
maksimal 4-16 dan 9-13, dan nilai maupun dari dalam. Sikap pasif dalam
p=0,001 sehingga dapat disimpulkan konsep religius dapat diidentikan
bahwa ada perbedaan yang bermakna dengan sikap pasrah kepada Tuhan.
antara kelompok perlakuan dan Sikap pasrah inilah yang dapat
kelompok kontrol sesudah realaksasi melipatgandakan respon relaksasi yang
dzikir terhadap kualitas tidur. muncul. Keuntungan dari relaksasi
dzikir ini selain mendapatkan manfaat
Keefektifan penelitian ini adalah dari relaksasi juga mendapatkan
teknik relaksasi yang dipilih kemanfaatan dari penggunaan
merupakan relaksasi pernafasan yang keyakinan seperti menambah keimanan,
dinilai lebih aman (lebih sedikit dan kemungkinan akan mendapatkan
mengandung risiko) bagi pasien, lebih pengalaman-pengalaman transendensi.
sederhana dan mudah dipraktekkan. Dzikir sebagai salah satu bentuk ibadah
Selain itu, penelitian yang dalam agama Islam merupakan
menggunakan relaksasi dengan dzikir relaksasi religius, dengan mengucapkan
(melibatkan penanganan dimensi lafadz Allah atau Ahad secara terus
spiritual kesehatan) untuk menurunkan menerus dengan pelan dan ritmis akan
kecemasan pasien. Penelitian ini dapat menimbulkan respon relaksasi
bertujuan untuk mengukur pengaruh (Benson, 2000 ; Lei, et all, 2009).
Relaksasi dengan Dzikir untuk Dasar pikiran relaksasi adalah
mengurangi kecemasan yang dialami sebagai berikut. Relaksasi merupakan
oleh pasien. pengaktifan dari syaraf parasimpatis
Respon relaksasi yang yang menstimulasi turunnya semua
melibatkan keyakinan yang dianut akan fungsi yang dinaikkan oleh sistem
mempercepat terjadinya keadaan syaraf simpatis, dan menstimulasi
relaks, dengan kata lain kombinasi naiknya semua fungsi yang diturunkan
respon relaksasi dengan melibatkan oleh syaraf simpatis. Masing-masing
keyakinan akan melipat gandakan syaraf parasimpatis dan simpatis saling
manfaat yang didapat dari respon berpengaruh maka dengan
relaksasi (Benson, 2000). Penggunaan bertambahnya salah satu aktivitas
frase yang bermakna dapat digunakan sistem yang satu akan menghambat
sebagai fokus keyakinan, sehingga atau menekan fungsi yang lain. Ketika
dipilih kata yang memiliki kedalaman seseorang mengalami gangguan tidur
keyakinan. Dengan menggunakan kata maka ada ketegangan pada otak dan
atau frase dengan makna khusus akan otot sehingga dengan mengaktifkan
mendorong efek plasebo yang syaraf parasimpatetis dengan teknik
menyehatkan. Semakin kuat keyakinan relaksasi maka secara otomatis
seseorang berpadu dengan respon ketegangan berkurang sehingga
relaksasi maka semakin besar pula efek seseorang akan mudah untuk masuk ke
relaksasi yang didapat. Pilihan frase kondisi tidur (Utami, 2003).
yang dipilih sebaiknya singkat untuk Dengan dzikir disertai tawakal
diucapkan dalam hati saat mengambil serta ikhtiar merupakan gambaran jiwa
dan menghembuskan napas secara yang tenang, sehingga menekankan
normal. Kedua kata tersebut mudah kemungkinan timbulnya berbagai
diucapkan dan mudah diingat penyakit yang secara umum dipicu oleh
menyebutkan pengulangan kata atau endapan racun tubuh dan membantu

___________________________________________________________________________________
Sudiarto, Ari Suwondo, Agus Nurrudin 854
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015

menjaga keseimbangan sirkulasi darah Benson, H. MD. 2000. Respon Relaksasi :


yang akan mendukung kinerja seluruh Teknik Meditasi Sederhana
organ tubuh, sehingga akan untuk Mengatasi Tekanan
memberikan efek kekebalan tubuh Hidup. Bandung : Mizan.
meningkat sehingga seseorang tidak Brattberg. G. 1997. Parker MG,
mudah jatuh sakit atau mempercepat Thorslund M. A Longitudinal
proses penyembuhan (Rahman, 2002). study of pain : reported pain
from middle age to old age .
4. Simpulan dan Saran Clinical Journal Of Pain, 13(2),
PP 144-49.
Simpulan Dobratz, M. 1995. Analysis of
Relaksasi dzikir mempengeruhi variables that impact
tingkat kecemasan pada pasien yang psychological adaptation in
dirawat di ruang ICU dengan nilai home hospice patients. Hosp. J.
signifikansi p=0,001. Relaksasi dzikir 10: 75–88.
mempngeruhi kualitas tidur pada Edwards, R, R., and Fillingham, R, B.
pasien yang dirawat di ruang ICU 2000. Age-associated
dengan nilai signifikansi p=0,001. differences in responses to
noxious stimuli. Journal of
Gerontology Series A:
Saran
Biological Science & Medical
Relaksasi dzikir sangat baik Science. 56, 180-185.
digunakan untuk terapi pasien, hal Gagliese, L., and Melzack, R. The
tersebut supaya dapat ditingkatkan assessment of pain in the
dengan memberikan pelatihan. Pihak elderly. In D. I. Motofsky, and J.
manajemen diharapkan agar dapat Lomran, Handbook of Pain and
mengembangkan relaksasi dzikir Aging, Plenum Press, New
sebagai standar prosedur oprasional York. 1997.
dalam menangani pasien cemas Galih priambodo. Teori Keperawatan
khususnya pada pasien (beragama Avaliable from: www.teori
islam) di ruang perawatan intensif. keperawatan-katharine-kolcab
a.html. 2013.
5. Ucapan Terimakasih Hawari H.D. 2006. Manajemen Cemas
dan Depresi. Jakarta : Balai
Ucapan banyak terimakasih Penerbit Fakultas Kedokteran
disampaikan atas kesempatan yang Universitas Indonesia.
diberikan untuk mendapatkan Dana Jevon, P., dan Ewens, B. 2009.
Risbinakes DIPA Politeknik Kesehatan Pemantauan Pasien Kritis seri
Kemenkes Semarang, sehingga ketrampilan klinis esensial
penelitian ini dapat terselesaikan. untuk perawat edisi kedua.
Jakarta: Erlangga. Kalat, J. W.
6. Daftar Pustaka Biological Psychology.
Alimul, Aziz A. 2005. Riset
California: Thomson Learning,
Inc. 2007.
Keperawatan dan Teknik
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., and Grebb,
Penulisan Ilmiah, Salemba
J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri :
Medika, Jakarta.
Ilmu Pengetahuan Perilaku
Atwater, E. 1998. Psychology of
Psikiatri Klinis. Jilid Satu.
adjustment. (2nd ed).
Editor : Dr. I. Made Wiguna S.
Engelewood Clift, New Jersey:
Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Pretice-Hall, Inc.

___________________________________________________________________________________
855 Relaksasi terhadap Kecemasan dan Kualitas Tidur
Jurnal Riset Kesehatan Vol. 4 No. 3 September 2015

Laura D.W, Cindy D.S., Calia A.T., and Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Michael E.R. 2012. J Pain. Smeltzer, B.C and Barre, B.G. Brunner
March ; 13(3): 220–227. and Suddarth’s Textbook of
doi:10.1016/j.jpain. 011.10.014. medical-surgical nursing. Edisi
Lei, Z., Qiongjing, Y., Qiuli, W., Sabrina, 12. Lippincott Williams and
K, Xiaojing and Changli, W. Wilkins. 2010: 129-130.
2009. Sleep quality and sleep Subandi, M. A. 2009. Psikologi Dzikir.
disturbing factor of inpatients Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
in ; 18:2521-2529. Utami, M.S. 2003. Prosedur Relaksasi.
Sangkan, A. 2004. Pelatihan Sholat Fakultas Psikologi.
Khusyu, Sholat Sebagai Yogyakarta : UGM.
Meditasi Tertingi dalam Islam. Suhaimie, Muhammad Yasin. 2005.
Jakarta : Baitul Ihsan. Dzikir dan Doa. Malang:
Sholeh, M. Tahajud. 2001. Manfaat Universitas Muhammadiyah
Praktis ditinjau dari Ilmu Malang.
Kedokteran. Yogyakarta: Rahman Sani. 2002. Hikmah Dzikir dan
Pustaka Pelajar. Doa: Tinjauan Ilmu Kesehatan,
Sholeh, Moh, Musbikin. 2005. Agama Al-Mawardi Prima, Jakarta, 38
Sebagai Terapi, Telaah Menuju
Ilmu Kedokteran Holistik,
TELAAH JURNAL KEPERAWATAN

EFFECT OF RELAXATION WITH CHANGES ANXIETY AND SLEEP QUALITY ICU


PATIENT IN INTENSIVE CARE UNIT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Profesi Ners


Departemen Keperawatan Medikal Bedah 1
Dengan dosen pembimbing Taufan Arif, S.Kep., Ns., M.Kep

Dibuat Oleh:
Dian Widhi Pawestri (P17211186006)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN MALANG
2018
A. PICOT Jurnal Penelitian
Author, Year Title Population Intervention Comparison Outcome Time
Sudiarto, et all, Effect of Relaxation Jenis penelitian ini Relaksasi Relaksasi dzikir Setiap
2015 with Changes adalah quasi dzikir mempengeruhi tingkat kelompok
Anxiety And Sleep experiments dengan menggunakan kecemasan pada pasien menerima
Quality ICU Patient rancangan pre–test ayat-ayat Al- yang dirawat di ruang ICU relaksasi
in Intensive Care post–test Control Qur’an dapat dengan nilai signifikansi kurang lebih
Unit Group Design. menurunkan p=0,001. Relaksasi dzikir 30 menit
Populasi studi atau berbagai mempngeruhi kualitas tidur
sampel adalah bentuk pada pasien yang dirawat di
Penderita menjalani kecemasan ruang ICU dengan nilai
perawatan di ruang yang dialami signifikansi p=0,001.
ICU RS Ken Saras individu,
kabupaten Semarang hasilnya
dan memenuhi menunjukkan
kriteria inklusi dan bahwa orang
eksklusi. Jumlah yang sering
sampel dalam membaca Al-
penelitian ini di Qur’an
hitung berdasarkan mengalami
metode Slovin penurunan
sebesar 28 kecemasan
responden tiap
kelompok.
Variabel penelitian
ini adalah Relaksasi
Dzikir sebagai
variabel bebas
sedangkan
Kecemasan dan
Kualitas Tidur
variabel terikat
B. PEMBAHASAN JURNAL PENELITIAN
Mengandung unsur:
1. Data/fakta: Relaksasi dzikir mempengeruhi tingkat kecemasan pada pasien yang
dirawat di ruang ICU, dapat menurunkan berbagai bentuk kecemasan yang
dialami individu, hasilnya menunjukkan bahwa orang yang sering membaca Al-
Qur’an mengalami penurunan kecemasan. Bahwa relaksasi dzikir dengan bacaan
Al-Qur’an berpengaruh besar hingga 97% dalam memberikan ketenangan dan
menyembuhkan berbagai penyakit
2. Teori: Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh pasien
yang dirawat di rumah sakit, menerangkan bahwa pasien yang dirawat di rumah
sakit menunjukkan gejala-gejala terutama kecemasan dan ketakutan sebanyak
52%, biasanya berkaitan dengan ancaman penyakitnya (Atwater, 1998).
Metode terapi komplementer relaksasi diyakini sangat efektif dalam mengatasi
kecemasan dan gangguan tidur. relaksasi yang digunakan adalah dengan relaksasi
yang melibatkan keyakinan (Dobratz, 1995). Bukti empirik melalui hasil
penelitian telah membuktikan bahwa dengan relaksasi dzikir menggunakan ayat-
ayat Al-Qur’an dapat menurunkan berbagai bentuk kecemasan yang dialami
individu, hasilnya menunjukkan bahwa orang yang sering membaca Al-Qur’an
mengalami penurunan kecemasan. Bahwa relaksasi dzikir dengan bacaan Al-
Qur’an berpengaruh besar hingga 97% dalam memberikan ketenangan dan
menyembuhkan berbagai penyakit

3. Opini: Relaksasi dzikir sangat baik digunakan untuk terapi pasien, hal tersebut
supaya dapat ditingkatkan dengan memberikan pelatihan. Pihak manajemen
diharapkan agar dapat mengembangkan relaksasi dzikir sebagai standar
prosedur oprasional dalam menangani pasien cemas khususnya pada pasien
(beragama islam) di ruang perawatan intensif.

C. DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz A. 2005. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah,Salemba Medika, Jakarta.
Atwater, E. 1998. Psychology of adjustment. (2nd ed). Engelewood
Clift, New Jersey: Pretice-Hall, Inc.
Benson, H. MD. 2000. Respon Relaksasi : Teknik Meditasi Sederhana untuk
Mengatasi Tekanan Hidup. Bandung : Mizan.
Brattberg. G. 1997. Parker MG, Thorslund M. A Longitudinal study of pain : reported
pain from middle age to old age . Clinical Journal Of Pain, 13(2), PP 144-49.
Dobratz, M. 1995. Analysis of variables that impact psychological
adaptation in home hospice patients. Hosp. J. 10: 75–88.
Edwards, R, R., and Fillingham, R, B. 2000. Age-associated differences in responses
to noxious stimuli. Journal of
Gerontology Series A: Biological Science & Medical Science. 56, 180-185.
Gagliese, L., and Melzack, R. The assessment of pain in the elderly. In D. I.
Motofsky, and J. Lomran, Handbook of Pain and Aging, Plenum Press, New York.
1997.
Galih priambodo. Teori Keperawatan Avaliable from: www.teori keperawatan-
katharine-kolcab a.html. 2013.
Hawari H.D. 2006. Manajemen Cemas dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbitan
.
D. Lampiran

You might also like